Pendekatan Klinis Penyakit Jantung Tiroid Darwin Manuel 102016165 Mahasiswa Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna Utara no. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat – 11510 Abstrak Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm. Fungsi kelenjar tiroid diantaranya adalah untuk menghasilkan hormon tiroid, mempunyai banyak efek pada proses metabolik di semua jaringan terutama di jantung yang paling sensitif terhadap perubahannya. Hipertiroid adalah kondisi dimana hormon tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme muncul sebagai gejala peningkatan kadar hormon tiroid yang bersirkulasi. Efek tiroid pada jantung dan pembuluh darah perifer meliputi penurunan resistensi vaskular sistemik, peningkatan laju jantung, dan peningkatan kontraktilitas ventrikel kiri. Hormon tiroid sangat mempengaruhi kerja jantung secara langsung maupun tidak langsung yang menimbulkan turunnya resistensi perifer sistemik dan menaikan cardiac output. Masalah irama jantung yang paling sering ditemukan pada hipertiroidisme ialah sinus takikardia. Untuk membedakan sturma noduler toksik dan non toksik dapat dilkukan pemeriksaan hormon TSH, T3, dan T4.
Kata kunci : Hipertiroid, irama jantung, takikardia Abstract The thyroid is a small gland, with a diameter of about 5 cm. The function of the thyroid gland is to produce thyroid hormone, has many effects on metabolic processes in all tissues, especially in the heart that is most sensitive to changes. Hyperthyroidism is a condition where excessive thyroid hormone. Hyperthyroidism appears as a symptom of an increase in circulating thyroid hormone levels. Thyroid effects on the heart and peripheral blood vessels include decreased systemic vascular resistance, increased heart rate, and increased left ventricular contractility. Thyroid hormones greatly affect the work of the heart directly or indirectly which leads to a decrease in systemic peripheral resistance and increase cardiac output. The most common heart rhythm problem in hyperthyroidism is sinus tachycardia. To distinguish toxic and non-toxic nodular sturms, examination of TSH, T3, and T4 hormones can be done. Keywords: Hyperthyroidism, heart rhythm, tachycardia
Page 1 of 16 e-mail :
[email protected]
PENDAHULUAN Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm, terletak di leher, tepat di bawah Adam’s apple (jakun). Fungsi kelenjar tiroid diantaranya adalah untuk menghasilkan hormon tiroid, mempunyai banyak efek pada proses metabolik di semua jaringan terutama di jantung yang paling sensitif terhadap perubahannya. Tiroid mensekresikan 2 macam hormone biologis aktif yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang merupakan mediator akhir karena reseptor nukleus T3 pada jaringan berespons terhadap hormone tiroid terutama jantung. pengelolaan kelainan kelenjer tiroid dilakukan dengan melakukan uji kadar hormone TSG dan tiroksin bebas, didasar adanya patofisiologi yang terjadi. TSH yang tersupresi dan T4 yang meningkat menetapkan diagnosis hipertiodisme. Hipertiroid adalah kondisi dimana hormon tiroid yang berlebihan. Peningkatan hormon tiroid dapat menghasilkan manifestasi klinis mulai dari ringan hingga berat. Hipertiroidisme muncul sebagai gejala peningkatan kadar hormon tiroid yang bersirkulasi. Gejala yang muncul dapat halus dan tidak spesifik, membuat hipertiroid sulit didiagnosis pada tahap awal tanpa bantuan data dari laboratirum. Hipertiroid juga memiliki manifestasi pada kardiovaskular, salah satu diantaranya adalah fibrilasi atrium. Hal ini disebabkan karena secara fisiologis, hormone tiroid memiliki efek langsung ke jantung, terhadap sistem saraf simpatis, dan efek sekunder terhadap perubahan hemodinamik.1-3 Fibrilasi atrium adalah kondisi jantung yang menyebabkan detak jantung tidak teratur dan sering tidak normal. Denyut jantung normal harus teratur antara 60-100/menit. Pada Fibrilasi atrium, denyut jantung tidak teratur dan kadang-kadang bisa sangat cepat. Dalam beberapa kasus, bisa jauh lebih tinggi dari 100 kali per menit. Ini dapat menyebabkan masalah termasuk pusing, sesak nafas dan kelelahan. Fibrilasi atrium juga berkairan erat dengan penyakit kardiovaskular lain seperti hipertensi, gagal jantung, penyakit jantung bawaan, kardiomiopati, penyakit jantung coroner, hipertiroid, diabetes mellitus, obesitas, penyakit jantung bawaan, kardiomiopati, penyakit ginjal kronis maupun penyakit paru obstruktid kronik.1,4 Jantung berdebar atau palpitasi adalah kondisi ketika jantung berdenyut terlalu cepat dan tidak beraturan. Pendeerita palpitasi umumnya merasa jantung berdegup cepat dan kencang. Pada beberapa kasus, palpitasi tidak berbahaya. Tetapi palpitasi yang disertai gejala seperti pusing dan sesak di dada, patut diwaspadai. Fibrilasi atrium (FA) merupakan aritmia yang paling
Page 2 of 16 e-mail :
[email protected]
sering ditemui dalam praktik sehari-hari. Fibrilasi atrium menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, termasuk stroke, gagal jantung serta penurunan kualitas hidup.1 ANAMNESIS Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan sehingga membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesis dapat dilakukan terhadap pasien langsung (auto-anamnesis) atau terhadap keluarga/wali/pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinan atau biasa pada anak kecil atau bayi.5,6 Berdasarkan kasus anamnesa yang harus dilakukan terhadap pasien ialah dengan menanyakan identitas pasien seperti umur dan pekerjaannya, menanyakan keluhan utama pasien, menanyakan riwayat penyakit yang deskriptif dan kronologis dan faktor-faktor yang memperberat penyakit seperti demam, lelah atau gejala sistemik laiinya (panas, penurunan BB, kelelahan, lesu, rasa tidak enak badan dan adanya gejala dengan kekacauan mental). Setelah itu dapat ditanyakan riwayat penyakit dahulu seperti apakah pernah menderita sakit tersebut dan aktivitas sosial yang dilakukan sehari-hari, menanyakan riwayat penyakit keluarga apakah pernah menderita penyakit yang sama seperti pasien.6 Hasil dari anamnesis yang didapat seorang laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan berdebar-dabar sejak 2 hari lalu, hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu, tidak terdapat nyeri dada, mudah lelah dan sesak, bertambah berat saat jalan jauh, mereda saat beristirahat, terdapat bengkak atau edema di kaki, tidak terdapat demam, tidak terdapat penurunan berat badan, mempunyai riwayat sakit tiroid 1 tahun lalu dan tidak minum obat secara teratur. PEMERIKSAAN FISIK Pemerikaaan fisik selalu dimulai dengan melihat jalan napas, pernapasan, sirkulasi (ABC) dan tanda-tanda vital, keadaan umum. Pemeriksaan fisik juga memberikan informasi tentang penyebab yang mendasari dan gejala lanjutan dari fibrilasi atrium.2
Page 3 of 16 e-mail :
[email protected]
Tanda-tanda vital meliputi denyut nadi, tekanan darah, laju pernapasan, dianggap penting dalam mengeavuluasi stabilitas hemodinamik dan kecukupan kontrol laju di AF. Pasien yang memiliki denyut nadi irregular biasanya akan menjadi takikardi.2 Pemeriksaan jantung merupakan pusat pemeriksaan fisik pasien dengan AF. Palpasi dan auskultasi diperlukan untuk mengevaluasi penyakit katup jantung dan kardiomiopati.2 Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 110 x/menit irregularly/regular, frekuensi napas 16x/min, suhu 37oC, mata eksoptalmus, leher terdapat pembesaran diameter leher difus, PF jantung IC lateral midclavicular sinistra, pinggang jantung negative, auskultasi HR 130x/menit irregularly irregular, gallop dan murmur negative, ekstremitas edema negative. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium terhadap hormone TSH, T3, dan T4. Peningkatan kadar T4 bebas dan rendah ke tingkat TSH yang tidak terdeteksi adalah diagnostik tirotoksikosis, di tahap awal T3 akan mendahului kenaikan T4. Tingkat TSH yang berlebihan dalam pengaturan T4 bebas yang tinggi menunjukkan hipertiroidisme yang berasal dari kelenjar pituitary.7 Index Wayne sudah dikenal sejak lama dan membantu untuk mendiagnosis hipertiroidisme dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi.
Gambar 1. Wayne Index
Page 4 of 16 e-mail :
[email protected]
Sembilan gejala dan 10 tanda terdaftar, masing-masing dengan bobot perbandingan dalam penilaian. Tanda-tandanya diberi nilai positif dan negative, yaitu tidak adanya beberapa tanda di beri nilai negative. Demikian pula, dua gejala, yaitu penurunan nafsu makan dan prefensi untuk panas, memiliki nilai negative. Skornya berkisar dari +45 hingga -25. Skor lebih dari 19 menyiratkan hipertiroidisme toksik, sementara skor kurang dari 11 menyiratkan eutirodisme dan skor antara 11 dan 19 masih ragu ragu.7 Elektrokardiografi (EKG) biasanya mengkofirmasi diagnosis fibrilasi atrium (AF) dan juga tingkat ventrikel biasanya tidak teratur (kompleks QRS tidak beraturan) Gelombang P tidak ada, digantikan oleh gelombang F (flutter wave) di antara kompleks QRST yang tidak beraturan dan kacau seperti gambar di bawah ini
Gambar 2. EKG dan Flutter wave
Page 5 of 16 e-mail :
[email protected]
Tingkat ventrikel bervariasi dari 130-168 detak per menit permenit. Ritme irregularly irregular, Gelombang P tidak dapat dilihat, denyut jantung (biasanya dalam kisaran 110-140), hipertrofi ventrikel kiri.7 Pemeriksaan Laboratorium
No
Jenis pemeriksaan
Hb Leukosit Trombosit Ht TSH FT4
Nilai normal DARAH 14-18g/dL 4000-11000/ul 150000-440000u/l 41-53% HORMON 0.5-5.0 4.6-12ug/dl
Hasil laboratorium
interpretasi
13g/L 5000u/l 400000u/l 39%
Anemia ringan Normal Normal Menurun
<0,01 mU/L
Menurun Meningkat
Gambaran Radiologi umumnya normal, kadang-kadang dijumpai pembesaran aorta asenden atau desenden, penonjolan segmen pulmonal dan pada kasus yang berat dijumpai pula pembesaran jantung.8 Pemeriksaan Ekokardiografi merupakan salah satu instrument untuk melakukan pemeriksaan jantung. Pada Ekokardiografi ini dilengkapi dengan adanya Doppler dengan prinsip transmisi gelombang suara oleh eritosit, sehingga dapat diukur kecepatan (velositas) dan aliran darah dalam jantung dan pembuluh darah.8 DIAGNOSIS KERJA Diagnosis penyakit jantung tiroid dapat ditegakkan dan dipastikan dengan pemeriksaan kadar hormon tiroid bebas, yaitu kadar FT4 yang tinggi dan TSHs yang sangat rendah. Kombinasi hasil pemeriksaan laboratorium TSHs yang tak terukur atau subnormal dan FT4 yang meningkat jelas menunjukkan hipertiroidisme. Gagal jantung akibat komplikasi hipertiroidisme dapat ditegakkan dengan menggunakan kriteria Framingham, yaitu bila gejala dan tanda gagal jantung memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor.8
Page 6 of 16 e-mail :
[email protected]
Gambar 3. Kriteria Framingham Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien diduga terkena AF rapid ventricular response ec penyakit jantung tiroid dan CHF NYHA fungsional klass II ec penyakit jantung tiroid. DIAGNOSIS BANDING Struma multi / uni nodusa non toksik. Struma disebut juga dengan goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan dari glandula tiorid. Dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjat tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus, dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.8 Pada Hipertiroidisme dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Grave’s disease yang dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolic hormon yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibody dalam darah yang merangsang kelenjar tiroidm sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebih, tetapi ukuran Page 7 of 16 e-mail :
[email protected]
kelenjar tiroid akan menjadi besar. Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Kebanyakan pasien datang dengan mengeluh adanya keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan esofagus atau trakea seperti kesulitan menelan dan sesak napas. Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali timbul perdarahan di dalam nodul. Struma non toksis disebut juga dengan gondok endemic berat ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin berlebih. Dalam keadaan seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang diekskresi lewat urin.8
Gambar 4. Hiperfungsi tiroid ETIOLOGI Berbagai keadaan bisa mengakibatkan gangguan fungsi tiroid baik hipertiroid maupun hipotiroid, dan apabila hal ini berlangsung cukup lama maka akan mengakibatkan terjadinya Penyakit Jantung Tiroid. Beberapa penyebab hipertiroidisme ialah penyakit Grave’s (akibat autoimun), goiter multinodular, adenomatoksik dan proses keganasan kelenjar tiroid.8 EPIDEMIOLOGI Penyakit tiroid cukup sering dijumpai, lebih banyak pada populasi wanita dibandingkan dngan pria dewasa. Prevalensi penyakit tiroid pada wanita 9-15%. Hipertiroidisme 4 – 8 kali lebih sering pada wanita, dengan insiden terbanyak pada dekade ke-3 atau ke-4. Perbedaan prevalensi antara pria dan wanita ini diduga berkaitan dengan mekanisme autoimun yang mendasari sebagian besar bentuk penyakit tiroid, termasuk penyakit Grave’s. selama ini telah Page 8 of 16 e-mail :
[email protected]
diketahui bahwa keadaan autoimun lebih banyak terjadi pada wanita. dengan bertambahnya usia, terutama di atas 80 tahun, insidensi penyakit tiroid tidak berbeda antara pria dan wanita. data epidemiologi penyakit jantung tiroid sendiri sampat saat ini belum diketahui.8 PATOFISIOLOGI Fibrilasi Atrium merupakan irama jantung yang tidak teratur (aritmia) dengan frekuensi 350-600 kali/menit, dan tidak ditemukannya gelombang P pada EKG. Gelombang P tidak terlihat disebabkan karena munculnya gelombang getar (fibrilasi) dengan amplitudo, bentuk, dan durasi yang bervariasi. AF meningkatkan mortalitas dan morbiditas, hal ini merupakan kondisi aritimia yang berbahaya karena Ventricle rate yang cepat dapat menganggu cardiac output dan dapat secaara signifikan menurunkan pengisian ventrikel kiri dan stroke volume, Hilangnya kontraksi atrium menyebabkan stasis darah di atrium dan dapat meningkatkan risiko thrombus, khususnya atrium kiri yang dapat menyebabkan stroke.9 Klasifikasi Fibrilasi Atrial Klafikasi FA banyak berubah seriring dengan perkembangan waktu. Pada tahun 2006 gabungan America College of Cardiology (ACC), American Heart Association (AHA), dan European Society of Cardiology (ESC) membuat klasifikasi FA secara bersama. Dibagi menjadi 5 tipe berdasarkan bentuk dan lama aritmia berlangsung yaki : saat pertama kali didianosa, paroksimal, persisten, long-standing persistent dan permananen fibrilasi atrial.8 1. Setiap pasien yang menunjukkan irama FA yang pertama kali dikategorikan sebagai pasien dengan diagnosis FA pertama kali, terlepas dari durasi dari artimia atau bentuk dan keparahan gejala yang berhubungan dengan irama FA tersebut. 2. Paroksismal FA, akan kembali sendiri ke irama normal, biasanya dalam 48 jam. Walupun FA paroksismal dapat berlanjut hingga 7 hari, patokan 48 jam penting, setelah melewati patokan ini kemungkinan konversi spontan rendah dan antikoagulasi harus dipertimbangkan 3. FA Persisten, muncul ketika episode FA berlangsung lebih dari 7 hari atau membutuhkan kardioversi, baik dengan obat atau dengan kardioversi arus searah
Page 9 of 16 e-mail :
[email protected]
4. Long-standind Persistent A, ketika berlangsung FA lebih dari 1 tahun dan ketika telah diputuskan suatu strategi pengendalian ritme 5. FA Permanen, merupakan munculnya aritmia yang sudah dapat diterima oleh pasien. intervensi pengendalian irama tidak diterapkan pada pasien dengan FA yang permanen Berdasarkan kecepatan laju respon ventrikel (interval RR) maka FA dapat dibedakan menjadi: 1. FA dengan respon ventrikel cepat: Laju ventrikel >100x/ menit. 2. FA dengan respon ventrikel normal: Laju ventrikel 60- 100x/ menit. 3. FA dengan respon ventrikel lambat: Laju ventrike <60x/ menit.5
Gambar 5. Fibrilasi Atrium Hipertiroidisme merupakan bentuk tirotoksikosis yang paling sering dijumpai, terjadi akibat kelebihan sekresi tiroksin (T4) atau triiodotironin (T3). Penyakit Graves merupakan penyebab paling umum; sekitar 50% dari hipertiroid disebabkan oleh penyakit Graves. Hipertiroid pada penyakit Graves biasanya disebabkan karena adanya antibody reseptor TSH yang merangsang aktivitas tiroid secara berlebihan.9 AF pada Hipertiroid Efek hormon tiroid pada jantung dan pembuluh darah perifer meliputi penurunan resistensi vaskular sistemik, peningkatan laju jantung, dan peningkatan kontraktilitas ventrikel kiri. Jika hal ini dideteksi oleh ginjal, maka sistem renin angiotensin aldosterone akan teraktivasi dan absorpsi natrium akan meningkat. T3 juga berperan memproduksi eritropoetin yang akan meningkatkan eritrosit dan menaikkan volume darah dan preload. Kondisi hipertiroid menyebabkan kenaikan cardiac output 50% - 300% dibanding keadaan normal. Patogenis AF pada hipertiroid belum diketahui pasti dan bersifat multifactorial. Page 10 of 16 e-mail :
[email protected]
Pengaruh hormone tiroid terhadap waktu aksi potensial otot jantung diduga berpeluang mencetuskan aritmia jantung. peningkatan kadar T3 menyebabkan durasi potensial aksi miosit lebih pendek pada pasien hipertiroid.9
Gambar 6. Efek hormone tiroid pada sistem kardiovaskuler AF pada Congestive Heart Failure (CHF). Beberapa studi menunjukkan rendahnya kadar T3 pada sekitar 30% pasein dengan gagal jantung kongestif. Besarnya penurunan kadar T3 serum sebanding dengan makin beratnya penyakit jantung berdasarkan klasifikasi NYHA. Sindrom T3 Rendah (ST3R) ditandai dengan penurunan kadar T3 total dan T3 bebas, sedangkan T4 masih dalam keadaan normal. ST3R memiliki efek negative yang potensial, mengakibatkan berbagai penurunan progresif jantung, remodeling miokardium, dan ekspresi gen yang sama dengan terjadinya pada hipotiroidisme primer. Penurunan kadar T3 merupakan predictor kuat mortalitas untuk sebab apapun dan kardiovaskular. Efek Penurunan kadar T3 juga menurunkan polimerisasi aktin pada sarkomer, yang menyebabkan gangguan struktural dan susunan geometeri kardiomiosit yang mempengahuhi kontraktilitas jantung. baik hipotiroidisme maupun hipertiroidisme dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan gagal jantung.8 Gagal Jantung Congestif (CHF) dibagi menjadi 4 klasifikasi berdasarkan pada seberapa banyak mereka terbatas selama aktivitas fisik.7
Class I
: Tidak ada batasan fisik. Aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan
kelelahan yang berlebihan
Class II
: Sedikit pembatasan aktivitas fisik. Nyaman pada saat isthirahat, biasa
pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat.
Page 11 of 16 e-mail :
[email protected]
Class III
: Ditandai adanya aktivitas fisik. Pasien tidak dapat melakukan apapun
tanpa adanya keluhan.
Class IV
: Bilas pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan
harus tirah baring. Biasanya menyebabkan kelelahan, palpitasi, dyspnea. Secara Keseluruhan Hormon tiroid sangat mempengaruhi sistem kardiovaskular dengan beberapa mekanisme, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hormon tiroid meningkatkan metabolisme tubuh total dan konsumsi oksigen yang secara tidak langsung meningkatkan beban kerja jantung. Diketahui bahwa efek tiroid pada jantung dan pembuluh darah perifer meliputi penurunan resistensi vaskular sistemik, peningkatan laju jantung, dan peningkatan kontraktilitas ventrikel kiri. Jika hal ini dideteksi oleh sistem ginjal, maka sistem renin angiotensin aldosterone juga akan teraktivasi dan akan meningkatkan absorpsi natrium berlebih. T3 juga berperan memproduksi eritropoetin yang akan meningkatkan eritrosit dan menaikkan volume darah dan preload. Kondisi hipertiorid menyebabkan cardiac output meningkat 50% - 300% dibanding keadaan normal. Pengaruh hormon tiroid terhadap waktu aksi potensial otot jantung diduga berpeluang mencetuskan aritmia jantung. Peningkatan kadar T3 menyebabkan durasi potensial aksi miosit lebih pendek pada pasien hipertiroid;mempermudah reentry (masuknya kembali gelombang eksitasi yang mengelilingi atrium) dan meningkatkan risiko terjadinya AF.9,10 GEJALA KLINIS Gejala dan tanda yang didapatkan dari penyakit jantung tiroid adalah kombinasi antara gejala dan tanda akibat gangguan fungsi tiroid yang terjadi dengan gejala dan tanda yang terjadi akibat kelainan struktural dan fungsional dari jantung dan pengaruh hemodinamik yang timbul.8 Pada pasien hipertiroidisme akan dijumpai sindrom klasik pasien antara lain berupa mudah marah/emosi, sulit tidur, mudah gelisah, mudah berkeringat, mudah lapar, tetap kurus meski nafsu malam di atas rata rata, haid tak teratur pada wanita, kelemahan otot, sering buang air besar, infertilitas, penurunan libido, eksoftalmus dan berbagai tanda-tanda mata yang khas, bisa terlihat struma/nodul di leher, akropaki, dan tremor halus pada tangan. Pasien hipertiroidisme juga memiliki berbagai gejala dan tanda terkait sistem kardiovaskular yang khas pada tabel di bawah ini.8
Page 12 of 16 e-mail :
[email protected]
Gambar 7. Gejala dan Tanda Kardiovaskular pada Hipertiroidisme KOMPLIKASI Gangguan irama jantung tersering pada hipertiroidisme ialah sinus takikardia dan FA. Prevalensi ST bisa mencapai 40% kasus hipertiroidisme, sedangkan FA bervariasi antara 2-20% pada kasus hipertiroidisme. FA yang proksimal maupun menetap merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya kejadian serebrovaskular (cerebrovascular accident = CVA), baik stroke infark akibat dari tromboemboli. Pasien dengan laju ventrikel kiri yang selalu cepat juga berisiko untuk terjadinya kardiomiopati dilatasi.8 PENATALAKSANAAN Tatalaksana
meliputi
medikmentosa
dan
non-medikamentosa.
Secara
non-
medikamentosa, pasien diminta untuk istirahat tirah baring, diet jantung dengan tujuan mengurangi beban jantung dengan diet yang lunak, rendah garam dan kalori, serta mengurangi segala bentuk stress baik fisik maupun psikis yang dapat memperberat kerja jantung.8 Tatalaksana medikamentosa meliputi penatalaksanaan untuk Penyakit Jantung Tiroidnya dan untuk kadaan hipertiroid yang mendasararinya. Pengobatan hipertioid dapat melalui 3 cara, yaitu dengan pemberian obat anti-tiroid, tiroidektomi atau pemberian yodium radioaktif, Sementara tatalaksana untuk kelainan jantungnya sendiri dibedakan berdasarkan gangguan fungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri, ada tidaknya sindrom kongestif, ada tidaknya gangguan irama dan komplikasi yang menyertai seperti syok dan tamponade jantung.8
Page 13 of 16 e-mail :
[email protected]
Pasien hipertiroidisme dengan FA bisa diberikan Beta Blocker untuk mengendalikan laju ventrikel. Bisa dipilih Beta Blocker selektif atau Beta Blocker non-selektif pada mereka yang tidak ada indikasi kontra. Beta Blocker dapat mengendalikan palpitasi, tremor, dan mengurangi aliran darah ke kelenjar tiroid. Propanolol juga penting untuk mengatasi efek perifer dari hormone tiroid yang bersifat stimulator beta-adrenergik reseptor. Dosis 40-160 mg/ hari bila belum ada dekompensasio kordis.8 Pemberian penghambat kanal kalsium sebaiknya dihindari sebab dikuatirkan akan lebih mempotensiasi penurunan tekan darah mealui efeknya pada sel otot polos arteriola, sehingga menyebabkan syok kardiovaskular dan hipotensi akut. Antikoagulan pada hipertiroidisme dengan FA juga perlu dipertimbangan risk and benefit-nya. Risiko emboli sistemik pada tirotoksikosis, risiko akan lebih besar dari manfaat apabila diberkan kepada pasien muda.8 Obat anti-tiroid yang banyak digunakan ialah profiltiourasil (PTU) dan imidazole. Kedua obat ini termasuk dalam golongan tionamid yang kerjanya menghambat hormone tiroid. Tetapi tidak mempengaruhi sekresi hormon tiroid yang sudah terbentuk. PTU mempunyai keunggulan mencegah konversi T4 menjadi T3 di perifer. Dosis awal PTU yang digunakan ialah 300600mg/hari atau metimazol 30-60 mg/hari. Perbaikan gejala hipertiroidisme dapat tercapai dlam 6-8 minggu. Pada pasien hipertiroidisme dengan AF, terapi awal harus difokuskan pada kontrol irama jantung dengan menggunakan Beta Blocker.8,10 Untuk gagal jantung kongestif yang disertau ganggyan fungsi sistolik, maka tatalaksana umumnya meliputi pembatasan aktivitas, retriksi garam dan cairan, pemberian diuretic, vasodilator, obat penghambat renin angiotensin aldosterone, dan penghambat beta bila keadaan sudah tidak kongestif. Pada kondisi gagal jantung akut, pilihan terapinya adalah kendali laju dengan pemberian digitalisasi cepat berupa digoksin 0,25-0,5 mg intravena (0,01-0,03 mg/kgBB/hari). Pemberian dengan bolus selama 2 menit yang diencerkan dalam 10 cc larutan isotonis. Bila laju jantung belum terkontrol, bolus digoksin dapat diulang 4 jam setelah pemberian pertama dengan dosis maksimal 1,5 mg per 24 jam.8,10 PROGNOSIS Prognosis Penyakit Jantung Tiroid ditentukan oleh berat-ringannya gangguan struktur dan atau fungsi jantung yang ada. Prognosis tidak terlalu jelek atau baik pada mereka dengan Page 14 of 16 e-mail :
[email protected]
fungsi sistolik dan diastolic ventrikel kiri yang masih cukup baik dan tidak ada gangguan irama jantung. Prognosis jelek pada mereka yang sudah terlanjur menjadi kardiomiopati dilatasi dengan tamponade jantung dan yang telah menjadi penyakit arteri coroner.8 PENCEGAHAN Penyakit Jantung Tiroid terjadi akibat gangguan fungsi tiroid baik hipertiroid maupun hipotiroid yang telah berlangsung cukup lama sehingga menimbulkan perubahan menetap struktural dan atau fungsional jantung. Untuk mencegah terjadinya Penyakit Jantung Tiroid, maka setiap gangguan fungsi tiroid yang terjadi perlu diketahui sedini mungkin dan ditangani baik sejak awal. Pola hidup sehat seperti menjaga pola makan dan olahraga juga turut berperan penting untuk mencegah Penyakit Jantung Tiroid. Pola makan dan hidup seperti, mengkonsumsi makanan bergizi seperti makanan tinggi protein, yodium, selenium, zink, dan kalsium.8 KESIMPULAN Hormon tiroid sangat mempengaruhi kerja jantung secara langsung maupun tidak langsung yang menimbulkan turunnya resistensi perifer sistemik dan menaikan cardiac output. Masalah irama jantung yang paling sering ditemukan pada hipertiroidisme ialah sinus takikardia. Untuk membedakan sturma noduler toksik dan non toksik dapat dilkukan pemeriksaan hormon TSH, T3, dan T4.
Page 15 of 16 e-mail :
[email protected]
DAFTAR PUSTAKA
Page 16 of 16 e-mail :
[email protected]