BIODIVERSITAS Di susun guna memenuhi tugas Mata kuliah: Biologi Dasar Dosen pengampu: Achmad Ali fikri, M. Pd
Disusun oleh: 1. Betty Febrianti
(1810710081)
2. Intan Pratama Ayu
(1810710097)
3. Iskadwiningtyas W.A
(1810710110)
PROGAM STUDI ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS 2019
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah ysng dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan prosesproses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies, dan ekosistem di suatu daerah. Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata dibumi, wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragam hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator. Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Dan asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Dan oleh karenanya, kami membuat makalah mengenai Keanekaragaman Hayati atau disebut juga Biodiversitas sebagai proses penunjang belajar dan memenuhi tugas mata kuliah Biologi Dasar yang diampu oleh Bapak acgmad Ali Fikri, M.Pd, yang jika terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini mohon dimaafkan.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian dari Biodiversitas atau Keanekaragaman hayati? 2. Bagaimana tingkat Keaneragaman hayati? 3. Manfaat dan nilai apa saja yang terkandung dalam Keanekaragaman hayati?
2
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari Biodiversitas atau Keanekaragaman hayati 2. Untuk mengetahui Bagaimana tingkat Keaneragaman hayati 3. Untuk mengetahui Manfaat dan nilai apa saja yang terkandung dalam Keanekaragaman hayati.
3
BAB ll PEMBAHASAN A. Pengertian Keanekaragaman hayati Biodiversitas atau Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan perbedaan dalam bentuk dan warna tubuh, jumlah, sifat, atau karakteristik yang khas dari suatu makhluk hidup di tempat hidupnya atau
habitat
aslinya.
Keanekaragaman
hayati
didefinisikan
sebagai
keanekaragaman organisme yang terdapat di berbagai kawasan di muka bumi. Ada yang terdapat di daratan, ada yang di lautan, dan ada yang di tempat lainnya. Istilah keanekaragaman hayati sering disebut juga sebagai ragam hayati, keanekaan hayati, biodiversitas, dan biodiversiti. Keanekaragaan hayati adalah salah satu istilah yang dapat menggambarkan kekayaan sumber daya alam hayati yang beraneka ragam, yang meliputi jumlah gen, jumlah spesies, jumlah populasi, dan jumlah ekosistem di suatu wilayah tertentu. Arti yang lebih mudah dipahami dari keanekaragaman hayati adalah kemelimpahan berbagai macam sumber daya alam hayati baik hewan maupun tumbuhan yang terdapat di muka bumi. Keanekaragaman hayati meliputi keanekaragaman makhluk hidup yang dapat menunjukkan jumlah keseluruhan dari variasi gen, variasi jenis,
dan variasi ekosistem pada suatu wilayah.
Keseluruhan dari variasi tersebut dapat dijadikan dasar kehidupan di muka bumi. Keanekaragam mencakup semua kumpulan benda yang bermacam macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur, dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu yang hidup (organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati juga disebut “Biodiversitas”. Keanekaragam dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, jumlah, penampilan, dan sifat-sifat lainnya. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseuluruhan variasi gen, spesies, dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor yang menyebabkan keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya
4
terhadap morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya, matahari, kelembabab, curah hujan, dan faktor lainnya yang bersama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antar genotip dengan lingkungannya. Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari makhluk bersel satu hingga makhluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
B. Tingkat-tingkat Keanekaragaman hayati 1. Keanekaragaman Tingkat Gen Gen adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan suatu organisme. Letak gen ada di dalam lokus kromosom.
Setiap organisme
memiliki kromosom yang membawa sifat keturunan dari induk kepada anaknya. Setiap organisme tersusun
banyak gen dengan karakter yang
berbeda-beda. Apabila terjadi persilangan antar organisme yang berbeda karakternya dapat menghasilkan keturunan yang semakin bervariasi. Hal tersebut menyebabkan keanekaragaman tingkat gen semakin tinggi. Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman organisme dalam satu jenis makhluk hidup. Adanya keanekaragaman gen menyebabkan variasi antar organisme sejenis. Faktor yang memengaruhi individu tidak hanya di tingkat gen akan tetapi hingga tingkat lingkungan tempat organisme tersebut tinggal. Keanekaragaman genetik dalam suatu spesies seringkali dipengaruhi oleh perilaku reproduksi individu-individu dalam populasi tersebut. Populasi adalah sekelompok individu-individu yang dapat kawin satu dengan lainnya dan menghasilkan keturunan. suatu spesies dapat berada dalam satu atau beberapa populasi yang terpisah. Individu-individu
di dalam
populasi memiliki perbedaan genetika antara satu dengan lainnya. Variasi
5
genetika timbul karena setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi genetik bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi seksual. Gen-gen dipertukarkan antar kromosom. Kombinasi baru terbentuk ketika kromosom dari kedua induk itu menyatu untuk membentuk keturunan dengan genetika yang unik. Pada satu sisi, mutasi merupakan materi dasar bagi variasi genetik. Namun,yang sebenarnya berfungsi meningkatkan potensi genetika adalah proses-proses reproduksi seksual yang berfungsi mengatur ulang alela secara acak sehingga timbul kombinasi yang berbeda-beda. 2. Keanekaragaman tingkat spesies Pengertian spesies, spesies umumnya didefinisikan melalui satu atau dua cara. Pertama, spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompokkelompok lain, baik secara morfologi, fisiologi, atau biokimia (definisi spesies secara morfologis). Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi. Perbedaan atau variasi yang terdapat dari tingkat gen hingga ke spesies di temukan pada banyak pada hewan-hewan mulai dari kingdom protista (organisme yang uniseluler) hingga ke manusia (organisme multiseluler). Keragaman tersebut terkait dengan struktur anatomi dan fisiologi individu atau spesies dari suatu organisme. Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antarjenis. Perbedaan antarspesies organisme dalam satu keluarga lebih mencolok sehingga lebih mudah diamati daripada perbedaan antarindividu dalam satu spesies. Dalam keluarga kacan-kacangan kita kenal kacang tanah, kacang buncis, kacang hijau, kacang kapri dan lain-lain. Diantara jenis kacang-kacangan tersebut kita dapat dengan mudah membedakannya karena diantara mereka ditemukan ciri khas yang sama. Tapi, ukuran tubuh atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji,serta rasanya berbeda.
6
3. Keanekaragaman tingkat ekosistem(komunitas) Komunitas itu beragam, dan keanekaragaman ini jelas terlihat bahkan pada skala bentang alam. Ketika kita melintasi suatu bentang alam, kondisi fisik (tanah, temperatur, curah hujan, dan lain-lain) tampak berubah. Lebih lanjut, satu demi satu spesies yang di temukan di lokasi asal menurun jumlahnya, lalu digantikan oleh spesies baru yang tidak ditemukan pada awal perjalanan. Bentang alam secara keseluruhan bersifat dinamis, dan berubahubah sesuai dengan lingkungan sekitar dan jenis aktivitas manusia setempat. Keanekaragaman tingkat ekosistem merupakan komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing (Indrawan,2007). Komunitas biologi didefinisikan sebagai sejumlah spesies yang menempati tempat tertentu dan saling berinteraksi (inter-specific interaction). Bersama dengan lingkungan fisik dan kimia yang terkait, komuniats biologi ini kemudian disebut ekosistem. Karakteristik dari suatu ekosistem seringkali ditentukan proses-proses yang berlangsung, termasuk siklus air, siklus nutrisi, dan energi. Di dalam komunitas biologi juga dapat mengubah ciri-ciri fisik suatu lingkungan. Misalnya, pada ekosistem darat, vegetasi setempat dapat memengaruhi kecepatan angin, kelembaban, dan temperatur setempat. Komunitas laut seperti hutan “kelp” (semacam rumput laut) dan terumbu karang juga dapat memengaruhi lingkungan fisik. Komposisi komunitas seringkali dipengaruhi oleh kompetisi dan pemangsaan (Ricklefs 2001). Pemangsa dapat mengurangi dengan dramatis kepadatan spesies yang dimangsanya, dan bahkan menghilangkan populasi –populasi spesies tertentu dari habitat tertentu. Dilain pihak, pemangsa juga sering berperan menjaga kepadatan setiap spesies tetap rendah, agar kompetisi antar spesies (interspecific competition) dalam memperebutkan sumber daya tidak terjadi. Dengan demikian, pemangsa dapat secara tidak langsung memelihara bahkan meningkatkan keanekaan atau jumlah spesies (mangsa-mangsa mereka) dalam komunitas tersebut.
7
Pada banyak komunitas, pemangsa berperan mempertahankan jumlah individu-individu dari spesies mangsa tertentu agar jumlah mangsa tetap di bawah jumlah sumber daya yang dapat disediakan ekosistem. Jumlah itu disebut daya dukung habitat. Jika pemangsa hilang, baik akibat perburuan, penangkapan ikan, atau aktivitas manusia lainnya, populasi mangsa akan meningkat mencapai daya dukung, atau bahkan melampaui daya dukung lingkungan tersebut. Pemusnahan pemangsa dapat berakibat terjadinya eksploitasi sumber daya secara berlebihan oleh spesies mangsa, hingga mengancam dan bahkan meruntuhkan populasi spesies lainnya di habitat yang sama. Misalnya burung darat laut (“tern”) langka yang bersarang di pulau kecil dapat menurun atau bertambah ukuran populasinya jika spesies camar (“seagull”) yang menggunakan tempat bersarang yang sama populasinya melimpah atau tersisihkan dari komunitas. Komposisi komunitas juga akan terpegaruh ketika dua spesies berinteraksi secara saling menguntungkan dalam hubungan mutualisme. Spesies yang hidup bersama dan saling menguntungkan (Mutualistis) itu akan lebih tinggi kepadatannya, dibandingkan bila hanya ada salah satu spesies saja di habitat tersebut. Contoh umum dari mutualisme ini adalah burung pemakan buah, serta serangga penyerbuk tumbuhan berbunga. Contoh lain, tumbuh-tumbuhan yang memberikan pakan serta rumah bagi semut, ketika selanjutnya semut turut melindungi tumbuhan tersebut dari hama (Buchmann dan Nabhan 1997). Pada mutualisme yang ekstrim, dua spesies yang selalu dijumpai bersama-sama, dan tampaknya tidak dapat bertahan hidup tanpa yang lainnya membentuk hubungan simbiosis. Sebagai contoh, saling keterkaitan antara spesies ganggang tertentu dan spesies karang tertentu. Kematian spesies tertentu dari ganggang yang hidup di terumbu karang pada temperatur airyang lebih tinggi dari biasanya di daerah tropika akan diikuti oleh melemahnya dan selanjutnya kematian spesies-spesies karang yang di tempatinya.
8
Ekosistem bervariasi sesuai spesies pembentuknya, misalnya ekosistem alami antara lain: hutan, rawa, terumbu karang, laut dalam, padang lamun (antara terumbu karang dengan mangrove), mangrove (hutan bakau), pantai pasir, pantai batu, estuari (muara sungai), danau, sungai, padang pasir, dan padang rumput. Jenis organisme yang menyusun setiap ekosistem juga berbeda-beda misalnya pada ekosistem sungai terdapat ikan, kepiting, udang, ular, dan ganggang air tawar. Keanekaragaman ekosistem di suatu wilayah ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain posisi tempat berdasarkan garis lintang, ketinggian tempat, iklim, cahaya matahari, kelembapan, suhu dan kondisi tanah.
4. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut. a. Nilai Ekonomi Sejumlah metode telah di kembangkan untuk menghitung nilai nilai ekonomi terhadap keanekaragaman hayati, baik variasi genetik, spesies, komunitas, maupun keseluruhan ekosistem. Dalam metode ini, penghitungan nilai ekonnomi dapat dilakukan dalam tiga tingkatan, yaitu: nilai pasar (nilai panen) dari sumber daya, nilai sumber daya yang tidak dipanen di lingkungan alaminya, dan nilai sumber daya di masa mendatang (Kareiva dan Levin 2003). Sebagai contoh, kita dapat menghitung nilai ekonomi dari gaur yang merupakan sejenis lembu liar Asia Tenggara (Bos frontalis), sebagai kerabat lembu domestik. Nilai ini diperoleh dari beberapa besaran sekaligus, nilai daging yang saat ini diperoleh populasi liar “gaur”, nilai yang diberikan “gaur” terhadap wisata alam, dan nilai potensi “gaur” di masa depan untuk program pembiakan lembu domestik. Satu kerangka yang bermanfaat telah dikembangkan oleh McNeely dkk (1990) dan barbier dkk (1994). Mereka memperhitungkan bahwa keanekaragaman hayati
9
dapat dinilai berdasar nilai manfaat langsung dan nilai manfaat tidak langsung. Nilai langsung di terapkan untuk menghitung produk yang dipanen, misalnya kayu dan makanan laut. Nilai manfaat tidak langsung (dalam ilmu ekonomi, barang-barang publik) dari keanekaragaman hayati, biasanya diperhitungkan hanya bagi yang tidak dipanen langsung dan pemanfaatannya tidak merusak sumber daya (misalnya kualitas air, perlindungan tanah, rekreasi dan pendidikan). Nilai ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu nilai ekonomi langsung dan nilai ekonomi tidak langsung. b. Nilai ekonomi langsung Nilai manfaat langsung (nilai komoditas) seringkali dikalkulasikan dengan mengobservasi kegiatan dari suatu kelompok yang dianggap mewakili. Dapat juga dilakukan dengan memonitor lokasi-lokasi pemanenan produk alam, dan lebih lanjut dengan memperhatikan statitik impor dan ekspor. Nilai langsung itu kemudian dibedakan lagi atas nilai kegunaan konsumtif, untuk barang yang dipergunakan secara lokal, dan nilai kegunaan produktif, untuk barang yang dijual di pasar. c. Nilai Ekonomi Tidak Langsung Nilai ekonomi tidak langsung pada umumnya diterapkan pada aspek-aspek keanekaragaman hayati yang memberi manfaat ekonomi pada saat ini, maupun masa mendatang, tanpa harus memanen atau merusak sumber dayanya. Contohnya, proses-proses lingkungan dan jasa ekosistem. Manfaat ini tidak dalam bentuk barang atau jasa dalam pengertian ekonomi, sehingga tidak tercatat dalam statistik ekonomi nasional, seperti PDB. Jika ekosistem alami tidak tersedia untuk memberikan manafaat ini, maka sumber-sumber pengganti harus ditemukan yang seringkali memerlukan biaya besar. 1.) Nilai Kegunaan Nonkonsumtif Berbagai jasa lingkungan oleh komunitas biologi yang memberikan manfaat tidak langsung tertentu seringkali disebut nilai kegunaan nonkonsumtif (karena jasa ini tidak dapat
10
dikonsumsi). Ahli ekonomi baru mulai mengkalkulasi nilai kegunaan non-konsumtif dari jasa ekosistem pada tingkat regional dan global (Daily dan Ellison 2002).
Salah satu kalkulasi itu
menunjukkan bahwa nilai kegunaan non-konsumtif
dari jasa
ekosistem sangat besar, sekitar US$ 33 trilliun pertahun. Nilai ini melampaui nilai manfaat langsung dari keanekaragaman hayati (Costanza dkk. 1997). Karena nilainya lebih besar daripada produk nasional bruto global yang nilainya sekkitar US$ 18 triliun, maka dapat dinyatakan bahwa manusia sangat bergantung pada ekosistem alami dan manusia tidak dapat bertahan jika jasa ekosistem menurun atau rusak secara permanen. Jasa
ekosistem
paling
penting
yang
tidak
masuk
perhitungan dalam sistem pasar saat ini adalah penanganan limbah dan penyimpanan nutrisi yang diberikan lahan basah dan daerah pantai, dengan nilai total US$ 18 trilun pertahun (Costanza dkk.1997). 2.) Nilai Pendidikan dan Ilmiah Berbagai buku, artikel majalah, program televisi, dan filmfilm bertemakan alam telah dihasilkan untuk pendidikan dan hiburan. Seluruh bahan tersebut bernilai ekonomi. Bahan-bahan sejarah alam juga dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah. Nilai program pendidikan ini dapat mencapai miliaran
dollar
menggambarkan
setiap nilai
tahunnya. kegunaan
Nilai
pendidikan
nonkonsumtif
ini dari
keanekaragaman hayati, dimana alam menjadi sumber dari materi materi itu. Sejumlah besar ilmuwan profesional juga para amatir (pecinta alam) berpartisispasi di dalam pengamatan ekologi dan menyiapkan bahan-bahan pendidikan. Di pedesaan, kegiatan ini seringkali diadakan di stasiun lapangan ilmiah, yang juga menjadi sumber pelatihan dan lapangan kerja bagi penduduk lokal.
11
Kegiatan ilmiah ini, memberikan manfaat ekonomi bagi penduduk di sekitar stasiun lapangan. Dengan demikian, sumbangsih terbesar dari suatu stasiun ilmiah adalah menambah pengetahuan manusia, pendidikan,
dan
memperkaya
serta
menyerap
pengalaman
penduduk setempat. 3.) Nilai Pilihan Potensi keanekaragaman hayati untuk memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pada suatu saat di masa depan disebut dengan nilai pilihan. Seiring dengan perjalanan waktu, kebutuhan masyarakat berubah, sehingga berubah pula metode untuk memenuhui
kebutuhan
tersebut.
Metode
pemecahan
suatu
permasalahan lingkungan dan keanekaragaman hayati mungkin hanya dapat ditemukan pada beberapa spesies atau komunitas biologi yang belum disentuh sebelumnya. Sebagai contoh, dalam pengembangan pertanian diperlukan perbaikan genetik yang terus-menerus. Perbaikan ini diperlukan tidak hanya untuk meningkatkan hasil panen, tetapi juga untuk melindungi dari serangga yang tahan pestisida dan turunan jamur, virus, dan bakteri (Baskin 1997). Bersamaan dengan upaya pencarian obat-obatan baru, bisnispun dikembangkan bagi produk-produk baru. Pencarianpencarian produk alam bernilai mempunyai cakupan yang luas. Ahli entomologi mencari serangga yang dapat dijadikan agen pengontrol hama. Ahli mikrobiologi mencari bakteri yang dapat membantu proses pembentukan bahan biokimia. Ahli zoologi mencari spesies yang berpotensi mengahasilkan protein hewani yang lebih efisien dan lebih ramah lingkungan, dibandingkan spesies yang sudah didomestikasi. 4.) Nilai Eksistensi Banyak orang di dunia peduli dengan makhluk hidup liar dan
tumbuh-tumbuhan,
dan
ingin
melindungi
mereka.
12
Keprihatianan ini seringkali terkait dengan keinginan untuk mengunjungi komunitas biologi atau melihat spesies unik di alam bebas. Dapat juga terjadi sebaliknya, ketika sebagian pendukung pelestarian alam tersebut tidak terlalu berharap, tidak terlalu memerlukan, atau bahkan tidak terlalu ingin melihat langsung elemen-elemen keanekaragaman hayati.5
5
Mochamad Indrawan, dkk., Biologi Konservasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2007, hal.74
BAB III PENUTUP
13
A. Simpulan Alam Indonesia sangat kaya akan keberagam flora dan fauna, keberagaman
tersebut
dikenal
dengan
keanekaragaman
hayati.
Keanekargaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies, dan ekosistem, di suatu daerah. Penyebab keanekaragaman hayati ada dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetic relatif
konstan atau stabil
pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip) organisme. Sebaliknya faktor luar relatif labil pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip). Keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatan pengertian yang berbeda, yaitu keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem. Dan tidak ada makhluk hidup yang dapat hidup sendiri, terpisah dan terasingkan dari makhluk hidup lain. Manusia, hewan, dan tumbuhan adalah makhluk hidup, mereka butuh makanan dan tempat hidup yang nyaman untuk hidup. Dengan demikian terjadi hubungan saling ketergantungan antar makhluk hidup dan juga antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan saling mempengaruhi apa yang terjadi antar makhluk hidup dengan lingkungan untuk membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem. Ekosistem terbentuk dari komponen hidup (biotik), dan komponen
tidak
hidup
(abiotik).
Kedua
komponen
ini
sangat
mempengaruhi distribusi persebaran organisme pada tempat yang berbedabeda.
14
DAFTAR PUSTAKA Efri
Roziaty,dkk.,
Biologi
Lingkungan,Muhammadiyah
University
Press,Surakarta,2017 Mochamad
Indrawan,dkk.,Biologi
Konservasi,Yayasan
Obor
Indonesia,Jakarta,2007 http://anahrahmat44artikel.blogspot.com/2012/01/makalahbiodiversitas.html?m=1 https://schoolar.google.co.id/scholar?hl=id?&as_sdt=0%2C5&q=makalah+biodiv ersitas&btnG=#d=gs_qabs&p=&u=%23p%3D1XqFVjMULPQJ
15