MAKALAH KATA,KALIMAT DAN PARAGRAF Diajukan untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia
Di susun oleh : 1. Jiddan ilham panjiwijanarko (18102055) 2.
1
DAFTAR ISI Halaman JUDUL …....................................................................................................
i
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………
3
B. Rumusan Masalah...........................................................................
3
C. Tujuan.............................................................................................
3
D. Manfaat…………………………………………………………..
3
BAB II. PEMBAHASAN A. Kata………………………………………………………………
4
B. Kalimat…………………………………………………………...
11
C. Paragraf…………………………………………………………..
13
BAB III. PENUTUP A. KESIMPULAN………………………………………………….
19
B. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………
19
2
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di zaman yang semakin berkembang ini menulis telah menjadi sebuah kebutuhan. Setiap orang tak akan pernah luput dari kebutuhan menulis, entah untuk media iklan, tugas sekolah, atau karena kegemaranya. Namun, dibalik semua itu menulis bukanlah hal yang mudah karena banyak hal yang perlu diperhatikan dalam suatu penulisan agar ide sang penulis dapat tersampaikan dengan baik dalam tulisanya. masih banyak orang yang belum memahami betul mengenai jenis kata, kalimat, dan paragraf. Oleh karena itu, untuk lebih memahami tentang ruang lingkupnya maka kami akan mencoba membahas mengenai penjelasan lengkap ruang lingkup kata, kalimat, dan paragraf.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi dari kata, kalimat dan paragraf ? 2. Bagaimana cara menulis kata, kalimat dan paragraf yang baik dan benar ?
C. TUJUAN 1. Mengetahui definisi dari kata, kalimat dan paragraf. 2. Mengetahui cara menulis kata, kalimat dan paragraf yang baik dan benar.
D. MANFAAT 1. Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat untuk dikembangkan lebih lanjut. 2. Mendapatkan informasi definisi dari kata, kalimat dan paragraf.
3
BAB II PEMBAHASAN A. KATA 1. PENGERTIAN KATA Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu Bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat. Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari Bahasa Ngapak kathā.
Dalam
bahasa
Sanskerta, kathā sebenarnya
bermakna
"konversasi", "bahasa", "cerita" atau "dongeng”. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti semantis menjadi "kata". Istilah "kata" tidak sulit untuk didefinisikan. Menurut KBBI, Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau beberapa morfem. Dalam satu kata terdiri dari beberapa huruf, dan sudah memiliki arti untuk kata tertentu. 2. JENIS KATA Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
4
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu: a.
Nomina (kata benda) adalah nama dari seseorang, tempat, atau semua benda
dan segala yangdibendakan. Kata benda menurut wujudnya dibagi sebagai berikut. 1)
Kata benda konkret (berwujud) adalah kata benda yang wujud bendanya
kelihatan, tampak dan dapat ditangkap oleh panca indra. Contoh : meja, kursi, pensil, piring, dan sebagainya. 2)
Kata benda abstrak (tak berwujud) adalah kata benda yang wujud
bendanya tidak kelihatan, tidak tampak dan tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Contoh : faham, watak, kelakuan, kesopanan, dan sebagainya. b.
Verba (kata kerja) adalah kata yang menyatakan suatu tindakan atau
pengertian dinamis 1)
Kata kerja transitif adalah kata kerja yang membutuhkan kehadiran
objek dibelakangnya. Contoh : menyebabkan (men + sebab + -kan). Kalimatnya: Serangan hama tersebutmenyebabkan kematian 100% pada varietas hibrida. c.
Kata kerja transitif dapat dibedakan (terjadinya) kedalam 7 bentuk kata kerja
yaitu : a)
Kata kerja tak berimbuhan. Contoh : minta izin, makan roti, dan
sebagainya. b)
Kata kerja berimbuhan berupa awalan me-. Contoh : menangkap
pencopet, menembak burung, dan sebagainya. c)
Kata kerja berimbuhan “me-kan”. Contoh : merapikan rambut,
melepaskan tali, dan sebagainya.
5
d)
Kata kerja berimbuhan “memper-kan”. Contoh : memperebutkan
kekuasaan, mempermainkan bola. e)
Kata kerja berimbuhan “me-i”. Contoh : mengawasi pekerjaan, merestui
perkawinan. f)
Kata kerja berimbuhan “memper-i”. Contoh : memperbaiki sepeda,
memperingati hari kelahiran g)
Kata kerja berimbuhan “memper-“. Contoh : memperdalam ilmu,
mempertebal iman. d. Adjektiva (kata sifat) adalah kata keadaan yang lebih khusus karena erat hubungannya dengan benda yang diterangkan. Contoh, 1)
Putih bersih, merah padam, sunyi, gelap, hiruk pikuk, kacau balau, dan
sebagainya;
e.
2)
Terbagus, terbaik, tertinggi, kecil, besar, keras, lunak, dan sebagainya;
3)
Pemberani, penakut, dermawan, budiman, pemarah, dan sebagainya.
Adverbia (kata keterangan) adalah semua kata yang memberikan keterangan kepada selain kata benda. Kata keterangan tersebut dapat dibedakan seperti dibawah ini. 1)
Kata Keterangan Tempat adalah segala macam kata ini memberi
penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan dalam suatu ruang. Keterangan ini cocok untuk menjawab pertanyaan di mana, dari mana, ke mana, dan melalui mana. Contoh: di sini, di situ, di sana, ke mari, ke sana, di rumah, di bandung, dari jakarta dan lain-lain.
6
2)
Kata Keterangan Tujuan adalah keterangan yang menerangkan hasil
atau tujuan dari suatu proses. Tujuan itu pada hakekatnya adalah suatu akibat, tetapi akibat yang sengaja dicapai atau memang dikehendaki demikian. Katakata
yang menyatakan
keterangan
tujuan
adalah: supaya,
agar, agar
supaya, hendak, untuk, guna, buat. 3)
Kata Keterangan Keadaan adalah keterangan yang menyatakan perihal
keadaan tentang peristiwa atau kejadian. Contoh : a)
Ia berkata beriba hati kepada ayahnya.
b)
Masri taunduk kemalu-maluan dihadapan ayah bundanya.
c)
Dengan lemah-lembut Ibu itu memberikan nasihat kepada
anaknya. 4)
Kata Keterangan Kesungguhan adalah keterangan yang menyatakan
taraf kepastian terjadinya peristiwa atau kejadian. Sebagaimana yang kita ketahui, terjadinya suatu peristiwa itu, suatu hal yang pasti terjadi, tidak terjadi, mungkin terjadi, diharapkan terjadi. Oleh karena itu ada bermacammacam keterangan sungguhan sebagai berikut. a)
Kepastian. Dinyatakan dengan kata-kata : sungguh, tentu, pasti,
sesungguhnya, sebenarnya, tak dapat tidak, dan sebagainya. b)
Ingkar. Dinyatakan dengan kata-kata : tak, tidak, tiada, tak usah,
usahkan, jangan, dan sebagainya. c)
Keraguan-raguan. Dinyatakan dengan kata-kata : mungkin, boleh
jadi, barang kali, rupa-rupanya, dan sebagainya. d)
Pengharapan. Dinyatakan dengan kata-kata : semoga, moga-
moga, mudah-mudahan, sudilah kiranya, dan sebagainya.
7
f.
Pronomina (kata ganti) adalah kata yang menggantikan kata benda atau kata lain yang tidak disebut. Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat dibedakan sebagai berikut. 1)
Kata Ganti Orang (Pronomina Personalia) adalah kata ganti yang
berfungsi sebagai pengganti orang yang telah disebut atau dikenal. Adapun jenis-jenis kata ganti orang adalah sebagai berikut: a)
Kata ganti orang ke-I (si pembicara).
(1) Tunggal
: aku, saya, daku, hamba, beta.
(2) Jamak
: kami, kita.
b)
Kata ganti orang ke-II (orang yang diajak bicara).
(1) Tunggal
: engkau, kamu, Paduka, tuan, yang mulia, saudara, ibu, bapak
dan lain-lain. (2) Jamak c)
: kamu, kalian, kamu sekalian, anda sekalian.
Kata ganti orang ke-III (orang yang dibicarakan).
(1) Tunggal
: dia,
beliau,
ia.
Untuk
orang
yang
sudah
meninggal yaitu mendiang, almarhum atau almarhumah. (2) Jamak 2)
: mereka. Kata ganti empunya (Pronomina Possessiva) adalah segala kata yang
menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik: -ku, -mu, nya, kami, kamu, mereka. Dalam fungsinya sebagai pemilik, kata-kata ini mengambil bentuk ringkas dan dirangkaikan saja di belakang kata yang diterangkan disebut sebagai bentuk enklitis. Contoh:
8
Pensilku
=
pensil aku
Pensilmu
=
pensil kamu
Apabila bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata, disebut proklitis. Contoh:kupinjam, kau pinjam. 3)
Kata ganti penunjuk (Pronomina Demonstrativa) adalah kata yang
menunjuk di mana terdapat sesuatu benda. Dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a)
Kata ganti penunjuk dekat. Contoh : ini, disini, kemari, kesini.
b)
Kata ganti penunjuk jauh. Contoh : itu, disitu, kesana, kesitu. 4)
Kata Ganti Penghubung (Pronomina Relativa) adalah kata ganti yang
mempunyai fungsi sebagai pengantar atau penghubung anak kalimat. Contoh : yang. 5)
Kata Ganti Penanya (Pronomina Interrogativa) adalah kata ganti yang
berfungsi untuk menanyakan benda, waktu, tempat, atau keadaan. a)
Kata ganti penanya benda. Contoh : apa, siapa, mana, yang mana.
b)
Kata ganti penanya waktu. Contoh : bila, bilamana, apabila, kapan.
c)
Kata ganti penanya tempat. Contoh : dimana, kemana, darimana.
d)
Kata ganti penanya keadaan. Contoh : berapa, bagaimana, mengapa.
g.
Numeralia (kata bilangan) adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan. Menurut sifatnya kata bilangan dapat dibagi sebagai berikut.
1)
Kata bilangan utama (numeralia cardinalia) adalah kata bilangan yang
menyatakan satuan jumlah angka. Contoh : satu, dua, tiga, empat, seratus, seribu,dan sebagainya.
9
2)
Kata bilangan tak tentu adalah kata bilangan yang menyatakan jumlah dari
sesuatu
yang
relatif
dan
satuan
hitungnya
tidak
tentu.
Contoh
: beberapa, segala, semua, tiap-tiap dan sebagainya. 3)
Kata bantu bilangan adalah kata bilangan pelengkap, membantu suatu bentuk
satuan dari sesuatu objeknya. Contoh : sehelai, secarik, sepotong dan sebagainya. 3. Penentuan Batas Kata a.
Pada jeda
cara disuruh untuk mengulang kalimat yang diberikan secara pelan, diperbolehkan untuk beristirahat dan mengambil jeda. Sang pembicara maka akan cenderung memasukkan jeda pada batas-batas kata. Namun metoda ini tidaklah sempurna, sang pembicara bisa dengan mudah memilah-milah katakata yang terdiri dari banyak suku kata. b.
Keutuhan
Seorang pengguna disuruh untuk mengucapkan sebuah kalimat secara keras dan lalu disuruh untuk mengucapkannya lagi dan ditambah beberapa kata. c.
Bentuk bebas minimal
Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield. Katakata adalah leksem, jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri.
10
B. KALIMAT 1. PENGERTIAN KALIMAT Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Menurut Wikipedia, Kalimat adalah satuan bahasa berupa rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran secara utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Di sini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu). Kalimat tunggal dapat berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh kalimat tunggal: o Selamat sore o Silakan Masuk! o Kapan menikah? 11
2.
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah: Kalimat Majemuk Setara Kalimat Majemuk Rapatan Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat Majemuk Campuran
2. KALIMAT AKTIF DAN KALIMAT PASIF a.
Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua macam : 1)
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita
-
Ayah membeli daging.
-
Kadir merayu gadis desa.
-
Bang Jajang bertemu Juminten.
12
2)
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
-
Adik menangis.
-
Umar berantem.
-
Sejak dahulu kala irvan merenung di dalam tempat persembunyiannya di Batu
Malang. b.
Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-. -
Pak Lurah dimintai pertanggung jawaban oleh Pak Camat.
-
Ayam dipukul Kucing.
-
Bunga anggrek hitam itu terinjak si Lay.
C. PARAGRAF 1. PENGERTIAN PARAGRAF Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan, kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow (¶). Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan 13
umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti. 2
a.
Berdasarkan Jenisnya
Narasi Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciricirinya yakni, ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian. Contoh: Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tibatiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
b.
Deskripsi Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat. Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan. Contoh: Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajahnya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat
14
bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita Palestina. c.
Eksposisi Eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciricirinya: ada informasi. Contoh: Bahtsul Masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.
d.
Argumentasi Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya. Contoh: Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negaranegara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
e.
Persuasi Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu. Contoh: Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor15
kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
3 Berdasarkan letak kalimat utamanya a.
Paragraf deduktif Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
b.
Paragraf Induktif Paragraf induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
1)
Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang. Yang menjadi penjelasannya di atas adalah: ·
Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
·
Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
·
Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
·
Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.
16
Berdasarkan bentuk dan pola pengembangannya paragraf generalisasi juga dapat dibagi dalam 2 jenis bentuk paragraf generalisasi, yaitu (1) Loncatan Induktif Paragraf Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif adalah paragraf yang tetap bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang ada belum bisa mencerminkan seluruh fenomena yang terjadi. Tapi fakta itu dianggap mewakili sebuah persoalan oleh penulis. Generalisasi jenis ini sangatlah lemah karena dasar faktanya belum bisa mencerminkan seluruh fenomena. (2) Tanpa Loncatan Induktif. Paragraf Generalisasi yang berbentuk Tanpa Loncatan Induktif merupakan paragraf generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga bisa mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik karena kebenarannya dapat dipercaya karena menggunakan fakta yang lengkap. 2)
Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Contoh:
Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu. Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu. 17
3)
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2. a)
Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab. b)
Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya. c)
Sebab-Akibat-1 Akibat-2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat. c.
Paragraf Campuran Paragraf campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf
d.
Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar Paragraf deskriptif/naratif/menyebar adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimatkalimat penjelas.
18
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari penjelasan yang telah dijelaskan dimuka, maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan : 1.
Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu Bahasa yang mengandung
arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. 2.
Pembagian kelas kata terbagi atas tujuh, yakni nomina (kata benda),
verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), adverbia (kata keterangan), pronominal (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan kata tugas. 3.
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang
dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 4.
Kalimat terbagi atas dua yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
5.
Pragraf adalah suatu kumpulan satu kesatuan pikiran yang lebih tinggi
serta l Lebih luas dari pada kalimat. 6.
Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya.
DAFTAR PUSTAKA 1.
http://kbtpfree.blogspot.com/2010/05/kata-kalimat-dan-paragraf.html
2.
http://idhambhimaa.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-perbedaan.html
3.
http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
4.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kata
5.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat
19
20