MAKALAH BIOMEDIK II BAHAN SEDIAAN OBAT
Dosen Pengampu : Dr.dr.Dien Gusta Anggraini Nursal,M.K.M.
Oleh : DINA KHAIRUNNISAH (1811211037) NAMIRA SALSABILA (1811212007) LUCY AKHILA (1811212013) WINDA MAILINDRA (1811212030) IRMA MAINANDA (1811212052) RAHMATULLAH ADELIA (1811213016) HANA YULLYA NURHUDA (1811213031) KELOMPOK 10
PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS 2019
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik tentang “Pembuatan Bahan Sediaan Obat” yang mencakup materi pengantar dan klasifikasi bahana sediaan obat, manajemen obat, jenis obat tradisional, dan imunisasi. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca memahami tentang Bahan Sediaan Obat (BSO). Kami juga berharap makalah ini tersusun dengan baik dan rapi. Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang positif. Tidak lupa juga kami sampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Padang, 30 Maret 2019 Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR…………………………………….……………………. DAFTAR ISI ………………………………………………………..…………..
i ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………………… B. Rumusan Masalah ………………………………………………………... C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………….
1 1 1
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Bahan Sediaan Obat................................................................ 2.2 Klasifikasi Bahan Sediaan Obat................................................................ 2.3 Manajemen Obat....................................................................................... 2.4 Obat Tradisional......................................................................................... 2.5 Imunisasi.................................................................................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………………. B. Saran …………………………………………………………………. ….. DAFTAR PUSTAKA
2 2 6 12 16 18 18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional. Bahan aktif obat agar digunakan nyaman, aman, efisien dan optimal dikemas dalam bahan sediaan obat (BSO) . Bahan sediaan obat (BSO) dapat mengandung satu atau lebih komponen bahan aktif. Formulasi BSO memerlukan bahan tambahan contohnya antara lain bahan pelarut atau bahan pelicin. Macam bahan tambahan tergantung macam Bentuk Sedian Obat. Dalam era globlalisasi sekarang ini, industri farmasi dituntut untuk dapat bersaing dengan industri farmasi baik dalam maupun luar negeri agar dapat memperebutkan pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan obat yang bermutu bagi masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana dan apa saja klasifikasi obat? b. Bagaimana cara manajemen obat? c. Apa saja jenis obat tradisional? d. Apa itu imunisasi? 1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui bahan-bahan yang terkandung dalam obat b. Agar memahami cara manajemen obat c. Agar mengetahui tentang imunisasi dan pentingnya imunisasi
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Bahan Sediaan Obat Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan. 2.2 Klasifikasi Bahan Sediaan Obat Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair, bentuk sediaan semipadat, dan bentuk sediaan solida/padat. 1. Sediaan bentuk cair a. Sirup Sirup adalah sediaan berupa larutan yg mengandung sukrosa (64-65%). Jenis-jenis sirup : Sirup obat Sirup simplek Sirup pewangi b. Eliksir Eliksir adalah sediaan cair yang jernih, manis, merupakan larutan hidroalkoholik, terutama untuk pemakaian oral, biasanya beraroma. Jenis-jenis eliksir : Non-medicated elixir: bisa sebagai vehikulum Medicated elixir: sebagai obat. c. Guttea (obat tetes) Guttea (obat tetes) merupakan sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi, digunakan baik untuk obat luar maupun obat dalam. Penggunaan obat dalam dilengkapi dengan alat penetes berskala. d. Injeksi Injeksi merupakan sediaan steril dan bebas pirogen yg berupa larutan, emulsi, suspensi, maupun serbuk yg dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan. e. Enema
Enema adalah suatu larutan yang penggunaannya melalui rektum (anus), digunakan untuk memudahkan buang air besar, mencegah kejang, atau mengurangi nyeri lokal. f. Gargarisma / gargle Gargarisma/ gargle adalah sediaan obat berupa larutan yang umumnya pekat dan harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Secara umum, memiliki 2 efek : Efek kosmetik : membersihkan, menghilangkan atau mencegah bau mulut Sebagai terapetik : mencegah karies gigi, pengobatan infeksi g. Douche Douche adalah larutan yang digunakan secara langsung pada lubang tubuh, bermanfaat sebagai pembersih atau antiseptik. Contoh : vaginal douche, eye douche, pharingael douche, dan nasal douche. h. Suspensi Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat yang tidak larut dan terdispersi dalam cairan pembawa. Dalam kemasan terdapat etiket bertuliskan “Kocok Dahulu sebelum digunakan” i. Emulsi Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair yg tidak saling campur, distabilkan dengan emulgator yang sesuai. Juga terdapat penjelasan “kocok dahulu sebelum digunakan” pada kemasannya. j. Infusa Infusa adalah sediaan cair yg dibuat dari simplisia nabati menggunakan air panas (T:90°C) selama 15 menit. 2. Sediaan bentuk semipadat a. Salep Salep adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunakan untuk pemakaian luar. b. Krim Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air (>60%), mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
Jenis-jenis krim :
Tipe O/W, contoh: vanishing cream Tipe W/O, contoh: cold cream. c. Pasta Pasta merupakan salep padat, kaku, keras, dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai penutup atau pelindung. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk (>50%) dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak (gliserol, mucilago, atau sabun). d. Gel Gel merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi. 3. Bentuk sediaan solida/padat a. Pulvis/Pulveres/Serbuk Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan ditujukan untuk obat dalam atau luar. Pulveres adalah serbuk yang masing2 dibungkus dengan pengemas yang cocok sekali minum. Pulvis adalah bentuk jamaknya pulveres. Contoh : serbuk untuk obat dalam : puyer bintang toedjoe serbuk untuk obat luar : sulfanilamide b. Tablet Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dg atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan berfungsi sbg pengisi, pengembang, pengikat, pelicin atau fungsi lain yg cocok. Berat tablet antara 50mg-2g, umunya sekitar 200mg800mg. Macam-macam tablet : - Tablet salut Tablet salut adalah tablet yang disalut dengan satu atau lebih lapisan dari campuran berbagai zat seperti damar sintetik, gom, gelatin, pengisi yang tidak larut dan tidak aktif, gula, zat pewarna yang diperbolehkan oleh peraturan, dan kadang-kadang penambah rasa serta zat aktif. Tablet bersalut gula (dragee) Tablet bersalut gula bertujuan untuk menutupi rasa, warna, dan bau obat.
Tablet salut selaput (film coat) Tablet salut selaput ialah tablet yang dilapisi lapisan selaput tipis dengan zat penyalut yang dikenakan atau disemprotkan pada tablet. Tablet salut enteric Tablet salut enteric adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relatif tidak larut dalam asam lambung, tetapi larut dalam usus halus. -
Tablet effervescent Tablet effervescent adalah sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Gas yang dihasilkan umumnya adalah karbondioksida (CO2). Tablet effervescent terdiri dari campuran antara natrium bikarbonat dengan asam sitrat atau asam tartrat yang apabila dicelupkan ke dalam air maka akan berbuih atau membentuk gas CO2
-
Tablet sublingual Tablet sublingual adalah tablet yang digunakan dengan cara diletakkan di bawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet bukal adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
-
Tablet lepas lambat Tablet lepas lambat adalah sediaan tablet yang dirancang untuk memberikan aktivitas terapetik diperlama dengan cara pelepasan obat secara terus- menerus selama periode tertentu dalam sekali pemberian.
-
Tablet lozenges Tablet lozenges adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih zat aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut.
-
Tablet kunyah
-
Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk dikunyah, memberi residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
c. Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yg terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yg dapat larut. Cangkang kapsul terbuat dari gelatin, pati, atau bahan lain yang cocok.
d. Suppositoria Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yg diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra. Sediaan ini dapat meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh. e. Pil Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan obat. Berdasarkan beratnya dibagi menjadi : Pil (bobot 60-300mg, bobot ideal 100-150mg , rata-rata 120 mg) Boli (pil yang beratnya >300mg) Granula (1/3 – 1 grain; 1grain = 64,8mg) Parvul (< 1/3grain) f. Implant/Pellet/Susuk Implant/Pellet/Susuk adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan atau pelet dimaksudkan untuk ditanamdi dalam tubuh (biasanya secara subkutan) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama. 4. Bentuk sediaan gas Sediaan gas adalah sediaan yang dikemas dibawah tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaiaan topical pada kulit dan juga pemakaiaan local pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol lingual) atau paru- paru (aerosol inhalasi) ukuran partikel untuk aerosol inhalasi harus lebih kecil dari 10 mm, sering disebut juga “ inhaler dosis turukur “. 2.3 Manajemen Obat Pengobatan yang bermutu dan berkualitas sesuai standart dapat berjalan dengan baik dan lancar jika ketersediaaan serta manajemen obat dan alat kesehatan sesuai standar dan memenuhi aturan yang ada. Pengelolaan(manajemen) obat merupakan suatu rangkaian kegiatan
dari
puskesmas
yang
menyangkut
aspek
perencanaan,
permintaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian penggunaan, dan pencatatan dan pelaporan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana,dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam
upaya mencapaitujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja Menurut Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005 dikatakan bahwa obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi
diagnosis, pencegahan,
atau keadaan
penyembuhan,
patologi
pemulihan,
dalam
rangka penetapan
peningkatan,
kesehatan
dankontrasepsi. Manajemen pengadaaan obat dan alat kesehatan adalah salah satu unit yang paling penting dalam sebuah institusi pelayanan kesehatan. Jika tidak terdapat manajemen yang baik mengenai obat dan alat kesehatan maka seringnya dokter akan memberikan obatobatan yang terlalu banyak, menggunakan obat yang lebih mahal di mana seharusnya bisa digunakan obat yang lebih murah, mengobati pasiennya sebelum diagnosa ditegakkan, dan bisa saja melebihi dosis yang dianjurkan serta mungkin dapatmenggunakan alat kesehatan yang tidak layak pakai. Obat harus digunakan oleh orang yang mempunyai keahlian, pengetahuan dan akurasi karena jika tidak, obat-obat tersebut menjadi sebuah bahan yang berbahaya bagi konsumennya. Tujuan dari manajemen obat adalah agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu yang terjamin dan harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan yang bermutu dan obat dapat digunakan secara bijaksana dan mencegah penggunaan yang berlebihan dari yang dibutuhkan oleh pasien. Di bawah ini adalah beberapa alasan mengapa diperlukan manajemen obat yang baik:
Obat merupakan bagian penting dari pelayanan kesehatan terhadap pasien. Konsekuensinya, ketersediaannya atau ketidakadaanya akan berkontribusi pada efek baik positif maupun negatif pada kesehatan. Pengaturan obat yang buruk, terlebih dalam lembaga pelayanankesehatan masyarakat negara berkembang adalah masalah yang sangat penting. Diperlukan perbaikan manajemen, agar institusi dapatmenghemat biaya dan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Permasalahan obat bukan hanya tanggung jawab petugas farmasi saja.Obat-obat tidak disimpan di lemari pendingin (refrigerator), sehingga banyak vaksin dan obat yang tidak efektif lagi. Oleh karena alasan-alasan tersebut diatas, maka seorang manajer harus mampu dalam manajemen obat di sebuah institusi. Manajemen obat ini sama seperti manajemen yang lain yaitu melibatkan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing ), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian (controlling).
Siklus manajemen obat Ada 4 siklus manajemen pengelolaan obat yaitu, selection (seleksi), procurement (pengadaan), distribution (distribusi), dan use (penggunaan). Masing-masing tahap dalam siklus manajemen obat saling terkait sehingga harus dikelola dengan baik agar masing-masing dapat berfungsi secara optimal. Dalam tahapan yang saling terkait dalam siklus manajemen obat tersebut diperlukan suatu sistem suplai yang terorganisasi agar kegiatan berjalan baik dan saling mendukung sehingga ketersediaan obat dapat terjamin sehingga mendukung pelayanan kesehatan dan menjadi sumber pendapatan rumah sakit yang potensial. Siklus manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung manajemen (management support) yang meliputi organisasi, administrasi dan keuangan, Sistem Informasi Manajemen (SIM), dan sumber daya manusia (SDM). Setiap tahapan siklus manajemen obat harus selalu didukung oleh keempat management support tersebut sehingga pengelolaan obat dapat berlangsung secara efektif dan efisien. 1. Selection Selection atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang ada di apotek, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Untuk dapat menyeleksi suatu perbekalan farmasi yang nantinya akan direncanakan harus terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data yang dapat memberikan gambaran tentang kebutuhan perbekalan farmasi apotek. Adanya proses seleksi obat mengurangi obat yang tidak memiliki nilai terapeutik, mengurangi jumlah jenis obat dan meningkatkan efisiensi obat yang tersedia. Menurut WHO, tahap-tahap seleksi obat pertama kali harus membuat daftar masalah kesehatan yang umum dialami. Setelah itu menentukan terapi standar untuk memilih obat standar yang digunakan dan terapi non obatnya. Tahap ketiga melihat daftar obat esensial yang ada untuk kemudian dibuat daftar obat yang berguna. Semua ini bertujuan untuk mendapatkan ketersediaan dan penggunaan obat yang lebih rasional. Proses penyeleksian perbekalan farmasi menurut WHO dapat didasarkan pada kriteria berikut: a. Berdasarkan pola penyakit dan prevalensi penyakit (10 penyakit terbesar). b. Obat-obat yang telah diketahui penggunaannya (well-known), dengan profil farmakokinetik yang baik dan diproduksi oleh industri lokal. c. Efektif dan aman berdasarkan bukti latar belakang penggunaan obat d. Memberikan manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal, termasuk manfaat secara financial.
e. Jaminan kualitas termasuk bioavaibilitas dan stabilitas. f. Sedapat mungkin sediaan tunggal Sedangkan menurut DOEN kriteria seleksi obat yaitu : - Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan pasien - Memiliki rasio resiko manfaat yang paling menguntungkan - Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan - Obat mudah diperoleh Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif dan efisien. Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan farmasi serta meningkatkan penggunaan persediaan farmasi secara efektif dan efisien. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan obat, yaitu : a. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat mencapai tujuan dan sasaran b. Persyaratan barang meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu merk dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku c. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang. d. Pertimbangan anggaran dan prioritas. Adapun metode perencanaan meliputi : a.
Metode konsumsi; adalah suatu metode perencanaan obat berdasarkan pada kebutuhan riil obat pada periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan obat tahun sebelumnya. Metode ini banyak digunakan di Apotek.
b.
Metode epidemiologi/ morbiditas; perhitungan kebutuhan didasarkan pada pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu/ lead time.
Tahap-tahap yang dilakukan yaitu: Menentukan beban penyakit
-
Tentukan beban penyakit periode yang lalu, perkirakan penyakit yang akan dihadapi pada periode mendatang
-
Lakukan stratifikasi/pengelompokkan masing-masing jenis, misalnya anak atau dewasa, penyakit ringan, sedang, atau berat, utama atau alternatif
-
Tentukan prediksi jumlah kasus tiap penyakit dan persentase (prevalensi) tiap penyakit
Menentukan pedoman pengobatan - Tentukan pengobatan tiap-tiap penyakit, meliputi nama obat, bentuk sediaan, dosis, frekuensi, dan durasi pengobatan - Hitung jumlah kebutuhan tiap obat per episode sakit untuk masing-masing kelompok penyakit Menentukan obat dan jumlahnya -
Hitung jumlah kebutuhan tiap obat untuk tiap penyakit
-
Jumlahkan obat sejenis menurut nama obat, dosis, bentuk sediaan, dan lainlain Perencanaan dengan menggunakan metode morbiditas ini lebih ideal, namun
prasyarat lebih sulit dipenuhi. Sementara kelemahannya yaitu seringkali standar pengobatan belum tersedia atau belum disepakati dan data morbiditas tidak akurat. c. Metode kombinasi konsumsi dan morbiditas; yaitu menggabungkan keduanya dengan melihat anggaran yang tersedia. 2. Procurement Procurement atau pengadaan obat merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di Rumah Sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar farmasi. Pengadaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan berdasarkan epidemiologi, konsumsi atau gabungan keduanya dan disesuaikan dana/budget yang ada untuk menghindari stock out yang menumpuk. Tujuan pengadaan adalah memperoleh obat yang dibutuhkan dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan. Pengadaan memegang peranan yang penting, karena dengan pengadaan akan mendapatkan obat dengan harga, mutu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan Apotek. Prinsip pengadaan barang/jasa yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil, akuntabel.
Metode pengadaan melalui pembelian, hibah, produksi. Sementara pembelian ada 4 metode antara lain : Tender terbuka; berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Tender terbatas/ lelang tertutup; hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat jejak yang baik. Negosiasi/ tawar menawar; dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu. Pembelian langsung; pembelian jumlah kecil yang perlu segera tersedia Tahapan pengadaan dimulai dari mereview daftar perbekalan farmasi yang akan diadakan, menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli, menyesuaikan dengan situasi keuangan, memilih metode pengadaan, memilih rekanan, membuat syarat kntrak kerja, memonitor pengiriman barang, menerima barang, melakukan pembayaran serta menyimpan kemuian mendistribusikan. Evaluasi procurement meliputi : Presentase kesesuaian pembelian dg perencanaan awal tahunan Presentase kesesuaian dana pembelian dg perencanaan anggaran Presentase kesesuaian perencanaan terhadap formularium. Kesesuaian dana pengadaan obat; jumlah dana anggaran pengadaan obat yang disediakan RS dibanding jumlah kebutuhan dana. Biaya obat per kunjungan kasus; besaran dana yang tersedia untuk setiap kunjungan kasus. Biaya obat per resep; dana yang dibutuhkan untuk setiap resep dan besaran dana yang tersedia untuk setiap resep Ketepatan perencanaan; perencanaan kebutuhan nyata obat untuk RS dibagi pemakaian obat per tahun. Persentase dan nilai obat rusak; jumlah jenis obat yang rusak dibagi total jenis obat 3. Distribution Distribusi obat yaitu suatu proses penyebaran obat secara merata yang teratur kepada yang membutuhkan pada saat diperlukan. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada, pabrik yang memproduksi dan menurut khasiat. Distribusi obat adalah tanggung jawab Apoteker dengan bantuan AA (Asisten Apoteker) atau tenaga teknis kefarmasian untuk memberikan kebijakan dan prosedur
yang lengkap, untuk distribusi yang aman dari semua obat. Distribusi obat bertujuan agar ketersediaan obat tetap terpelihara dan mutu obat tetap stabil. Sistem distribusi obat yaitu: - Distribusi langsung (Individual Praescription (IP),
yaitu resep individu
perorangan). - Distribusi panel Sementara, sistem distribusi obat di rumah sakit digolongkan berdasarkan ada tidaknya satelit/depo farmasi dan pemberian obat ke pasien rawat inap. Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi, sistem distribusi obat dibagi menjadi dua sistem, yaitu: - Sistem pelayanan terpusat (sentralisasi) - Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi) Berdasarkan distribusi obat bagi pasien rawat inap, digunakan empat sistem, yaitu: - Sistem distribusi obat resep individual atau permintaan tetap - Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang - Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan lengkap di ruang - Sistem distribusi obat dosis unit. 4. Use Use atau penggunaan obat merupakan proses yang meliputi peresepan oleh dokter, pelayanan obat oleh farmasi serta penggunaan obat oleh pasien. Penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi kriteria obat yang benar, indikasi yang tepat, obat yang manjur, aman, cocok untuk pasien dan biaya terjangkau, ketepatan dosis, cara pemakaian dan lama yang sesuai, sesuai dengan kondisi pasien, tepat pelayanan, serta ditaati oleh pasien. Penggunaan obat rasional diharapkan dapat mengurangi angka kejadian medication error (ME) dan dapat membuat biaya yang harus ditanggung pasien jadi seminimal mungkin khususnya terkait dengan biaya obat. Monitoring
dan
evaluasi
merupakan
salah
satu
upaya
untuk
terus
mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan farmasi. Sebagai masukan dalam penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan serta kolekting data untuk bahan evaluasi. Administrasi Perbekalan Farmasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan manajemen perbekalan farmasi serta penyusunan laporan yang
berkaitan dengan perbekalan farmasi secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan. Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuannya yaitu agar tersedia data yang akurat sebagai bahan evaluasi, tersedianya informasi yang akurat, arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan, mendapat data/laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan, dan agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan efektif. Pengelolaan obat di apotek tersebut juga tidak lepas dari manajemen pendukung yang meliputi organisasi, finansial, sistem informasi dan manusia bersumber daya yang bekerja dengan baik hingga tercipta pengelolaan obat yang efektif, efisien dan saling mendukung. 2. 4 Obat Tradisional Obat tradisional adalah obat-obatan yang dibuat dari bahan alami secara tradisional. Obat ini merupakan resep yang berdasarkan nenek moyang atau sudah ada sejak zaman dahulu. Meski teknologi yang saat ini semakin maju dan perkembangan jenis obat-obatan semakin lebih bagus, kenyataanya obat yang berasal dari bahan alam semakin banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit dan menjadi salah satu penyembuhan alternatif yang paling digemari. Banyak yang menggunakan obat-obatan ini dengan alasan bahwa obat ini lebih aman dibandingkan dengan obat kimia. Seperti diketahui, obat-obat tradisional ini telah membantu menyembuhkan banyak orang dengan penyakit yang berbeda, meskipun beberapa obat tersebut tidak memiliki klaim terapi, obat-obatan herbal masih menjadi pilihan utama yang paling aman dan efektif untuk digunakan. Berikut berbagai jenis obat tradisional yang bisa Anda gunakan untuk mengobati berbagai penyakit: 1. Temulawak Temulawak (Curcuma xanthorhiza roxb) yang termasuk dalam keluarga jahe (zingiberaceae), merupakan tanaman obat herbal asli Indonesia. Penyebaran tanaman temulawak banyak tumbuh di Pulau Jawa, Maluku dan Kalimantan. Karakteristik temulawak tumbuh sebagai semak tanpa batang, mulai dari pangkalnya sudah berupa tangkai daun yang panjang berdiri tegak. Tinggi tanaman antara 2-2,5 milimeter, daunnya panjang bundar seperti daun pisang yang mana pelepah daunnya saling menutup membentuk batang.Tanaman ini bisa tumbuh subur di dataran rendah dengan ketinggian 750 meter di atas permukaan laut, tanaman ini bisa dipanen setelah 8-12 bulan dengan ciri-ciri daun menguning.Umbinya akan tumbuh di pangkal batang berwarna kuning gelap atau cokelat muda dengan diameter panjang 15 cm dan 6 cm, baunya harum dan sedikit pahit dan agak pedas.
Temulawak sudah lama digunakan secara turun temurun oleh nenek moyang kita untuk mengobati sakit kuning, diare, maag, perut kembung dan pegal-pegal. Namun akhir-akhir ini juga bisa dimanfaatkan untuk menurunkan lemak darah, mencegah penggumpalan darah sebagai antioksidan dan memelihara kesehatan dengan meningkatkan kekebalan tubuh. 2. Kunyit Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis, tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan atau bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 mdpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu sebagai bahan obat herbal, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dan lain-lain. Di samping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai antiinflamasi, antioksidan, anti-mikroba, pencegah kanker, anti-tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah. 3. Keji beling Keji beling atau orang Jawa menyebutnya dengan nama sambang geteh, sementara di tanah pasundan dikenal dengan sebutan remek daging, reundeu beureum, dan orang ternate menyebutnya dengan nama lire. Tumbuhan ini memiliki banyak mineral seperti kalium, kalsium, dan natrium serta unsure mineral lainnya. Disamping itu juga terdapat asam silikat, tannin, dan glikosida. Kegunaannya sebagai obat disentri, diare (mencret) dan obat batu ginjal serta dapat juga sebagai penurun kolesterol. Daun tanaman ini bisa direbus untuk diminum airnya, juga dapat dimakan sebagai lalapan setiap hari dan bisa dikonsumsi secara teratur. Daun keji beling juga kerap digunakan untuk mengatasi tubuh gatal kena ulat atau semut hitam, caranya dengan mengoleskan daun keji beling pada bagian yang gatal tersebut. Sementara untuk mengatasi diare (mencret), disentri, seluruh bagian dari tanaman ini direbus, selama lebih kurang setengah jam, kemudian airnya diminum. Prosesnya yang sama untuk mengobati batu ginjal. Daun keji beling juga dapat mengatasi kencing manis dengan cara dimakan sebagai lalapan secara teratur setiap hari. Demikian pula untuk mengobai penyakit lever (sakit kuning), ambeien (wasir) dan maag dengan cara dimakan secara teratur. 4. Sambiloto Sambiloto atau Andrographis paniculata, adalah sejenis tanaman obat herbal dari famili Acanthaceae, yang berasal dari India dan Sri Lanka. Sambiloto juga dapat dijumpai di daerah lainnya, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, serta beberapa tempat di benua Amerika. Genus Andrographis memiliki 28 spesies herba, namun hanya sedikit yang berkhasiat medis, salah satunya adalah Andrographis paniculata (sambiloto). Daun sambiloto banyak mengandung senyawa Andrographolide, yang merupakan senyawa lakton diterpenoid bisiklik.
Senyawa kimia yang rasanya pahit ini pertama kali diisolasi oleh Gorter pada tahun 1911, andrographolide memiliki sifat melindungi hati (hepatoprotektif) dan terbukti mampu melindungi hati dari efek negatif galaktosamin dan parasetamol. Khasiat ini berkaitan erat dengan aktivitas enzim-enzim metabolik tertentu, sambiloto telah lama dikenal memiliki khasiat medis. Ayurveda adalah salah satu sistem pengobatan India kuno yang mencantumkan sambiloto sebagai obat herbal, dimana sambiloto disebut dengan namaKalmegh pada Ayurveda. Selain berkhasiat melindungi hati, sambiloto juga dapat menekan pertumbuhan sel kanker. Hal ini disebabkan karena senyawa aktifnya, yakni Andrographolide, menurunkan ekspresi enzim CDK4 (cyclin dependent kinase 4). 5. Tempuyung Tempuyung atau Sonchus arvensis L termasuk tanaman terna menahun yang biasanya tumbuh di tempat-tempat yang ternaungi, daunnya hijau licin dengan sedikit ungu, tepinya berombak, dan bergerigi tidak beraturan. Di dekat pangkal batang, daun bergerigi itu terpusar membentuk roset dan yang terletak di sebelah atas memeluk batang berselang seling. Daun berombak memeluk batang inilah yang berkhasiat menghancurkan batu ginjal, di dalam daun tersebut terkandung kalium berkadar cukup tinggi. Kehadiran kalium dari daun tempuyung inilah yang membuat batu ginjal berupa kalsium karbonat tercerai berai, karena kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa karbonat, oksalat, atau urat yang merupakan pembentuk batu ginjal. Endapan batu ginjal itu akhirnya larut dan hanyut keluar bersama urine, untuk menggunakannya sebagai obat diperlukan lima lembar daun tempuyung segar. Setelah dicuci bersih, daun diasapkan sebentar. Daun tersebut dimakan sebagai lalapan bersama nasi, dalam sehari Anda bisa memakan lalap itu sebanyak tiga kali. 6. Beluntas Beluntas merupakan tanaman perdu tegak, berkayu, bercabang banyak, dengan tinggi bisa mencapai dua meter. Daun tunggal, bulat bentuk telur, ujung runcing, berbulu halus, daun muda berwarna hijau kekuningan dan setelah tua berwarna hijau pucat serta panjang daun 3,8-6,4 cm. Tumbuh liar di tanah dengan kelembapan tinggi, di beberapa tempat di wilayah Jawa Barat tanaman ini digunakan sebagai tanaman pagar dan pembatas antar-guludan (petak tanah) di perkebunan. Beberapa daerah di Indonesia menyebut nama beluntas dengan nama yang berbeda seperti baluntas (Madura), luntas (Jawa Tengah), dan lamutasa (Makasar). Secara tradisional daun beluntas digunakan sebagai obat-obatan herbal untuk menghilangkan bau badan, obat turun panas, obat batuk, dan obat diare. Daun beluntas yang telah direbus sangat baik untuk mengobati sakit kulit, di samping itu daun beluntas juga sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan. Adanya informasi secara tradisional dari masyarakat yang telah lama memanfaatkan daun beluntas sebagai salah satu tanaman obat herbal mendorong para peneliti untuk mengadakan berbagai penelitian guna membuktikan khasiatnya secara ilmiah.
7. Mahkota dewa Mahkota dewa juga banyak dimanfaatkan untuk membuat obat herbal. Kandungan yang ada di dalamnya antara lain yaitu lignan, alkaloid, tanin, saponin dan flavonoid. Mahkota dewa memiliki khasiat yang cukup banyak, antara lain yaitu dapat menghambat sel kanker dan mengobati diabetes. Selain itu mahkota dewa juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit asam urat dan menurunkan kolesterol tinggi. 8. Kumis Kucing Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini ini sudah lama dikenal sebagai obat tradisional yang berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kumis kucing bisa dijadikan bahan untuk membuat ramuan herbal dengan racikan dan takaran tertentu. Khasiat utama kumis kucing adalah untuk mengobati penyakit kencing batu dan melancarkan saluran kemih. Selain itu, tanaman ini juga berkhasiat untuk mengobati penyakit asam urat, batuk, rematik, masuk angin, diabetes, dan hipertensi. 2.5 Imunisasi Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang sistem kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit tersebut. Bayi yang baru lahir memang sudah memiliki antibodi alami yang disebut kekebalan pasif. Antibodi tersebut didapatkan dari ibunya saat bayi masih di dalam kandungan. Akan tetapi, kekebalan ini hanya dapat bertahan beberapa minggu atau bulan saja. Setelah itu, bayi akan menjadi rentan terhadap berbagai jenis penyakit. Imunisasi bertujuan untuk membangun kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit, dengan membentuk antibodi dalam kadar tertentu. Imunisasi rutin lengkap terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan, dengan rincian sebagai berikut: Imunisasi dasar 1. Usia 0 bulan: 1 dosis hepatitis B 2. Usia 1 bulan: 1 dosis BCG dan polio 3. Usia 2 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio 4. Usia 3 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio 5. Usia 4 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio 6. Usia 9 bulan: 1 dosis campak/MR Imunisasi lanjutan 1. Usia 18-24 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan campak/MR 2. Kelas 1 SD/sederajat: 1 dosis campak dan DT 3. Kelas 2 dan 5 SD/sederajat: 1 dosis Td Perlu diketahui bahwa imunisasi memang tidak memberikan perlindungan 100 persen pada anak. Anak yang telah diimunisasi masih mungkin terserang suatu penyakit, namun kemungkinannya jauh lebih kecil, yaitu hanya sekitar 5-15 persen. Hal ini bukan berarti imunisasi tersebut gagal, tetapi karena memang perlindungan imunisasi sekitar 80-95 persen.
Efek Samping Imunisasi Pemberian vaksin dapat disertai efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), antara lain demam ringan sampai tinggi, nyeri dan bengkak pada area bekas suntikan, dan agak rewel. Namun demikian, reaksi tersebut akan hilang dalam 3-4 hari. Bila anak mengalami KIPI seperti di atas, Anda dapat memberi kompres air hangat, dan obat penurun panas tiap 4 jam. Cukup pakaikan anak baju yang tipis, tanpa diselimuti. Di samping itu, berikan ASI lebih sering, disertai nutrisi tambahan dari buah dan susu. Bila kondisinya tidak membaik, segera periksakan anak ke dokter. Jenis Imunisasi di Indonesia Berikut ini adalah vaksin yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam program imunisasi : 1. Hepatitis B Vaksin ini diberikan untuk mencegah infeksi hati serius, yang disebabkan oleh virus hepatitis B. 2. Polio Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. 3. BCG Vaksin BCG diberikan untuk mencegah perkembangan tuberkulosis (TB), penyakit infeksi serius yang umumnya menyerang paru-paru. 4. DPT Vaksin DPT merupakan jenis vaksin gabungan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. 5. Hib Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B. 6. Campak Campak adalah infeksi virus pada anak yang ditandai dengan beberapa gejala, seperti demam, pilek, batuk kering, ruam, serta radang pada mata. 7. MMR Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah campak, gondongan, dan rubella (campak Jerman). 8. PCV Vaksin PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah pneumonia, meningitis, dan septikemia, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. 9. Rotavirus Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus. 10. Influenza Vaksin influenza diberikan untuk mencegah flu. 11. Tifus Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit tifus, yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
12. Hepatitis A Sesuai namanya, imunisasi ini bertujuan untuk mencegah hepatitis A, yaitu penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus. 13. Varisela Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit cacar air, yang disebabkan oleh virus Varicella zoster. Imunisasi varisela dilakukan pada anak usia 1-18 tahun. 14. HPV Vaksin HPV diberikan kepada remaja perempuan untuk mencegah kanker serviks, yang umumnya disebabkan oleh virus Human papillomavirus. 15. Japanese encephalitis Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus pada otak, yang menyebar melalui gigitan nyamuk. 16. Dengue Imunisasi dengue dilakukan untuk mengurangi risiko demam berdarah, yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan. Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair, bentuk sediaan semipadat, dan bentuk sediaan solida/padat. Selain itu, pengobatan yang bermutu dan berkualitas sesuai standart dapat berjalan dengan baik dan lancar jika ketersediaaan serta manajemen obat dan alat kesehatan sesuai standar dan memenuhi aturan yang ada. Pengelolaan(manajemen) obat merupakan suatu rangkaian kegiatan dari puskesmas yang menyangkut aspek perencanaan, permintaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian penggunaan, dan pencatatan dan pelaporan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana,dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapaitujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja Menurut Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005 dikatakan bahwa obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistemfisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dankontrasepsi. 3.2 Saran Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=2ahUKEwi2tdrFiqrhA hUbinAKHUfMCP4QFjADegQIBBAC&url=http%3A%2F%2Frepository.wima.ac.id%2F6897%2F2 %2FBAB%25201.pdf&usg=AOvVaw0XwSErTlvyZgW_BDjJyysl. Diakses pada tanggal 30 Maret 2019 pukul 22.15 WIB. https://docplayer.info/37158047-Bentuk-bentuk-sediaan-obat-indah-solihah-s-farm-m-sc-apt.html. Diakses pada tanggal 30 Maret 2019 pukul 22.15 WIB. https://doktersehat.com/jenis-obat-obatan-herbal-dan-khasiatnya/amp/ Diakses pada tanggal 30 Maret 2019 pukul 18.00 WIB Arista, D. & Hosana, 2016. Hubungan Tingkat Pendidikan, Dukungan Keluarga dan Peran Tenaga Kesehatan Dengan Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016. Scientia Journal, Volume 5 No. 2, pp. 157-166. IDAI, 2013. Pentingnya Imunisasi Untuk Mencegah Wabah, Sakit Berat, Cacat, Dan, Kematian Bayi Balita. [Online]. Available at: http :// www .idai. or.id /artikel/klinik/imunisasi/pentingnyaimunisasi-untuk-mencegah-wabah sakit -berat-cacat-dan-kematian-bayi-balita [Accessed 30 Maret 2019]. IDAI, 2015. Menyoroti Kontroversi Seputar Imunisasi. 30 Maret.