MAKALAH ASUHAN PADA BAYI DENGAN IMPETIGO, SEBORRHOE, BERCAK MONGOL DAN HEMANGIOMA
Disusun oleh :
Ainaya hafizatul adibiyah (40001700001) Nur khalimatus sa’diyah (40001700012) Raudha putri kinanti (40001700013)
FAKULTAS KEDOKTERAN/PRODI KEBIDANAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2017/2018
i
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Memberi Asuhan Pada Bayi Dengan Resiko Tinggi Dan Penatalaksanaannya” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas. Makalah ini membahas tentang “Memberi Asuhan Pada Bayi Dengan Resiko Tinggi Dan Penatalaksanaannya”. Tak ada gading yang tak retak Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
Semarang, November 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ...................................................................................... B. Rumusan masalah................................................................................. C. Tujuan .................................................................................................. BAB II PEMBAHASAN A. Impetigo .............................................................................................. B. Seborrhoe ............................................................................................ C. Bercak Mongol ..................................................................................... D. Hemangioma ........................................................................................ BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsi. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.
B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan impetigo. 2. Apa yang dimaksud dengan seborrhoe. 3. Apa yang dimaksud dengan bercak mongol. 4. Apa yang dimaksud dengan hemangioma.
C. Tujuan 1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud impetigo.
2.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud seborrhoe.
3.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud bercak mongol.
4.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud hemangioma.
1
BAB II PEMBAHASAN
A. IMPETIGO
Definisi Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit (Djuanda, 56:2005). Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis, Skabies, Infeksi jamur, dan pada insect bites (Beheshti, 2:2007). Impetigo krustosa juga dikenal sebagai impetigo kontangiosa, impetigo vulgaris, atau impetigo Tillbury Fox. Impetigo bulosa juga dikenal sebagai impetigo vesikulo-bulosa atau cacar monyet (Djuanda, 56-57:2005).
Etiologi Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik
Streptococcus
(Streptococcus
pyogenes).
Staphylococcus
merupakan pathogen primer pada impetigo bulosa dan ecthyma (Beheshti, 2:2007). Staphylococcus merupakan bakteri sel gram positif dengan ukuran 1 μm, berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur, kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga bisa didapatkan. Staphylococcus
dapat
menyebabkan
penyakit
berkat
kemampuannya
mengadakan pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan katalase, koagulase, hyaluronidase,
2
eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik sindrom syok toksik, dan enterotoksin. (Brooks, 317:2005). Streptococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, yang mempunyai karakteristik dapat berbentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya. Lebih dari 20 produk ekstraseluler yang antigenic termasuk dalam grup A, (Streptococcus pyogenes) diantaranya adalah Streptokinase, streptodornase, hyaluronidase, eksotoksin pirogenik, disphosphopyridine nucleotidase, dan hemolisin (Brooks, 332:2005)
Faktor Predisposisi
Adapun factor predisposisi dari impetigo yaitu : 1. Kontak langsung dengan pasien impetigo 2. Kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau pakaian pasien impetigo 3. Cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab 4. Kegiatan/olahraga dengan kontak langsung antar kulit seperti gulat 5. Pasien dengan dermatitis, terutama dermatitis atopik (Beheshta, 2:2007).
Patofisiologi Infeksi Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik Streptococcus dimana kita ketahui bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit berkat kemampuannya mengadakan pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik sindrom syok toksik, dan enterotoksin. Bakteri staph menghasilkan racun yang dapat menyebabkan impetigo menyebar ke area lainnya. Toxin ini menyerang
3
protein yang membantu mengikat sel-sel kulit. Ketika protein ini rusak, bakteri akan sangat cepat menyebar. Enzim yang dikeluarkan oleh Stap akan merusak struktur kulit dan adanya rasa gatal dapat menyebabkan terbentuknya lesi pada kulit(BUKU) Rasa gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1-2 mm, kemudian berubah menjadi bula atau vesikel. Pada Impetigo contagiosa Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm. Lesi papul segera menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya, sekret seropurulen kuning kecoklatan yang kemudian mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, di bawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta akan kembali menebal. Sering krusta menyebar ke perifer dan menyembuh di bagian tengah. Kemudian pada Bullous impetigo bula yang timbul secara tiba tiba pada kulit yang sehat dari plak (penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor), bervariasi dari miliar sampai lentikular dengan dinding yang tebal, dapat bertahan selama 2 sampai 3 hari. Bila pecah, dapat menimbulkan krusta yang berwarna coklat, datar dan tipis. (BUKU)
Tanda dan Gejala Terapi
Ada pun terapi yang dapat diberikan dari segi perawatan yaitu : 1. Terapi nonmedikamentosa
4
a) Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah b) Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak c) Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh d) Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan jarum suntik untuk mencegah penyebaran local e) Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% pada impetigo krustosa. f) Lakukan pencegahan seperti yang disebutkan pada point XI di bawah
2. Terapi medikamentosa
A. Terapi topikal Pengobatan topikal sebelum memberikan salep antibiotik sebaiknya krusta sedikit dilepaskan baru kemudian diberi salep antibiotik. Pada pengobatan topikal impetigo bulosa bisa dilakukan dengan pemberian antiseptik atau salap antibiotik (Djuanda, 57:2005).
1) Antiseptik Antiseptik yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengobatan impetigo terutama yang telah dilakukan penelitian di Indonesia khususnya Jember dengan menggunakan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah triklosan 2%. Pada hasil penelitian didapatkan jumlah koloni yang dapat tumbuh setelah kontak dengan triklosan 2% selama 30”, 60”, 90”, dan 120” adalah sebanyak 0 koloni (Suswati, 6:2003). Sehingga dapat dikatakan bahwa triklosan 2% mampu untuk mengendalikan penyebaran penyakit akibat infeksi Staphylococcus aureus (Suswati, 6:2003).
2) Antibiotik Topikal - Mupirocin
5
Mupirocin topikal merupakan salah satu antibiotik yang sudah mulai digunakan sejak tahun 1980an. Mupirocin ini bekerja dengan menghambat sintesis RNA dan protein dari bakteri. Pada salah satu penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan mupirocin topikal yang dibandingkan dengan pemberian eritromisin oral pada pasien impetigo yang dilakukan di Ohio didapatkan hasil sebagai berikut: Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan mupirocin topikal jauh lebih unggul dalam mempercepat penyembuhan pasien impetigo, meskipun pada awal kunjungan diketahui lebih baik penggunaan eritromisin oral, namun pada akhir terapi dan pada evaluasi diketahui jauh lebih baik mupirocin topikal dibandingkan dengan eritromisin oral dan penggunaan mupirocin topikal memiliki sedikit failure (Goldfarb, 1-3).
- Fusidic Acid Tahun 2002 telah dilakukan penelitian terhadap fusidic acid yang dibandingkan dengan plasebo pada praktek dokter umum yang diberikan pada pasien impetigo. dapat dilihat bahwa penggunaan plasebo jauh lebih baik dibandingkan dengan menggunakan fassidic acid.
- Ratapamulin Pada tanggal 17 April 2007 ratapamulin telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk digunakan sebagai pengobatan impetigo. Namun bukan untuk yang disebabkan oleh metisilin resisten ataupun vankomisin resisten. Ratapamulin berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan peptidil transferase yang pada akhirnya akan menghambat protein sintesis dari bakteri (Buck, 1:2007). Pada salah satu penelitian yang telah dilakukan pada 210 pasien impetigo yang berusia diantara 9 sampai 73 tahun dengan luas lesi tidak lebih dari 100 cm2 atau >2% luas dari total luas badan. Kultur yang telah dilakukan pada pasien tersebut didapatkan 82% dengan infeksi Staphylococcus aureus. Pada pasien-pasien tersebut diberi ratapamulin sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari
6
terapi. Evaluasi dilakukan mulai hari ke dua setelah hari terakhir terapi, dan didapatkan luas lesi berkurang, lesi telah mengering, dan lesi benar-benar telah membaik tanpa penggunaan terapi tambahan. Pada 85,6% pasien dengan menggunakan ratapamulin didapatkan perbaikan klinis dan hanya hanya 52,1% pasien mengalami perbaikan klinis yang menggunakan plasebo (Buck, 1:2007).
- Dicloxacillin Penggunaan dicloxacillin merupaka First line untuk pengobatan impetigo, namun akhir-akhir ini penggunaan dicloxacillin mulai tergeser oleh penggunaan ratapamulin topikal karena diketahui ratapamulin memiliki lebih sedikit efek samping bila dibandingkan dengan dicloxacillin. Penggunaan dicloxacillin sebagai terapi topical pada impetigo sebagai berikut: (Sumber: Primary Clinical Care Manual 2007)
B. Terapi sistemik 1) Penisilin dan semisintetiknya (pilih salah satu)
a. Penicillin G procaine injeksi b. Ampicillin c. Amoksicillin d. Cloxacillin (untuk Staphylococcus yang kebal penicillin) e. Phenoxymethyl penicillin (penicillin V) 2) Eritromisin (bila alergi penisilin) 3) Clindamisin (alergi penisilin dan menderita saluran cerna) 4) Penggunaan terapi antibiotik sistemik lainnya
7
Penatalaksanaan
Penanganan dini yang dapat dilakukan oleh ibu jika mendapati anaknya dengan tanda dan gejala impetigo yaitu : 1) Rendam bagian kulit yang sakit dalam air sabun selama 15-20 menit. Lakukan 2-3 kali sehari untuk melunturkan kerak pada kulit. 2) Gunakan sabun obat seperti Betadin. Anda dapat membelinya di apotek. Gosoklah kulit sakit yang mengering. 3) Oleskan salep obat seperti polysporin pada kulit yang sakit. Lakukan 2-3 kali sehari setelah kerak pada kulit hilang. Anda dapat membeli polysporin di apotek. 4) Tutup kulit yang sakit dengan perban yang bersih. Jangan biarkan anak menyentuh atau menggaruknya. 5) Lakukan beberapa hal berikut ini untuk menghentikan penyebaran impetigo. a. Cuci tangan Anda dengan sabun setelah menyentuh kulit anak Anda yang sakit atau pakaian maupun handuknya. b. Cuci tangan anak Anda sampai bersih. Potong pendek kuku tangan anak Anda. c. Jaga agar tangan anak Anda tidak menyentuh hidungnya. d. Simpan pakaian, handuk, dan barang-barang anak Anda terpisah dengan anggota keluarga yang lain. Cucilah dengan sabun dan air panas. 6). Segera hubungi dokter jika: a. Menurut Anda anak Anda terjangkit impetigo. b. Kulit yang sakit semakin meluas. c. Kulit yang sakit menjalar ke bagian tubuh yang lain. d. Anak Anda tampak sakit. e. Anak Anda mengalami pembengkakan atau sakit pada persendian, termasuk siku dan lutut.
8
B. SEBORRHOE
Definisi
Suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya. Biasanya, proses pergantian sel-sel pada kulit kepala terjadi secara perlahan-lahan dan tidak terlihat oleh mata. Proses pergantian tersebut terjadi setiap bulan. Jika proses ini menjadi lebih cepat, maka akan timbul gangguan pada kulit kepala yang kita sebut ketombe. Gangguan yang lebih parah yaitu dermatitis seboroik, berupa serpihan berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit kepala.
Etiologi
Faktor hereditas, yaitu disebabkan karena adanya faktor keturunan orang tua
Intake makanan berlemak dan berkalori tinggi
Asupan minuman beralkohol
Adanya gangguan emosi
Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif akibat tingginya kadar hormon ibu yang mengalir didalam tubuh bayi
Pengaruh hormon ibu biasanya hanya berlangsung pada bulan-bulan pertama kehidupan sikecil. Gangguan ini akan hilang setelah bayi berusia 6-7 bulan.
Dermatitis seboreik sering ditemukan sebagai penyakit keturunan dalam suatu keluarga. Salah satu penyebab ketombe adalah Pitysporum ovale ( P. Ovale ). Walaupun namanya mungkin sedikit menakutkan , tetapi P. Ovale adalah jamur yang secara alami terdapat pada kulit kepala dan bagian kulit yang lain. Dalam jumlah yang sedikit, jamur ini tidak menyebabkan kerugian yang berarti. Namun, dengan adanya perubahan cuaca, hormon, dan stress, kulit kepala kita akan menghasilkan lebih banyak minyak, sehingga menyebabkan
9
jamur P. Ovale berkembang biak. Dengan berkembangbiaknya jamur tersebut, akan menyebabkan gatal pada kulit kepala dan mempercepat kerontokan sel kulit yang lama. Hasilnya timbul Ketombe. Kondisi ketombe yang parah atau dermatitis seboroik (seborrhea), seringkali ditemukan di kulit kepala. Namun dapat juga ditemukan di alis mata, pipi, di belakang telinga atau bagian dada. Seborrhea berupa sisik berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit kepala.
Faktor Predisposisi •
Stres
•
Kelelahan
•
Cuaca dingin
•
Kulit berminyak
•
Jarang mencuci rambut
•
Pemakaian losyen yang mengandung alkohol
•
Penyakit kulit (misalnya jerawat)
•
Obesitas (kegemukan).
Patofisiologi
Tanda dan Gejala
Dermatitis seboreik biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik kering atau berminyak di kulit kepala (ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada kasus yang lebih berat, timbul beruntusan/jerawat bersisik kekuningan sampai kemerahan di sepanjang garis rambut, di belakang telinga, di dalam saluran telinga, alis mata dan dada. Pada bayi baru lahir yang
10
berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap) dan kadang tampak sebagai sisik berwarna kuning di belakang telinga atau beruntusan merah di wajah. Ruam di kulit kepala ini sering disertai dengan ruam popok. Pada anakanak, dermatitis seboreik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal di kulit kepala yang sukar disembuhkan.
Serpihan/Sisik Merupakan tanda yang paling mudah dilihat dan paling memalukan. Sisik tersebut adalah tanda bahwa kulit di kepala rontok dan waktu pergantian sel-sel pada kulit kepala menjadi lebih cepat. Serpihan-serpihan/sisik berwarna putih dengan berbagai ukuran dan bentuk yang terdapat di kulit kepala, rambut, dapat juga melekat pada baju berwarna hitam. Pergantian sel kulit kepala biasanya tidak terdeteksi oleh mata. Namun dengan dipercepatnye proses pergantian ini, menyebabkan timbul KETOMBE. Jadi, setiap butir serpihan/sisik yang anda lihat sebetulnya adalah kumpulan dari sejumlah sel sel kulit kepala yang mati dalam jumlah besar, sehingga mudah menjadi perhatian. Gatal Satu tanda lagi bahwa ber-KETOMBE adalah gatal pada kulit kepala. Gatal tersebut terjadi karena timbul peradangan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur P.Ovale. Jamur inilah yang menyebabkan timbulnya ketombe dan gatal pada kulit kepala.
11
Kemerahan Tanda ketiga dari ketombe dikenal dengan seborrhea. Dalam kondisi ini, terlihat kemerahan di sekitar kulit kepala. Dapat juga terlihat di sekitar alis mata, pipi, belakang telinga atau bagian dada.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dermatitis seboreik tergantung kepada usia penderita: 1. Anak-anak. Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak mineral yang mengandung asam salisilat secara perlahan dengan menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari. Selama sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu. 2. Bayi. Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krim hydrocortisone. Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang lembut; setelah sisik menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu. Kini banyak sediaan krim, lotion, dan shampoo di pasaran untuk membasmi ketombe. Produkproduk yang digunakan untuk mengatasi ketombe biasanya mengandung asam salisilat, coal tar, zinc pyrithione, selenium sulfida dan belerang. Walaupun sebagian digolongkan sebagai obat yang dijual bebas dan sebagian digolongkan
12
sebagai kosmetik, produk-produk tersebut hanya dapat mengatasi gejala-gejala dari ketombe, tetapi tidak mengatasi penyebab ketombe. Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk penyembuhan yang lebih maksimal:
1. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan produk yang dibuat khusus untuk membersihkan kulit kepala dari kotoran. Namun hati-hati, gunakan sampo yang betul-betul diperuntukkan bagi anak, bukan untuk orang dewasa. Sampo untuk orang dewasa umumnya mengandung bahan sulfaktan, bahan pewangi, pengawet, dan sebagainya yang bisa mengiritasi kulit dan mata. Sedangkan sampo bayi sengaja tidak mendapat tambahan bahan-bahan yang bakal membahayakannya. Sampo tersebut harus lembut karena fungsi kelenjar kulit pada bayi dan anak belum bekerja secara sempurna. 2. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang sangat efektif. Namun tidak semua bayi dan anak betul-betul membutuhkannya. Bila tanpa sampo tak ada kelainan yang muncul, lebih baik gunakan air bersih saja ketika menyuci kepalanya. Frekuensi yang dianjurkan untuk pemakaian sampo adalah seminggu dua kali atau tiga kali. Namun, umumnya sampo bayi sangat lembut, sehingga tidak masalah bila dipakai setiap hari. 3. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak mengeluarkan keringat dan membuat kepalanya bau. Bila ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis mild.
13
4. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya dengan mengontrol populasi jamur. Kita bisa mencuci rambut anak setiap hari dan pijatlah kulit kepala dengan sampo secara perlahan karena akan menghilangkan jamur lewat serpihan kulit yang lepas. 5. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus dilakukan oleh dokter. Kita bisa menggunakan obat antijamur yang bisa didapat di apotek. Carilah produk-produk yang mengandung 2% clotrimezol. Pada beberapa anak yang sensitif dengan produk krim, oleskan sedikit saja. Namun jika terjadi ruam, cobalah konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan alternatif pengobatan yang lain. 6. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit kepala anak yang terkena infeksi. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan lebih lanjut.
14
C. BERCAK MONGOL
Definisi
Ada beberapa pengertian dari bercak Mongol, diantaranya yaitu : a. Bercak Mongol adalah bercak berwarna biru yang biasanya terlihat di bagian atau daerah sacral, walaupun kadang terlihat di bagian tubuh yang lain. Bercak mongol biasanya terjadi pada anak-anak yang dilahirkan oleh orang tua Asia dan Afrika, kadang-kadang terjadi pada anak-anak dengan orangtua mediterania. (Mayes Midwifery Textbook). b. Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang terlihat di daerah lumbo sacral pada bayi yang memiliki pigmentasi kulit (kulit berwarna), warnanya seperti memar. Bercak mongol adalah lesi-lesi muskular berwarna abu-abu atau biru dengan batas tepi bervariasi, paling sering pada daerah prasakral, tapi dapat juga ditemukan di daerah posterior paha, tungkai, punggung, dan bahu. (Nelso, 1993) c. Bintik Mongolia, daerah pigmentasi biru-kehitaman, dapat terlihat pada semua permukaan tubuh, termasuk pada ekstremitas. Bercak ini lebih sering terlihat di punggung dan bokong. Daerah pigmentasi ini terlihat pada bayi-bayi yang berasal dari Mediterania, Amerika Latin, Asia, Afrika, atau beberapa wilayah lain di dunia. Bercak-bercak ini lebih sering terlihat pada individu berkulit lebih gelap tanpa memperhatikan kebangsaannya. Bercak ini secara bertahap akan lenyap dengan sendirinya dalam hitungan bulan atau tahun (Dasar-dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6, Persis Mary Hilton, EGC)
15
Etiologi
Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang terhambat selama proses migrasi dari krista neuralis ke epidermis. Lebih dari 80% bayi berkulit hitam, orang timur dan India timur memiliki lesi ini. Sementara angka kejadian pada bayi yang kulit putih kurang dari 10%. Lesi-lesi yang tersebar luas, terutama pada tempat-tempat yang tidak biasa cenderung tidak menghilang. Hampir 90% bayi dengan kulit berwarna atau kulit Asia (timur) lahir dengan bercak ini, namun pada bayi kaum Asia hanya 5%. Lesi ini biasanya berisi sel melanosit yang terletak di lapisan dermis sebelah dalam atau di sekitar folikel rambut yang terkadang tersebar simetris, tetapi dapat juga unilateral. Bercak ini hanya merupakan lesi jinak dan tidak berhubungan dengan kelainan-kelainan sistemik. Bercak ini akan hilang dengan sendirinya pada tahun pertama dan kedua kehidupannya. Bidan harus dapat memberikan konseling pada orang tua bahwa bercak mongol tersebut wajar dan akan hilang sendiri tanpa pengobatan, sehingga orang tua tidak perlu khawatir terhadap keadaan bayinya. Bercak Mongolian sering ditemukan pada daerah punggung dan pantat/pangkal paha bagian atas bayi-bayi kulit hitam (80-90%), bayi asia /oriental (75%) dan bayi kulit putih (10%). Meskipun namanya bercak Mongolian, namun tidak ada korealsi secara antropologis. Bercak ini sebagian besar cenderung menghilang dan tertutup oleh pigmentasi normal dalam usia 1 tahun pertama, sebagian dalam usia 3-5 tahun. Pigmen melanin yang terdapat pada bercak ini terletak didalam melanosit yang berbentuk fusifrm,dopa positif dan dijumpai pada dermis bagian tengah middermi). Bercak mongol ini kebannyakan timbul beragam pada daerah presakral, tetapi dapat ditemukan pada paha bagian posterior, tungkai, punggung, dan bahu. Jadi penyebab tersering terjadinya bercak mongol adalah:
16
1) Kemunculan tanda lahir disebabkan oleh adanya hal-hal tertentu yang terjadi dalam proses jalan lahir, misalnya trauma lahir atau terjadi pembuluh darah yang melebar. 2) Adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang terhambat selama proses migrasi dari krista neuralis ke epidermis 3) Keturunan genetik 4) Banyak terjadi pada ibu yang memiliki kulit gelap (memiliki pigmentasi kulit)
Faktor Predisposisi
Patofisiologi Bercak mongol rata-rata muncul pada umur kehamilan 38 minggu. Bercak Mongolian sering ditemukan pada daerah punggung dan pantat/pangkal paha bagian atas bayi-bayi kulit hitam (80-90%),bayi asia /oriental (75%) dan bayi kulit putih (10%).meskipun namanya bercak Mongolian ,namun tidak ada korealsi secara antropologis.bercak ini sebagian besar cenderung menghilang dan tertutup oleh pigmentasi normal dalam usia 1 tahun pertama,sebagian dalam usia 3-5 tahun. Pigmen melanin yang terdapat pada bercak ini terletak didalam melanosit yang berbentuk fusifrm,dopa positif dan dijumpai pada dermis bagian tengah middermi). Bercak mongol ini kebannyakan timbul beragam pada daerah presakral,tetapi
dapat
ditemukan
pada
paha
bagian
posterior,tungkai,punggung,dan bahu.
Tanda dan Gejala Tanda lahir ini biasanya berwarna cokelat tua, abu-abu batu, atau biru kehitaman. Terkadang bintik mongol ini terlihat seperti memar. Biasanya timbul pada bagian punggung bawah dan bokong tetapi sering juga ditemukan pada kaki, punggung,
17
pinggang, dan pundak. Bercak mongol juga memiliki ukuran yang bervariasi, dari sebesar peniti sampai berdiameter enam inchi. Tanda dan gejala: 1) bercak kebiru-biruan, kehitaman atau kecoklatan yang lebar 2) biasanya timbul didaerah bokong, tempat timbul lainnya yaitu pada daerah pipi dan mata. 3) bercak ini timbul pada kehamilan 38 minggu. 4) bercak ini akan menghilang setelah beberapa bulan atau sekitar satu tahun.
Seorang anak bisa memiliki satu atau beberapa bercak mongol. Biasanya bercak mongol ini terlihat sebagai : a. Luka seperti pewarnaan b. Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal c. Area datar dengan bentuk yang tidak teratur d. Area tersering di daerah belakang (lumbal sacral) karena banyak nya sel
melanosit
yang
tertangkap
pada
bagian
belakang
yang
menyebabkan bercak pada bayi yang sering dikenal dengan bercak mongol. e. Bercak yang biasanya akan hilang dalam hitungan bulan atau satu tahun f. Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan
Penatalaksanaan
Bercak mongol biasanya menghilang dalam beberapa tahun pertama, atau pada 1-4 tahun pertama sehingga tidak memerlukan perlindungan khusus. Namun, bercak mongol multiple yang tersebar luas, terutama pada tempat-tempat biasa, cenderung tidak akan hilang, tapi dapat menetap sampai dewasa.
18
Sumber lain menyatakan bahwa bercak mongol ini mulai pudar pada usia dua tahun pertama dan menghilang antara usia 7-13 tahun. Kadang-kadang juga menghilang setelah dewasa. Sebagian kecil, sekitar 5% anak yang lahir dengan bercak mongol masih memiliki bercak mongol hingga mereka dewasa. Bercak mongol ini biasanya tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan khusus. Nervus Ota (Daerah zigomaticus) dan Nervus Ito (daerah sclera atau fundus mata atau daerah delto trapezius) biasanya menetap, tidak perlu diberikan pengobatan. Namun, bila penderita telah dewasa, pengobatan dapat dilakukan dengan
alasan
estetik.
Akhir-akhir
ini
dianjurkan
pengobatan
dengan
menggunakan sinar laser. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan dalam hal ini adalah dengan memberikan konseling pada orang tua bayi. Bidan menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan bintik mongol, menjelaskan bahwa bintik mongol ini akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun dan tidak berbahaya serta tidak memerlukan penanganan khusus sehingga orang tua bayi tidak merasa cemas. Asuhan yang diberikan oleh bidan diantarnya : a. Melakukan deteksi dini pada pemeriksaan fisik BBL b. menjelaskan kepada orang tua bayi mengenai bercak mongol. c. Bidan menjelaskan bahwa bercak mongol biasanya akan menghilang setelah beberapa pekan atau pada 1-4 tahun pertama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus dan tidak akan berbahaya serta tidak memerlukan pengobatan hanya cukup dilakukan tindakan konservatif. d. Bidan memberikan informasi kepada keluarga untuk mengurangi kekhawatiran/kecemasan dan berikan dukungan moral e. Namun, bila penderita telah dewasa, pengobatan dapat dilakukan dengan alasan
estetik.
Akhir-akhir
ini
menggunakan sinar laser.
19
dianjurkan
pengobatan
dengan
D. HEMANGIOMA
Definisi
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak / tumor vaskuler jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 tahun (510%). Biasanya, hemangioma sudah tampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau muncul setelah beberapa minggu setelah kelahiran (70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh seperti kepala, leher, muka, kaki atau dada. Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang tua, contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak, kecil, red-purple papule pada kulit orang tua. Umumnya hemangioma tidak membahayakan karena sebagian besar kasus hemangioma dapat hilang dengan sendirinya beberapa bulan kemudian setelah kelahiran. Harus diwaspadai bila hemangioma terletak di bagian tubuh yang vital, seperti pada mata atau mulut. Hal ini dikarenakan, bila menutupi sebagian besar tempat tersebut akan mengganggu proses makan dan penglihatan, atau bila hemangioma terjadi pada organ dalam tubuh (usus, organ pernafasan, otak) dapat mengganggu proses kerja organ tersebut. Hemangioma lebih mengganggu bagi para orang tua ketika hemangioma tumbuh pada muka atau kepala bayi.
20
Etiologi
Hingga saat ini apa yang menjadi penyebab hemangioma masih belum diketahui, namun diperkirakan berhubungan dengan mekanisme dari kontrol pertumbuhan pembuluh darah. Angiogenesis sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast Growth Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), mempunyai peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta, dan transforming growth factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma.
Faktor Predisposisi
Patofisiologi Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan involusi
hemangioma
tidak
begitu
dimengerti,
pengetahuan
mengenai
pertumbuhan dari pembuluh darah yang normal dan proses angiogenesis dapat dijadikan petunjuk. Vaskulogenesis menunjukkan suatu proses dimana prekursor sel endotel meningkatkan pembentukan pembuluh darah, mengingat angiogenesis berhubungan dengan perkembangan dari pembuluh darah baru yang ada dalam sistem vaskular tubuh. Selama fase proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan dari sel-sel endotel dari kapiler-kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis, termasuk proliferasi dari antigen inti sel, collagenase tipe IV, basic fibroblastic
21
growth factor, vascular endothelial growth factor, urokinase, dan E-selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi. Hemangioma superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan cepat dimana ukuran dan volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti dengan fase istirahat, dimana perubahan hemangioma sangat sedikit, dan fase involusi dimana hemangioma mengalami regresi secara spontan. Selama fase involusi, hemangioma dapat hilang tanpa bekas. Hemangioma kavernosa yang besar mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun fase involusi sempurna, akhirnya meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat. Beberapa hemangioma kapiler dapat involusi lengkap, tidak meninggalkan bekas
Tanda dan Gejala 1) Hemangioma kapiler
a. Tanda-tanda Hemangioma kapiler, berupa:
Bercak merah tidak menonjol dari permukaan kulit. “Salmon patch” berwarna lebih muda sedang “Port wine stain” lebih gelap
22
kebiru-biruan, kadang-kadang membentuk benjolan di atas permukaan kulit. 2) Hemangioma kavernosum
Tampak sebagai suatu benjolan, kemerahan, terasa hangat dan “compressible” (tumor mengecil bila ditekan dan bila dilepas dalam beberapa waktu membesar kembali).
3) Hemangioma Campuran.
Diantara jenis Hemangioma kavernosum dan campuran ada yang disertai fistula arterio-venous (bawaan).
b. Gejala klinis Tergantung macamnya : 1. Hemangioma kapiler, “Port wine stain” tidak ada benjolan kulit.
23
2.
“Strawberry mark”, menonjol seperti buah murbai.
3. Hemangioma kavernosum, teraba hangat dan “compressible”. c. Pemeriksaan dan diagnosis
Mudah nampak secara klinis, sebagai tumor yang menonjol atau tidak menonjol dengan warna kemerah-merahan
Tumor bersifat “compressible”
Kalau perlu dengan pemeriksaan angiografi.
Namun, pada bayi-bayi yang mengalami hipotermia maka harus ditangani secara cepat dan tepat. Penanganan hipotermia pada bayi, yaitu : 1) Bayi
yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali
meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu. Penyinaran di inkubator menggunakan lampu 60 wat dengan jarak minimal 60 cm dari bayi dan juga penghangatan kembali dengan metode yang sesuai (dalam incubator pemanasan perlahan 0.5-1ºC /Jam). 2) Metode kangguru kontak kulit antara ibu dan bayi yang berlangsung sejak dini secara terus menerus dan berkesinambungan kalau mungkin selama 24 jam. Bayi diletakkan diantara kedua payudara ibu dengan posisi tegak/vertikal saat ibu berdiri dan duduk atau tengkurap/miring saat ibu berbaring/tidur. Bayi mengenakan penutup kepala, baju ibu berfungsi sebagai penutup badan bayi. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung
24
ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan. 3) Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat. 4) Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak
Penatalaksanaan
a. MEDIS
Penatalaksanaan hemangioma secara umum ada 2 cara, yaitu :
Cara Konservatif Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran
dalam
bulan-bulan
pertama,
kemudian
mencapai
pembesaran maksimum dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun. Hemangioma superfisial atau hemangioma kapiler atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi karena hemangioma jenis ini bila dibiarkan akan hilang dengan sendirinya dan kulit terlihat normal. Cara Aktif Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga,
25
dan
tenggorokan;
hemangioma
yang
mengalami
perdarahan;
hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami infeksi;hemangioma menimbulkan
yang mengalami
deformitas
(kelainan)
pertumbuhan jaringan.
cepat
dan
Penatalaksanaan
hemangioma secara aktif, antara lain : b. PEMBEDAHAN Indikasi :
Terdapat tanda-tanda pertumbuhan hemangioma yang terlalu cepat
Minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
Tidak ada regresi spontan-spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan hemangioma sesudah 6-7 tahun.
Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat, mungkin memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya.
c. RADIASI Pengobatan radiasi sudah tidak dilakukan lagi karena :
Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif.
Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama.
26
Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.
Kebanyakan hemangioma kapiler akan beregresi. i. Kortikosteroid
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah :
Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital.
Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.
Adanya
banyak
perdarahan
dengan
atau
tanpa
trombositopenia.
Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Kortikosteroid
yang
dipakai
ialah
antara
lain
prednison
yang
mengakibatkan hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum, dan campuran. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-lahan diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan kortikosteroid dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang tumbuh cepat. Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi yang menurunkan ukuran lesi secara cepat, sehingga perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma kavernosa atau hemangioma campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara oral dan injeksi langsung pada hemangioma.
27
Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan terhambat.
d. OBAT SKLEROTIK Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya dengan namor hocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatrik.
e. ELEKTROKOAGULASI
Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya, juga untuk Hemangioma senilis dan granuloma piogenik.
f. PEMBEKUAN
Aplikasi dingin dengan memakai nitrogen cair.
g. ANTIBIOTIK
Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi. Selain itu dilakukan perawatan luka secara steril.
h. ASUHAN KEBIDANAN Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan dalam hal ini adalah dengan memberikan konseling pada orang tua bayi. Bidan menjelaskan mengenai apa
yang
dimaksud
dengan
Hemangioma,
hemangioma, dan penangannya.
28
menjelaskan
macam-macam
Untuk hemangioma kapiler atau superfisial tidak perlu penanganan khusus, oleh karena akan menghilang dan kulit terlihat normal. Namun, untuk hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan; hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami infeksi;hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan menimbulkan deformitas (kelainan) jaringan, harus segera dilakukan penanganan. Bantu ibu untuk dilakukan rujukan untuk pemeriksaan lanjutan.
29
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Beberapa keadaan neonatus dengan resiko tinggi: B. Saran Diharapkan pembaca dapat memperoleh manfaat dari makalah yang kami sajikan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca unuk perbaikan makalah kami berikutnya.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. ASUHAN NEONATUS BAYI DAN ANAK BALITA, Salemba Medika Wahab, Samik. 2012. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, EGC: Jakarta Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar KEPERAWATAN MATERNITAS, EGC: Jakarta Dewi Vivian Nanny Lia, S.ST. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan Balita. Jakarta: Salemba Medika Yeyeh Ai, S.Si.T. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans Info Medika Sudarti, dkk.,2010, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita, nuha medika, jogyakarta.
32