Makalah Cpob New.docx

  • Uploaded by: Irta Wati
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Cpob New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,583
  • Pages: 22
Makalah

SISTEM PENGOLAHAN AIR

OLEH KELOMPOK III NURHIKMAH A SAID ADE SRI DEVITA SARI MOKODOTO SITI MAGFIRA ANTULA IRNA NOVIANTI IBRAHIM IVORY SYAHRIANY LAHAY RAHMAWATI C. HALUSI IRTAWATI SULFANI DARWIS MAULINDA SAMUAL A.L. CARLOS JOHAN NADHIFUL TARISSA HOTLAN EFENDI SIREGAR MUTHI’AH ABIDAH VEBY YOLA RITA EVI NURSANTI TIO MARGARETHA

1843700047 1843700042 1843700011 1843700026 1843700189 1843700166 1843700113 1843700164 1843700239 1843700073 1843700254 1843700170 1843700117 1843700167 1843700222 1843700156 1843700139

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA FAKULTAS FARMASI JURUSAN PROFESI APOTEKER 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan penting dalam proses produksi dan kegiatan lain dalam suatu industri. Untuk itu diperlukan penyediaan air bersih yang secara kualitas memenuhi standar yang berlaku dan secara kuantitas dan kontinuitas harus memenuhi kebutuhan industri sehingga proses produksi tersebut dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya standar baku mutu untuk air bersih industri, setiap industri memiliki pengolahan air sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan industri. Karena setiap proses industri maupun segala aktivitas membutuhkan air sebagai bahan baku utama atau bahan penolong. Sistem Pengolahan Air (SPA) adalah suatu sistem untuk memperoleh air dengan kualitas yang dibutuhkan oleh setiap jenis obat yang dibuat dan memenuhi persyaratan monografi farmakope. Air memegang peran penting dan kritis dalam industri farmasi karena merupakan bahan awal untuk memastikan produksi obat yang bermutu dan aman bagi para pengguna. Karena perannya yang penting, SPA ini perlu didesain, dibuat, dicommissioning, dikualifikasi, dioperasikan dan dirawat dengan benar untuk mencapai tujuan penggunaannya. SPA perlu ditunjang sumber daya, teknologi maupun pemantauan sehingga penting untuk memperhatikan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) dan Cara Rekayasa Yang Baik atau Good Engineering Practice (GEP).

2.2 Tujuan Untuk mengetahui sistem pengolahan Air di Industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Air untuk produksi (Air Untuk Penggunaan Farmasi/APF atau Water For Pharmaceutical Use/WPU) memegang peranan penting dan kritis dalam industri farmasi. Hal ini disebabkan beberapa hal, antara lain : 1. Air merupakan bahan baku, dalam jumlah besar, terutama untuk produk sirup, obat suntik cair, cairan infus, dan lain-lain sehingga apabila tercemar, beresiko sangat fatal bagi pemakai. 2. Untuk memastikan produksi obat yang bermutu dan aman bagi para pengguna. Persyaratan mutu APF hendaklah ditetapkan berdasarkan karakteristik produk, proses produksi dan cara pemberian obat. untuk membantu pemili[an jenis air yang sesuai, monografi farmakope menyediakan persyaratan minimum untuk semua jenis APF. Industri farmasi hendaklah menetapkan persyaratan mutu air yang diperlukan

sesuai

monografi

farmakope

sebagai

persyaratan

minimum

berdasarkan karakteristik produk dan proses produksinya. Secara mendasar, industri farmasi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa air yang dipakai untuk memproduksi obat adalah tepat dan dapat dibuktikan handal untuk memproduksi produk yang aman. Mutu APF adalah spesifik untuk setiap bentuk sediaan obat. Dengan mempertimbangkan biaya dan kerbatasan lain, industri farmasi dapat membuat dan mendistribusikan beberapa atau mungkin hanya satu jenis mutu air, misal Air Murni. Pada tahap perencanaan SPA, hendaklah dilakukan kajian yang mendalam dengan mempertimbangkan kualltas air baku di mana lokasi industri farmasi berada atau sumber air pasokan, misai air sumur dalam, air yang diperoleh dari Perusahaan Air Minum (PAM). Beberapa parameter yang perlu diperhatikan, antara lain tingkat kesadahan, kadar silikat, zat yang terlarut dan tidak terlarut, dan sebagainya.

Dengan demikian desain yang perlu dikaji mencakup SPA (tahap awal dan/atau tahap akhir) yang tepat dan sesuai untuk memperoleh air dengan kualitas yang ditetapkan dan memenu hi perrsyaratan pada saat proses kualifikasi serta secara konsisten memenuhi persyaratan monograi farrnakope selama pemakaian dalam produksi. Sistem Pemurnian Air Sistem pemurnian air, kecuali untuk pembuatan WFI, sistem pemurnian air tidak ditetapkan dalam kompendia. Jadi Industri Farmasi masing-masing “bebas” untuk menentukan sistem mana yang paling sesuai dengan tujuan penggunaannya. Desain, konfigurasi dan tata letak peralatan pemurnian air, sistem penyimpanan dan distribusi harus mempertimbangkan hal-hal sbb: 1. Ketersediaan ruang untuk instalasi 2. Beban struktural dalam bangunan 3. Ketersediaan akses yang memadai (terutama untuk pemeliharaan dan pengawasan) 4. Kemampuan penanganan bahan kimia untuk regenerasi dan sanitasi secara aman.

Pengolahan Akhir Air Pasokan

Pengolahan Awal

Penghilangan Ion Primer

Penghilangan Ion Sekunder

Reverse Osmosis

Continous Electrodeionization

Mixed Bed Penuka Ion

Reverse Osmosis

Ultrafiltrasi

Penukar Ion

Mikrofiltrasi

Penukar Ion

Lampu UV

Polishing

Pengolahan Akhir Air Untuk Injeksi

Distilasi

Penukar Ion

Distilasi

Beberapa Pilihan Konsep Dasar dan Proses Desain Untuk SPA

Penyimpanan Air dan Distribusi (Air Murni/Air untuk Injeksi)

Terdapat tiga hal yang diatur di dalam sistem pengolahan air, yaitu Spesifikasi Mutu Air, Sistem Pemurnian Air dan Sistem Penyimpanan dan Distribusi Air. Spesifikasi Mutu Air Spesifikasi mutu air, secara garis besar Spesifikasi Mutu Air dapat dibagi menjadi beberapa “grade” sebagai berikut: 1. Air Pasokan (Feed Water) Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan boiler diperoleh dari air sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan asal air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami pencemaran oleh aktivitas penduduk dan kegiatan industri, oleh sebab itu perlu dilakukan pemurnian. 2. Air Murni (Purified Water) Air murni adalah air yang memenuhi persyaratan air minum, yang dimurnikan dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses lain yang sesuai. Tidak mengandung zat tambahan lain ( Farmakope Indonesia V halaman 56). 3. Air dengan Tingkat Pemurnian yang Tinggi (Highly Purified Water/HPW) High

Purified

Water

diolah

dari

Portable

Water.

yang

membedakannya dari Purified Water adalah HPW telah memenuhi standar/kriteria Water for Injections termasuk dalam jumlah endotoksi namun sistem pengolahan air yang digunakan dianggap kurang dapat diandalkan jika dibandingkan dengan destilasi. Metode yang biasanya digunakan untuk pengolahan Portable Water menjadi HPW adalah kombinasi dari Reverse Osmosis (RO), Deionisasi dan ultrafiltrasi. 4. Air Untuk Injeksi (Water for Injection/WFI) Air untuk produksi steril (water for injection/wfi) merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dan kritis dalam proses produksi produk-produk steril. Dalam produk steril, terutama obat suntik cair atau cairan infus (cairan irigasi), airr merupakan bahan baku, dalam

jumlah besar, sehingga apabial terjadi pencemaran, akan menimbulkan risiko fatal bagi pasien. Sistem Pemurniaan Air Pre Trearment Pengolahan awal (Pretreatment) dari proses pemurniaan air yang meliput 3 fase : 1. Fase I

Multimedia filter, berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel-partikel yang terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari beberapa filter dengan porositas 6-12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,61,2 mm. Filter-filter ini tersusun dalam satu vessel (tabung) dengan bagian bawah tabung diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel (sehingga sering juga disebut dengan sand filter). 2. Fase II

Klorinasi merupakan salah satu bentuk pengolahan air yang bertujuan untuk membunuh kuman dan mengoksidasi bahan-bahan kimia dalam air. Kadar sisa klor sebagai produk klorinasi dipengaruhi oleh beberapa bahan kimia yang bersifat reduktor terhadap klor yang mengakibatkan kadar sisa klor dalam air tidak cukup untuk membunuh bakteri. Metode Klorinasi pemberian klorin pada disenfeksi pada air dapat diakaukan melalui beberapa cara yaitu dengan pemberian : a.

Gas klorin, merupakan pilihan utama karena harganya murah, kerjanya cepat, efisien, dan mudah digunakan. Gas klorin harus digunakan secara hati-hati karena ini beracun dan dapat menimbulkan iritasi pada mata. Alat klorinasi berbahan gas klorin ini disebut sebagai chloronome equipments. Alat yang sering dipakai adalah paterson’s chloronome yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur gas klorin pada persedian air.

b.

Kloramin, dapat juga dipakai dan merupakan prsenyawaan lemah dari klorindan anaomia. Zat ini kurang memberikan rasa klorin pada air dan sisa klorin bebas di dalam air lebih persisten walau kerjanya lambat dan tidak ssuai untuk klorinasi dalam skala besar.

c.

Perkloron, sering juga disebut sebagai high test hypochlorite. Zat ini merupakan persenyawaan antara kalsium dan 65-75% klorin yang diepaskan didalam air.

3. Fase III Active Carbon filter, adalah karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang memiliki daya adsorbsi yang sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk granular (butiran). Active carbon berfungsi sebagai pre-treatment sebelum proses de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramine, benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa dalam air. Water Softener Adalah suatu proses yang berfungsi sebagai penurunan konsentrasi kalsium, magnesium, dan ion lainnya di dalam kategori air keras (hard water). 1. Fase I Water softener filter, metode yang dimanfaatkan biasanya mengandalkan cara penyerapan ion Mg2+ dan Ca2+ yang terkandung dalam air. Adapun proses yang dipakai yaitu dengan mengikat ion-ion tersebut pada sebuah molekul sehingga menghilangkan kemampuan ion tersebut dalam membentuk scale atau kerak maupun mengganggu kinerja dari deterjen. Penghilangan ini dapat dicapai melalui metode presipitasi dan pertukaran ion. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menghilangkan kesadahan air adalah dengan menggunakan Reverse osmosis dan Distilasi. Namun distilasi sendiri terbilang sangat mahal biayanya untuk kebanyakan kasus dari hardwater, untuk itu lebih banyak mengaplikasikan proses penyulingan dengan mengunakan water softener dengan resin kation. Tetapi ada hal yang harus diketahui pada saat kita mengunakan water softener, yaitu proses perawatan yang harus rutin.

Adapun cara pengoperasian unit dari water softener yaitu : a. Proses Filtrasi Di mana dalam proses tersebut, air terfiltrasi lalu menyaring dari bagian atas menuju bagian bawah lewat pertukaran ion kaion. Dalam proses tersebut unit pada softener filter bisa mengikat beberapa kadar kapur pada kandungan air. b. Proses Backwashing Dalam proses ini, terjadi proses pencucian sebuah media filter, di mana sudah tersumbat maupun sudah banyak tersumbat oleh kotoran didalam media filter dengan begitu mengurangi aliran air yang telah dihasilkan. Untuk itulah diperlukan metode backwashing. Biasanya proses backwashing sendiri perlu dilakukan sekitar 3-6 hari sekali tergantung pada kualitas air sumber yang ada, selain itu jika kondisi pada debit air menurun atau berkurang juga diperlukan proses backwashing. Dengan begitu hal tersebut mesti dilakukan backwashing dengan kontinu supaya kondisi dan kualitas air pun menjadi baik. Proses backwashing ini harus dilakukan hingga air output pada buangan tampak lancar dan bersih, kira-kira memerlukan waktu 30 menit untuk proses ini. c. Proses Regenerasi Proses regenerasi yaitu proses pengaktifan dari media resin kation dan media garam NaCl murni yang dialirkan. Caranya siapkan garam dapur atau NaCl murni sekitar 20% kemudian larutkan dalam air menggunakan tabung khusus lalu proses regenerasi pun dapat dilakukan. d. Proses Fast Rinse Merupakan proses akhir dari backwashing atau regenerasi. Untuk melakukan proses ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 15-30 menit hingga air buangan pun lancar. Dan biasanya merupakan proses pembilasan agar sisa garam dalam air dapat terbuang sempurna. 2. Fase II Reverse Osmosis, merupakan teknik pembuatan air murni (purified water) yang dapat menurunkn hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air.

Reverse osmosis terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron). 3. Fase III EDI (Elektonic De-Ionization), merupakan perkembangan dari Ion Exchange system dimana sebagai pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi. Setelah melewati EDI, selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam tanki penampungan (storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping system dan siap didistribusikan ke ruang produksi. Polishing Sistem Ultrafiltrasi Utrafiltrasi merupakan sebuah membrane semipermeable yang digunakan untuk menyaring partikel seperti: Koloid, Turbidity, Suspended solid, bacteria maupun segala macam molekul yang berukuran antara 0.1-0.01mikron. Ultrafiltrasi atau UF merupakan suatu metode penyaringan yang banyak digunakan saat ini. Dimana membrane ini memisahkan antara partikel kecil dan sebagian zat terlarut dengan air. Ozonisasi dan Penambahan Oksigen Ozon merupakan senyawa yang memiliki daya oksidasi kuat sehingga mampu membunuhmikroorganisme. Sejak beberapa decade terakhir, ozon telah dimanfaatkan dalam mengolah airminum di negara-negara Eropa. Pada awalnya, ozon digunakan sebagai zat pengoksidasi kuatuntuk menghilangkan rasa, bau dan warna. Ozon sebagai oksidator saat ini digunakan sebagaidisinfektan utama untuk membunuh atau menginaktivasi mikroorganisme patogen danmengoksidasi zat beri dan mangan, senyawa penyebab rasa dan bau, warna, zat organik,deterjen, fenol, serta zat organic lainnya. Sebagai desinfektan, ozon dapat dengan cepatmembunuh virus, bakteri dan jamur (Said, 2007). Salah satu aplikasi ozon di lapangan

adalahsebagai

desinfektan

air,

khususnya

penyediaan

air

minum.Pencemar air yang sering mengganggu masyarakat pedesaan atau perkotaan adalah adanya bakteri E.Coli. Air untuk injeksi Water for injection (WFI) adalah air yang dimaksudkan untuk penggunaan produksi obat yang diberikan secara parenteral dimana pelarutnya adalah air, atau air yang digunakan untuk melarutkan atau mengencerkan zat atau preparasi untuk pemberian parenteral. WFI merupakan air kualitas tertinggi yang digunakan di industri farmasi. Air ini dalam bentuk bulk disebut pyrogen free water dan bila telah disterilisasi disebut sterilised water for injection. Pyrogen adalah substansi yang

bila

di injeksikan

ke

mamalia

(termasuk

manusia)

akan

menyebabkan demam. Persyaratan Water For Injection (WFI) menurut standar BP (2001) dan EP (2002): a. Total karbon organic tidak boleh lebih dari 0,5 mg/L. kemudian bila 25 ml air untuk injeksi ditambahkan kalsium hidroksida LP maka selama 5 menit hams tetap jernih. b. Klorin tidak boleh lebih dari 0,5 ppm kemudian bila 100 ml air untuk injeksi ditambahkan 1 ml perak nitrat LP, maka setelah didiamkan 5 ml hams tetap tidak berwama dan jemih. c. Amenia tidak boleh dari 0,1 ppm. Kemudian bila 50 ml air untuk injeksi yang ditambahkan 2 ml kalsium raksa (II) iodida LP dalam suasana alkalis dan dilihat dalam tabung Nessler maka tidak memperlihatkan pewamaan yang lebih kuat dari pada pewamaan yang diberikan 50 ml air yang

bebas amoniak P setelah penarnbahan 2 ml pereaksi Nessler LP dan

diperiksa pada keadaan yang sarna. d. Nitrat boleh lebih dari 0,2 ppm. Kemudian 5 ml air untuk: injeksi tidak boleh memberikan wama biru pada batas permukaan setelah dituangkan dengan hati- hati kedalarn 5 ml difenilalamina LP. e. Logam

berat

(Cu,

Fe,

Pb)

tidak

boleh

lebih

dari 0,1 ppm.

Kemudian bila 100 ml air untuk injeksi ditambahkan 1 tetes larutan natrium sulfide LP, maka harus tetap jernih dan tidak berwarna.

f. Oksidator tidak lebih dari 5 ppm. Kemudian bila 100 ml air untuk injeksi dididihkan selama 3 menit serta ditambahkan 10 ml asam sui fat encer P dan 0,5 ml kalium permanganat 0,01 N maka tidak menghilangkan sarna sekali warna larutan. g. Bebas pirogen h. pH 5,0 - 7,0. pemeriksaan dengan 10 ml air untuk injeksi dengan ditambahkan 2 tetes larutan merah metal LP tidak boleh memberikan warna merah kemudian 10 ml air untuk injeksi dengan ditambahkan 5 tetes larutan biru bromtimol LP tidak boleh memberikan warna biru. Pengolahan

air

untuk

injeksi

(Water For Injection/WFI)

berasal

dari

purified water system, yang selanjutnya dilakukan destilasi (penyulingan) dengan terlebih dahulu melewati lampu UV untuk membunuh bakteri. Purified water system merupakan sistem pengolahan air yang dapat menghilangkan berbagai cemaran (ion, bahan organik, partikel, mikroba dan gas) yang terdapat di dalam air yang akan digunakan untuk produksi. Pengolahan air dapat diperoleh dari air PDAM (city water), Shallow well (sumur dangkal) dengan kedalaman 10-20 m, atau berasaldari Deep well (sumur dalam) dengan kedalaman 80-150 m. Variasi mutu dari pasokan air mentah (raw water) yang memenuhi syarat ditentukan dari target mutu air

yang

akan

dihasilkan.

Demikian

pula

mutu

air

menentukan peralatan yang diperlukan untuk pengolahan air tersebut. Purified water system terdiri dari: Multimedia filter, Carbon filter, Water softener Heat Exchanger (HE), Micro filter, Ultra filteration (R.O = Reverse Osmosis), dan Electro De-Ionization (EDI). Sistem Penyimpanan dan Distribusi Air Sistem penyimpanan dan distribusi air, merupakan salah satu bagian penting dari seluruh sistem, dan harus dirancang terintegrasi sepenuhnya dengan komponen sistem pemurnian air. Sistem penyimpanan dan distribusi harus dikonfigurasikan untuk mencegah kontaminasi berulang terhadap air setelah pengolahan. Konfigurasi ini harus menerapkan kombinasi pemantauan online dan offline untuk menjamin spesifikasi air yang tepat dipertahankan. Selanjutnya, setelah air dimurnikan dengan menggunakan metode yang sesuai, dapat

digunakan secara langsung atau lebih sering, disalurkan ke dalam tangki penyimpanan untuk didistribusikan ke titik pengguna. Teknik pengendalian biokontaminasi, salah satu permasalah yang harus mendapat perhatian serius selama penyimpanan dan distribusi air adalah masalah pengendalian proliferasi mikroba. Terdapat beberapa teknik yang digunakan terpisah atau, lebih sering, dalam kombinasi, yaitu: 1. Mempertahankan sirkulasi aliran turbulen secara kontinu dalam sistem distribusi air untuk mengurangi kecenderungan pembentukan biofilm 2. Desain sistem yang memastikan pipa sependek mungkin 3. Dalam sistem bersuhu ambien, pipa dilindungi terhadap pengaruh pipa panas yang berdekatan 4. Deadlegs pada instalasi pipa lebih kecil dari tiga kali diameter pipa cabang 5. Pengukur tekanan dipisahkan dari sistem dengan membrane 6. Penggunaan katup diafragma yang higienis 7. Sistem

pemipaan

dipasang

dengan

kemiringan

tertentu

untuk

memungkinkan pengosongan “drainable” 8. Penghambatan pertumbuhan mikroba dengan cara berikut: – radiasi ultraviolet dalam sistem pemipaan; mempertahankan pemanasan sistem (pada suhu acuan > 65⁰C); sanitasi sistem secara berkala menggunakan air panas (pada suhu acuan >70⁰C) atau air panas superheated atau uap murni; dan sanitasi rutin secara kimiawi menggunakan ozon atau bahan kimia yang cocok. Jika digunakan sanitasi kimiawi, penting untuk membuktikan residu bahan kimia telah dihilangkan sebelum air digunakan. Ozon dapat dihilangkan secara efektif menggunakan radiasi ultraviolet pada panjang gelombang 254nm yang jam penggunaannya diperiksa secara berkala.

Kualifikasi dan Validasi Sistem Pengolahan Air Sistem Pengolahan Air merupak sistem kritis yang berdampak langsung terhadap mutu, sehingga parameter mutu kritis sistem tersebut harus dikualifikasi. Kualifikasi yang akan dilakukan harus mengikuti kaidah validasi yang mencakup Kualifikasi Desain (KD), kualfikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi Kinerja (KK) sesuai dengan Pedoman CPOB. KD, KI dan KO sangat tergantung dari masing-masing sistem yang diinstall oleh masing-masing industri farmasi, sehingga Juknis CPOB tidak memberikan guideline yang spesifik. juknis CPOB (dan juga POPP CPOB) hanya memberikan guideline mengenai pelaksanaan KK (kualifikasi Kinerja) dengan pendekatan 3 fase, yaitu fase 1, fase 2 dan fase 3. Berikut ringkasan pelaksanaan KK 3 fase :

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan 1. Sistem Pengolahan Air (SPA) adalah suatu sistem untuk memperoleh air dengan kualitas yang dibutuhkan oleh setiap jenis obat yang dibuat dan memenuhi persyaratan monografi farmakope. 2. Terdapat tiga hal yang diatur di dalam sistem pengolahan air, yaitu spesifikasi mutu air, sistem pemurnian air dan sistem penyimpanan dan distribusi air. 3. Secara garis besar Spesifikasi Mutu Air dapat dibagi menjadi lima grade, yaitu Air Pasokan (Feed Water), Air Murni (Purified Water), Air dengan Tingkat Pemurnian yang Tinggi (Highly Purified Water/HPW), Air Untuk Injeksi (Water for Injection/WFI) dan Air dengan Mutu Tertentu untuk Proses dan Pembuatan Bentuk Sediaan. 4. Sistem Pemurnian Air, kecuali untuk pembuatan WFI tidak ditetapkan dalam kompendia. Desain, konfigurasi dan tata letak peralatan pemurnian air, sistem penyimpanan dan distribusi harus mempertimbangkan empat hal, yaitu Ketersediaan ruang untuk instalasi, Beban struktural dalam bangunan,

Ketersediaan

akses

yang

memadai

(terutama

untuk

pemeliharaan dan pengawasan) dan Kemampuan penanganan bahan kimia untuk regenerasi dan sanitasi secara aman. 5. Purified water system terdiri dari Multimedia filter, Carbon filter, Water softener, Heat Exchanger (HE), Micro filter, Ultra filtration (R.O = Reverse Osmosis), dan Electro De-Ionization (EDI). 6. Sistem penyimpanan dan distribusi air, merupakan salah satu bagian penting dari seluruh sistem, dan harus dirancang terintegrasi sepenuhnya dengan komponen sistem pemurnian air. Sistem penyimpanan dan distribusi harus dikonfigurasikan untuk mencegah kontaminasi berulang terhadap air setelah pengolahan. Konfigurasi ini harus menerapkan kombinasi pemantauan online dan offline untuk menjamin spesifikasi air yang tepat dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA BPOM RI. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: BPOM RI BPOM RI. 2012. Petunjuk Teknis Sarana Penunjang Kritis Industri Farmasi. Jakarta: BPOM RI

Lampiran 1 Bagan Pengolahan Alir

Lampiran 2 Berikut adalah sebagian persyaratan spesifikasi mutu macam-macam air yang digunakan: Purified Water

Highly Purified Water

Ph. Eur. + USP

Ph. Eur.

≤ 1.3 µS/cm < 500 ppb < 100 cfu/ml -

≤ 1.3 µS/cm 0.1 ppm 0.2 ppm < 500 ppb < 10 cfu/ml < 0.23 Eu/ml

Information Conductivity at 25⁰C Heavy metals Nitrate Total organic carbon Microbial limit Endotoxines

Water For Injection Ph. USP Eur. ≤ 1.3 µS/cm 0.1 ppm 0.1 ppm < 500 ppb < 10 cfu/ml < 0.23 Eu/ml

Lampiran 3 Penggunaan dari masing-masing air untuk sediaan steril adalah sbb: Sediaan Parenteral volume besar

Kualitas Air Air untuk injeksi

Parenteral volume kecil

Air untuk injeksi

Tetes mata dan telinga

Air murni, filter 0.22 µm

Sistem Distribusi Hot loop system

 Hot loop system  Betalaktam dan non betalaktam dipisah

Loop system

Batasan Terkualifikasi Bila tidak menggunakan loop system, harus ditampung segar dan penyimpanan tidak lebih dari 24 jam tervalidasi Bila tidak menggunakan loop system, harus ditampung segar dan penyimpanan tidak lebih dari 24 jam tervalidasi

Keterangan Syarat TOC dan conductivity pada user points

Feed water: air murni

Syarat conductivity pada user points

Lampiran 4 Penggunaan dari masing-masing air untuk sediaan non steril adalah sbb: Sediaan

Sirup, krim (a/m dan m/a), gel, cairan obat luar

Sediaan padat, suppositoria, ovula & salep

Pembilasan akhir

Kualitas Air

Air murni

Air murni

Air murni

Sistem Distribusi

Batasan

Loop system

Terkualifikasi

 Boleh tanpa Loop  Loop untuk non Betalaktam  Betalaktam dan non Betalaktam dipisah

 Terkualifikasi  Sanitasi berkala  Syarat mikroba: max. 100 cfu/ml  Tidak ada E. Coli dan Salmonella sp/100 ml

Keterangan  Jika tidak menggunakaan Loop system, air tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam  Saring dengan filter bakteri 0,45 µm

Syarat conductivity pada user points

Lampiran 5 Ringkasan pelaksanaan kualifikasi kinerja sistem pengolahan air dengan pendekatan 3 fase, yaitu fase 1, fase 2 dan fase 3 3 fase:

Kualifikasi kinerja fase 1

Min. 2 - 4 minggu

Frekuensi Pengambilan Sampel Tiap hari di tiap titik pemantauan

Kualifikasi kinerja fase 2

Min. 2 - 4 minggu

Tiap hari di tiap titik pemantauan

Kualifikasi kinerja fase 3

Min. 52 minggu

Tiap hari dan dalam seminggu secara bergilir harus mencakup semua titik pemantauan. Titik pemantauan, frekuensi dan jenis pengujian sampel dapat dikurangi berdasarkan hasil pemantauan pada fase 1 dan fase 2

Fase Validasi

Durasi

Keterangan  Pada fase ini air belum boleh digunakan untuk produksi  Parameter pengujian kimia dan mikrobiologi  Tujuan:  Menetapkan parameter sistem pengolahan air termasik titik pengambilan sampel  Menetapkan prosedur pengoperasian, pembersihan, sanitasi dan perawatan  Menetapkan batas waspada dan batas tindakan  Pada fase ini air boleh digunakan bila memenuhi spesifikasi yang ditetapkan  Parameter pengujian kimia dan miktobiologi  Tujuan: memverifikasi parameter operasional yang ditetapkan pada fase 1  Pada fase ini air boleh digunakan bila memenuhi spesifikasi yang ditetapkan  Parameter pengujian kimia dan mikrobiologi  Tujuan: memastikan konsistensi kinerja selama 1 tahun yang mencakup variasi karena pergantian musim

lampiran 6 Peralatan Air untuk Injeksi

Sistem Ultrafiltrasi

Ozonisasi

Related Documents

Makalah Cpob New.docx
November 2019 4
Makalah Cpob Kel 1.docx
November 2019 8
Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62

More Documents from ""

Makalah Cpob New.docx
November 2019 4
Cv.pdf
August 2019 50
Sop Komite Medis.docx
May 2020 29
Cv.pdf
August 2019 40
Pengumuman.pdf
October 2019 19