Makalah Biokimia Vitamin Larut Dalam Air
Nama Kelompok : 1. Affrina Fauziah
(1608531001)
2. Novitasari
(1608531008)
3. Tadzkia Hanifah Akbar
(1608531010)
4. Mufadilatur Rohmah
(1608531015)
5. Stareast Wulandari Sigiro
(1608531020)
6. Fira Latifah
(1608531026)
7. Jojor Delima Br Lingga
(1608531045)
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2017
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-NYA makalah yang berjudul “Vitamin Larut Dalam Air” ini dapat terselesaikan dengan sebagai mana mestinya. Dalam pembuatan makalah ini tentu banyak hambatannya. Namun hambatan dan rintangan itu dapat diatasi berkat bimbingan, semangat, motivasi dari dosen pembimbing, teman, dan berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dosen mata kuliah Biokimia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah ini. 2. Teman-teman kelas Biologi Universitas Udayana yang telah memberikan saran dan dukungan semangat dalam menyusun makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan lancar. Makalah yang berjudul “Vitamin Larut Dalam Air” dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran biokimia khususnya dalam materi tentang Vitamin. Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal tersebut terjadi dikarenakan keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan laporan ini. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Om Shanti, Shanti, Shanti, Om
Bukit Jimbaran, 10 Desember 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2 1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Vitamin .................................................................................. 3 2.2 Unsur yang dapat melarutkan vitamin ..................................................... 3 2.3 Perbedaan Vitamin Yang Larut Dalam Air Dan Larut Dalam Lemak ..... 4 2.4 Jenis Vitamin Yang Dapat Larut Dalam Air ............................................ 4 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan .................................................................................................. 21 3.2 Saran ......................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Kita semua tentunya menghendaki agar kita dan keturunan –keturunan kita dapat
tumbuh sempurna, sehat, kuat bertenaga, bergairah kerja, berdaya piker mantap dan selalu menunjukan berbagai prestasi, sehingga kita dan keturunan-keturunan kita dapat menjadi manusia – manusia pembangunan yang mampu meningkatkan harkat derajat nusa
dan
bangsanya
dalam
percaturan.
Syarat yang paling utama dan tidak boleh ditinggalkan agar manusia dapat hidup dan mendekati atau mencapai apa yang dikehendaki seperti diatas, manusia harus mendapatkan makanan yang teratur, mencukupi dan serba bergizi, karena seperti yang telah dijelaskan dalam bab- bab terdahulu, makanan berfungsi untuk menghasilkan energy, mengganti sel-sel yang rusak, untuk pertumbuhan dan menghasilkan zat pelindung dalam tubuhnya (antara lain dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh). Namun demikian dalam pengertian makanan yang bergizi makanan itupun harus cukup pula mengandung vitamin dan mineral, karena tubuh yang kekurangan vitamin akan mengalami avitaminosis dengan gejala macam-macam penyakit. Sebaliknya apabila tubuh kelebihan akan vitamin yang diperlukannya maka tubuh akan mengalami hipertaminosis yang mengakibatkan kurang baik terhadap tubuh. Avitaminosis maupun Hipervitaminosis sama-sama dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan tubuh, jadi sebaliknya vitamin yang diperlukan tubuh diusahakan agar tidak kekurangan dan tidak
kelebihan
vitamin.
Vitamin adalah senyawa kimia yang sangat esensial yang walaupun tersedianya dalam tubuh dalam jumlah demikian kecil, diperlukan sekali bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh yang normal. Vitamin berfungsi dalam beberapa tahap reaksi metabolism energy, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Hingga sekarang fungsi biokimia beberapa jenis vitamin belum diketahui dengan pasti.Vitamin digolongkan menjadi 2 1
bagian yaitu vitamin yang larut air dan vitamin yang larut lemak. Vitamin yang larut air yaitu Vitamin B dan C sedangkan Vitamin yang larut Lemak yaitu Vitamin A,D,E dan K. Setiap vitamin larut lemak A,D,E dan K mempunyai peranan faali tertentu di dalam tubuh.Sebagian besar vitamin larut lemak diabsorpsi bersama lipida lain. Absorpsi membutuhkan cairan empedu dan pancreas. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan vitamin? 2. Apa saja yang dapat melarutkan vitamin? 3. Apa perbedaan vitamin yang larut dalam air dan larut dalam lemak ? 4. Apa jenis vitamin yang dapat larut dalam air? 1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian vitamin 2. Untuk mengetahui unsur yang dapat melarutkan vitamin 3. Untuk mengetahui perbedaan vitamin yang larut dalam air dan larut dalam lemak 4. Untuk mengetahui jenis vitamin yang dapat larut dalam air
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Vitamin Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuhdan berkembang secara normal. Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Contohnya adalah bila kita kekurangan vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.
2.2 Unsur yang dapat melarutkan vitamin Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin larut dalam lemak bersirkulasi dalam darah dan dapat disimpan dalam jaringan tubuh. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. berlebih
vitamin
larut
dalam lemak
dapat
menyebabkan
disebut hypervitaminosis, yaitu kelebihan jumlah vitamin dalam tubuh.
3
kondisi
Jika yang
Vitamin larut di dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. 2.3 Vitamin larut dalam air Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin larut di dalam air merupakan vitamin yang dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Vitamin larut air merupakan salah satu pembentuk metabolisme tubuh. Ketika dikonsumsi, vitamin larut air tidak akan disimpan dalam tubuh, serta dapat dikeluarkan melalui urine dalam jumlah kecil. Kedua vitamin ini diberi nama berdasarkan label dari tabung-tabung percobaan pada saat vitamin tersebut ditemukan. Selanjutnya diketahui bahwa tabung percobaan dengan vitamin B ternyata mengandung lebih dari satu vitamin, yang kemudian diberi nama B1, B2 dst. Kedelapan vitamin B berperan penting dalam membantu enzim untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, dan dalam pembuatan DNA dan sel-sel baru.
2.4 Jenis jenis vitamin yang larut dalam air Vitamin larut dalam air ini terdiri dari vitamin B dan vitamin C. Vitamin B terdiri dari 8 macam antara lain: 2.4.1 Thiamin (Vitamin B1) Struktur thiamin merupakan gabungan antara pirimidin dan thiazole yang dihubungkan dengan jembatan metilene Di dalam otak dan hati diubah menjadi TPP = thiamin pyrohosphat oleh enzim thiamin difosfotransferase, reaksi membutuhkan ATP Berperan penting sebagai koensim dekarboksilasi senyawa asam-keto Beberapa enzim yang menggunakan TPP sbg koensim pyruvate decarboxylase, pyruvate dehydrogenase, transketolase.
4
Penting sebagai koensim pyruvate and a-ketoglutarate dehydrogenase sehingga jika defisiensi kapasitas sel dalam menghasilkan energi mejadi sangat berkurang, Juga diperlukan untuk reaksi fermentasi glukosa menjadi etanol, di dalam yeast. RDA untuk thiamin adalah 0,5 mg/1000 kkal perhari. Diperkirakan konsumsi ratarata makanan per hari sekitar 2000 kkal/orang, jadi RDA untuk thiamin sekitar 1 mg perhari. Makanan yang seimbang akan memberikan cukup thiamin. Orang yang berpuasa atau melakukan diet harus memastikan bahwa mereka mendapat sejumlah thiamin yang sama seperti dalam 2000 kkalori makanan. a. Sumber-sumber utama Daging babi merupakan sumber yang sangat baik untuk thiamin, sama seperti ragi, hati, biji bunga matahari, sejumlah padi, biji-bijian, kacang polong, semangka, tiram, oatmeal dan tepung terigu. b. Fungsi Thiamin merupakan bagian dari TPP, yaitu koenzim yang dibutuhkan untuk metabolisme energi. Sistem syaraf dan otot tergantung pada thiamin.
5
c. Gejala kekurangan Beri-beri dapat terjadi karena kekurangan thiamin dalam jangka panjang. Penyakit ini ditemukan pertama kali di Timur Jauh saat pembuatan beras ‘poles' (polish rice) tersebar luas. Beras yang dipoles mengakibatkan pembuangan kulit yang kaya akan thiamin. Beri-beri dapat merusak sistem syaraf dan keracunan otot. Gejala kekurangan yang lain adalah irama jantung yang tidak normal, gagal jantung, kelelahan, susah berjalan, kebingungan dan kelumpuhan. d. Keracunan Pemakaian thiamin yang melebihi normal mempengaruhi sistem syaraf. Hal ini karena reaksi hipersensitif yang dapat berpengaruh pada kelelahan, sakit kepala, sifat lekas marah dan susah tidur. Sistem darah dapat terpengaruh, karena denyut nadi menjadi cepat. 2.4.2 Riboflavin (Vitamin B2)
Komponen dari koenzim flavin adalah FMN dan FAD. Enzim yang bekerja pada reaksi reduksi – oksidasi (redoks), memiliki fungsi sentral dalam produksi energi dan pernapasan seluler yang merupakan prekursor kofaktor flavin mononukleotida (FMN) flavin adenine dinukleotida (FAD) Enzim yang memerlukan kofaktor tersebut adalah flavoprotein. Riboflavin + ATP = FMN
FMN + ATP = FAD
6
FAD dan FMN berfungsi sebagai akseptor electron, penambahan 2 elektron pada FAD menghasilkan FADH2 dan Penambahan 2 elektron pada FMN menghasilkan FMNH2, perubahan riboflavin ke FMN dihambat oleh hipothyroidsm elektron yang diterima langsung disumbangkan sehingga kembali pada bentuk yang teroksidasi penuh, riboflavin terdapat di berbagai sumber makanan seperti susu, keju, daging, telur dan sereal .
RDA untuk riboflavin adalah 0,6 mg/1000 kkal perhari. Jadi sekitar 1,2 mg perhari untuk 2000 kkal diet. Anak-anak dan wanita hamil membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini penting untuk pertumbuhan.
7
a. Sumber-sumber utama Susu dan produk-produk susu, misalnya keju, merupakan sumber yang baik untuk riboflavin. Untuk itu ketersediaannya dalam makanan sehari-hari sangat penting. Hampir semua sayuran hijau dan biji-bijian mengandung riboflavin; brokoli, jamur dan bayam merupakan sumber yang baik. b. Fungsi Seperti halnya thiamin, riboflavin berfungsi sebagai koenzim. Riboflavin membantu enzim untuk menghasilkan energi dari nutrisi penting untuk tubuh manusia. Riboflavin berperan pada tahap akhir dari metabolisme energi nutrisi tersebut c. Gejala kekurangan Tidak ada penyakit yang berhubungan dengan kekurangan riboflavin. Kekurangan riboflavin dapat menyebabkan gejala seperti iritasi, kulit merah dan keretakan kulit dekat dengan sudut mata dan bibir seperti halnya sensitivitas yang berlebihan terhadap sinar (photophobia) . Hal ini dapat juga menyebabkan keretakan pada sudut mulut (cheilosis). d. Keracunan Belum diketahui gejala keracunan akibat riboflavin. Sinar dan iradiasi dapat merusak riboflavin. Hal inilah yang meyebabkan susu jarang dijual dalam gelas transparan. Di sisi lain, riboflavin stabil terhadap panas, sehingga pemanasan tidak akan merusaknya. Vitamin ini juga digunakan sebagai food additive, E101. 2.4.3 Niacin (vitamin B3)
Niasin dapat merupakan nikotinamid atau asam nikotinat. Nikotinamid dan asam nikotinat sebagai sumber vitamin B3. Niasin dibutuhkan untuk sintesis vitamin B3, NAD (nicotinamida adenin dinucleotida), dan NADP+ (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate) NAD dan NADP adalah kofaktor pada enzim dehidrogenase, yang berfungsi dalam reaksi redoks yaitu donor dan akseptor electron, 8
NAD banyak digunakan pada glycolisis, oksidasi asam lemak, metabolisme badan keton dan cenderung berperan sebagai akseptor elektron pada reaksi katabolisme. NADP adalah sintesa asam lemak dan PPP, Contoh laktat atau malat dehydrogenase. RDA untuk niacin adalah 6,6 mg NE (niacin equivalents)/ 1000 kkal, atau 13 mg perhari. NE merupakan jumlah niasin yang diperoleh dalam makanan, termasuk niacin yang secara teori dibuat dari prekusor asam amino triptophan. 60 mg triptophan dapat menghasilkan 1 mg niacin. a. Sumber utama Daging, unggas (ayam, itik dll) dan ikan merupakan sumber utama niasin, sama halnya roti dan sereal (biji-bijian) yang telah diperkaya. Jamur, asparagus dan sayuran hijau merupakan sumber yang paling baik. b. Fungsi Dua koenzim yang dibentuk oleh niacin, NAD dan NADP dibutuhkan untuk beberapa aktivitas metabolis, terutama metabolisme glukosa, lemak dan alkohol. Niasin memiliki keunikan diantara vitamin B karena tubuh dapat membentuknya dari asam amino triptophan. Niasin membantu kesehatan kulit, sistem syaraf dan sistem pencernaan. c. Gejala kekurangan Pellagra (penyakit kekurangan niacin), menunjukkan gejala seperti dermatitis, diare dan dementia. Hal ini meluas di bagian selatan US pada awal 1900. Gejala kekurangan niacin lainnya adalah kehilangan nafsu makan, lemah, pusing dan kebingungan mental. Kulit dapat menunjukkan gejala dermatitis simetrik bilateral, khususnya pada daerah yang terkena sinar matahari langsung. d. Keracunan Niasin dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun pada sistem syaraf, lemak darah dan gula darah. Gejala – gejala seperti muntah, lidah membengkak dan pingsan dapat terjadi. Lebih lanjut, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi hati dan dapat mengakibatkan tekanan darah rendah.
9
2.4.4 Asam pantotenat
Asam pantotenat ( vitamin B5) berasal dari β-alanin dan asam pantoat diperlukan untuk sintesis coenzim A, komponen asil carier protein (ACP) pada sintesis asam lemak kofaktor ensim fatty acid synthase. Sekitar 70 enzim membutuhkan CoA atau derivat ACP untuk melakukan fungsinya. Vitamin B5 banyak ditemukan di kacang-kacangan, daging dan biji-bijian. CoA diperlukan pada siklus kreb, sintesis dan oksidasi asam lemak, metabolisme asam amino, sintesis kolesterol .
a. Sumber utama Asam pantotenat umumnya ada dalam sebagian besar makanan. Daging, ikan, unggas (ayam, itik dll), semua biji-bijian dan sayuran merupakan sumber utama. b. Fungsi Asam pantotenat berperan dalam metabolisme sebagai bagian dari koenzim A. Koenzim ini berperan untuk membawa molekul dalam proses pemecahan glukosa, asam lemak dan metabolisme energi. c. Gejala kekurangan Gejala kekurangan jarang terjadi, tapi dapat menyebabkan muntah, sulit tidur kelelahan. d. Keracunan Gejala keracunan kadang-kadang menyebabkan diare dan perut kembung. 10
dan
2.4.5 Vitamin B6 (Piridoksin, piridoksal, piridoksamin) Metabolisme vitamin B6 Dalam jaringan hewan, bentuk utama dari B6 adalah PLP, berikutnya adalah PMP. Penyerapan di usus melibatkan hidrolisis yang dimediasi oleh fosfatase, lalu diikuti dengan transportasi dalam bentuk nonfosforilasi ke dalam sel mukosa. Transportasinya dengan mekanisme difusi pasif yang tidak bisa terjenuhkan (dapat menerima seberapa banyak pun substrat). Bahkan dosis sangat besar diserap dengan baik. PN glukosida diserap kurang efektif daripada PLP dan PMP dan pada manusia, PN glukosida didekonjugasikan oleh glucosidase mukosa usus. Beberapa PN glukosida diserap utuh dan dapat dihidrolisis pada berbagai jaringan. Sebagian besar B6 nonfosforilasi diserap masuk ke hati. PN, PL, dan PM dikonversi ke PNP, PLP, dan PMP oleh PL kinase. PNP, biasanya hanya ditemukan pada konsentrasi yang sangat rendah, dan PMP dioksidasi menjadi PLP oleh PNP oksidase. PMP juga dihasilkan dari PLP melalui reaksi transaminase. PLP terikat ke berbagai protein dalam jaringan, ini melindunginya dari aksi fosfatase. Kapasitas pengikat protein membatasi akumulasi PLP jaringan jika masukan B6 sangat tinggi. Ketika kapasitas ini terlampaui, PLP bebas dengan cepat dihidrolisis dan bentuk nonfosforilasi dari B6 yang dirilis oleh hati dan jaringan lain ke dalam sirkulasi. Pada dosis farmakologis dari B6, kapasitas tinggi protein pengikat PLP otot, plasma, dan eritrosit (hemoglobin) memungkinkan mereka untuk mengakumulasi sangat tinggi PLP ketika jaringan lainnya jenuh. PLP dalam hati dapat dioksidasi menjadi 4-PA, yang dilepaskan dan diekskresikan. Protein pengikat PLP utama dalam plasma adalah albumin. PLP adalah bentuk utama dari vitamin B6 dalam plasma dan seluruhnya berasal dari hati sebagai kompleks PLP-albumin. Jaringan dan eritrosit dapat mengangkut bentuk nonfosforilasi dari vitamin plasma. Beberapa ini berasal dari PLP plasma setelah bereaksi dengan fosfatase. B6 dalam jaringan ditemukan dalam berbagai kompartemen subselular tetapi terutama dalam mitokondria dan sitosol. Biasanya, produk ekskretoris B6 utama adalah 4-PA, yang menyumbang sekitar setengah senyawa B6 dalam urin. Bentuk lain dari vitamin juga ditemukan dalam urin. Dengan dosis besar B6, proporsi bentuk-bentuk lain dari vitamin meningkat. Pada dosis
11
yang sangat tinggi dari PN, banyak yang diekskresikan dalam urin tanpa diubah. B6 juga diekskresikan dalam feses tapi mungkin sampai batas tertentu. Koenzim vitamin B6 berperan penting dalam metabolisme asam amino, sehingga konsumsi sehari-hari harus sebanding dengan konsumsi protein, karena protein dibuat dari asam amino. RDA untuk vitamin B6 adalah 0,16 mg/g protein. Rata-rata konsumsi adalah 2 mg/hari untuk pria dan 1,6 mg/hari untuk wanita.
a. Sumber utama Daging, ikan dan unggas (itik, ayam dll) merupakan sumber utama vitamin B6. Sumber yang lain adalah kentang, beberapa sayuran hijau dan buah berwarna ungu. b. Fungsi Vitamin B6 berperan dalam metabolisme asam amino dan asam lemak. Vitamin B6 membantu tubuh untuk mensintesis asam amino nonesensial. Selain itu juga berperan dalam produksi sel darah merah. c. Gejala kekurangan Orang yang mempunyai kadar vitamin B6 rendah, menunjukkan gejala seperti lemah, sifat lekas marah dan susah tidur. Selanjutnya gejala kegagalan pertumbuhan, kerusakan fungsi motorik dan sawan. d. Keracunan Dosis tinggi vitamin B6 dalam waktu yang lama menyebabkan kerusakan syaraf, yang kadang-kadang tidak dapat diperbaiki. Hal ini dimulai dengan mati rasa pada kaki; selanjutnya, perasaan hilang pada tangan dan mulut yang mungkin menjadi mati rasa. Kemudian gejala keracunan adalah kesulitan berjalan, kelelahan dan sakit kepala. Ketika konsumsi dikurangi, gejala-gejala ini berkurang, tetapi tidak selalu hilang sepenuhnya. 2.4.6 Biotin (Vitamin B8) Metabolisme vitamin B8 Mekanisme transportasi biotin ke hati dan jaringan lain setelah penyerapannya belum siap. Biotinidase telah diidentifikasi sebagai kemungkinan sebagai biotin yang mengikat protein dalam plasma atau sebagai protein transporter untuk membantu masuknya biotin dunia ke dalam sel. Penelitian lain menunjukkan bahwa serum biotin 12
lebih dari 80 persen terikat. Pembawa anion asam dengan spesifisitas relatif untuk biotin menyerupai pembawa usus muncul untuk menengahi penyerapan oleh sel hati. Serapan plasenta biotin dan transportasi ke janin telah dibuktikan dan tampaknya khusus untuk biotin. Namun, karena janin tidak berkonsentrasi biotin, transfer plasenta tampaknya pasif. Isolasi dan kimia identifikasi lebih dari selusin metabolit biotin telah menetapkan fitur utama dari pemanfaatan di mikroba dan mamalia. Sekitar setengah dari biotin yang mengalami metabolisme untuk bisnorbiotin dan sulfoksida biotin sebelum ekskresi. Biotin, bisnorbiotin, dan biotin sulfoksida yang hadir dalam proporsi molar sekitar 3: 2: 1 dalam urin manusia dan plasma. Dua metabolit minor tambahan, bisnorbiotin metil keton dan biotin sulfon, baru-baru ini diidentifikasi dalam urin manusia. Ekskresi dan serum konsentrasi urin biotin dan metabolitnya meningkatkan kira-kira dalam proporsi yang sama dalam menanggapi baik intravena atau oral besar dosis biotin. Biotin dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, jadi tidak ada nilai RDA. Perkiraan aman dan cukup yang dapat dikonsumsi dalam makanan sehari-hari antara 30100 mikro-gram perhari. a. Sumber-sumber utama Biotin ditemukan dalam sejumlah besar makanan. Umumnya defisiensi tidak terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi berbagai makanan. b. Fungsi Dibandingkan dengan berbagai vitamin B yang lain, sedikit sekali yang diketahui tentang fungsi biotin seperti yang ditemukan baru-baru ini. Biotin memainkan peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. c. Gejala kekurangan Kekurangan biotin jarang terjadi, tetapi dapat muncul pada pasien rumah sakit yang menggunakan infus. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti kehilangan nafsu makan, mual, depresi, kelemahan dan kelelahan. Dosis tambahan biotin diberikan pada pasien untuk mencegah defisiensi. d. Keracunan Keracunan biotin tidak biasa terjadi.
13
2.4.7 Asam pantotenat Metabolisme asam pantotenat Folat dalam makanan (derivatif poliglutamat) dihidrolisis menjadi monoglutamate dalam usus sebelum penyerapan di mukosa usus. Pembelahan ini dicapai oleh γglutamylhydrolase, umumnya disebut conjugase folat. Bentuk monoglutamate folat secara aktif diangkut melewati usus kecil proksimal dengan proses pH-dependent saturable. Jika yang dikonsumsi dalam bentuk monoglutamate folat, diserap dengan mekanisme difusi pasif yang nonsaturable (tidak jenuh jenuh sebanyak apapun substrat). Monoglutamate, terutama 5-metil-tetrahydrofolate, muncul dalam sirkulasi portal. Banyak folat ini dapat diambil oleh hati, di mana ia dimetabolisme menjadi turunan poliglutamat dan ditahan atau dilepaskan ke dalam darah atau kantong empedu. Sekitar dua-pertiga dari folat dalam plasma adalah terikat protein. Sebagian folat plasma terikat dengan afinitas rendah oleh protein pengikat, terutama albumin, yang mengikat sekitar 50 persen folat. Sedikit jumlah pengikat folat dengan afinitas tinggi pengikat folat juga hadir dalam plasma. Transportasi seluler folat dimediasi oleh sejumlah sistem transportasi yang berbeda, yang dapat dicirikan baik sebagai membran carrier atau sistem protein pengikat folat. Sistem transportasi ini tidak jenuh oleh folat dalam jumlah fisiologis. Konsentrasi folat dalam hati 4,5 sampai 10 ug / g dilaporkan setelah biopsi hati (Whitehead, 1973). Sebelum
disimpan
dalam
jaringan
atau
digunakan
sebagai
koenzim,
monoglutamate folat dikonversi ke bentuk poliglutamat oleh enzim folylpolyglutamate sintetase. Ketika dilepaskan dari jaringan ke dalam sirkulasi, polyglutamate folat dikonversi ke bentuk monoglutamate oleh γ-glutamylhydrolase. Folat harus dikurangi secara enzimatis dan disintesis kembali ke bentuk poliglutamat berfungsi dalam reaksi transfer satu-karbon. Keterkaitan metabolik antara folat dan vitamin B12 dapat menjelaskan mengapa kekurangan salah satu vitamin mengarah ke perubahan hematologi yang sama. Kedua folat dan vitamin B12 yang diperlukan untuk pembentukan 5,10methylenetetrahydrofolate dan terlibat dalam sintesis timidilat. Pembentukan 5,10methylene tetrahydrofolate tergantung pada regenerasi senyawa induk (tetrahydrofolate) dalam konversi homosistein-metionin. Reaksi ini melibatkan pelepasan gugus metil dari metil folat dan memindahkannya ke homosistein untuk sintesis metionin. Folat terlibat sebagai substrat (5-metil-tetrahydrofolate) dan vitamin B12 sebagai koenzim. 5,1014
methylenetetrahydrofolate memberikan metil untuk deoxyuridylate untuk mengubahnya menjadi timidilat untuk dimasukkan ke dalam DNA. Baik kekurangan folat atau kekurangan vitamin B12, perubahan megaloblastik terjadi di sumsum tulang dan sel-sel lainnya akibat dari kurangnya memadai 5,10-methylenetetrahydrofolate. Rute utama dari omset
folat
seluruh
tubuh
tampaknya
melalui
katabolisme
menjadi
produk
pembelahannya. Langkah awal dalam katabolisme folat melibatkan pembelahan folylpolyglutmate
intraseluler
pada
ikatan
C9-N10,
dan
menghasilkan
p-
aminobenzoylpolyglutamates yang akan dihidrolisis ke monoglutamate, yang merupakan N-asetat sebelum ekskresi. Folat bebas memasuki glomerulus dan diserap kembali di tubulus ginjal proksimal. Hasil bersih adalah bahwa sebagian besar folat dikeluarkan akan diserap kembali. Sebagian besar produk ekskresi pada manusia adalah produk pembelahan folat. Folat yang utuh dalam urin hanya mewakili persentase yang sangat kecil dari folat yang didapat. Ekskresi bilier folat telah diperkirakan setinggi 100 mg / hari (Herbert dan Das, 1993; Whitehead, 1986); Namun, banyak dari ini diserap oleh usus kecil (Weir et al., 1985). Pengeluaran folat lewat feses bisa terjadi, tetapi sulit untuk membedakan feses folat yang sebenarnya atau feses dari folat disintesis oleh flora normal usus. RDA untuk folat adalah sekitar 3 mg/kg berat badan. Untuk pria, konsumsi harian sebaiknya sekitar 200 mg perhari dan untuk wanita sekitar 180 mg perhari. Peningkatan konsumsi folat direkomendasikan selama hamil dan pada saat pertumbuhan sel. Kekurangan asam folat dapat disebabkan tidak hanya oleh konsumsi yang rendah, tetapi juga oleh berkurangnya penyerapan atau kebutuhan metabolik yang tidak biasa untuk vitamin. Orang yang mengkonsumsi banyak alkohol atau banyak mengkonsumsi makanan yang tidak berkalori juga mudah kekurangan folat. Selain itu, pada kondisi yang berhubungan dengan pertumbuhan sel, seperti kehamilan, kanker atau penyakit kerusakan kulit, seperti measles , meningkatkan kebutuhan akan folat. a. Sumber utama Sumber terbaik untuk folat adalah sayur-sayuran, khususnya sayuran berdaun hijau. Hati juga mengandung banyak folat. Daging, susu dan produk-produk susu mengandung sedikit folat.
15
b. Fungsi Folat merupakan bagian dari dua koenzim yang penting dalam sintesa sel-sel baru. c. Gejala kekurangan Kekurangan folat dapat menyebabkan kekurangan darah. Gejalanya bisa meluas, seperti sel-sel darah merah tidak matang, yang menunjukkan sintesa DNA yang lambat. Hal ini disebabkan tidak hanya oleh kekurangan folat tetapi juga oleh kekurangan vitamin B12. Gejala lain dari kekurangan folat adalah rasa panas pada jantung (heartburn), diare dan sring terkena infeksi karena penekanan pada sistem kekebalan. Hal ini mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan depresi, kebingungan mental, kelelahan dan pingsan. d. Keracunan Gejala keracunan adalah diare, susah tidur dan sifat mudah marah. Folat dengan dosis tinggi dapat menutupi kekurangan vitamn B12, karena kedua vitamin ini berhubungan. 2.4.8 Vitamin B12 (Kobalamin) Tidak ada studi yang ditemukan pada penyerapan B12 dari makanan susu atau dari daging merah selain daging kambing dan efisiensi penyerapan liver. Penyerapan B12 dari hati dikabarkan rendah karena kandungan B12nya yang tinggi. Meskipun bukti menunjukkan bahwa kandungan B12 dari 1,5 sampai 2,5 mg / makan, reseptor ileum memiiki batas jenuh, dengan demikian akan membatasi penyerapan lebih lanjut (Scott, 1997), penyerapan sebanyak 7 mg dalam satu subjek (18 persen) dilaporkan dari satu porsi pasta hati yang berisi 38 ug B12 (rata penyerapan adalah 4,1 mg atau 11 persen) (Heyssel et al., 1966). Secara khusus, diasumsikan bahwa 50 persen dari B12 makanan diserap oleh orang dewasa yang sehat dengan fungsi lambung normal. Sebuah penyerapan pecahan yang lebih kecil akan berlaku, namun, hanya jika seseorang mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin B12. Berbagai tingkat penyerapan diasumsikan dalam berbagai kondisi. B12 muncul dalam diet hanya dalam makanan yang telah difortifikasi dengan B12, seperti sereal sarapan dan makan pengganti cairan. B12 terus disekresi dalam empedu. Pada individu yang sehat sebagian besar B12 ini diserap kembali dan tersedia untuk fungsi metabolisme. El Kholty dkk. (1991) menunjukkan bahwa sekresi B12 ke dalam empedu rata-rata 1,0 ± 0,44 nmol / hari (1,4 16
mg / hari). Jika sekitar 50 persen dari B12 ini diasumsikan diserap kembali, kehilangan rata-rata B12 melalui empedu dalam tinja kira kira 0,5 nmol / hari (0,7 mg / hari). Penelitian dengan babun (Green dkk., 1982) menunjukkan bahwa bentuk B12 hadir dalam empedu dapat diserap lebih mudah daripada sianokobalamin, tetapi penyerapan kedua bentuk ditingkatkan oleh faktor intrinsik.Teo dan rekan kerja (1980) melaporkan data menunjukkan bahwa empedu meningkatkan penyerapan B12. Namun, dengan tidak adanya faktor intrinsik, pada dasarnya semua B12 dari empedu diekskresikan dalam tinja daripada diresirkulasikan. Dengan demikian, kekurangan vitamin B12 berkembang lebih cepat pada orang yang tidak memiliki faktor intrinsik atau yang malabsorb B12 daripada pada mereka yang vegetarian atau tanpa asupan B12. Jika B12 beredar melebihi kapasitas pengikatan B12 pada darah, kelebihan akan diekskresikan dalam urin. Ini biasanya terjadi setelah suntikan B12. Kehilangan tertinggi B12 biasanya terjadi melalui feses. Sumber B12 tinja diantaranya B12 yang tidak diserap dari makanan atau empedu, sel deskuamasi, lambung dan sekresi usus, dan B12 yang disintesis oleh bakteri dalam usus besar. Kehilangan lain terjadi melalui kulit dan reaksi metabolisme. Kehilangan lewat tinja dan urin menurun ketika simpanan B12 menurun. Berbagai penelitian telah menunjukkan kehilangan 0,1-0,2 persen dari simpanan B12 per hari terlepas dari ukuran simpanan, dengan nilai 0,2 persen umumnya berlaku untuk orang-orang dengan anemia pernisiosa. a. Sumber utama Vitamin B12 hanya ditemukan di dalam daging hewan dan produk-produk hewani. Orang yang hanya makan sayuran (vegetarian) dapat melindungi diri sendiri melawan defisiensi (kekurangan) dengan menambah konsumsi susu, keju dan telur. Hal ini berarti sekitar satu cangkir susu atau satu butir telur untuk satu harinya. Untuk seorang vegetarian yang tidak memakan semua produk dari hewan dapat memperoleh sumber vitamin B12 dari susu kedelai atau ragi yang sudah ditumbuhkan dalam lingkungan yang kaya akan vitamin B12. b. Fungsi Vitamin B12 berperan penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat. Vitamin B12 juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi serat syaraf dan mendorong pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam aktifitas 17
dan metabolisme sel-sel tulang. Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk melepaskan folat, sehingga dapat membantu pembentukan sel-sel darah merah. c. Gejala kekurangan Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kekurangan darah (anemia), yang sebenarnya disebabkan oleh kekurangan folat. Tanpa vitamin B12, folat tidak dapat berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Gejala kekurangan lainnya adalah selsel darah merah menjadi belum matang (immature), yang menunjukkan sintesis DNA yang lambat. Kekurangan vitamin B12 dapat juga mempengaruhi sistem syaraf, berperan pada regenerasi syaraf peripheral, mendorong kelumpuhan. Selain itu juga dapat menyebabkan hipersensitif pada kulit. d. Keracunan Tidak ada gejala keracunan yang berhubungan dengan vitamin B12
2.4.9 Vitamin C
Asam ascorbat lebih dikenal sebagai vitamin C, berasal dari glukosa dari siklus asam uronat, glukosa pada asam askorbat dikatalis oleh enzim L gulonolakton oksidase Enzim ini tdk ada pada primate vitamin C diperoleh dari makanan berfungsi sebagai agen pereduksi berbagai reaksi , Vitamin C dikeluarkan dari tubuh melalui urine dalm bentuk dydroaskorbat, ketogulonate, askorbat 2 sulfate, asam oksalat. Reaksi utama yang sangat membutuhkan vitamin C hidroksilasi proline dalam kolagen, sebagai kofaktor reaksi katabolisme tirosine dan sintesis epinefrin dari tirosin, sintesis asam empedu.
18
proline-
-HO-proline-
proline monooksingenase Fe2+
Fe3+
semidehidroaskorbat
askorbat
RDA untuk vitamin C adalah 60 mg/hari, tapi hal ini bervariasi pada setiap individu. Stres fisik seperti luka bakar, infeksi, keracunan logam berat, rokok, penggunaan terusmenerus obat-obatan tertentu (termasuk aspirin, obat tidur) meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C. Perokok membutuhkan vitamin C sekitar 100 mg/hari a. Sumber-sumber utama Jeruk merupakan sumber utama vitamin C. Brokoli, sayuran berwarna hijau, kol (kobis), melon dan strawberi mengandung vitamin C bermutu tinggi. b. Fungsi Vitamin C mempunyai banyak fungsi. Vitamin C berperan membantu spesifik enzim dalam melakukan fungsinya. Vitamin C juga bekerja sebagai antioksidan. Perusahaan kadang–kadang menambahkan vitamin C pada produk makanannya untuk menjaga kandungan bahan tertentu. Vitamin C juga penting untuk membentuk kolagen, serat, struktur protein. Kolagen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi dan juga untuk membentuk jaringan bekas luka. Vitamin C juga meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi dan membantu tubuh menyerap zat besi. c. Gejala kekurangan Gejala awal kekurangan vitamin C adalah pendarahan disekitar gigi dan merusak pembuluh darah di bawah kulit, menghasilkan pinpoint haemorrhages . Kekurangan 19
banyak vitamin C berakibat pada sistem syaraf dan ketegangan otot. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan otot seperti juga rasa nyeri, gangguan syaraf dan depresi. Gejala selanjutnya adalah anemia, sering terkena infeksi, kulit kasar dan kegagalan dalam menyembuhkan luka. Ketika seseorang mengkonsumsi sejumlah besar vitamin C dalam bentuk suplemen dalam jangka panjang, tubuh menyesuaikannya dengan menghancurkan dan mengeluarkan kelebihan vitamin C dari pada biasanya. Jika konsumsi kemudian secara tiba-tiba dikurangi, tubuh tidak akan menghentikan proses ini, sehingga menyebabkan penyakit kudisan. d. Keracunan Gejala keracunan vitamin C adalah mual, kejang perut, diare, sakit kepala, kelelahan dan susah tidur. Hal ini juga dapat mengganggu tes medis, atau menyebabkan buang air kecil yang berlebihan dan membentuk batu ginjal.
20
BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan •
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh (esensial).
•
Vitamin dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air.
•
Vitamin larut dalam air merupakan vitamin yang dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Vitamin larut air merupakan salah satu pembentuk metabolisme tubuh contohnya vitamin B dan C.
3.2 Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya lebih dapat dipertanggung jawabkan. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.
21
Daftar Pustaka Almatsier, Sunita.2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. 2013. “Vitamin yang Larut Dalam Air”. http://farmasikel7.blogspot.co.id/2013/04/vitamin-yang-larut-dalamair1.html Diakses pada tanggal 10 Desember 2017
Widiastuti, Puwati. 2012. Apa Itu Vitamin Larut Dalam Air. http://purwatiwidiastuti.wordpress.com/2012/05/13/apa-itu-vitamin-larutdalam-air/ Diakses pada tanggal 10 Desember 2017
Yudisthira. 2012. “Proses Metabolisme Vitamin Larut Dalam Air”. http://gitgityudhistira.blogspot.com/2012/02/proses-metabolisme-vitamin-larutdalam.html Diakses pada tanggal 10 Desember 2017
Yuniastuti, L. 2008. Vitamin larut dalam air. Labolatorium terpadu kesehatan masyarakat AIPTKMI Regional Indonesia Timur UNHAS, Makasar