Makalah Bu Wulan Persalinan Kelompok 4.docx

  • Uploaded by: Dyahayu EvieNovie Yanti
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Bu Wulan Persalinan Kelompok 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,201
  • Pages: 27
TUGAS MAKALAH “ASUHAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR”

Dosen Pengampu : Retno Wulan, S.S.T.,Keb Disusun Oleh : 1. Diah Ayu. E.N

(1216007)

2. Lilis Fitriana

(1216009)

3. Mayasari

(1216010)

4. Mareta Catur P.H

( 121)

5. Widyaningsih

( 121)

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN AKADEMIK 2017/2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah bekerja sama dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pati, 15 September 2017

Penyusun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI........................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... A. Latar Belakang .................................................................................. B. Tujuan ............................................................................................... C. Rumusan masalah.......................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... A. Pemotongan Tali Pusat…………………………………................. B. Penilaian awal pada bayi segera setelah lahir .................................... C. Bounding Attachment ........................................................................ D. Pemberian ASI awal...................................................................… E. Pemberian Vit K, Hb 0, Tetes mata.............................................. F. Pengukuran Antropometri............................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................ A. Kesimpulan ........................................................................................ B. Saran ................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada masa sekarang ini Indonesia masih menghadapi berbagai kendala dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) khususnya dalam bidang kesehatan. Kendala tersebut tampak antara lain dari masih tingginya kelahiran dan kematian neonatal. Setiap tahun diperkirakan ada sejumlah 4.608.000 bayi dilahirkan dan 100.454 diantanya ternyata meninggal dunia pada masa neonatal atau sebelum usia 1 bulan. Dengan kata lain setiap 5 menit satu bayi meninggal di Indonesia oleh bebagai sebab. ( Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir,2003:41) Periode neonatal merupakan suatu periode yang krisis nantinya akan memperngaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi bahkan sampai dewasa. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kematian. (Mochtar Rustam, 1998:119) Perugas kesehatan khususnya bagi penolong persalinan harus lebih memperhatikan bahwa bati baru lahir adalah suatu individu yang utuh. Menolong kelahiran bayi terampil memberikan Asuhan yang seksama akan membantu bayi melalui proses adaptasi dengan baik sehingga akan menjadi bayi yang sehat sebagi curahan harapan orang tua, bangsa dan Negara.

B. Tujuan 1. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang pemotongan tali pusat 2. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang penilaian awal pada bayi segera setelah lahir 3. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang bounding attachment 4. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang pemberian ASI awal 5. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang pemberian vit. K, hb 0, dan tetes mata 6. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang pengukuran antropometri

C. Rumusan Masalah Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai : 1. Menjelaskan tentang pemotongan tali pusat 2. Menjelaskan tentang peniaian awal pada bayi segera setelah lahir 3. Menjelaskan tentang bounding attachment 4. Menjelaskan tentang pemberian ASI awal 5. Menjelaskan tentang vit. K, Hb 0, dan tetes mata 6. Menjelaskan tentang pengukuran antropometri

BAB II TINJAUAN TEORI

Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu, lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 25004000 gram serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan ekstrauteri. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005). Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Dona L. Wong, 2003). Ciri-ciri bayi baru lahir 1) Berat badan 2500 – 4000 gram 2) Panjang lahir 48 – 52 cm 3) Lingkar dada 30 – 38 cm 4) Lingkar kepala 33 – 35 cm 5) Lingkar lengan 11-12 6) Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit 7) Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup. 8) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna 9) Kuku agak panjang dan lemas 10) Nilai APGAR >7 11) Gerakan aktif 12) Bayi lahir langsung menangis kuat 13) Genetalia :  Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang.  Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang berlubang ,serta labia mayora menutupi labia minora. 14) Refleks rooting ( mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut)sudah terbentuk dengan baik. 15) Refleks sucking sudah terbentuk dengan baik.

18) Refleks grasping sudah baik 19) Refleks morro 20) Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama

Tahapan Bayi Baru Lahir 1) Tahap I terjadi segera setelah lahir ,selama menit –menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan system scoring APGAR untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu. 2) Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas .Pada tahan II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adannya perubahan perilaku. 3) Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

Definisi Asuhan Segera Pada Bayi Segera Setelah Lahir Bidan harus mengetahui kebutuhan transisional bayi dalam beradaptasi dengan kehidupan diluar uteri sehingga ia dapat membuat persiapan yang tepat untuk kedatangan bayi baru lahir. Adapun asuhannya sebagai berikut (Fraser Diane, 2011): 1. Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi baru lahir, melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit dari ibu ke bayi, membedong bayi dengan handuk yang kering. 2. Membersihkan jalan nafas. 3. Memotong tali pusat. 4. Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa gelang nama maupun kartu identitas. 5.

Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan kelima setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan dengan menggunakan nilai Apgar.

Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir 1. Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir Komponen asuhan BBL meliputi :  Pencegahan Infeksi  Penilaian segera setelah lahir  Pencegahan Kehilangan Panas Tubuh Bayi

 Perawatan Tali Pusat  Inisiasi Menyusui Dini  Manajemen Laktasi  Pencegahan Infeksi Mata  Pemberian Vitamin K  Pemberian Imunisasi BBL  Pemeriksaan BBL

A. PEMOTONGAN TALI PUSAT Fisiologi Tali Pusat Pada Janin Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Pembentukan tali pusat Mesoderm connecting stalk memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat.Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion. Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal (2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut Wharton’s jelly (Marjono, 2007). Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta.

Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral. Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2 cm. Hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang sering. Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan. Stuktur Tali Pusat Amnion : Menutupi funiculus umbicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ektoderm. Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu : - Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale. - Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan. Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah

penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis. Fungsi Tali Pusat Fungsi tali pusat yaitu : Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis. Sirkulasi Tali Pusat Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan. Pemotongan Tali Pusat Fenomena yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini antara lain tingginya angka morbiditas maupun mortalitas pada bayi. Salah satunya yang disebabkan karena Asfiksia, Hyperbillirubinemia / icterik neonatorum selain itu juga meningkatnya dengan tajam kejadian autis pada anak-anak di Indonesia tahun ke tahun tanpa kita tahu pemicu penyebabnya. Salah satu asumsi penyebab sementara atas kasus fenomena diatas adalah karena adanya ICC (Imediettly Cord Clamping) di setiap persalinan (standart di Indonesia menggunakan 58 langkah Asuhan Persalinan Normal) yaitu 2 menit setelah bayi lahir. Berikut journaljournal yang meneliti hal tersebut. Kinmond, S. et al. (1993). Umbilical Cord Clamping and preterm infants: A randomized trial. BMJ 306 (6871): 172-175. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pada bayi premature, ketika pemotongan tali pusat ditunda paling sedikit 30 detik atau lebih, maka bayi akan : 1. Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk transfuse darah

2. Terbukti sedikit mengalami gangguan pernafasan 3. Hasil test menunjukkan tingginya level oksigen 4. Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan dengan bayi yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir 5. Mengurangi resiko perdarhan pada kala III persalinan 6. Menunjukkan jumlah hematocrit dan hemoglobin dalam darah yang lebih baik.

Pengekleman tali pusat secepatnya akan mengambil darah bayi 54-160 cc, yang artinya setengah lebih volume darah total bayi. Pengkleman sebelum bayi bernafas mengakibatkan suplai darah ke paru – paru berkurang sehingga terjadi hipovolemi. Pengkleman tali pusat secepatnya juga meningkatkan resiko bayi terkena anemia. Penundaan pengkleman tali pusat akan meningkatkan status hematologi bayi hingga umur 2 tahun. Penundaan pengkleman tali pusat pada bayi premature selama 30 detik terbukti mengurangi kebutuhan bayi untuk transfusi, mengurangi resiko retraksi distress syndrome dan member suplai oksigen yang lebih banyak bagi bayi. Hal ini mengindikasikan peningkatan harapan hidup dibanding pengkleman tali pusat segera. Beberapa studi menunjukan adanya peningkatan polisitemia bila tali pusat segera diklem, yang menyebabkan hiperviskositas darah dan memberi kontribusi pada pengurangan hemoragic post partum. (The umbilical chord.www.midwiferytoday.com ). Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa dengan penundaan pemotongan tali pusat dapat: 1.

Peningkatan kadar hematokrit dalam darah.

2.

Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah.

3.

Penurunan angka Anemia pada bayi

4.

Penurunan resiko jaundice/bayi kuning

Memotong tali pusat sedini mungkin sudah menjadi kebiasaan dalam praktek obstetrik memulai kurang lebih 20 tahun yang lalu. Angka kelainan mental ringan dewasa ini terus menurus meningkat, dari tahun 2004 terdapat 475.000 penyandang autis di Indonesia . Ditengarai, setiap hari satu dari 150 anak yang lahir menderita autis. Padahal, pada tahun

1970-an anak penyandang autis satu dibanding 10.000 kelahiran. (Biro Sensus Amerika 2004) Cara pemotongan tali pusat Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke 26 sampai dengan 28 berikut ini : o Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. o Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. o Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. o Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. (JNPKR, Depkes RI, 2004).

Perawatan Tali Pusat Perawatan

adalah

proses

perbuatan,

cara

merawat,

pemeliharaan,

penyelenggaraan(Kamisa, 1997). Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Yang penting,pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup , tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa. Bila bayi menggunakan popok sekali pakai, pilihlah yang memang khusus untuk bayi baru lahir (yang ada lekukan di bagian depan). Dan jangan kenakan celana atau jump-suit pada bayi . Sampai tali pusatnya puput, kenakan saja popok dan baju atasan. Bila bayi menggunakan popok kain, jangan masukkan baju atasannya ke dalam popok. Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan lepas (Paisal, 2007).

Fisiologi Lepasnya Tali Pusat Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950an sampai dengan tahun 1960an dimana pada saat itu angka infeksi pada proses kebidanan sangat tinggi. Akan tetapi pada beberapa Negara berkembang masih sering dijumpai terjadinya infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis baru telah diperkenalkan. Selain infeksi, pendarahan pada tali pusat juga dapat berakibat fatal. Akan tetapi pendarahan dapat dicegah dengan melakukan penjepitan tali pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi. Peralatan yang digunakan dalam pemotongan tali pusat juga sangat berpengaruh dalam timbulnya penyulit pada tali pusat. Saat dipotong tali pusat terlepas dari suply darah dari ibu. Tali pusat yang menempet pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih. Cara – cara perawatan tali pusat

Berikut cara - cara perawatan tali pusat : 1.Perawatan Tali Pusat Kering Perawatan tali pusat kering adalah Tali pusat dibersihkan dan dirawat serta dibalut kassa steril , tali pusat dijaga agar bersih dan kering tidak terjadi infeksi sampai tali pusat kering dan lepas (Depkes RI, 1996 ). Cara perawatan tali pusat kering adalah : 1) Siapkan alat-alat 2) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat 3) Tali pusat dibersihkan dengan kain kasa. 4) Setelah bersih, tali pusat dibungkus dengan kain kasa steril kering. 5) Setelah tali pusat terlepas / puput, pusat tetap diberi kasa steril. Cara perawatan tali pusat kering adalah dengan membungkus tali pusat dengan kasa dan mengkondisikan tali pusat tetap kering. Jika tali pusat berbau diberi gentian violet (Marjono, 2007 ).

2. Perawatan Tali Pusat Basah Tujuan dari perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan meningkatkan pemisahan tali pusat dari perut. Dalam upaya untuk mencegah infeksi dan mempercepat pemisahan, banyak zat yang berbeda dan kebiasaan-kebiuasaan yang telah digunakan untuk perawatan tali pusat ini. Hanya dari beberapa penggunaannya yang telah dipelajari dengan baik. Zat-zat seperti triple dye, alkohol dan larutan chlorhexidine sepintas lalu dianggap mencegah infeksi namun ditemukan belum bekerja dengan baik. Selain itu, ketika para ibu merawat bayi mereka di dalam kamar mereka daripada di dalam ruang perawatan, tingkat infeksi tali pusat terendah terjadi (Hasselquist, 2006:53). Cara perawatan tali pusat basah adalah : 1) Siapkan alat-alat 2) Selalu cuci tangan Anda sampai bersih sebelum mulai melakukan perawatan tali pusat. 3) Kemudian, bersihkan tali pusat dengan alkohol. 4) Tutupi dengan kasa steril yang diberi alkohol dan menggantinya setiapkali usai mandi, berkeringat, terkena kotor, dan basah. 5) Segera bawa ke bidan / dokter jika mencium bau tidak sedap dari tali pusatbayi yang belum lepas.(Solahuddin, 2006).

3. Perawatan tali pusat terbuka Prinsip perawatan tali pusat terbuka adalah bersih, kering dan tidak diberi tutup apapun setelah itu bayi lansung diberi pakaian. Cara merawat tali pusat terbuka adalah 1) Selalu cuci tangan Anda sampai bersih sebelum mulai melakukan perawatan tali pusat. 2) Langsung tutup dengan pakaian bayi, bila tali pusat kotor , Bersihkan tali pusat dengan air dan sabun. 3) Keringkan tali pusat dengan kain.

Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat Tali pusat bayi berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali tali pusat plastik digunakan pada tali pusat untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketka tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan

mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu. Umumnya orangtua baru agak takut-takutmenangani bayi baru lahirnya, karena keberadaan si umbilical stump ini. Meski penampakannya sedikit ’mengkhawatirkan’, tetapi kenyataannya bayi Anda tidak merasa sakit atau terganggu karenanya (Hasselquist, 2006:53). Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, dan/atau bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat (Paisal, 2007). Lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari, normal jika antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari (Paisal, 2007).

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa ha diantaranya adalah : 1.Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak daun-daunan, kopi dan sebagainya (Ellen,2006). 2. Cara perawatan Tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang Dibersihkan dengan air dan sabun dan dibiarkan terbuka cenderung lebih cepat puput (lepas) dari pada tali pusat yang dibersihkan dengan kasa steril dan alcohol. 3. Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. 4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus, Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.

B. PENILAIAN AWAL PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR Penilaian Bayi Baru Lahir  Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan berikut:  Apakah bayi cukup bulan?  Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?  Apakah bayi menangis atau bernafas?  Apakah tonus otot bayi baik?  Jika bayi tidak cukup bulan dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidaK menangis atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah resusitasi. Untuk BBL yang langsung menangis atau bernafas spontan dan teratur dilakukan asuhan BBL normal.

C. BOUNDING ATTACHMENT Pengertian bounding attachment Bounding attachment terjadi pada kala IV dimana diadakan kontak antara ibu-ayahanak dan berada dalam ikatan kasih. Pengertian Bounding Attachment menurut beberapa ahli yaitu : a.

Menurut Klause dan Kennel (1983) adalah interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.

b. Nelson (1986), bounding : dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab. c.

Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: Jadi bisa kita simpulkan Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan), jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. dimulai pada kala III sampai dengan postpartum. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.

Prakondisi yang mempengaruhi ikatan / Bounding Attachment (Mercer, 1996) yaitu :

 Suatu tingkat ketrampilan dalam berkomunikasi dan dalam memberi asuhan yang kompeten.  Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.  Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan  Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.  Kedekatan orangtua dengan bayi  Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.  Kecocokan orangtua denagn bayi ( termasuk keadaan, temperamen dan jenis kelamin)  Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik. Namun demikian peran kehadiran seorang ayah dan anggota keluarga yang lain juga dibutuhkan dalam perkembangan psikologis anak yang baik nantinya. Beberapa hal yang dapat dilakukan seorang laki-laki dalam proses perubahan peran menjadi seorang ayah, diantaranya : 1. Ketika ibu hamil, seorang suami akan merasa bangga karena dia akan mempunyai keturunan dan dia akan menjadi seorang ayah. 2. Ketika bayi lahir, maka suami akan merasa bahagia dan juga perhatian yang disebabkan oleh :  cemas akan biaya persalinan dan perawatan bayinya kelak  kekhawatiran adanya kecacatan pada bayinya, antara lain: kecewa, gelisah tentang bagaimana perawatan bayi dan bagaimana nasibnya kelak, dan lain sebagainya.

 Gelisah tentang kemampuan merawat dan mendidik anaknya (pesimis akan keberhasilannya sebagai seorang ayah)  Harapan orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, khususnya maasalah jenis kelamin. Tahap-Tahap Bounding Attachment 1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya. 2. Bounding (keterikatan) 3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain. Elemen-Elemen Bounding Attachment 1. Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. 2. Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982). 3. Suara – Saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. 4. Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985). 5. Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendangnendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif. 6. Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi

mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar. 7. Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua–anak. Penelitian belum dapat membuktikan bahwa kontak dini merupakan hal yang penting untuk hubungan orangtua-anak. Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini : 1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat. 2. Reflek menghisap dilakukan dini. 3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai. 4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak , body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal). Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan Bounding Attachment : a) Menit pertama jam perrtama b) Sentuhan orangtua pertama kali c) Adanya ikatan yang baik dan sistematis d) Terlibat proses persalinan e)

Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu serta memberi rasa nyaman.

f)

Fasilitas untuk kontak lebih lama

g) Perawat maternitas khusus (bidan) h) Libatkan anggota keluarga lainnya i)

Informasi bertahap mengenai bonding attachment

Dampak positif bounding attachment 1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social 2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi 3. Hambatan bounding attachment 4. Kurang support sistem 5. Ibu dengan risiko 6. Bayi dengan risiko

7. Kehadiaran bayi yang tidak diinginkan Hambatan Bounding Attachment 1. Kurangnya support sistem. 2. Ibu dengan resiko (ibu sakit). 3. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik). 4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan. Cara untuk melakukan Bounding Attachment ada bermacam-macam antara lain: 1) Pemberian ASI ekslusif Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir atau yang biasa disebut dengan IMD (Inisiasi Menyusu Dini), secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini 1.Untuk bayi a. Kehangatan Christensson et al, (1992) melaporkan bahwa dibandingkan bayi-bayi yang diletakan dalam boks ternyata bayi-bayi yang kontak kulit dengan kulit ibunya mempunyai suhu tubuh yang lebih hangat dan stabil. b. Kenyamanan Ternyata bayi-bayi yang dilakukan inisiasi dini lebih jarang menangis dibandingkan dengan bayi-bayi yang dipisahkan dari ibunya. c. Kualitas perlekatan Di banding bayi yang dipiosahkan dari ibunya, bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini mempunyai kemampuan perlekatan mulut yang lebih baik pada waktu menyusu. 2.Untuk ibu Pelepasan plasenta yang lebih cepat akan mengurangi resiko terjadinya pendarahan. Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu

:

1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan).

2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi. 3. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan. 4. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan makanan. 5. Asi yang pertama (colostrum) mengandung beberapa Antibodi yang dapat mencegah infeks pada bayi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi. 6. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi. 7. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan. 8. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena: 1. Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu. 2. Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia. 3. Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar. 2) Rawat gabung Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri

dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.

D. PEMBERIAN ASI AWAL Pemberian ASI Awal / Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Bayi normal disusui segera setalah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu atau dua menit pada setiap payudara ibu. Dengan adanya reflex sucking (mengisap) pada bayi menyebabkan terjadi perangsangan terhadap pembentuka air susu ibu yang secara tidak langsung rangsangan isap membantu mempercepat pengecilan uterus. Walaupun air susu ibu yang berupa kolostrum itu hanya dapat diisap beberapa tetes, ini sudah cukup untuk kebutuhan bayi dalam hari-hari pertama. Kadang-kadang ibu keberatan untuk menyusui bayinya dengan alasan asi belum keluar. Dalam hal ini ibu harus diberi penjelasan sebaikbaiknya tentang maksud dan tujuan pemberian ASI sedini mungkin. Pada hari ketiga bayi sudah harus menyusu selama 10 menit pada mammae ibu dengan jarak waktu tiap 3 menit. Apabila diantara waktu itu bayi menangis karena lapar, ia boleh disusui pada satu mamma secara bergantian. Dengan demikian kebutuhan on demand dapat dipenuhi, hal ini dapat dilaksanakan bila bayi dirawat bersama ibunya. Bayi yang pada permulaan minum on demand, pada minggu-minggu berikutnya sudah dapar dipenuhi kebutuhannya dengan minum setiap 3-4 jam. Pemberian ASI harus dianjurkan pada ibu yang melahirkan karena : 1. ASI yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa antibodi yang dapat mencegah infejsi pada bayi. ASI diperkirakan dapat mengirimkan limfosit ibu ke dinding usus bayi dan memulai proses imunologik sehingga memberikan imunitas pasif pada bayi terhadap penyakit infeksi tertentu hingga mekanisme itu sepenuhnya berfungsi setelah 3 sampai 4 bulan. 2. Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis. 3. Lemak dan protein ASI mudah dicerna dan diserap secara lengkap baik untuk pertumbuhan serta tidak mungkin menyebabkan kegemukan. 4. Kemungkinan bayi menderita kejang oleh karena hipokalsemia sangat sedikit. 5. Pemberian ASI merupakan satu-satunya jalan yang paling baik untuk mengeratkan hubungan ibu dan bayi, dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang normal terutama pada bulan-nulan pertama kehidupannya. 6. Menyusui mempercepat involusi uterus karena pengisapan puting susu akan merangsang pelepasan oksitosin sehingga menyebabkan peningkatan kontraksi uterus.

E. Pemberian vit k, Hb 0, dan Tetes mata  Vitamin K Pengertian vitamin K : merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang berfungsi untuk pembentukan prothrombin, faktor koagulasi II, VII, IX dan X yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2008). Vitamin K adalah pemanjangan waktu prothrombin, (Wahab, 2000). Vitamin K untuk mencegah terjadinya pendarahan sebagai akibat dari ibu yang mendapat fenoharbital. Untuk membentuk factor II, VII, IX dan X serta bayi yang mendapat air susu ibu (Prawirohardjo, 2007). Vitamin K dari “koagulation-vitamin” dalam bahasa Jerman, vitamin hydrophobic yang dibutuhkan untuk modifikasi pasca-terjemah dari berbagai macam protein, terutama banyak dibutuhkan untuk proses pembekuan darah. Vitamin K2 (menaguinone, menatetrenone) secara normal diproduksi oleh bakteri dalam saluran pencernaan, dan defenisi gizi akibat diet yang sangat jarang kecuali saluran pencernaan mengalami kerusakan yang sangat parah sehinga tidak dapat meyebabkan molekul. Vitamin K merupakan salah satu dari factor pembeku darah. Vitamin K sangat penting untuk pembekuan prothrombin, yang memungkinkan darah membeku, dan ternyata kadarnya dianggap “rendah” pada bayi bari lahir. Kadar vitamin K “rendah” adalah normal, dan secara fisiologis diharapkan pada bayi baru lahir. Pada beberapa hari dan beberapa minggu awal setelah kelahiran bayi akan membentuk pasokan vitamin K dari makanan (Endriana, 2009). Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K injeksi 1mg intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusui untuk mencegah pendarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL (Madjid, 2008).

 HB 0 Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama pada jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin. Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus Hepatitis B di dalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis. Risiko penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir, maka risiko menjadi carrier sebesar 90%. Sementara, seseorang yang terinfeksi Hepatitis B pada umur dewasa memiliki risiko menjadi carrier sebesar 5-10%. Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 – 7 hari karena: 

Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B



Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu pembawa virus



Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati primer



Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari penularan Hepatitis B



Tetes mata Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam setelah kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut mengandung antibiotika tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus tepat diberikan pada waktu 1 jam setelah kelahiran.upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran.

F. Pengukuran antropometri Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai status gizi. Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh,ditinjau dari sudut gizi maka antropometri ditinjau dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi untuk berbagai ketidak seimbangan antara asupan energi dan protein (Gibson 2005). Pertumbuhan dan perkembangan mencakup dua peristiwa yang statusnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan susah dipisahkan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkatsel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound,kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbanganmetabolik (Suparasia, dkk., 2001). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapatdiramalkan sebagai hasil proses pematangan. Pertumbuhan terbagi atas duayaitu pertumbuhan linier dan massa jaringan dimana kedua jenis pertumbuhantersebut merupakan ukuran antropometri gizi. Pertumbuhan linier misalnyatinggi badan (TB), lingkar dada, dan lingkar kepala sedangkan pertumbuhanmassa jaringan yaitu berat badan, lingkar lengan atas (LILA) dan tebal lemak di bawah kulit (TLK). Antropometri sangat umum digunakan utuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi.Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan ekstrauteri. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005). Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Dona L. Wong, 2003). B. Saran Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Kontek Keluarga, Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Anonim, 2004, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : Klinik Kesehatan Reproduksi. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1 : Jakarta, EGC. Saifudin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Related Documents


More Documents from "Ivanna Na Na"