KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberi kelancaran dalam menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Kolon” Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kami pada mata kuliah Keperawatan Bedah Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami selaku penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada : 1. Ns. Nur Widayati, MN sebagai dosen pembimbing 2. Ns. Mulia Hakam,M.Kep., Sp.Kep.MB sebagai penanggung jawab mata kuliah keperawatan bedah 3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik dari penulisan ataupun materi yang disampaikan. Maka dari itu kami menerima segala kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jember, 13 Maret 2019 Penyusun
1
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ........................................................................................................ ii Daftar Isi................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 1.1 .Latar Belakang ............................................................................................1 1.2 Tujuan Umum ..............................................................................................2 1.3 Tujuan khusus ............................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4 2.1 Anatomi Fisiologi ......................................................................................6 2.2 Definisi .......................................................................................................8 2.3 Etiologi .....................................................................................................21 2.4 Patofisiologi ................................................................................................ 2.5 Pathway ....................................................................................................... 2.6 Epidemiologi ............................................................................................... 2.7 Faktor Risiko ............................................................................................... 2.8 Manifestasi Klinis ........................................................................................ 2.9 Klasifikasi .................................................................................................... 2.10 Penatalaksanaan .......................................................................................... 2.11 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................22 3.1 Kasus ........................................................................................................22 3.2 Pengkajian ...............................................................................................24 3.3 Analisa Data .............................................................................................27 3.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................................28 3.5 Intervensi .................................................................................................29
2
3.6 Implementasi ............................................................................................... 3.7 Evaluasi ....................................................................................................... BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 4.2 Saran .................................................................................................................... Daftar Isi.....................................................................................................................
3
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................35 4.1 Simpulan ....................................................................................................35 4.2 Saran ...........................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
BAB I
4
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker kolon adalah keganasan kanker yang berasal dari jaringan usus besar yang terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan rektum (bagian terakhir dari usus besar sebelum anus) (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Kanker kolon merupakan keganasan ketiga terbanyak dan juga merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika Serikat (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Diperkirakan akan ada 101.420 kasus kanker kolon dan 44.180 kasus kanker rektum yang akan didiagnosis pada 2019 di Amerika Serikat. Kejadian kanker kolon yang ada di Indonesia adalah 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa dengan angka kematian 9,5%. Di indonesia kanker kolon menempati urutan nomor 3 diakibatkan adanya perubahan pola makan seperti orang barat yaitu dengan makan makanan yang tinggi lemak serta rendah serat (GLOBOCAN, 2012). kanker kolon dimulai sebagai pertumbuhan pada lapisan dalam usus besar atau rectum yang
disebut dengan
polip.. 2 jenis utama polip adalah Polip
adenomatosa (adenoma), polip ini terkadang berubah menjadi kanker. Oleh karena arena itu, adenoma disebut kondisi pra-kanker. Polip hiperplastik dan polip inflamasi,polip ini lebih sering terjadi, tetapi secara umum polip ini tidak bersifat pra-kanker ( American Cancer Society, 2018).
Pengobatan adjuvant saat ini sudah berkembang pesat, tetapi pengobatan ini hanya sedikit meningkatkan harapan hidup pasien penderita kanker kolon jika sudah memasuki stadium lanjut. Oleh karena itu, keberhasilan penanganan kanker adalah ditemukannya kanker dalam stadium dini (Kementerian Kesehatan RI, 2018). 1.2 Rumusan masalah 1. Apa saja anatomi yang terlibat dalam kanker kolon? 2. Apa definisi dari kanker kolon? 3. Apa etiologi kanker kolon?
5
4. Bagaimana patofisiologi kanker kolon? 5. Bagaimana pathway kanker kolon? 6. Bagaimana epidemiologi kanker kolon? 7. Apa saja faktor risiko kanker kolon? 8. Apa saja manifestasi klinis kanker kolon? 9. Bagaimana klasifikasi dari kanker kolon? 10. Apa saja pemeriksaan diagnostik kanker kolon? 11. Bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi kanker kolon? 12. Apa saja pemeriksaan penunjang kanker kolon? 1.3 Tujuan 1.3.1Tujuan umum Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kolon 1.3.2Tujuan khusus 1. Dapat memahami anatomi dan fisiologi yang berkaitan dengan kanker kolon 2. Dapat memahami definisi dari kanker kolon 3. Dapat memahami etiologi kanker kolon 4. Dapat memahami patofisiologi kanker kolon 5. Dapat memahami pathway kanker kolon 6. Dapat memahami epidemiologi kanker kolon 7. Dapat memahami faktor risiko kanker kolon 8. Dapat memahami manifestasi klinis kanker kolon 9. Dapat memahami klasifikasi kanker kolon 10. Dapat memahami pemeriksaan diagnostik kanker kolon 11. Dapat memahami bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan nonfarmakologi kanker kolon 12. Memahami apa saja pemeriksaan penunjang kanker kolon. BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan fisiologi
Kolon atau usus besar merupakan tabung muskular berongga yang memiliki panjang sekitar 13 meter, membentang dari sekum di fossa iliaka kanan sampai rektum dan saluran anus pada pelvis serta memiliki diameter sekitar 6,5 cm (Waugh, dkk., 2014)
Usus besar terhubung dengan usus halus melalui katup ileosekal yang memiliki fungsi mengontrol kecepatan masuknya makanan yang berasal dari usus halus menuju usus besar dan agar tidak terjadi refluks sisa makanan yang berasal dari usus besar menuju usus halus. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Sekum adalah kantong dalam keadaan tertutup dengan keadaan menggantung di bawah katup ileosekal. Katup ileosekal membuka ke bagian usus besar yang disebut sekum yang memiliki fungsi menerima sisa makanan. Sekum memiliki panjang 8 hingga 9 cm dengan struktur seperti dinding kolon namun terisi jaringan limfoid yang lebih banyak. Apendiks yaitu bagian yang menonjol 7
pada sekum. Apendiks veriformis merupakan tabung buntu sempit yang memiliki isi jaringan limfoid. Apendiks memiliki posisi yang eksentrik sehingga menyebabkan sisa makanan mudah terkumpul pada rongga tersebut dan dapat menyebabkan peradangan atau disebut dengan apendisitis. Kolon merupakan bagian usus besar dari sekum hingga rektum (Juffrie, M., 2018). Kolon dibagi menjadi empat macam yaitu kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, dan kolon sigmoid. Kolon asenden yaitu kolon yang membentang dari sekum hingga tepi bawah hati pada bagian sebelah kanan. Kolon asenden berjalan menuju atas, yaitu dari sekum menuju bagian kolon setinggi hati yang kemudian kolon membentuk garis lengkung yang tajam pada bagian kiri fleksur hepatica yang digunakan untuk membuat kolon transversum. Kolon transfersum yaitu kolon yang membentang dari sekum hingga tepi bawah hati pada bagian sebelah kanan. Kolon desenden yaitu kolon yang membentang ke bawah pada sisi kiri abdomen kemudian melengkung ke garis tengah. Kemudian, kolon masuk ke bagian pelvis lalu kolon desenden membentuk kolon sigmoid. Kolon sigmoid yaitu kolon yang membentuk huruf S pada pelvis kemudian berlanjut ke bawah dan terbentuk rektum. Rektum yaitu bagian kolon yang memiliki panjang 12 hingga 13 cm. Rektum berbatasan dengan kolon sigmoid pada bagian pangkal dan saluran anus pada bagian ujungnya.rektum berakhir pada saluran anal dan di anus mengalami pembukaan ke eksterior (Nurachman,2017). (Waugh, dkk., 2014) Vaskularisasi usus besar diatur oleh artei mesentrik superior dan inferior. Sekum, kolon asenden, dan sebagian kolon transversum divaskularisasi oleh arteri mesentrik superior. Sisa kolon dan bagian proksimal rektum divaskularisasi oleh arteri mesentrik inferior. Pada bagian rektum dan anus divaskularisasi arteri rektal medialis dan inferior yaitu cabang dari arteri iliaka internal. Vaskularisasi usus besar jua dilakukan oleh vena yaitu vena mesentrika superior dan inferior. Vena membentuk vena porta dengan cara bersatu dengan vena splenik dan gastrik. Vena memvaskularisasikan pada distal rektum dan anus yang kemudian menjadi satu bersama vena iliaka internal, hal ini berarti darah yang berasal dari daerah ini kembali secara langsung menuju vena kava inferior(Waugh, dkk., 2014).
8
Fungsi utama dari usus besar yaitu menampung zat-zat yang tidak mengalami digesti dan absorpsi. Sebagian kecil garam dan air sisa dari pencernaan akan diserap juga di usus besar. Konstipasi dan feses yang mengeras merupakan keadaan dimana sisa makanan yang bergerak dengan sangat lambat atau terlalu lama dalam kolon kemudian terjadi absorpsi air secara banyak. Bakteri E.coli kurang lebih sebanyak 30% terkandung dalam feses. Bakteri tersebut hidup dalam usus besar dan menghasilkan vitamin K(Juffrie, M., 2018). Usus besar memiliki empat fungsi, yaitu : (Waugh, dkk., 2014) 1. Absorpsi Pada kolon terjadi absorpsi sekitar 1000 ml hingga 1500 ml cairan yang mengalir ke kolon dari ileum melalui katup ileosekum. Absorpsi melalui proses osmosis kemudian konsistensi feses yang mengubah cairan menjadi semi padat yaitu air yang ada di feses hanya sekitar 100 ml sampai 150 ml. Hal ini menunjukkan apabila kolon menjadi tempat yang terbaik untuk melakukan absorpsi pada saluran pencernaan. 2. Aktivitas Mikrobial Kolon adalah tempat yang terdiri dari banyak bakteri tertentu, yaitu yang melakukan sintesis vitamin K dan asam folat yaitu bakteri Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,Streptococcus faecalis, dan Clostridium Perfringens. Bakteri ini memiliki sifat komensal yaitu tidak membahayakan bagi manusia namun dapat berbahaya apabila terdapat pada bagian organ lain misalnya terdapat pada kandung kemih dapat menyebabkan sistitis. Sebagian besar gas yang ada dalam usus mengandung udara terutama nitrogen yang berasal dari makanan dan minuman yang di makan. Fermentasi bakteri yang berasal dari nurien tidak diabsorpsi memproduksi karbon dioksida, hidrogen, dan metana. Flatus merupakan gas yang keluar dari usus. 3. Gerakan Massa Gerakan massa pada kolon hanya sedikit gerakan peristaltis yang kuat dengan interval yang panjang. Gerakan ini terjadi di kolon transversum yang melakukan dorongan isi kolon desenden dan sigmoid.
9
4. Defekasi Pada saat gerakan massa mendorong isi kolon sigmoid ke rektum, regangan akan merangsang ujung saraf pada dinding. Sfingter anal eksternal terdapat di bawah kendali voluntir saraf pudendal. Kontraksi involuntir otot rektum dan relaksasi sfingter anal internal terlibat dalam defekasi. Proses defekasi dapat dibantu oleh kontraksi otot abdomen dan peningkatan tekanan intraabdomen. Ketika defekasi mengalami penundaan yang dilakukan secara sadar, mengakibatkan kebutuhan melakukan defekasi berkurang sampai gerakan massa selanjutnya terjadi dan refleks dipicu kembali. Supresi refleks yang dilakukan berkali-kali dapat mengakibatkan konstipasi. 2.2 Definisi Kanker kolon adalah kanker yang dimulai di usus besar atau rektum. Kanker ini dapat juga bernama kanker usus besar atau kanker dubur, tergantung pada mana mereka mulai. Kanker usus besar dan rektum kanker sering dikelompokkan bersama-sama karena mereka memiliki banyak fitur yang sama.Kanker dimulai ketika sel dalam tubuh mulai tumbuh di luar kendali. Sel-sel di hampir setiap bagian tubuh bisa menjadi kanker, dan dapat menyebar ke area lain dari tubuh. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana kanker mulai dan menyebar ( American Cancer Society, 2018). 2.3 Etiologi Penyebab kanker kolon hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Makanan yang memiliki hubungan dengan kanker kolon yaitu makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, dan terdapat interaksi antara bakteri dengan asam empedu dan makanan. Orang yang memilki peluang lebih besar untuk terserang penyakit kanker kolon antara lain orang yang berusia diatas 50 tahun, terdapat riwayat penyakit kanker kolon dalam keluarga, memiliki riwayat penyakit kolitis kronis atau polip usus dalam keluarga, dalam tubuh terdapat kandungan lemak dan kolesterol tinggi dan pola makan rendah serat, tubuh gemuk dengan indeks massa tubuh lebih dari 25, minum minuman alkohol, merokok, jarang melakukan aktivitas fisik (Bowel Cancer,2017).
10
2.4Patofisiologi Sebagian besar kanker kolon dimulai sebagai pertumbuhan pada lapisan dalam usus besar atau rectum yang disebut dengan polip. Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi kanker seiring waktu (biasanya bertahun-tahun), tetapi tidak semua polip menjadi kanker. Kemungkinan perubahan polip menjadi kanker tergantung pada jenis polip itu. 2 jenis utama polip adalah Polip adenomatosa (adenoma), polip ini terkadang berubah menjadi kanker. Oleh karena arena itu, adenoma disebut kondisi pra-kanker. Polip hiperplastik dan polip inflamasi,polip ini lebih sering terjadi, tetapi secara umum polip ini tidak bersifat pra-kanker ( American Cancer Society, 2018). Faktor-faktor lain yang dapat membuat polip lebih mungkin mengandung kanker atau meningkatkan risiko seseorang terkena kanker kolon adalah polip lebih besar dari 1 cm ditemukan serta lebih dari 2 polip ditemukan,Jika displasia terlihat di polip setelah itu dihapus. Displasia adalah kondisi pra-kanker lainnya. Ini berarti ada area di polip atau di lapisan usus besar atau rektum di mana sel-sel terlihat abnormal, tetapi mereka tidak terlihat seperti sel kanker yang sebenarnya ( American Cancer Society, 2018). Jika kanker terbentuk dalam polip, ia dapat tumbuh ke dinding usus besar atau rektum seiring waktu. Dinding usus besar dan dubur terdiri dari banyak lapisan. Kanker kolorektal dimulai pada lapisan paling dalam (mukosa) dan dapat tumbuh keluar melalui beberapa atau semua lapisan lainnya.Ketika sel-sel kanker berada di dinding, mereka kemudian dapat tumbuh menjadi pembuluh darah atau pembuluh getah bening (saluran kecil yang membawa limbah dan cairan). Dari sana, mereka dapat melakukan perjalanan ke kelenjar getah bening di dekatnya atau ke bagian tubuh yang jauh. Tahap (luasnya penyebaran) dari kanker kolorektal tergantung pada seberapa dalam ia tumbuh ke dalam dinding dan jika telah menyebar di luar usus besar atau rectum ( American Cancer Society, 2018). 2.5. Pathway Faktor : Usia, faktor genetik, pola makan, berat badan, kebiasaan merokok dan meminum alkohol serta aktivitas fisik. 11
Polip adenomatosa
Perubahan metaplasia pada dinding kolon
Kanker kolon
Invasi jaringan dan efek kompresi oleh tumor
Kerusak an jaringan vaskular lokal
Kompresi saraf lokal
Intervensi bedah kolektomi
Nyeri abdominal Perdarahan interstisial feses bercampur darah
Pasca bedah Nyeri kronis
Anoreksia
Asupan nutrisi tidak adekuat
Luka pasca bedah Ketidakseimb angan nutrisi
12
Anemia
Resiko infeksi
Keletihan
2.6 Epidemiologi Kanker kolon adalah kanker yang paling mematikan ketiga dari semua kanker. Pada tahun 2016 diperkirakan 134.490 kasus baru bersama dengan 49.190 kematian akibat kanker kolon. Statistk nasional telah mengungkapkan penurunan baik tingkat kejadian dan kematian , sementara tingkat kelangsungan hidup juga meningkat selama 5 tahun. Statistik nasional telah mengungkapkan penurunan baik tingkat kejadian dan tingkat kematian, sementara tingkat kelangsungan hidup 5 tahun juga terus meningkat. Antara tahun 1975 dan 2012, angka kematian akibat kanker kolon yang disesuaikan dengan usia (28,58 kematian per 100.000 pada tahun 1976 menjadi 14,45 kematian per 100.000 pada tahun 2013) ( American Cancer Society, 2018). Meskipun tingkat kejadian kanker kolon tertinggi masih dapat ditemukan di Amerika Utara, Eropa, dan Australia / Selandia Baru, negara-negara lain dengan tingkat historis yang rendah sekarang mengalami peningkatan risiko . Sebagai contoh, Jepang dan Thailand menderita peningkatan yang cepat dalam insiden kanker kolon, dan insiden telah meningkat secara terus menerus di Iran selama 30 tahun terakhir . Angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat di Arab Saudi sejak 1994, sekitar waktu yang sama ketika angka itu mulai meningkat di Filipina . Di tempat lain di Timur, tingkat kejadian kanker kolorektal juga perlahan-lahan meningkat, misalnya, di Yordania , serta Cina, Korea Selatan, dan Singapura, semua wilayah di mana kanker lambung dan hati biasanya menyebabkan kekhawatiran terbesar ( American Cancer Society, 2018). 2.7 Faktor Risiko
13
Terdapat dua golongan besar faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang terjadinya kanker kolon, yaitu faktor risiko yang bisa diubah dan faktor risiko yang tidak bisa diubah (American Cancer Society, 2018). 1. Faktor risiko yang bisa diubah meliputi : a. Kelebihan berat badan atau obesitas Kelebihan berat badan akan berisiko terkena kanker kolon karena lemak dapat mendorong kanker kolon untuk tumbuh lebih cepat serta dapat mengakibatkan kematian. b. Kurang aktivitas fisik Ketika seseorang tidak aktif dalam aktivitas fisik maka akan berisiko terkena kanker kolon. Hal tersebut disebabkan karena tubuh kelebihan lemak yang dapat memicu kondisi yang mengarah pada karsinogenesis. c. Pola makan Mengonsumsi daging merah (daging sapi, babi, domba, hati) ataupun daging olahan dapat meningkatkan risiko terkena kanker kolon. Memasak daging pada suhu yang tinggi seperti memanggang atau menggoreng dapat menyebabkan peningkatan suatu senyawa kimia yang dapat meningkatkan risiko kanker. d. Merokok Orang yang merokok dalam jangka waktu yang panjang dapat meningkatkan
risiko
terkena
kanker
kolon
bahkan
dapat
menyebabkan kematian daripada orang yang tidak merokok. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam rokok terdapat bahan-bahan yang dapat meningkatkan risiko kanker kolon. e. Konsumsi alkohol Mengonsumsi terlalu banyak alkohol dapat meningkatkan risiko kanker kolon. Pembatasan hingga pengurangan mengonsumsi alkohol dapat menurunkan risiko terkena kanker kolon. 2. Faktor risiko yang tidak bisa diubah meliputi a. Usia
14
Risiko kanker kolon dapat meningkat seiring bertambahnya usia. Kanker membutuhkan waktu yang lama untuk berkembang sehingga seseorang akan terkena kanker kolon pada usia lanjut. b. Riwayat menderita polip atau kanker kolon Seseorang yang pernah menderita polip atau kanker kolon akan berisiko mengalami tumbuhnya kembali sel kanker kolon. c. Riwayat menderita radang usus Orang yang menderita radang usus akan berisiko terkena kanker kolon. Menderita radang usus bertahun-tahun dan jika tidak diobati dapat menyebabkan displasia. Displasia adalah istilah untuk menggambarkan sel-sel di lapisan usus besar atau dubur yang terlihat abnormal, tetapi bukan sel kanker. Tetapi, hal tersebut dapat berubah menjadi sel kanker seiring waktu. d. Riwayat keluarga kanker kolon Orang dengan riwayat kanker kolon pada keluarga berisiko tinggi terkena kanker kolon. Kanker dapat diturunkan melalui faktor genetik , faktor lingkungan yang dimiliki bersama, atau kombinasi dari semuanya. e. Sindrom turunan Sekitar 5% orang yang menderita kanker kolorektal telah mewarisi perubahan gen atau mutasi gen. Sindrom turunan yang paling sering dikaitkan dengan kanker kolon adalah Lynch syndrome dan Familial Adenomatous Polyposis (FAP). f. Ras dan etnis Afrika Amerika memiliki insiden kanker kolon dan angka kematian tertinggi dari semua kelompok ras di Amerika Serikat. Sedangkan orang Yahudi keturunan Eropa Timur memiliki risiko kanker kolon tertinggi dari kelompok etnis manapun di dunia. g. Diabetes tipe 2 Orang yang menderita diabetes tipe 2 berisiko terkena kanker kolon. Hal tersebut terjadi karena antara kanker kolon dan diabetes tipe 2
15
memiliki kesamaan faktor risiko seperti kelebihan berat badan atau kurang aktivitas fisik. 2.8 Manifestasi Klinis Kanker kolon memiliki beberapa manifestasi klinis (Baughman & Hackly,2000) 1. Perubahan kebiasaan defekasi merupakan gejala yang paling sering ditunjukkan , keluar darah Bersama dengan feses merupakan gejala kedua yang palling sering 2. Anemia yang penyebabnya tak jelas ,anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan 3. Lesi sebelah kanan : nyeri abdominal tumpul dan melena 4. Lesi sebelah kiri : nyeri abdominal dan kram feses mengecil, konstipasi dan distensi, darah merah segar dalam feses 5. Lesi rektal: tenesmus ( nyeri rektal, merasakan evakuasitidak lampias setelah defekasi), konstipasi dan diare secara bergantian dan darah 2.9 Klasifikasi 1. Stadium 0 (Carsinoma in Situ) : kanker hanya pada lapisan terdalam dari kolon atau rektum. 2. Stadium I : sel kanker telah tumbuh pada dinding dalam kolon atau rektum, tapi belum menembus ke luar dinding. 3. Stadium II : sel kanker telah menyebar ke dalam lapisan otot dari kolon atau rektum. Tetapi sel kanker di sekitarnya belum menyebar ke kelenjar getah bening. 4. Stadium III : kanker telah menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening di daerah tersebut, tetapi tidak ke bagian tubuh yang lain. 5. Stadium IV : kanker telah menyebar di bagian lain dari tubuh, seperti hati, paru-paru, atau tulang (Setianingrum, 2014). 2.10 Penatalaksanaan 2.10.1 Penatalaksanaan Farmakologi
16
Kanker kolon dapat diobati dengan obat-obatan yang dapat diberikan melalui mulut atau langsung kedalam aliran darah. Terapi ini disebut terapi sistemik karena dapat mencapai sel kanker di seluruh tubuh. Terapi ini meliputi kemoterapi, targeted therapy, imunoterapi (American Cancer Society, 2018). a. Kemoterapi Kemoterapi dapat dijadikan sebagai terapi adjuvan, neoadjuvan, atau paliatif. Kemoterapi ajuvan diberikan dengan tujuan membunuh sel-sel kanker yang kemungkinan masih tertinggal saat operasi karena sel kanker yang berukuran terlalu kecil. Kemoterapi neoadjuvan diberikan sebelum operasi dengan tujuan mengurangi atau mengecilkan ukuran dari kanker. Kemoterapi paliatif diberikan untuk kanker yang sudah menyebar ke organ lain dengan tujuan membantu mengecilkan kanker dan meringankan masalah meskipun kanker tersebut tidak mungkin untuk disembuhkan. Beberapa obat yang bisa digunakan untuk kanker kolon adalah 5-Fluorouracil (5FU), Capecitabine (Xeloda) yang berbentuk pil dan setelah di dalam tubuh berubah menjadi 5-FU ketika sampai ke kanker, Irinotecan (Camptosar), Oxaliplatin (Eloxatin), Trifluridine and tipiracil (Lonsurf) obat kombinasi dalam bentuk pil. b. Targeted Therapy Obat terapi yang ditargetkan bekerja secara berbeda dari obat kemoterapi pada umumnya. Terkadang ketika obat kemoterapi tidak bekerja, obat kemoterapi tertarget dapat bekerja dan memiliki efek samping yang lebih ringan serta dapat digunakan bersama dengan obat kemoterapi pada umumnya atau dapat digunakan sendiri. Contoh obatnya adalah Bevacizumab (Avastin), Ramucirumab (Cyramza), Ziv-aflibercept (Zaltrap), Cetuximab (Erbitux), dan Panitumumab (Vectibix). c. Imunoterapi Imunoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membantu sistem kekebalan tubuh dalam mengenali dan menghancurkan sel
17
kanker dengan lebih baik. Contoh obatnya adalah Pembrolizumab (Keytruda) dan Nivolumab (Opdivo) yang bekerja meningkatkan respon kekebalan tubuh terhadap sel-sel kanker, serta Ipilimumab (Yervoy) yang bekerja meningkatkan respon imun. 2.10.2 Penatalaksanaan Non-Farmakologi Terapi lokal berarti mengobati tanpa mempengaruhi bagian tubuh yang lainnya. Perawatan ini cocok untuk kanker stadium awal (kanker yang belum menyebar). Terapi ini meliputi bedah kanker kolon, ablasi dan embolisasi, terapi radiasi. a. Pembedahan 1. Polipektomi dan eksisi lokal Prosedur ini menggunakan tabung fleksibel panjang dengan kamera video kecil di ujungnya yang dimasukkan ke dalam rektum menuju usus besar. 2. Kolektomi Kolektomi adalah pembedahan dengan mengangkat seluruh atau sebagian dari usus besar. Kelenjar getah bening disekitarnya juga dihilangkan. 3. Reseksi transanal lokal Prosedur ini digunakan untuk menghilangkan beberapa kanker rektum pada tahap I awal yang masih relatif kecil dan dekat dengan anus.
4. Bedah mikro endoskopi transanal Pembedahan ini dapat digunakan untuk kanker tahap I awal yang posisinya lebih tinggi di rektum dan tidak dapat dicapai dengan menggunakan reseksi transanal lokal. 5. Low Anterior Resection (LAR) Prosedur ini dapat digunakan pada kanker stadium I, sebagian besar stadium II, atau stadium III yang posisinya di bagian atas rektum. 6. Reseksi abdominoperineal
18
Prosedur ini diperlukan jika kanker tumbuh ke otot sfingter (otot yang membuat anus tertutup dan mencegah kebocoran tinja) atau otot disekitarnya yang membantu mengendalikan aliran urin. 7. Pembedahan panggul Prosedur ini dapat digunakan jika kanker sudah menyebar ke organ-organ disekitarnya. Rektum akan diangkat bersama dengan organ-organ yang sudah terkena kanker misalnya kandung kemih, prostat, rahim. 8. Ablasi dan embolisasi Pembedahan ini diperlukan ketika kaker kolon sudah menyebar dan ada beberapa kanker kecil di hati atau paru-paru. Ablasi dan embolisasi dapat digunakan pada psien yang kankernya kembali lagi setelah operasi. 9. Terapi radiasi Prosedur ini menggunakan sinar berenergi tinggi misalnya sinarx yang bertujuan menghancurkan sel kanker. Prosedur ini lebih sering digunakan untuk mengobati kanker kolon bersamaan dengan kemoterapi. Menggunakan prosedur tarapi radiasi dan kemoterapi ini disebut kemoradiasi atau kemoradioterapi. 2.11 Pemeriksaan Penunjang 1. Endoskopi Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat dilakukam dengan sigmoidoskopi ((>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi total. 2. Enema barium dengan kontras ganda Pemeriksaan enema barium yang dipilih adalah dengan kontras ganda. 3. CT colonography (Pneumocolon CT) Modalitas CT yang dapat melakukan CT kolonografi dengan baik adalah modalitas CT scan yang memiliki kemampuan rekonstruksi multiplanar dan 3D volume rendering. Kolonoskopi virtual juga memerlukan software khusus (Kementerian Kesehatan RI, 2015)
19
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KOLON 3.1 Kasus Seorang pasien bernama tuan x mengeluh nyeri perut bagian bawah. Selain itu pasien juga sering merasakan kurang nafsu makan, keluar banyak keringat dan sulit tidur .biasanya nyeri yang dirasakan oleh pasien adalah seperti ditusuk tusuk saat beraktivitas ataupun istiahat hal ini dirasakan selama enam bulan. Setelah dikaji oleh perawat pasien mengatakan bahwa skala nyeri yang dirasakan adalah 5. Pupil berdilatasi ,gerakan mata
hanya berfokus pada bagian yang sakit,pasien tampak meringis, pasien tampak memegangi perutnya bagian bawah,pasien tampak geliah Nadi : > 100 x/menit Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya menghabiskan setengah porsi makan, tidak mampu beraktivitas seperti biasanya beserta tanggung jawabnya,mudah lelah, sering mengantuk dan aktivitasnya dibantu oleh keluarga. Keadaan pasien lemas, pucat , konjungtiva anemis, mukosa bibir dan kuku pucat , haemoglobin kurang dari normal dan crt lebih dari 3 detik, bising usus lebih dari normal, bb kurang, Pasien mengatakan sudah melakukan operasi pembedahan kolostomi.Pasien tampak luka pasca bedah kolostomi. Hasil dari pengukuran ttv didapatkan tekanan darah 140/90 mm/Hg ,nadi
105 X/menit, RR 24 X/menit
,suhu 36°C Pasien tidak memiliki ganggguan tidur selama sebelum sakit pasien tidur sekitr 7-8 jam namun saat merasakan sakit pasien hanya tidur selam 5 jam. Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwana kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak menggunakan kateter. Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif
3.2 Pengkajian 3.2.1. Biodata Pasien : 20
Pasien Nama
: Tn. A
Umur
: 35 th
Agama
: Islam
Pendidikan
: Sarjana
Pekerjaan
: PNS
Status Pernikahan
: Menikah
Alamat
: Kalirejo, Lampung Tengah
Tanggal Masuk RS
: Minggu, 10 Maret 2019
Diagnosa Medis
: Ca. Colon
3.2.2.Keluhan Utama : Nyeri hebat pada bagian perut
3.2.3. Riwayat Kesehatan : a. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 10 Maret 2019 akibat mengalami penyakit Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar oleh keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 Mei 2012, dengan keluhan nyeri pada abdomen, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih. b. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan, pasien pernah melakukan operasi pembedahan kolostomi c. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan yang umumnya menyerang, seperti DM, Asma, Hipertensi.
3.2.4. Pola Fungsi Kesehatan
21
1. Aktifitas dan latihan Pekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya. 2. Tidur dan istirahat Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah. 3. Kenyamanan dan nyeri Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 5, raut muka klien tampak menahan nyeri. 4. Nutrisi Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam enam bulan terakhir turun drastis menjadi 57 kg. 5. Cairan, elektrolit, dan asam basa Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat support IV Line jenis RL 20 tetes/menit 6. Oksigenasi Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen. 7. Eliminasi fekal/bowel
22
Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir. 8. Eliminasi urin Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga. 9. Sensori, persepsi, dan kognitif Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif
3.2.5 Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) 1.
Kepala
Inspeksi : Tidak ada benjolan/kanker kolon , tidak ada lesi dikepala, penyebaran rambut merata, rambut bersih, hitam, tidak ada ketombe. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan 2.
Mata
Inspeksi : Konjungtiva anemis, posisi dan kesejajaran mata normal, dilatasi pupil normal, ada reaksi dengan cahaya, tidak memakai kacamata, fungsi penglihatan normal. Palpasi : tidak ada nyeri tekan 3.
Telinga
Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ditemukan pembengkakan, telinga dalam keadaan bersih, ketajaman pendengaran normal. Palpasi : tidak ada nyeri tekan 4.
Hidung
Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris, pernapasan cuping hidung, bersih, tidak ada pembengkakan, tidak ada secret Palpasi : tidak ada nyeri tekan 5.
Mulut
23
Inspeksi : Bibir : mukosa bibir kering, rongga mulut : jumlah gigi lengkap, lidah : bersih, warna lidah putih 6.
Leher
Inspeksi : bentuk normal, simetris, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba nadi karotis 7.
Dada
Inspeksi : bentuk dada normal , simetris , tidak ada retraksi dada Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: suara paru-paru sonor (normal), suara jantung pekak
Auskultasi: S1-S2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan seperti ronkhi, wheezing, snoring 8.
Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen Auskultasi : Peristaltik normal (20x/menit) Perkusi : Timpani Palpasi : tidak ada nyeri tekan 9.
Urogenital
Tidak terkaji 10.
Ekstremitas
Ekstremitas Atas Inspeksi : gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan otot Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa Ekstremitas Bawah Inspeksi : kekuatan otot dekstra sinistra 5 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa
11.
5
5
5
5
Kulit dan kuku
Inspeksi :
24
Kulit : kulit lembab, warna kulit kuning langsat, turgor kulit baik Kuku : kuku pendek dan bersih Palpasi : CRT 2 detik 3.3 Analisa data NO 1.
DATA PENUNJANG DS :
ETIOLOGI
MASALAH
Ca Colon
Nyeri Kronis
- Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah - Pasien mengatakan tidak nafsu
Kompresi tumor pada dinding kolon
makan - Pasien mengatakan keluar banyak keringat - Pasien mengatakan sulit tidur - Pasien mengatakan skala nyeri 5
Kompresi ujung saraf nyeri
- P : Nyeri terasa saat pasien beraktivitas maupun istirahat - Q : Nyeri terasa seperti ditusuk
Nyeri abdominal
- R : Nyeri terasa di perut bagian bawah - S : Skala nyeri 5
Nyeri kronis
- T : nyeri dirasa lebih dari 3 buulan, muncul
sewaktu-waktu
dengan
durasi yang tidak menentu. DO : - Skala nyeri wajah psien 6 - Mata kurang bercahaya - Dilatasi pupil - Gerakan mata hanya berfokus pada bagian yang sakit - Pasien tampak meringis
25
- Pasien tampak memegangi perutnya bagian bawah - Pasien tampak geliah - Nadi : > 100 x/menit 2.
DS :
Ca Colon
Keletihan
- Pasien mengatakan tidak mampu Kompresi tumor
beraktivitas seperti biasanya - Pasien mengatakan tidak mampu
pada dinding kolon
melaksanakan tanggung jawabnya - Pasien mengatakan mudah lelah - Pasien
Kerusakan jaringan
mengatakan
sering
pembuluh darah
mengatakan
semua
Pecahnya
mengantuk - Pasien
aktivitasnya di bantu oleh keluarga
pembuluh darah
DO : - Wajah pasien tampak pucat - Konjungtiva anemis - Mukosa bibir tampak pucat
Perdarahan intestinal, feses campur darah
- Kuku-kuku tampak pucat - CRT > 3 detik
Anemia
- Hb < normal - Pasien tampak lemas dan berbaring
Keletihan
di tempat tidur 3.
DS :
Ca colon
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan - Pasien mengatakan nyeri abdomen
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Kompresi tumod
kebtuhan tubuh
pada dinding kolon
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
Anoreksia
DO : - Bising usus > dari normal
Asupan nutrisi tidak adekuat
26
- Membran mukosa bibir tampak Ketidakseimbangan
pucat - Berat badan di bawah ideal
nutrisi kurang dari
- Penurunan berat badan
kebtuhan tubuh
- Hanya menghabiskan setengah porsi makanan 4.
DS:
Ca colon
- Pasien
mengatakan
Risiko ifeksi
sudah
melakukan operasi pembedahan
Intervensi bedah kolostomi
kolostomi DO : - Pasien tampak luka pasca bedah
Luka pasca bedah
kolostomi Risiko ifeksi
3.5 Diagnosa keperawatan 1. Nyeri kronis berhubungan dengan kompresi tumor pada ujung saraf nyeri di dinding kolon 2. Keletihan berhuungan dengan anemia karena adanya perdarahan intestinal dan feses bercampur darah 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat 4. Risiko infeksi berhubungan dengan luka paca bedah kolostomi 3.6 Intervensi NO 1.
Diagnosa
NOC
NIC
Nyeri Kronis
Kriteria hasil :
(1400) Manajemen Nyeri
(001330)
Setelah dilakukan tindakan
1. Lakukan pengkajian nyeri
Domain
12
Kenyamanan
: keperawatan
3x24
jam
secara
komprehensif
diharapkan pasien mampu
termasuk
lokasi,
untuk:
karakteristik,
durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
27
Kelas
1
: 1. Meunjukkan kontrol nyeri
Kenyamanan
dengan indikator :
Fisik)
presipitasi 2. Observasi reaksi nonverbal
a. Mengenali
factor
dari ketidaknyamanan
penyebab dari sekala 2 3. Gunakan teknik komunikasi jarang menjadi sekala 4
terapeutik untuk mengetahui
sering melakukan
pengalaman nyeri pasien
b. Mengenali onset lamanya 4. Kaji sakit dari sekala 2 jarang
yang
mempengaruhi respon nyeri
menjadi sekala 4 sering 5. Kaji melakukan
kultur
tipe
dan
sumber nyeri untuk
c. Menggunakan
metode
menentukan intervensi
pencegahan dari sekala 2 6. Ajarkan tentang teknik non jarang menjadi sekala 4 sering melakukan
farmakologi 7. Berikan
d. Menggunakan
metode
nonanalgetik
analgetik
untuk
mengurangi nyeri
untuk 8. Evaluasi keefektifan kontrol
mengurangi
nyeri
dari
nyeri
sekala 2 jarang menjadi 9. Kolaborasikan
dengan
sekala 4 sering melakukan
ada
e. Menggunakan sesuai
analgetik
kebutuhan
dari
dokter
jika
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
sekala 2 jarang menjadi sekala 4 sering melakukan
2.
Keletihan
Kriteria hasil:
(0180) Manajemen energi
(00093)
Setelah dilakukan tindakan
1. Kaji statu fisiologis pasien
Domain
4
: keperawatan
3x24
jam
Aktivitas/istirah
diharapkan Pasien mampu
at
untuk:
Kelas
3
:
1. Menunjukkan
yang menyebabkan kelelahan 2. Ajarkan
pasien
mengungkapkan tingkat
perasaan
secara verbal
Keseimbangan
kelelahan dengan indikator 3. Perbaiki
energi
:
defisit
status
fisiologis pasien
28
a. Kelelahan dari skala 2 4. Pilih
intervensi
untuk
cukup berat ditingkatkan
mengurangi kelelahan baik
ke skala 4 menjadi ringan
secara farmakologi maupun
b. Kehilangan selera makan
non farmakologi
dari skala 2 cukup berat 5. Monitor
intake/asupan
ditingkatkan ke skala 4
nutrisi
untuk
mengetahui
menjadi ringan
sumber energi yang adekuat
c. Kelenjar getah bening dari 6. Monitor lokasi sumber nyeri skala
2
cukup
berat
yang dialami pasien
ditingkatkan ke skala 4 7. Tingkatkan tirah baring dan menjadi ringan
batasi kegiatan
d. Kegiatan sehari-hari dari skala
2
cukup
berat
ditingkatkan ke skala 4 menjadi ringan
3.
Ketidakseimb
Kriteria hasil:
(1100) Manajemen nutrisi
angan nutrisi
Setelah dilakukan tindakan
1. Tentukan status gizi pasien
kurang
keperawatan
dari
3x24
jam
kebutuhan
diharapkan Pasien mampu
tubuh (00002)
untuk:
Domain
2
:
Nutrisi Kelas Makan
1
:
dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi 2. Tentukan apa yang menjadi
1. Menunjukkan
tingkat
preferensi
kelelahan
dengan
pasien
indikator :
makanan
bagi
3. Tentukan jumlah makanan
a. Asupan gizi dari skala 2 banyak menyimpang dari rentang
normal
ditingkatkan ke skala 4
dan kalori untuk memenuhi kebutuhan gizi 4. Monitor kalori dan asupan makanan
sedikit menyimpang dari
(0180) Manajemen energi
rentang normal
1. Kaji statu fisiologis pasien
b. Asupan skala
makanan 2
dari
banyak
yang
menyebabkan
kelelahan
29
menyimpang dari rentang
2. Ajarkan
pasien
normal ditingkatkan ke
mengungkapkan
skala
secara verbal
4
sedikit
menyimpang dari rentang normal c. Energi
3. Perbaiki
perasaan
defisit
status
fisiologis pasien dari
skala
2
4. Pilih
intervensi
untuk
banyak menyimpang dari
mengurangi kelelahan baik
rentang
secara farmakologi maupun
normal
ditingkatkan ke skala 4 sedikit menyimpang dari rentang normal
non farmakologi 5. Monitor nutrisi
intake/asupan untuk
mengetahui
sumber energi yang adekuat 6. Monitor lokasi sumber nyeri yang dialami pasien 7. Tingkatkan tirah baring dan batasi kegiatan 4.
Risiko Infeksi
Kriteria hasil:
(00004)
Setelah dilakukan tindakan
Domain 11 :
keperawatan
Keamanan/perli
diharapkan Pasien mampu
ndungan
untuk:
3x24
jam
tingkat
kontrol infeksi dengan
a. Mengidentifikasi
faktor
risiko infeksi dari skala 2 menunjukkan
ditingkatkan ke skala 4 sering mennjukkan
yang
melakukan
perawatan ke pasien
luka yang tepat 3. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
indikator :
b. Mengetahui
sesudah
2. Pastikan teknik perawatan
Kelas 1 : Infeksi 1. Menunjukkan
jarang
(6540) Kontrol infeksi 1. Cuci tangan sebelum dan
infeksi
dan
kapan
harus
melapor ke tenaga kesehatan 4. Kolaborasi
untuk
memberikan terapi antibiotik yang sesuai
perilaku berhubungan
dengan risiko infeksi dari
30
skala
2
jarang
menunjukkan ditingkatkan ke skala 4 sering mennjukkan c. Mempertahankan lingkungan yang bersih dari
skala
2
jarang
menunjukkan ditingkatkan ke skala 4 sering mennjukkan
3.7 Implementasi Implementasi NO.
Hari/Tanggal
Jam
09-03-2019
07.00
Tindakan
Hasil/Respon
Diagnosa
1.
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
1. Mengetahui kondisi nyeri yang rasakan oleh pasien
2. Pasien sudah tidak meringis kes
07.15
komprehensif
07.35
termasuk lokasi,
3. Pasien bersedia berkomukasi
karakteristik,
4. Pasien kooperatif
durasi, frekuensi,
5. Pasien bersedia bercerita
kualitas dan
6. Pasien koopertif
faktor presipitasi
7. Pasien bersedia meminum obat
08.00
08.30 08.45 10.00
2. Mengobservasi reaksi nonverbal
ditekan bagian abdomen
8. Nyeri pasien berkurang
9. Mempercepat proses penyembuh
dari 12.00 13.00
ketidaknyamanan 3. Menggunakan teknik
31
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri 5. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 6. Mengajarkan tentang teknik nonfarmakologi 7. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri 8. Mengevaluasi keefektifan control nyeri 9. Melakukan kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
32
tindakan nyeri tidakberhasil
2.
09-03-2019
14.00 8. Mengkaji
status
1. Pasien kooperatif
fisiologis
pasien
2. Pasien dapat mengungkapkan pe
14.20 14.40
yang menyebabkan kelelahan
3. Status fisiologis pasien membaik
9. Mengajarkan pasien 15.00
15.20 15.40 16.00
secara verbal
4. Kelelahan pasien berkurang
mengungkapkan
5. Intake nutrisi pasien terpenuhi
perasaan
6. Nyeri berkurang
secara
verbal 10.
7. Pasien beristirahat dengan nyam
Memperbaiki
defisit
status
fisiologis pasien 11.
Memilih
intervensi
untuk
mengurangi kelelahan baik secara farmakologi maupun non farmakologi 12.
Memonitor
intake/asupan nutrisi untuk
mengetahui
sumber energi yang adekuat 13.
Memonitor
lokasi sumber nyeri yang dialami pasien 14. tirah
Meningkatkan baring
dan
33
batasi kegiatan
3.
09-03-2019
18.00 5. Menentukan gizi 18.15
pasien
kemampuan untuk
18.30
status dan
1. Gizi pasien terpenuhi 2. Pasien bersedia mengkonsumsi
pasien
3. Kebutuhan gizi pasien terpenuhi
memenuhi
4. Asupan makanan pasien mening
kebutuhan gizi
19.00 6. Menentukan apa yang menjadi
preferensi
makanan bagi pasien 7. Menentukan jumlah makanan dan kalori untuk
memenuhi
kebutuhan gizi 8. Memonitor kalori dan asupan makanan
4.
09-03-2019
20.00 20.10 20.40
5. Melakukan
cuci 1. Melakukan cuci tangan
tangan sebelum dan 2.
Melakukan tekhnik perawatan
sesudah
dengan SOP
melakukan
perawatan ke pasien 6. Memastikan
21.00
3.
teknik 4.
Pasien dan keluaga kooperatif
Mempercepat proses penyembu
perawatan luka yang tepat 7. Mengajarkan pasien dan
keluarga
mengenai tanda dan gejala
infeksi
dan
kapan harus melapor ke tenaga kesehatan 8. Melakukan kolaborasi
untuk
34
memberikan
terapi
antibiotik yang sesuai
Evaluasi NO.
Hari/Tanggal
Evaluasi
Diagnosa
Nama & Tanda Tangan
1.
09-03-19
S: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
Ns. Rania
O: TD = 110/80 A: Masalah teratasi sebagian
2.
09-03-19
P : Rencana diteruskan - Lanjutkan intervensi 6,7 - Pertahankan intervensi 1,2,3,4,5,8,9 S: Pasien mengatakan keletihan sudah berkurang
Ns. Rania
O: TD = 110/80, N= 80x/menit , RR = 20x/menit A: Masalah teratasi sebagian
3.
09-03-19
P : Rencana diteruskan - Lanjutkan intervensi 3,7 - Pertahankan intervensi 1,2,4,5,6 S : Pasien mengatakan menyukai makanan yang dikonsumsi O: TD= 110/80 mm/Hg A: Masalah teratasi sebagian P : Rencana diteruskan - Lanjutkan intervensi 4 Pertahankan intervensi 1,2,3
Ns. Rania
35
4.
09-03-19
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang O: S= 36,4oC, TD= 90/70 mm/Hg , N= 80x/menit RR= 20x/menit A: Masalah teratasi sebagian P : Rencana diteruskan - Lanjutkan intervensi 1,2 - Pertahankan intervensi 3,4
Ns. Rania
36
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kanker kolon merupakan kanker yang berada di jaringan usus besar dan juga rektum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena kanker kolon adalah mutasi DNA, merokok, mengonsumsi alkohol, kurang aktivitas, pola makan yang salah dan sebagainya. Terdapat berbagai pengobatan untuk terapi kanker kolon misalnya kemoterapi, pembedahan, imunoterapi dan lain-lain. Lebih baik dilakukan deteksi dini mengenai kanker agar lebih mudah dan segera ditangani karena kanker masih dalam stadium awal. 4.2 Saran Saran yang dapat diberikan terkait pembahasan makalah adalah pengembangan pengetahuan mengenai kanker kolon. Perawat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan penelitian agar lebih memaksimalkan pelayanan asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada klien khususnya yang menderita penyakit kanker kolon.
37
DAFTAR PUSTAKA American Cancer Society. Colorectal Cancer Risk Factors. 2018. American Cancer Society. Treating Colorectal Cancer. 2018. Baughman,D C. JoAnn C H.2000.Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku Dari Brunner & Sudarth.Jakarta:EGC
Ferlay J, Soerjomataram I, Dikshit R, et al. Cancer incidence and mortality worldwide: Sources, methods and major patterns in GLOBOCAN 2012. Int J Cancer 2015. 136: E359–E386. Hospital Authority.2017.Kanker Usus Besar. Diakses pada Rabu, 6 Maret 2019. https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/Diseases/C ancer/Bowel%20Cancer/Cancer-Bowel-Cancer-Indonesian.pdf?ext=.pdf Juffrie, M. 2018. Kesehatan Pencernaan Awal Tumbuh Kembang yang Sehat. Universitas Indonesia: UI-Press Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal. Jakarta : Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kanker Kolorektal. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Setianingrum, Reni. 2014. Klasifikasi Stadium Kanker Kolorektal Menggunakan Model Recurrent Neural Network. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Waugh, A. dan Grant, A. 2014. Anatomy and physiology in Health and illness. Twelfth Edition. Singapore : Elsevier. Terjemahan oleh Nurachmah, E. 2017. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 12. Singapore : Elsevier. Zahari, A. 2011. Deteksi Dini, Diagnosa, dan Penatalaksanaan Kanker Kolon dan Rektum. Padang : Repository Unversitas Andalas
38