Makalah Bu Sulis.docx

  • Uploaded by: Mahendra Prihandana
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Bu Sulis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,389
  • Pages: 17
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pedoman erupsi dan perkembangan pada masa gigi-geligi desidui, bercampur dan permanen merupakan rangkaian komponen dari suatu perawatan mulut yang komprehensif. Pedoman ini akan menghasilkan oklusi yang fungsional, estetis dan stabil. Gigi desidui memiliki peran yang utuh dalam perkembangan oklusi. Keberadaan gigi desidui dibutuhkan untuk pertumbuhan normal rahang sehingga dapat berfungsi secara normal dan posisi dan oklusi gigi permanen yang normal. Gigi desidui menempati dan mempertahankan ruangan dalam lengkung gigi untuk gigi permanen dan berperan dalam menuntun gigi-geligi permanen selama erupsi.(Mc Donald,2004) Pada kenyataannya seringkali orang tua bahkan dokter gigi menganggap gigi desidui pada anak tidak cukup penting dengan pertimbangan bahwa cepat atau lambat gigi desidui akan berganti, sehingga tindakan pencegahan dan perawatan pada gigi desidui dianggap tidak berarti. Sebagai hasil dari pandangan terhadap gigi desidui tersebut, pada prakteknya perawatan gigi desidui seringkali mengarah pada ekstraksi dini (Wibowo dkk,2010) Konsekuensi ekstraksi prematur gigi desidui telah menjadi kontroversi selama bertahun-tahun. Premature loss merupakan sebuah kondisi dimana gigi desidui hilang sebelum gigi permanen penggantinya siap untuk erupsi. Berkurangnya lebar mesiodistal mahkota gigi karena karies, sisa akar gigi desidui dan ekstraksi prematur gigi desidui dapat menyebabkan pergerakan mesial gigi tetangganya (Mozarta,2007). Destruksi pada mahkota gigi atau adanya sisa akar dan premature loss gigi desidui menyebabkan kehilangan dimensi vertikal oklusal. Hilangnya kontak interproksimal karena karies, ekstraksi ataupun ankilosis gigi pengganti dapat menyebabkan

1

kehilangan ruang karena adanya pergerakan mesial dan oklusal ke ruang bekas pencabutan (Wibowo dkk,2010) Kehilangan dini gigi desidui dianggap sebagai faktor lokal yang paling umum menyebabkan maloklusi. Kehilangan dini gigi desidui karena trauma infeksi memiliki potensi untuk mengacaukan perkembangan oklusi karena kehilangan ruang, mengurangi lengkung rahang, dan erupsi gigi permanen yang prematur, tertunda ataupun erupsi ektopik. Selain itu, kehilangan gigi dapat menyebabkan migrasi gigi tetangga ke daerah yang kosong (mesial drifting) dan berkembangnya kebiasaan buruk yaitu lidah akan bergerak ke ruang kosong sampai saatnya gigi pengganti erupsi . Kehilangan dini mengganggu keharmonisan gigi permanen dan konsekuensi utama hilangnya gigi desidui yaitu gigi berjejal, disebabkan oleh migrasi gigi yang berdekatan. Akibat tanggalnya gigi sebelum waktunya maka anak akan mengalami gangguan fungsi pengunyahan, bicara dan estetik. Kehilangan dini gigi desidui tidak hanya menyebabkan kehilangan fungsi, tapi juga menyebabkan maloklusi dan impaksi gigi permanen (Pradipto,2009) Pengaruh kehilangan gigi desidui tergantung pada tipe gigi yang hilang. Semakin ke distal gigi yang hilang, maka semakin besar risiko kehilangan ruang. (Mozartha, 2007). Gigi desidui yang paling rentan terhadap karies dan paling sering dilakukan pencabutan secara dini karena karies adalah gigi-gigi molar satu dan molar dua. Gigi molar desidui cenderung mudah terkena karies karena adanya pit dan fisur pada permukaan oklusal. Kehilangan dini gigi molar desidui cenderung mempengaruhi maloklusi dikarenakan adanya pergeseran gigi yang berdekatan ke ruangan yang hilang tersebut. Kehilangan dini gigi molar satu desidui dapat menyebabkan pergeseran kaninus ke arah distal. Kehilangan dini gigi molar dua desidui adalah sebuah tantangan yang lebih besar karena gigi molar dua desidui berperan dalam menuntun erupsi gigi molar satu permanen. Dengan hilangnya penuntun, maka gigi molar satu permanen berpotensi menyimpang mesial dan kemudian akan menempati ruang untuk gigi premolar dua yang belum erupsi sehingga dapat menyebabkan impaksinya gigi premolar dua (Foster, 1993) 2

1.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang diangkat pada makalah ini adalah apakah faktor penyebab dari kehilangan gigi prematur dan efeknya terhadap perkembangan gigi permanen 1.2 Tujuan Makalah Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab dari kehilangan gigi prematur dan efeknya terhadap perkembangan gigi permanen . 1.3 Manfaat Makalah Manfaat makalah ini adalah menambah pengetahuan dan informasi mengenai faktor penyebab dari kehilangan gigi prematur dan efeknya terhadap perkembangan gigi permanen

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PREMATUR LOSS 2.1.1. Definisi Tanggalnya gigi geligi sulung sebelum waktunya, Itu sebenarnya disebabkan prematur ektraksi. Prematur ektraksi ini akan meninggalkan ruang bekas pencabutan yang akan menyebabkan keadaan abnormal pada gigi di sekitarnya termasuk gigi permanen yang akan erupsi (Sartika,2002) 2.1.2. Etiologi 

Trauma yaitu tercabutnya gigi sulung karna terjatuh atau kecelakaan



Adanya penyakit atau kondisi yang menjadi penyebab prematur ektraksi



Karies besar pada gigi yang tidak bisa dirawat lagi



Resopsi terlalu cepat dari akar-akarnya



Karies yang parah 



Trauma

Toksisitas: a. Acrodynia b. radiasi

 Penyakit metabolik a. acatalasia b. Chediak-Higashi c. Hypophosphatasia d. malignancies  Penyebab yang bermacam-macam: a.

Dentin dysplasia

b.

Aplastic anemia 4

c.

Cherubism

d.

Odontodysplasia

(

(Pradipto, 2009) 2.1.3 Dampak Tanggalnya Gigi Sulung Secara Dini  Efek terhadap fungsi dan kesehatan rongga mulut Tanggalnya gigi-gigi sulung yang terlampau cepat bisa mempengaruhi fungsi mastikasi, karena dengan hilangnya gigi geligi lengkung rahang maka tekanan kunyah akan berkurang. Tanggalnya gigi anterior pada gigi sulung yang terlalu cepat juga bias mempengaruhi fungsi bicara yaitu penyebutan huruf-huruf tertentu menjadi terganggu (Pinkham,1988). Tanggalnya gigi anterior juga mempengaruhi fungsi estetik karena akan mempengaruhi penampilan anak.Pengaruh tanggalnya gigi sulung terhadap kesehatan rongga mulut yaitu, menghilangkan daerah penimbunan makanan dan sepsis oral, selain itu tanggalnya gigi sulung terutama gigi molar bisa mempengaruhi insiden karies bagi gigi-gigi yang tersisa.(Richard,1995)  Efek psikologis terhadap anak dan orangtua Tanggalnya gigi sulung terutama gigi anterior akan mengubah penampilan anak, sehingga akan menimbulkan efek psikologis yang tidak diinginkan yaitu anakanak menjadi kurang percaya diri dan merasamalu karena giginya ompong. Tanggalnya gigi sulung yang terlampau cepat dianggap oleh orang tua sebagai kegagalan, terutama bila sudah dilakukan upaya untuk mempertahankan gigi geligi tersebut.(McDonald, 2004)  Efek terhadap gigi-gigi tetap Efek yang paling penting dari tanggalnya gigi geligi sulung yang terlalu cepat adalah penutupan ruang pada lengkung rahang, sehingga gigi pengganti tidak mempunyai tempat untuk erupsi. Tanggalnya gigi sulung pada lengkung rahang yang sempit akan menimbulkan sususnan yang berjejal pada gigi pengganti, oleh sebab itu

5

perlu dipertimbangkan untuk melakukan pencabutan keseimbangan atau pemasangan alat space maintainer (Sartika, 2002)

2.1.4 Efek spesifik dari ekstraksi dini gigi sulung. 1. Perubahan pada panjang lengkung dental dan oklusi Premature loss akan menunjukkan suatu perubahan pada keutuhan lengkung dental dan oklusi. Suatu management yang tidak tepat dalam permasalahan ini dapat mengakibatkan suatu penutupan space dan kondisi malposisi dari gigi sulung pada segmen anterior dan juga segmen posterior di lengkung dental (Foster,1993)

2. Misarticulation konsonan saat berbicara Khususnya pada konsonan (s),(z),(u),(f), speech pathologist yang telah mempelajari hubungan antara missing teeth dan bunyi konsonan tertentu mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara statistic dalam artikulasi antara kelompokkelompok dengan atau tanpa missing teeth.

3. Perkembangan kebiasaan oral yang mengganggu Prematur loss pada gigi anterior juga posterior bisa mengundang eksplorasi lidah akibat adanya space. Adanya kebiasaan ini setelah gigi sulung erupsi bias mengakibatkan malposisi gigi karna tekanan berlebih oleh lidah (Wibowo dkk,2008) 4. Trauma Psikologis Prematur loss pada gigi sulung khususnya pada gigi anterior sering menyebabkan anak-anak beranggapan keadaan tersebut adalah suatu kondisi yang memalukan umumnya pada anak-anak perempuan. Pada masyarakat yang anaknya menghabiskan waktu menonton tv. Mungkin suatu kondisi yang tidak biasa untuk anak-anak dengan missing teeth untuk membandingkan penampilanya sendiri dengan anak-anak yang lain yang seusianya pada tv. Perbandingan ini di tambahkan oleh

6

ucapan kasar dari teman-temannya, bias menyebabkan anak-anak berperasaan kurang memperhatikan dan menghargai penampilan mereka (Sartika,2002)

2.2.Pemeriksaan radiograf Resorpsi Patologis Resorpsi merupakan pemindahan struktur gigi oleh ostoklas, yang disebut sebagai odontoklas ketika meresorpsi struktur gigi. Resorpsi diklasifikasikan sebagai internal dan eksternal dengan dasar permukaan gigi yang diresorpsi. Resorpsi eksternal mengefeksi permukaan dalam dari ruang pulpa dan kanal (Stuart, 2005) Ada dua tipe yang membedakannya dari gambaran radiografis dan perawatannya. Walaupun tiologi dari lesi-lesi resorptif belum diketahui, tetapi adanya evidensi yang menunjukkan bahwa beberapa lesi merupakan hasil dari infeksi kronis (inflamasi), tekanan dan fungsi yang berlebihan atau faktor-faktor yang diasosiasikan dengan tumor lokal dan kista.(Stuart, 2005) 1. Resorpsi Internal a. Definisi Resorpsi internal terjadi dalam kamar pulpa atau kanal dan meliputi resorpsi dari sekitar dentin. Hal ini menyebabkan pembesaran ukuran dari derah pulpa pada struktur gigi

yang hilang. Kondisi ini bisa transien/sementara dan self

limiting/berhenti dengan sendirinya atau progresif. Resorpsi internal dilaporkan diinisiasi oleh trauma akut terhadap gigi, direct dan indirect pulp capping, pulpotomy dan enamel invagination. b. Gambaran Radiografi Radiograf dapat menunjukkan gejala awal dari resorpsi internal. Lesi radiolusen dan membulat, oval dalam akar atau mahkota dan dilanjutkan dengan

7

gambaran ruang pulpa dan kanal, outline biasanya jelas dan halus atau agak berlekuklekuk.hasilnya dalah perluasan yang iregular dari kamar pulpa atau kanal.

2.Resorpsi Eksternal A.Definisi Pada resorpsi eksternal, odontoklas meresorpsi permukaan luar dari gigi. Resorpsi ini umumnya meliputi permukaan akar tetapi bisa juga meliputi sementum dan dentin, dan pada beberapa kasus secara sedikit demi sedikit meluas ke pulpa.(Stuart, 2005) B..Gambaran Radiografi Umumnya tempat bagi resorpsi akar eksternal merupakan region apikal dan servikal. Ketika lesi mulai pada apex, umumnya terjadi resorpsi yang lambat dari struktur gigi menyebabkan kasarnya apeks. Ketika resorpsi eksternal terjadi sebagai hasil dari lesi inflamasi periapikal, lamina dura hilang di sekeliling apeks. Jika resorpsi dari region apikal terjadi, kanal pulpa tampak secara abnormal meluas pada apeks.(Mathewson,1995)

8

2.3.Periode Gigi-Geligi Permanen Fase gigi-geligi permanen terbentuk pada umur 13 tahun dengan erupsinya seluruh gigi-gigi permanen kecuali gigi molar tiga.6. Gigi-geligi permanen terbentuk pada rahang segera setelah kelahiran, kecuali cusp-cusp gigi molar satu permanen yang terbentuk sebelum lahir (Sartika,2002) Insisivus permanen berkembang pada sisi lingual atau palatal gigi insisivus desidui dan bergerak ke arah labial pada saat erupsi. Gigi premolar berkembang di bawah akar-akar gigi molar desidui.15,17 Kronologi pertumbuhan gigi permanen terlampir pada tabel 2. Urutan erupsi gigi permanen lebih bervariasi dibandingkan gigi desidui. Ada beberapa perbedaan signifikan pada urutan erupsi gigi permanen di maksila dan mandibula.15 Pada mandibula, gigi kaninus erupsi sebelum gigi premolar sedangkan pada maksila gigi kaninus umumnya erupsi setelah gigi premolar. Urutan erupsi yang paling umum pada maksila yaitu gigi M1-I1-I2-P1-C-P2-M2-M3 atau M1-I1-I2-P1- P2-C-M2-M3. Urutan erupsi yang paling umum pada mandibula yaitu gigi M1-I1-I2- C-P1-P2-M2M3 atau M1-I1-I2-P1-C-P2-M2-M3 (Foster,1993)

9

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Laporan Kasus Seorang gadis 6 tahun dirujuk ke Departemen Gigi anak anak tentang rasa sakit dan gigi yang memiliki mobilitas yang berlebihan pada rahang kanannya. Ibu melaporkan bahwa kanan atas pertama sulung gadis gigi molar telah berpecah belah karena karies; pembengkakan terjadi pada sulkus bukal gigi dan antibiotik telah digunakan sebelum mereka datang ke klinik. Pada pemeriksaan, ia mengamati bahwa dia punya karies pada gigi molar primer atas dan gigi seri dan hilang semua geraham primer lebih rendah, yang merupakan bukti kebersihan mulut rendah Pada pemeriksaan intraoral,dapat diamati bahwa tidak ada pembengkakan atau fistulation karena ia menggunakan antibiotic, jaringan enamel mengalami hipoplasia. Terdapat potongan-potongan akar primer pertama molar sekitar gigi tetap. Panorama dan periapikal radiografi dilakukan, evaluasi radiografi, diaamati bahwa perkembangan gigi premolar pertama adalah kurang dari 1/3 dan ada area radiolusen di sekitarnya.

Gambar 1. Jaringan Hypoplasti enamel tepat diatas premolar pertama permanen

10

Gambar 2 Premolar pertama kanan atas erupsi dengan rotasi ringan dengan sisa dari molar pertama Sulung disekitarnya.

Gambar 3 Perkembangan gigi premolar pertama adalah kurang dari 1/3 dan ada area radiolusen di sekitarnya.

11

Gambar 4 Sisa akar dari molar pertama sulung disekitar gigi permanen

Tidak ada pembentukan kista diamati. Keputusan dibuat untuk mengekstrak potongan akar molar sulung dan premolar permanen kanan atas. Diekstrak gigi premolar diperiksa dan nekrosis jaringan pulpa dan jaringan granulasi sekitar akar, sekitar 1 cm.

12

Gambar 5 Ekstraksi gigi premolar. Jaringan pulpa nekrosis dan jaringan granulasi disekeliling akar kurang lebih 1 cm diamati 3.2 Pembahasan Meskipun hipoplasia dan hypomineralization dari gigi permanen adalah konsekuensi terkenal dari infeksi pada gigi sulung, komplikasi infeksi gigi sulung sebagai nekrosis gigi permanen dan ekstraksi tidak biasa. Dalam laporan kasus ini, nekrosis dari pulpa gigi permanen di awal perkembangan tahap akar disebabkan oleh infeksi ekspansif gigi primer. Dengan demikian, gigi tetap harus diekstrak; pemeliharaan ruang dan prostesis berikutnya dibutuhkan pada tahap awal kehidupan pasien. Karena gigi di soket alveolar melindungi massa tulang, penurunan awal gigi mempengaruhi keberhasilan implan atau perawatan lainnya. Kasus tentang kista dentigerous sekitar permanen premolar dan molar telah dilaporkan dalam hubungan dengan infeksi gigi primer (Main,1970). Kista dentigerous ditemukan disekitar folikel gigi molar permanen pertama rahang bawah dalam satu laporan, pengobatan terdiri dari menghapus folikel gigi dan kuretase lesi dengan ekstraksi molar pertama rahang bawah (Lautenschlager dkk,2007). Terdapat juga, laporan utama kista dentigerous yang telah dikembangkan sekitar mahkota sebagian terbentuk dari premolar satu permanen dulu digambarkan sebagai peradangan kista koronal (Main,2007)

13

Peradangan akut menyebabkan kerusakan jaringan dan tulang resorpsi. Sel folikel ameloblasts-sensitif terhadap perubahan lingkungan di sekitar mereka, terutama selama tahap amelogenesis. Jika peradangan akan menyebar ke jaringan folikel dari permanen yang mendasari kuman gigi, hipoplasia enamel atau hypomineralization mungkin terjadi (Cordeiro,2009). Dalam kasus ini, hipoplasia juga diamati pada kanan atas pertama gigi premolar. Patologi perkembangan lain, akar ditangkap pengembangan, dilaporkan dalam gigi premolar terkait dengan infeksi periradicular kronis pada gigi (McDonald, 2004). Dalam kasus ini, perkembangan akar ditangkap tidak sempurna.

14

BAB 4 KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan Dari laporan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa : 1.Infeksi radikuler gigi primer tampaknya menyebabkan tidak hanya jaringan perkembangan atau kelainan morfologi mendasari gigi permanen, tetapi juga dapat menyebabkan serius kerusakan, seperti ekstraksi yang dihasilkan dari nekrosis gigi permanen 2.Kasus ini menekankan pentingnya

pencegahan, diagnosis, dan pengobatan gigi

primer karies gigi permanen sehat dan oklusi. 3.Orang tua harus memahami dengan potensi perkembangan patologi gigi permanen akibat infeksi menyebar dari gigi sulung.

15

TINJAUAN PUSTAKA

1.

Foster, T.D. 1993, Buku Ajar Ortodonsi, Ed. Ke-3, Penerjemah: Lilian

Yuwono, EGC Penerbit Buku Kedokteran., Jakarta. Mc.Donald. 2004. Dentistry for the Child and Adolescent 8th Ed. St.Louis:

2.

Mosby 3.

Mozarta,

Martha.

2007.

http://ultimoclinic.com/services/dental/gigi-anak [26

Gigi

Susu.

desember 2010].

4.

Balhaji S.I. Orthodontic The Art and Science. 2004. New Delhi.

5.

Richard J. Mathewson, DDS. Fundamental of Pediatric Dentistry. 3 ed. 1995.

Quin cessence 6.

Carranza. Clinical periodontics, Sydney B.finn

7.

Stuart C. White and Michael J. Pharoah. Oral Radiology-Principles and

Interpretation 5th. Mosby. 8.

Cordeiro MM, Rocha MJ. The effects of periradicular inflamation and

infection on a primary tooth and permanent successor. J Clin Pediatr Dent 2005 9.

Lautenschläger Gde A, Gallina MC, Ferreira Júnior O, Lara VS. Primary

failure of tooth eruption associated with secondarily inflamed dental follicle: Infl ammatory follicular cyst? Braz Dent J 2007;18:144-7. 12 Shaw W, Smith M, Hill F. Inflammatory follicular cysts. ASDC JDent Child 1980 13

Main DM. Epithelial jaw cysts: A clinicopathological reappraisal. Br J Oral

Surg 1970 14 Mathewson, J. Richard. 1995. Fundamentals of Pediatric Dentistry. Philadelphia: Quintessence Publishing Co. 15 Pinkham. 1988. Pediatric Dentistry (Infancy Throught Adolescence). Philadelphia: W.B Sounders Company.

16

16 Pradipto, Aditya. 2009. Space Maintainer. http://paradipta.blogspot.com/2009/12/space-maintainer.html. [26 Desember 2010]. 17 Sartika, L. 2002. Penatalaksanaan Space Maintainer Lepasan pada Kehilangan Gigi Molar Susu Bilateral. Skripsi. Medan: USU e-Repository. 18 Wibowo, Teguh Budi dan Nuraini, Pratiwi. 2008. Pediatrict Space Management.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2320897101.pdf

Desember 2010].

17

[26

Related Documents

Fix Makalah Bu Heni.docx
December 2019 29
Makalah Gadar Bu Lale.docx
November 2019 32
Makalah Bu Ida.docx
October 2019 30
Makalah Tugas Bu Evy.docx
December 2019 31
Makalah Bu Atri.docx
May 2020 18

More Documents from "Muammar"