PENGERTIAN DAN HAKIKAT PENDIDIKAN, PENDIDIK, ANAK DIDIK, DAN ETIKA KEILMUAN Makalah ini dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam Dosen Pengampu : Dr. A. Heris Hermawan, M.Ag.
Oleh: Kelompok 2 Semester VI Kelas MPI A Ahmad Algufron
11620100
Amelia Nurhaliza
116201007
Ari Miftah Farid
1162010010
Hilya Gania Adilah
11620100
Ilham Rahmanto
11620100
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Dengan taufik dan hidayahnya, alhamdulillah kita masih diberi berbagai kenikmatan, baik nikmat iman, islam, sehat walafiat. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa umat manusia ke jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan salah satu tugas kelompok mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang “Pengertian Dan Hakikat Pendidikan, Pendidik, Anak Didik Dan Etika Keilmuan ”, semoga dengan pembuatan makalah ini dapat membantu dalam proses pembelajaran dan menambah wawasan. Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak yang telah bekerja sama memberikan kontribusinya dalam penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Mudah-mudahan hal tersebut menjadi amal saleh yang diterima oleh Allah Swt. Penulis berharap agar para pembaca dapat menemukan hal yang berharga dan bermanfaat dari makalah ini. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak atas perbaikan dan penyempurnaan penyusunan makalah ini senantiasa penulis harapkan dan akan dijadikan sebagai bahan revisi bagi penulisan makalah berikutnya. Bandung, Februari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengertian dan hakikat pendidikan? 2. Bagaimana perngertian dan hakikat pendidik? 3. Bagaimana pengertian dan hakikat anak didik? 4. Bagaimana pengertian dan hakikat etika keuilmuan? C. Tujuan Penulisan Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian dan hakikat pendidikan 2. Untuk mengetahui perngertian dan hakikat pendidik. 3. Untuk mengetahui pengertian dan hakikat anak didik. 4. Untuk mengatahui pengertian dan hakikat etika keuilmuan.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan hakikat pendidikan 1. Pengertian pendidikan Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberikan awalan “pe” dan akhiran “an” mengandung arti “perbuatan” (hal dan cara). Istilah pendidikan berasal dari bahasa yunani yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan istilah “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan1 Pendidikan
secara
terminologis
dapat
diartikan
sebagai
pembinaan,
pembentukan, pengarahan, pencerdasan, pelatihan yang ditunjukan kepada semua anak didik secara formal maupun nonformal dengan tujuan membentuk akan didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki keterampilan atau keuahlian, tertentu sebagai bekal dalam kehidupanya di masyarakat. Secara formal, pendidikan adalah pengajaran (at-tarbiyah, at-ta’lim ) sebagaimana menururt muhaimin pendidikan adalah aktifitas atau upaya yang sadar dan terencana, dirancang untuk membantu seseorang mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual ( petunjuk praktis ) maupun mental dan sosial2 Banyak ahli filsafat pendidikan yang mengatakan bahwa arti pendidikan adalah pendidikan sebagai suatu proses, berikut beberapa pengertian yang mengatakan pendidikan sebagai suatu proses:3 1 Ramayulis. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2009). Hlm 83 2 Hasan basri. Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung; pustaka setia 2017). Hlm 53 3 Arifin . Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta; Bumi Aksara 2009). Hlm 14
a. Herman H Horne mengartikan : Pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia, dengan tabiat tertinggi dari kosmos, bila pengertian diatas dijadikan landasan filosofis maka secara ideal, filsafat pendidikan mengakui bahwa manusia itu harus menemukan dirinya sendiri sebagai suatu bagian yang integral dari alam raya yang rohaniah dan jasmaniah[CITATION Muz091 \p 14 \l 1057 ]. b. William Mc Gucken, SJ, seorang tokoh pendidikan katholik berpendapat, bahwa pendidikan adalah suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemapuan manusia, moral, intelektual, dan jasmaniah ynag diorganisasikan, dengan atau kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan penciptanya sebagai tujuan akhir [CITATION Muz091 \p 14 \l 1057 ]
2. Pengertian Pendidikan Islam Dalam khazanah pendidikan islam terdapat sejumlah istilah yang merujuk langsung pada pengertian pendidikan dan pengajaran seperti a-tarbiyah, al-ta'lim, alta'dib dan al-tabyin.4 a. Al Tarbiyah. Istilah tarbiyah bisa dilihat dari beberapa akar kata, antara lain pertama rabayarbu yang berarti berkembang. Kedua rabiya- yarba yang berarti tumbuh. Ketiga rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, mengasuh, memimpin, menjaga dan memelihara atau mendidik. Firman Allah yang mendukung istilah ini antara lain : Artinya:"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh 4 Maksum. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. (Jakarta:Logos wacana ilmu, 1999). Hlm 13-22
kesayangan dan ucapkanlah : Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka mendidikku di waktu kecil." (QS. Al-Isro’ 24) Abdurrahman
Al-Bani
mengatakan
bahwa
at-tarbiyah
mengandung
pengertian-pengertian sebagai berikut : 1) Pendidik yang sesungguhnya adalah Allah SWT 2) Pendidikan berpegang kepada syari’at ilahiyah dan berjalan sesuai hukum dengan hukum-hukum dan kebaikanNya; 3) Pendidikan merupakan kegiatan yang memilki tujuan; 4) Pendidikan meniscayakan adanya pentahapan yang merupakan satu kesatuan; 5) Aktivitas pendidikan mengikuti penciptaan dan aturan-aturan Tuhan (sunnatullah). b. Al-ta’lim Istilah ta’lim memberi pengertian sebagai proses memberi pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggungjawab penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah) dari segala kotoran dan menjadikan dirinya senantiasa dalam kondisi siap untuk menerima hikmah serta mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya dan berguna bagi dirinya.Abdul Fatah Jalal mengatakan istilah ta’lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang lahiriyah, tetapi juga mencakup pengetahuan teoritis mengulang secara lisan, pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan, perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk berperilaku.5 c. Al-Ta’dib 5 Ramayulis. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2009). Hlm 85
Istilah ta’dib mengandung arti ilmu pengetahuan, pengajaran, dan pengasuhan. Syed muhammad naquib al-Attas mengatakan, istilah ta’dib telah mencakup beberapa aspek yang menjadi hakekat pendidikan yang saling terkait, seperti ‘ilm (ilmu), ‘adl (adil), hikmah (kebijakan), ‘amal (tindakan), haqq (kebenaran), nutq (nalar), nafs (jiwa), qalb (hati), ‘aql (pikiran), dan ‘adab (adab). d. Al-Tabyib Istilah ini di gunakan al-Qur’an dalam kaitan tugas untuk mencerahkan manusia dengan kebenaran ilahi. Seperti tercantun dalam QS al-Baqarah :99) “dan sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas , dan tidak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasiq”. Dalam kaitannya dengan kebenaran ilahi tersebut, al-Faruqi menekankan pentingnya islamisasi pengetahuan agar pengetahuan yang ada dan dianggap sekuler dapat berguna untuk membantu manusia mencapai kebenaran ilahi. Dalam penggunaannya, terdapat perbedaan di antara para pakar. Misalnya Abdurrahman Al-Bani lebih condong pada istilah tarbiah, Abdul Fatah Jalal lebih kepada istilah al-Ta’lim, Syed Naquib al-Attas lebih condong pada istilah ta'dib, sementara Ismail Rozi al-Faruqi lebih kepada tabyin.
3. Hakikat pendidikan Hakikat pendidikan menjangkau 4 hal yang sangat mendasar, yaitu sebagai berikut:6 a. Pendidikan Hakikatnya adalah proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi utama dari manusia sebagai mahluk berpikir. b. Pendidikan hakikatnya adalah pelatihan keterampilan setelahmanusia memperoleh ilmu pengetahuan yang memadai dari hasil olah pikirnya 6 Hasan basri. Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung; pustaka setia 2017). Hlm 56
c. Pendidikan dilakukan dilembaga formal dan non formal. d. Pendidikan
bertujuan
mewujudkan
masyarakat
yang
memiliki
kebudayaan dan peradaban yang tinggi dengan indikator utama adanya peningkatan kecerdasan intelektual masyarakat, etika dan moral masyarakat yang baik dan berwibawa, serta terbentuknya kepribadian yang luhur. Hakikat pendidikan dalam islam adalah kewajiban mutlak yang dibebankan kepada semua umat islam, bahkan kewajiban pendidikan atau mencari ilmu dimulai semenjak bayi dalam kandungan hingga masuk keliang lahat. Pendidikan agama menjadi bagian utama dalam pendidikan islam. Oleh sebab itu, hakikat pendidikan islam dapat di artikan secara praktis sebagai hakikat pengajaran Al-Qur’an dan Assunnah. Berdasarkan firman Allah SWT. Dalam surat Asy-Syura ayat 52 sebagai berikut yang artinya : “dan demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Alqur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah AlKitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al-qur’an cahaya, yang kami tunjukki dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk
kepada
jalan
yang
lurus.”
(Q.S
Asy-Syura:
52).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah cahaya yang memberi petunjuk kehidupan. Dengan demikian, hakikat pendidikan islam adalah upaya tanpa putus asa unuk menggali hidayah yang terkandung dalam Al-qur’an. Hidayah yang dimaksud adalah hidayah iman, ilmu, dan amal. Hidayah iman artinya semua orang yang menggali kandungan al-qur’an hendaknya beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW. Serta beriman kepada kitab Al-Qur’an.
B. Pengertian Dan Hakikat Pendidik 1. Pengertian Pendidik
Menurut A.D. Marimba, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, pendidik dalam perspektif islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik secara seimbang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.7 Pendidik disebut juga dengan guru, merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia yang diharapkan kehadiran dan perannya dalam pendidikan, sebagai sumber yang menempatkan posisi darn memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Hal itu tidak dapat disangkal karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat.8 Hlm 57 2. Hakikat Pendidik Hakikat pendidik adalah guru yang singkatannya digugu dan ditiru. Pendidik atau guru adalah contoh terbaik bagi murid-muridnya yang menjadi anak didik di berbagai lembaga pendidikan. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik kepada anak
didik,
dengan
menyediakan
lingkungan
yang
menyenangkan
dan
menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan anak didik. Ketika interaksi edukatif itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat dan mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang menjadi penghambat jalannya proses interaksi edukatif, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari
7 Mukroji, Hakekat Pendidik dalam Pandangan Islam (Jurnal Kependidikan, Vol.2(2) Tahun 2014),hlm.3 8 Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2017) hlm 57
luar diri anak didik, harus dihilangkan, dan bukan dibiarkan. Karena keberhasilan interaksi edukatif lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas. 9 Tanggung jawab pendidik adalah tanggung jawab dunia dan akhirat karena pendidik adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, mencerdaskan anak didik, meningkatkan keterampilan anak didik, dan memberikan contoh perilaku kepada anak didik. Sumher kesuksesan berada pada para pendidik. Demikian pula sumber kegagalan. Akan tetapi, kegagalan pendidikan tidak hanya disebabkan oleh pendidiknya, melainkan -untuk konteks Indonesia- lebih banyak disehabkan oleh keadaan ekonomi orang tua murid, kesejahteraan guru, anggaran pendidikan, kualitas guru, dan pengembangan pendidikan yang rendah. Jika kenyataannya demikian, hakikat pendidik bukan hanya membimbing anak didik, membina dan mengembangkan kecerdasannya. Para pendidik pun bertugas memberikan pengertian kepada anak didik tentang kondisi lembaga pendidikan yang dimanfaatkan untuk sekolah. Para pendidik yang sekaligus sebagai pengelola pendidikan, pejabat di lembaga pendidikan, sebagai guru dan bahkan sebagai orang tua murid memiliki kesadaran yang sama tentang tugas dan fungsinya sebagai pendidik.
Hakikat
pendidik
adalah
mendidik,
membina,
melatih,
dan
mengembangkan tiga aspek penting yang dimiliki anak didik. Tiga aspek tersebut adalah schagai berikut: 1. Aspek yang berkaitan dengan potensi akal anak didik agar kecerdasannya meningkat; 2. Aspek rohani anak didik agar kepekaan imannya meningkat, emosinya semakin terarah dan semakin dewasa, sabar dan tidak mudah putus asa dalam memecahkan masalah atau ulet; dan
9 Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2017) hlm 60-61
3. Potensi spiritualnya, yakni semakin kuat iman, meningkat amal ibadahnya, semakin dekat dengan Allah dan semakin tinggi pengamalan Al-Quran dan As-Sunnah.10 Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, para pendidik adalah orang yang mengupayakan terbentuknya manusia yang rasional dalam mengimani sesuatu yang bersifat metafisikal, melakukan filter dalam menerima doktrin agama. Para pendidik harus orang-orang yang ikhlas mengabdikan dirinya untuk kepentingan generasi muda atau generasi di masa depan. Tanpa sikap mengabdi, pendidikan di Indonesia lama-kelamaan akan semakin buruk. Tanpa sikap yang nerimo atau ikhlas, tidak akan ada orang yang mau menjadi guru di tempat terpencil, gaji kecil, sekolah bobrok, dan lokasi tempat bekerja yang sangat jauh dari tempat tinggalnya. Pendidik Islam ialah individu yang melaksanakan tindakan secara Islami dalam satu situasi pendidikan Islam untuk lujuan yang diharapkan. Pendidik ini merupakan faktor human kedua sesudah terdidik. Walaupun pandangan dari paham teacher centred, pada umumnya, tidak diterima, pendidik mempunyai peranan yeng amat penting di dalam proses pendidikan. Dikatakan demikian karena tanpa pendidik, pendidikan tak mungkin dapat berlangsung. Imam Al-Ghazali seorang ahli didik Islam juga memandang bahwa pendidik mempunyai kedudukan utama dan sangat penting. Al-Ghazali mengibaratkan pekerjaan guru bagaikan matahari atau minyak wangi. Matahari adalah sumber cahaya yang dapat menerangi bahkan memberikan kchidupan. Sebab, dengan ilmu yang diperoleh dari guru, jelaslah baginya yang benar dan yang salah, dan selanjutnya memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Adapun mengenai minyak wangi adalah benda yang disukai setiap orang. Karena ilmu itu penting bagi kehidupan manusia dunia dan akhirat sehingga setiap orang pasti menuntutnya dan mencintainya.11 10 Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2017) hlm 65 11 Hasan Basri. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, hlm 69-70
Menurut Athiyah Al-Abrasyi, pendidik itu ada tiga macam, yaitu: 1. Pendidik kuttab, ialah pendidik yang mengajarkan Al-Quran kepada anakanak di kuttab. Sebagian di antara mereka hanya mengajar membaca, menulis, dan menghafalkan Al-Quran. Sehagian di antara mereka mengajar untuk kepentingan duniawi atau mencari penghidupan saja sehingga kurang mendapat kehormatan dari masyarakat. Namun, ada pula yang berilmu pengetahuan luas dan mengajar secara ikhlas sehingga mendapat kehormatan dan penghargaan yang mulia. Di antara mereka seperti Al-Hajaj, Al-Kumait, Al-Khatib Atha bin Abi Rabah, dan lain-lain. 2. Pendidik umum, ialah pendidik pada umumnya. la mengajar di lembaga lembaga pendidikan dan mengelola atau melaksanakan pendidikan Islam secara formal, seperti madrasah, pondok pesantren, pendidikan di masjid, surau, alaupun pendidikan informal seperti keluarga. 3. Pendidik khusus, atau seringkali disebut muadib, yaitu pendidik yang memberikan pelajaran khusus kepada seorang atau lebih dari seorang anak pembesar, pemimpin negara atau khalifah seperti pendidikan yang dilaksanakan di rumah-rumah tertentu di istana. Dalam hal ini biasanya orang tua terdidik bersama-sama dengan pendidik memilih dan menentukan mata pelajaran yang akan diajarkan kepada anak didik.12 Tugas sebagai pendidik adalah tugas yang amat mulia. Pendidik adalah orang yang akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Karena para pendidik, lahirlah para pemimpin dunia. Sepandai apa pun scorang sarjana, ulama, pemimpin negara, arsitek, dan teknisi, semua itu akibat didikan dari para pendidik. Seorang jenderal yang memimpin pasukannya tidak mungkin langsung menjadi jenderal. Sebelumnya ia duduk di sekolah dasar, sekolah lanjutan, kemudian ia belajar dan terus belajar dan 12 Hasan Basri, 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, hlm 72
karena ilmu pengetahuan yang mampu ia serap dan ia kembangkan, ia berhasil meraih cita-citanya. Betapa jasa-jasa pendidik sangat besar meskipun di Indonesia ini, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa dan pahlawan yang tidak dikubur di maka pahlawan , juga guru tidak akan membuat orang menjadi kaya dengan harta.13 C. Pengertian dan Hakikat Anak Didik 1. Pengertian Anak Didik Anak didik dalam perspektif Filsafat pendidikan Islam memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. Karakteristik ini akan membedakan konsep pendidik dan anak didik dalam pandangan pendidikan lainnya. Hal itu juga dapat ditelusuri melalui tugas dan persyaratan ideal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik dan peserta didik yang dikehendaki oleh Islam. Tentu semua itu tidak terlepas dari landasan ajaran Islam itu sendiri. Sebagaimana Sa’id Ismail Ali yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, bahwa sumber pendidikan islam terdiri atas enam macam, yaitu al-Qur’an, As Sunnah, perkataan sahabat (madzhab shahabi), kemaslahatan umat/sosial (mashalil al mursalah), tradisi (’uruf ) dan pemikiran dari para ahli dalam islam (ijtihad)14 2. Hakikat Anak Didik Dalam perspekti filsafat pendidikan Islam hakikat anak didik terdiri dari beberapa macam: a. Anak didik adalah daarah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya, maka semua keturunanya menjadi anak didiknya di dalam keluarga b. Anak didik adalah anak semua yang berbeda dibawah bimbingan di bawah pendidik formal maupun nonformal,seperti pndok pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan, tempat pengajian anak seperti TPA.
13 Hasan Basri Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2017) Hlm 75 14 Hasan basri. Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung; pustaka setia, 2017). Hlm 88
c. Anak didik secara khususnya adalah orang-orang yang belajar dilembaga pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat, pembelajaran, dan berbagi hal yang berkaitan dengan proses pendidikan. Anak didik merupakan subjek utama dalam pendidikan. Tugas utama anak didik adalah belajar , menuirut ilmu mempraktikan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila anak didik menerima mata pelajaran ilmu agama islam yang didalamnya terdapat materi ibadah sholat, ilmu yang diterimanya dapat menjadi penuntun kehidupan ibadahnya. Dalam psikologi belajar, sebagaimana dikemukakan oleh syaiful bahri djamarah (2002:46) anak didik mengerti tugasnya dalam belajar adalah anak didik yang konsentrasinya penuh dalam memperhatikan pelajaran. Keberhasilan belajar anak didik ditentukan tiga hal yang mendasar, yaitu: a. Sikap anak didik yang mencintai ilmu dan para pendidiknya b. Sikap anak didik yang selalu konsentrasi dalam belajar c. Tumbuhnya sikap mental yang dewasa dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan. Menurut alirann kognitivisme, keberhasilan pendidikan atau keberhasilan belajar adalah terjadinya perubahan mentalitas anak didik menjadi lebih baik, lebih dewasa, dan lebih cerdas dalam memecahkan masalah. Pendekatan filosofis dalam memahami karakteristik anak didik adalah tiga perbedaan anak didik yang dihadapi. 1. Perbedaan Biologis Perbedaan biologis barkaitan dengan keadaan jasmanio anak didik karena tidak semua anak didik memiliki jasmani yanmg normal, mungkin ada yang tubuhnya cacat, dan keadaan biologis lainya. 2. Pendekatan Intelektual Menurut syaiful bahri djamarah (2005:57), intelegensi merupakan sala satu yang selalu aktual untuk dibicarakan dalam dunia pendidikan. Keaktualan itu karena intelegensi adalah unsur yang ikut memengaruhi keberhasilan belajar anak didik. 3. Perbedaan Psikologis Keadaan psikologis anak didik dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan tentu oleh lingkungan sekolahnya.para pendidik secara
langsung dapat mengaruhi psikologis anak didik, misalnya pendidik yang terkesan galak, mudah tersinggung dan kurang kreatif, akan menyebabkan anak didiknya menjadi kurang menyukai mata pelajaran yang disampaikan atau kurang menyukai pendidikan secara pribadi. D. Pengertian dan Hakikat Etika Keuilmuan Istilah etika keilmuwan mengantarkan kita pada kontemplasi mendalam, baik mengenai hakekat, proses pembentukan, lembaga yang memproduksi ilmu lingkungan yang kondusif dalam pengembangan ilmu, maupun moralitas dalam memperoleh dan mendayagunakan ilmu tersebut. 1. Pengertian etika keuilmuan Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani kunoethos. Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; pada rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha), berarti adat istiadat. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilainilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yg lain.
2. Hakikat etika keuilmuan Etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya, etika membahas tentang tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan
masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.15
Etika dalam aksiologi ilmu yang terkait dengan persoalan nilai ilmu pengetahuan yang dalam kajian filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu : 1. Nilai Logika (Benar - Salah) Nilai logika disini, yaitu nilai mengenai benar atau salahnya tindakan/kejadian.Dalam hal ini nilai logika berkaitan dengan tindakan/kejadian yang dilakukan oleh seseorang. Sebagai contoh seorang siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, kemudian ia berhasil menjawab dengan benar, maka secara logika jawaban tersebut dianggap benar bukan baik, dan ketika jawabannya keliru maka secara logika jawaban tersebut dianggap salah bukan buruk. 2. Nilai Etika (Baik - Buruk)
Nilai etik/etika adalah nilai tenteng baik-buruk yang berkaitan dengan perilaku manusia.Jadi, kalu kita mengatakan etika orang itu buruk, bukan berarti wajahnya buruk, tetapi menunjuk perilaku orang itu buruk.Nilai etik adalah nilai moral.Jadi, moral yang di maksudkan disini adalah nilai moral sebagai bagian dari nilai. 3. Nilai Eatetika (Indah - Jelek) Estetika merupakan nilai yang berkaitan dengan keindahan, penampilan fisik, bukan nilai etik.Nilai estetika berkaitan dengan penampilan, sedangkan nilai etik atau buruk moral berkaitan dengan perilaku manusia. Terkait dengan kajian etika, secara historis etika sebagai usaha filsafat lahir dari kehancuran moral dilingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun yang lalu. Karena pandangan-pandangan yang lama tentang baik dan buruk tidak lagi dipercayai,para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia, Situasi itu berlaku pada zaman sekarang juga,bahkan bagi kita masing-masing.Yang dipersoalkan bukan hanya apakah yang merupakan kewajiban saya dan apa yang tidak,melainkan manakah norma-norma untuk menentukan apa yang harus dianggap sebagai kewajiban.Untuk mencapai suatu pendirian dalam pergolakan pandangan-pandangan moral ini refleksi kritis etika diperlukan. 16
15 https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/etika-keilmuan-2/ 16 Muhamad Syahroni, Etika Keilmuan Sebuah Kajian Filsafat, Mahasiswa Program Doktor UIN Walisongo, Volume 25 No. 1 Juni 2014
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA Arifin. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Basri, Hasan. 2017. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/etika-keilmuan-2/ Maksum. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. (Jakarta:Logos wacana ilmu, 1999). Hlm 13-22
Mukroji. 2014. Hakekat Pendidik dalam Pandangan Islam. Jurnal Kependidikan. Vol.2(2) Ramayulis. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia Syahroni, Muhamd. Etika Keilmuan Sebuah Kajian Filsafat, Mahasiswa Program Doktor UIN Walisongo, Volume 25 No. 1 Juni 2014