KONDISI NORMAL DAN PATOLOGIS JARINGAN PERIODONTAL
DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 : NURUL AULIA AZTI AZIS
J011171533
ANDI MUHAMMAD FARHAN P.A.
J011171534
BEATRIZ TRESNA
J011171535
ANDI BESSE REZKY AULIA
J011171536
ADELIA DWIRIZKI NOVIANTY
J011171537
LATHIFAH MARDHIYYAH K.
J011171538
PUTRI KUSUMA WARDHANI
J011171539
ZUL FADILLAH PUTRA UTAMA
J011171540
ALYA KHAERUNNISA INDRAWAN DAY J011171541 KEZIA RENATA KABI
J011171542
AULIA SHARIRA PUTRI
J011171543
AMELIA NUR HASANAH
J011171544
AINUN JARIYAH DAMING
J011171545
CHOIRUNISA BASNAWI
J011171546
AHMAD DZAKY YUNUS
J011171547
IMBA MILKA MURIB
J011171701
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas pada Blok Perio serta untuk mengetahui mengenai radiografi jaringan periodontal.Selain itu, kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran sekiranya membangun dari para pembaca agar kekurangan dapat diperbaiki dan menjadi lebih sempurna.
Makassar, 26 Maret 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................ ........
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………......
ii
DAFTAR ISI .......................………………………………………........
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….... 2 1.3 Tujuan Pembelajaran.............…………………………………..... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kondisi Normal……................................................................
3
2.1.1.Tulang Trabekular / Cancelleous Bone.............………...
3
2.1.2. Alveolar Crest.............…………………………….…...
4
2.1.3. Lamina Dura.............………………………..…….…...
5
2.1.4. Ligamen Periodontal.........…………………..…….…...
6
2.1.5. Sutura Intermaxillaris.........…………………..…….…...
7
2.1.6. Nasal Aperture.........…………………..…….….............
7
2.2 Kondisi Patologis……................................................................
8
2.2.1. Furcation Involvement / Lesi Furkasi...............................
8
2.2.2. Abses Periodontala...........................................................
8
2.2.3. Kalkulus Subgingiva........................................................
9
2.2.4.Vertical Bone Loss pada Aggressive / Juvenile Periodontitis410 2.2.5. Alveolar Bone Loss...........................................................
11
2.2.6.Severe Bone Loss..............................................................
12
BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan……………………………………………………....
13
3.2.Saran……………………………………………………….……
13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
14
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan suatu penyakit inflamasi yang menyerang jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik tertentu atau kelompok mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan progresif dari ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau keduanya.1 Penyakit periodontal termasuk dalam jenis penyakit inflamasi kronis. Penyakit periodontal terbagi atas penyakit periodontal non-destruktif (gingivitis) dan penyakit yang bersifat lebih destruktif (periodontitis). Koloni bakteri jika dibiarkan dan melekat pada permukaan gigi atau di bawah margin gingival akan menyebabkan gingivitis dan bila berlanjut bisa menyebabkan periodontitis.2 Dalam upaya melihat perkembangan penyakit periodontal diperlukan pemeriksaan yang sesuai sehingga diagnosis yang tepat dapat ditegakkan. Pemeriksaan penyakit periodontal mencakup pemeriksaan klinis dan penunjang. Adapun salah satu pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan radiograf.1 Pemeriksaan radiograf merupakan salah satu pemeriksaan yang penting dalam mendiagnosis penyakit periodontal, menentukan keparahan dan prognosis serta evaluasi hasil perawatan. Namun, pemeriksaan radiograf hanya digunakan sebagai pemeriksaan penunjang bukan sebagai pemeriksaan pengganti dalam mendiagnosis penyakit periodontal.1 Gambaran radiograf menyediakan informasi yang penting dalam mendiagnosis penyakit periodontal karena radiograf dapat menampilkan gambaran yang tidak terlihat pada pemeriksaan klinis seperti panjang akar dan tinggi tulang yang tinggal.1 Berdasarkan penelitian dan survei yang dilakukan pada peraktik dokter gigi di India, hanya 10,8 % yang melaporkan bahwa mereka tidak memiliki unit radiografi dan selebihnya telah menggunakan Radiografi untuk menunjang pemeriksaan yang dilakukan. Hal ini membuktikan bahwa peranan Radiografi sangat penting dalam praktek dokter gigi.3
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran radiografi jaringan periodontal yang normal? 2. Bagaimana gambaran radiografi kelainan pada jaringan periodontal? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran jaringan periodontal yang normal 2. Untuk mengetahui gambaran radiografi kelainan pada jaringan periodontal
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kondisi Normal 2.1.1. Tulang Trabekular / Cancelleous Bone Tulang kanselous (juga disebut sebagai tulang trabekular atau spongiosa) terletak diantara lempeng kortikal di kedua rahang. Tulang kanselous terdiri dari pelat tipis radiopak dan trabekula yang di sekitarnya banyak sumsum kantong radiolusen kecil. Trabekula rahang atas anterior biasanya tipis dan banyak, berbentuk granular dengan pola padat, dan akibatnya ruang sumsum kecil dan relatif banyak. Pada posterior rahang atas pola trabekular mirip dengan anterior rahang atas namun mempunyai ruang sumsum yang sedikit lebih lebar. Pada anterior rahang bawah trabekula agak lebih tebal dibanding rahang atas, sehingga menghasilkan pola yang kasar, pelat trabekula juga lebih sedikit dibanding rahang atas dan ruang sumsum lebih lebar. Sedangkan pada posterior mandibular trabekula dan ruang sumsum sama dengan rahang bawah anterior, namun biasanya lebih besar.4
(1)
(2)
(3)
Gambar (1) trabekular rahang atas anterior; (2) trabekular rahang bawah posterior; (3) trabekular rahang bawah anterior.
3
2.1.2. Alveolar Crest
(4)
(5)
Gambar (5) Terlihat gambaran radiopaque di puncak antara gigi 31 dan 41 dengan teknik foto periapikal; (5) Terlihat gambaran radiopaque di puncak antara gigi 16 dan 17, serta di puncak antara gigi 46 dan 47 dengan teknik foto bitewing.
Margin gingiva dari proses alveolar yang memanjang di antara gigi terlihat jelas pada radiografi sebagai garis radiopaque, alveolar crest. Level tulang ini dianggap normal ketika tidak lebih dari 1,5 mm dari persimpangan cementoenamel dari gigi yang berdekatan. Alveolar crest dapat surut dengan usia dan menunjukkan resorpsi yang ditandai dengan penyakit periodontal. Radiografi hanya dapat menunjukkan posisi puncak; menentukan signifikansi levelnya terutama merupakan masalah klinis.4 Panjang alveolar crest normal di suatu daerah tertentu tergantung pada jarak antara gigi yang bersangkutan. Di daerah anterior, puncak berkurang menjadi hanya satu titik tulang antara gigi seri dekat. Pada posterior itu datar, sejajar dan sedikit di bawah garis yang menghubungkan persimpangan cementoenamel dari gigi yang berdekatan. Puncak tulang kontinu dengan lamina dura dan membentuk sudut tajam dengannya. Pembulatan persimpangan tajam ini merupakan indikasi penyakit periodontal.4
4
2.1.3. Lamina Dura
(6)
(7)
(8)
Gambar (6) Terlihat gambaran radiopaque di tepi dekat akar gigi 44 dengan teknik foto periapikal; (7) Terlihat gambaran radiopaque di tepi dekat akar gigi 35 dengan teknik foto periapikal; (8) Tampak gambaran radiopaque pada sekitar akar gigi yang baru diesktraksi
Sebuah radiografi dari gigi yang sehat dalam lengkungan gigi menunjukkan bahwa soket gigi dibatasi oleh radiopak tipis lapisan tulang yang padat. Namanya, lamina dura ("lapisan keras") berasal dari penampilan radiografinya. Nama lamina dura (atau alveolus) diaplikasikan pada lapisan tipis tulang kortikal padat (yang disebut piring berkisi atau tulang alveolar tepat) yang melapisi soket gigi normal. Pada radiograf menghasilkan putih tipis atau radiopak bayangan karena disebabkan oleh lapisan tipis tulang yang padat. Di sisi gigi, bayangan gelap tipis mewakili ruang ditempati oleh membran periodontal; dan sebaliknya Aspek terletak tulang cancellous dari proses alveolar. Ini kontinu dengan bayangan tulang kortikal dipuncak alveolar. Lamina dura mengelilingi gigi selama pengembangan dengan efek seperti kulit telur. Setelah erupsi, lamina dura diamati sebagai radiopak tipis lapisan tulang padat di sekitar gigi sehat di gigi normal lengkung, dan terus menerus dengan bayangan kortikal tulang di puncak alveolar.5
5
2.1.4. Ligamen Periodontal Ligamen periodontal merupakan bagian dari periodonsium yang terdiri dari gingiva, ligamen periodontal, sementum, serta tulang alveolar. Ligamen periodontal adalah jaringan ikat yang meliputi akar gigi dan menghubungkan sementum pada akar gigi tersebut dengan tulang alveolar Bagian terpenting dari ligamen periodontal yang berfungsi untuk menahan gaya kunyah adalah serat-serat (fiber). Serat-serat periodontal terdiri dari beberapa grup, yaitu transeptal, alveolar crest, horisontal/oblique (miring), dan serat apikal. Grup serat-serat periodontal yang paling besar adalah yang berjalan miring. Serat-serat ini berjalan miring dari bagian lamina dura ke arah semen pada gigi. Fungsi utama serat-serat ini adalah untuk menahan gaya kunyah yang mengenai gigi, dan mengubahnya menjadi tarikan/tegangan sehingga terjadi peregangan pada serat periodontal yang berjalan miring. Serat-serat ligamen periodontal berjalan bergelombang, karena itu peregangan terjadi dengan baik sehingga akan dapat men gurangi kemungkinan terjadinya trauma akibat gaya kunyah.6
(9)``
(10)
Gambar (9) tampak gambaran radiolucent pada sekitaran akar gigi 11; (10) tampak gambaran radiolucent pada sekitaran akar gigi 13
6
2.1.5. Sutura Intermaxillaris
Gambar (11) Sutura intermaxillaris antara gigi 11 dan 21 Struktur yang ditunjuk pada tandah panah putih adalah Sutura intermaxilla yang merupakan sutura cranial yang terletak tepat dibawah bagian anterior nasal spine. Sutura intermaxilla biasa juga disebut sutura palatal medial. Sutura ini meluas dari alveolar crest antara gigi insisivus sentral superior melalui bagian nasal spine dan berlanjut ke bagian posterior palatum durum. 4 Jika dilihat pada foto radiologi intraoral periapikal terlihat sebagai garis radiolusen tipis ditengah dua bagian premaxilla di garis tengah yang berbentuk lengkungan kecil berbentuk v. Tampilan dari sutura intermaxilla tergantung pada variabilitas anatomi dan angulasi sudut dari sinar x.4
2.1.6. Nasal Aperture
(12) Gambar (12) Tampak gambaran radiopaque yang berupa memanjang, meluas pada sekitar apeks gigi 14,15,17 yang merupakan lantai dari nasal aperture
7
Nasal Aperture berada di atas dari kavitas oral, sehingga dapat tampak gambaran radiolucent pada radiografi intraoral dari gigi rahang atas, terutama pada proyeksi sekitar gigi insisivus sentral. 4 Pada radiografi periapikal dari gigi insisivus, batas inferior dari fossa aperture tampak sebagai garis radiopaque yang bilateral.4
2.2 Kondisi Patologis 2.2.1. Furcation Involvement / Lesi Furkasi
Gambar (13) tampak gambaran radiolucent pada bifurkasi gigi 36 Salah satu bentuk deformitas yang dapat terjadi pada tulang alveolar ialah furcation involvement. Penyakit periodontal yang progresif dapat menyebabkan tulang alveolar sekitar furkasi gigi molar sehingga tampak gambaran yang radiolucent di sekitar furkasi tersebut.4 Kehilangan tulang interradikular pada furkasi ini dapat terjadi pada bagian bukal, mesial, atau pun distal dari gigi. Bagian yang paling sering terkena ialah Molar satu rahang atas bagian mesial.4
2.2.2. Abses Periodontal Abses pada jaringan periodontal merupakan infeksi bakteri akut yang terlokalisir dan dibatasi oleh jaringan periodontal. Dari seluruh abses pada jaringan periodontal, abses periodontal merupakan yang paling penting, karena dinggap sebagai bentuk yang kronis dan sulit disembuhkan dari penyakit ini. Abses periodontal merupakan proses penghancuran yang terjadi di periodonsium, sehingga menghasilkan kumpulan pus yang
8
terlokalisir, berhubungan dengan kavitas oral melalui sulkus gingiva atau bagian periodontal lainnya dan tidak muncul dari pulpa gigi. Karakteristik yang paling penting dari abses periodontal meliputi: Akumulasi pus yang terlokalisir pada dinding gingiva di pocket periodontal; biasanya terjadi pada aspek lateral dari gigi; terdapat edema berwarna merah dan mengkilap pada gingiva; memiliki bentuk seperti kubah. 7
(14) Gambar (14) Pada gigi 21 tampak gambaran radiolusen berbatas difus yang meluas pada bagian mesial gigi.
2.2.3. Kalkulus Subgingiva
(15) Gambar (15) Terlihat gambaran radiografi gigi 34 pada daerah servikal terdapat kalkulus subgingival yang berbentuk seperti cincin mengelilingi daerah servikal Kalkulus gigi ialah endapan keras yang dibentuk oleh kalsifikasi plak gigi yang terutama terdiri dari mineral kalsium phosphate pada gigi dan ditutupi oleh lapisan plak yang tidak termineralisasi. Kalkulus berdasarkan lokasinya dibagi atas kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva. Pada gambaran radiografi kalkulus tampak radiopak, biasanya tampak tidak beraturan , proyeksi radiopak memanjang dari akar 9
proksimal permukaan. Kalkulus juga dapat tampak seperti cincin yang radiopak mengelilingi bagian servikal gigi.8 Untuk melihat adanya kalkulus tidak hanya dengan radiografi saja, tetapi juga dapat pemeriksaan lain, seperti perioscope, detector, dan diagnodent.9 2.2.4. Vertical Bone Loss pada Aggressive / Juvenile Periodontitis4 Periodontitis
juvenil
(periodontosis),
Localised
Juvenil
Periodontitis (LJP) adalah penyakit peridontal yang muncul pada masa pubertas. Gambaran klasik ditandai dengan kehilangan tulang vertikal yang hebat pada molar pertama tetap, dan mungkin pada insisif tetap. Biasanya, akumulasi plak sedikit dan mungkin tidak terlihat atau hanya sedikit inflamasi yang terjadi. Predileksi penyakit lebih banyak pada wanita dengan perbandingan wanita:pria 3:1. Bakteri yang terlibat pada tipe ini adalah Actinobacillus actinomycetemcomittans. Bakteri ini menghasilkan leukotoksin
yang bersifat toksis terhadap leukosit,
kolagenase, endotoksin, dan faktor penghambat fibroblas. Selain bentuk terlokalisir, juga terdapat bentuk menyeluruh yang mengenai seluruh gigigeligi.
Gambar (16) Tampak gambaran radiolucent yang meluas ke apikal pada bagain proksimal gigi 15,16,17,25,26,27 yang merupakan penurunan tulang alveolar secara vertical (gambar atas) serta gambaran radiolucent yang datar pada bagain proksimal gigi 45,46,47 dan 36,37 yang merupakan penurunan tulang alveolar secara horizontal
10
2.2.5. Alveolar Bone Loss10
Gambar (17) Tampak gambaran radiolucent yang meluas kea rah apeks pada distal dan mesial gigi 11 atau mesial gigi 21 Perubahan destruktif awal pada penyakit periodontal tidak dapat terlihat pada gambaran radiograf. Oleh karena itu, jika pada gambaran radiograf sudah terlihat perubahan pada jaringan periodontal maka hal tersebut menunjukkan bahwa penyakit tersebut sudah melampaui tahapan awal penyakit. Ada beberapa pola kerusakan tulang pada penyakit periodontal, yaitu: Kerusakan Tulang Horizontal, merupakan pola kehilangan tulang yang paling sering terjadi pada penyakit periodontal. Tinggi tulang berkurang, tetapi puncak tulang tetap horizontal (sejajar dengan bidang oklusal) dengan posisi puncak tulang yang lebih ke apikal beberapa milimeter dari garis CEJ. Kerusakan
Tulang
Vertikal
atau
Angular
Defect
yakni kerusakan tulang yang terjadi dalam arah miring atau vertikal. Kerusakan tulang ini biasanya terlokalisir pada 1 atau 2 gigi. Grade 1 jika kehilangan tulang masih minimal. Grade 2 kehilangan tulang sebagian. Grade 3 kehilangan tulang total tetapi masih tertutupi oleh jaringan lunak. Grade 4 kehilangan tulang total tetapi tidak tertutupi oleh jaringan lunak.
11
2.2.6.
Severe Bone Loss4
Gambar (17) Tampak gambaran radiolucent yang meluas ke arah apeks pada distal dan mesial gigi 11 atau mesial gigi 21 yang merupakan vertical bone loss setinggi 7,5 mm dari CEJ sehingga dikategorikan severe bone loss Kehilangan tulang alveolar dapat terjadi dalam berbagai bentuk, salah satunya ialah secara vertikal. Biasanya pada gambaran radiografi, akan tampak gambaran radiolucent pada proksimal gigi yang meluas ke arah apeks. Tingkat keparahan dari kehilangan tulang alveolar bergantung pada seberapa besar luasnya. Mild bone loss dikategorikan jika kehilangan tulang alveolar mencapai 1-2 mm, Moderate bone loss jika yang hilang lebih dari 2 mm, dan severe bone loss jika sudah melebihi moderate.
12
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan Pemeriksaan radiologi dental merupakan pemeriksaan yang sangat penting dalam mendiagnosis, menentukan prognosis, dan mengevaluasi hasil perawatan dari penyakit periodontal karena dengan rontgen kita dapat melihat dari bagian mulut kita sehingga tidak akan ada kesalahan dalam pemeriksaan namun, perlu diingat bahwa radiograf hanya merupakan pemeriksaan penunjang, bukan merupakan pemeriksaan pengganti dalam mendiagnosis penyakit periodontal.
3.2
Saran Setelah membaca makalah ini diharapkan kepada pembaca maupun penulis dapat memahami dengan baik tentang dental radiologi pada jaringan periodontal, variasi normal dan juga keadaan patologis pada rongga mulut.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Saputri D. Gambaran radiograf pada penyakit periodontal. Journal of Syiah Kuala Dent. 2018; 3(1): 16. 2. Mawaddah N, Arbianti K, W Niluh R. Perbedaan Indeks Kebutuhan perawatan periodontal (cpitn) anak normal dan anak tuna rungu. ODONTO Dental Journal. Juli 2017; 4(1): 44. 3. Sheikh Soheyl, Pallagatti Shambulingappa, Singla Isha, Gupta Rajesh, Aggarwal Amit, Singh Ravinder, Gupta Deepak. Survey of Dental Radiographical Practice in States of Punjab and Haryana in India. Journal of Investigative and Clinical Dentistry; 2014; 5: p. 72-7 4. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 6th Ed. St. Louis: Elsevier. 2009. pp. 154-7, 285-8. 5. Mishra,et al. Significance of Lamina Dura- A Review. Journal of Contemporary Medicine Surgery and Radiology. January-march 2017; 2(1): 1-4 6. Ardan R, Suhartina I,Rikmasari R, dkk. Ligamen periodontal sebagai pendukung gaya kunyah. Jurnal Dentofasial. 2011; 10(1) : 60-1 7. Punit Vaibhav Patel, Sheela Kumar G, Amrita Patel. Periodontal Abscess: A Review. Journal of Clinical and Diagnostic Research April 2011;5(2):404 8. Vijay G, Raghavan V. Radiology in periodontitis. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and Radiology Jan-Mar 2013;25(1):25. 9. Aghanashini S, Puvvalla B, Mundinaman D, Apoorva SM, Bhat D, Lalwani M. a Comprehensive review on dental calculus. Journal of Health Sciences and Research Jul-Des 2016;7(2):48. 10. Saputri et al J Syiah Kuala Dent Soc, 2018, 3 (1): 18-9
14