Makalah Bedah Ca Colon.docx

  • Uploaded by: Djuharmaniek Balasaraswati
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Bedah Ca Colon.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,541
  • Pages: 38
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberi kelancaran dalam menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Kolon” Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kami pada mata kuliah Keperawatan Bedah Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami selaku penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada : 1. Ns. Nur Widayati, MN sebagai dosen pembimbing 2. Ns. Mulia Hakam,M.Kep., Sp.Kep.MB sebagai penanggung jawab mata kuliah keperawatan bedah 3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik dari penulisan ataupun materi yang disampaikan. Maka dari itu kami menerima segala kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jember, 13 Maret 2019 Penyusun

1

DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ........................................................................................................ ii Daftar Isi................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 1.1 .Latar Belakang ............................................................................................1 1.2 Tujuan Umum ..............................................................................................2 1.3 Tujuan khusus ............................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4 2.1 Anatomi Fisiologi ......................................................................................6 2.2 Definisi .......................................................................................................8 2.3 Etiologi .....................................................................................................21 2.4 Patofisiologi ................................................................................................ 2.5 Pathway ....................................................................................................... 2.6 Epidemiologi ............................................................................................... 2.7 Faktor Risiko ............................................................................................... 2.8 Manifestasi Klinis ........................................................................................ 2.9 Klasifikasi .................................................................................................... 2.10 Penatalaksanaan .......................................................................................... 2.11 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................22 3.1 Kasus ........................................................................................................22 3.2 Pengkajian ...............................................................................................24 3.3 Analisa Data .............................................................................................27 3.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................................28 3.5 Intervensi .................................................................................................29

2

3.6 Implementasi ............................................................................................... 3.7 Evaluasi ....................................................................................................... BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 4.2 Saran .................................................................................................................... Daftar Isi.....................................................................................................................

3

BAB IV PENUTUP ...............................................................................................35 4.1 Simpulan ....................................................................................................35 4.2 Saran ...........................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

BAB I

4

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker kolon adalah keganasan kanker yang berasal dari jaringan usus besar yang terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan rektum (bagian terakhir dari usus besar sebelum anus) (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Kanker kolon merupakan keganasan ketiga terbanyak dan juga merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika Serikat (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Diperkirakan akan ada 101.420 kasus kanker kolon dan 44.180 kasus kanker rektum yang akan didiagnosis pada 2019 di Amerika Serikat. Kejadian kanker kolon yang ada di Indonesia adalah 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa dengan angka kematian 9,5%. Di indonesia kanker kolon menempati urutan nomor 3 diakibatkan adanya perubahan pola makan seperti orang barat yaitu dengan makan makanan yang tinggi lemak serta rendah serat (GLOBOCAN, 2012). kanker kolon dimulai sebagai pertumbuhan pada lapisan dalam usus besar atau rectum yang

disebut dengan

polip.. 2 jenis utama polip adalah Polip

adenomatosa (adenoma), polip ini terkadang berubah menjadi kanker. Oleh karena arena itu, adenoma disebut kondisi pra-kanker. Polip hiperplastik dan polip inflamasi,polip ini lebih sering terjadi, tetapi secara umum polip ini tidak bersifat pra-kanker ( American Cancer Society, 2018).

Pengobatan adjuvant saat ini sudah berkembang pesat, tetapi pengobatan ini hanya sedikit meningkatkan harapan hidup pasien penderita kanker kolon jika sudah memasuki stadium lanjut. Oleh karena itu, keberhasilan penanganan kanker adalah ditemukannya kanker dalam stadium dini (Kementerian Kesehatan RI, 2018). 1.2 Rumusan masalah 1. Apa saja anatomi yang terlibat dalam kanker kolon? 2. Apa definisi dari kanker kolon? 3. Apa etiologi kanker kolon?

5

4. Bagaimana patofisiologi kanker kolon? 5. Bagaimana pathway kanker kolon? 6. Bagaimana epidemiologi kanker kolon? 7. Apa saja faktor risiko kanker kolon? 8. Apa saja manifestasi klinis kanker kolon? 9. Bagaimana klasifikasi dari kanker kolon? 10. Apa saja pemeriksaan diagnostik kanker kolon? 11. Bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi kanker kolon? 12. Apa saja pemeriksaan penunjang kanker kolon? 1.3 Tujuan 1.3.1Tujuan umum Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kolon 1.3.2Tujuan khusus 1. Dapat memahami anatomi dan fisiologi yang berkaitan dengan kanker kolon 2. Dapat memahami definisi dari kanker kolon 3. Dapat memahami etiologi kanker kolon 4. Dapat memahami patofisiologi kanker kolon 5. Dapat memahami pathway kanker kolon 6. Dapat memahami epidemiologi kanker kolon 7. Dapat memahami faktor risiko kanker kolon 8. Dapat memahami manifestasi klinis kanker kolon 9. Dapat memahami klasifikasi kanker kolon 10. Dapat memahami pemeriksaan diagnostik kanker kolon 11. Dapat memahami bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan nonfarmakologi kanker kolon 12. Memahami apa saja pemeriksaan penunjang kanker kolon. BAB II

6

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan fisiologi

Kolon atau usus besar merupakan tabung muskular berongga yang memiliki panjang sekitar 13 meter, membentang dari sekum di fossa iliaka kanan sampai rektum dan saluran anus pada pelvis serta memiliki diameter sekitar 6,5 cm (Waugh, dkk., 2014)

Usus besar terhubung dengan usus halus melalui katup ileosekal yang memiliki fungsi mengontrol kecepatan masuknya makanan yang berasal dari usus halus menuju usus besar dan agar tidak terjadi refluks sisa makanan yang berasal dari usus besar menuju usus halus. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Sekum adalah kantong dalam keadaan tertutup dengan keadaan menggantung di bawah katup ileosekal. Katup ileosekal membuka ke bagian usus besar yang disebut sekum yang memiliki fungsi menerima sisa makanan. Sekum memiliki panjang 8 hingga 9 cm dengan struktur seperti dinding kolon namun terisi jaringan limfoid yang lebih banyak. Apendiks yaitu bagian yang menonjol 7

pada sekum. Apendiks veriformis merupakan tabung buntu sempit yang memiliki isi jaringan limfoid. Apendiks memiliki posisi yang eksentrik sehingga menyebabkan sisa makanan mudah terkumpul pada rongga tersebut dan dapat menyebabkan peradangan atau disebut dengan apendisitis. Kolon merupakan bagian usus besar dari sekum hingga rektum (Juffrie, M., 2018). Kolon dibagi menjadi empat macam yaitu kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, dan kolon sigmoid. Kolon asenden yaitu kolon yang membentang dari sekum hingga tepi bawah hati pada bagian sebelah kanan. Kolon asenden berjalan menuju atas, yaitu dari sekum menuju bagian kolon setinggi hati yang kemudian kolon membentuk garis lengkung yang tajam pada bagian kiri fleksur hepatica yang digunakan untuk membuat kolon transversum. Kolon transfersum yaitu kolon yang membentang dari sekum hingga tepi bawah hati pada bagian sebelah kanan. Kolon desenden yaitu kolon yang membentang ke bawah pada sisi kiri abdomen kemudian melengkung ke garis tengah. Kemudian, kolon masuk ke bagian pelvis lalu kolon desenden membentuk kolon sigmoid. Kolon sigmoid yaitu kolon yang membentuk huruf S pada pelvis kemudian berlanjut ke bawah dan terbentuk rektum. Rektum yaitu bagian kolon yang memiliki panjang 12 hingga 13 cm. Rektum berbatasan dengan kolon sigmoid pada bagian pangkal dan saluran anus pada bagian ujungnya.rektum berakhir pada saluran anal dan di anus mengalami pembukaan ke eksterior (Nurachman,2017). (Waugh, dkk., 2014) Vaskularisasi usus besar diatur oleh artei mesentrik superior dan inferior. Sekum, kolon asenden, dan sebagian kolon transversum divaskularisasi oleh arteri mesentrik superior. Sisa kolon dan bagian proksimal rektum divaskularisasi oleh arteri mesentrik inferior. Pada bagian rektum dan anus divaskularisasi arteri rektal medialis dan inferior yaitu cabang dari arteri iliaka internal. Vaskularisasi usus besar jua dilakukan oleh vena yaitu vena mesentrika superior dan inferior. Vena membentuk vena porta dengan cara bersatu dengan vena splenik dan gastrik. Vena memvaskularisasikan pada distal rektum dan anus yang kemudian menjadi satu bersama vena iliaka internal, hal ini berarti darah yang berasal dari daerah ini kembali secara langsung menuju vena kava inferior(Waugh, dkk., 2014).

8

Fungsi utama dari usus besar yaitu menampung zat-zat yang tidak mengalami digesti dan absorpsi. Sebagian kecil garam dan air sisa dari pencernaan akan diserap juga di usus besar. Konstipasi dan feses yang mengeras merupakan keadaan dimana sisa makanan yang bergerak dengan sangat lambat atau terlalu lama dalam kolon kemudian terjadi absorpsi air secara banyak. Bakteri E.coli kurang lebih sebanyak 30% terkandung dalam feses. Bakteri tersebut hidup dalam usus besar dan menghasilkan vitamin K(Juffrie, M., 2018). Usus besar memiliki empat fungsi, yaitu : (Waugh, dkk., 2014) 1. Absorpsi Pada kolon terjadi absorpsi sekitar 1000 ml hingga 1500 ml cairan yang mengalir ke kolon dari ileum melalui katup ileosekum. Absorpsi melalui proses osmosis kemudian konsistensi feses yang mengubah cairan menjadi semi padat yaitu air yang ada di feses hanya sekitar 100 ml sampai 150 ml. Hal ini menunjukkan apabila kolon menjadi tempat yang terbaik untuk melakukan absorpsi pada saluran pencernaan. 2. Aktivitas Mikrobial Kolon adalah tempat yang terdiri dari banyak bakteri tertentu, yaitu yang melakukan sintesis vitamin K dan asam folat yaitu bakteri Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,Streptococcus faecalis, dan Clostridium Perfringens. Bakteri ini memiliki sifat komensal yaitu tidak membahayakan bagi manusia namun dapat berbahaya apabila terdapat pada bagian organ lain misalnya terdapat pada kandung kemih dapat menyebabkan sistitis. Sebagian besar gas yang ada dalam usus mengandung udara terutama nitrogen yang berasal dari makanan dan minuman yang di makan. Fermentasi bakteri yang berasal dari nurien tidak diabsorpsi memproduksi karbon dioksida, hidrogen, dan metana. Flatus merupakan gas yang keluar dari usus. 3. Gerakan Massa Gerakan massa pada kolon hanya sedikit gerakan peristaltis yang kuat dengan interval yang panjang. Gerakan ini terjadi di kolon transversum yang melakukan dorongan isi kolon desenden dan sigmoid.

9

4. Defekasi Pada saat gerakan massa mendorong isi kolon sigmoid ke rektum, regangan akan merangsang ujung saraf pada dinding. Sfingter anal eksternal terdapat di bawah kendali voluntir saraf pudendal. Kontraksi involuntir otot rektum dan relaksasi sfingter anal internal terlibat dalam defekasi. Proses defekasi dapat dibantu oleh kontraksi otot abdomen dan peningkatan tekanan intraabdomen. Ketika defekasi mengalami penundaan yang dilakukan secara sadar, mengakibatkan kebutuhan melakukan defekasi berkurang sampai gerakan massa selanjutnya terjadi dan refleks dipicu kembali. Supresi refleks yang dilakukan berkali-kali dapat mengakibatkan konstipasi. 2.2 Definisi Kanker kolon adalah kanker yang dimulai di usus besar atau rektum. Kanker ini dapat juga bernama kanker usus besar atau kanker dubur, tergantung pada mana mereka mulai. Kanker usus besar dan rektum kanker sering dikelompokkan bersama-sama karena mereka memiliki banyak fitur yang sama.Kanker dimulai ketika sel dalam tubuh mulai tumbuh di luar kendali. Sel-sel di hampir setiap bagian tubuh bisa menjadi kanker, dan dapat menyebar ke area lain dari tubuh. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana kanker mulai dan menyebar ( American Cancer Society, 2018). 2.3 Etiologi Penyebab kanker kolon hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Makanan yang memiliki hubungan dengan kanker kolon yaitu makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, dan terdapat interaksi antara bakteri dengan asam empedu dan makanan. Orang yang memilki peluang lebih besar untuk terserang penyakit kanker kolon antara lain orang yang berusia diatas 50 tahun, terdapat riwayat penyakit kanker kolon dalam keluarga, memiliki riwayat penyakit kolitis kronis atau polip usus dalam keluarga, dalam tubuh terdapat kandungan lemak dan kolesterol tinggi dan pola makan rendah serat, tubuh gemuk dengan indeks massa tubuh lebih dari 25, minum minuman alkohol, merokok, jarang melakukan aktivitas fisik (Bowel Cancer,2017).

10

2.4Patofisiologi Sebagian besar kanker kolon dimulai sebagai pertumbuhan pada lapisan dalam usus besar atau rectum yang disebut dengan polip. Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi kanker seiring waktu (biasanya bertahun-tahun), tetapi tidak semua polip menjadi kanker. Kemungkinan perubahan polip menjadi kanker tergantung pada jenis polip itu. 2 jenis utama polip adalah Polip adenomatosa (adenoma), polip ini terkadang berubah menjadi kanker. Oleh karena arena itu, adenoma disebut kondisi pra-kanker. Polip hiperplastik dan polip inflamasi,polip ini lebih sering terjadi, tetapi secara umum polip ini tidak bersifat pra-kanker ( American Cancer Society, 2018). Faktor-faktor lain yang dapat membuat polip lebih mungkin mengandung kanker atau meningkatkan risiko seseorang terkena kanker kolon adalah polip lebih besar dari 1 cm ditemukan serta lebih dari 2 polip ditemukan,Jika displasia terlihat di polip setelah itu dihapus. Displasia adalah kondisi pra-kanker lainnya. Ini berarti ada area di polip atau di lapisan usus besar atau rektum di mana sel-sel terlihat abnormal, tetapi mereka tidak terlihat seperti sel kanker yang sebenarnya ( American Cancer Society, 2018). Jika kanker terbentuk dalam polip, ia dapat tumbuh ke dinding usus besar atau rektum seiring waktu. Dinding usus besar dan dubur terdiri dari banyak lapisan. Kanker kolorektal dimulai pada lapisan paling dalam (mukosa) dan dapat tumbuh keluar melalui beberapa atau semua lapisan lainnya.Ketika sel-sel kanker berada di dinding, mereka kemudian dapat tumbuh menjadi pembuluh darah atau pembuluh getah bening (saluran kecil yang membawa limbah dan cairan). Dari sana, mereka dapat melakukan perjalanan ke kelenjar getah bening di dekatnya atau ke bagian tubuh yang jauh. Tahap (luasnya penyebaran) dari kanker kolorektal tergantung pada seberapa dalam ia tumbuh ke dalam dinding dan jika telah menyebar di luar usus besar atau rectum ( American Cancer Society, 2018). 2.5. Pathway Faktor : Usia, faktor genetik, pola makan, berat badan, kebiasaan merokok dan meminum alkohol serta aktivitas fisik. 11

Polip adenomatosa

Perubahan metaplasia pada dinding kolon

Kanker kolon

Invasi jaringan dan efek kompresi oleh tumor

Kerusak an jaringan vaskular lokal

Kompresi saraf lokal

Intervensi bedah kolektomi

Nyeri abdominal Perdarahan interstisial feses bercampur darah

Pasca bedah Nyeri kronis

Anoreksia

Asupan nutrisi tidak adekuat

Luka pasca bedah Ketidakseimb angan nutrisi

12

Anemia

Resiko infeksi

Keletihan

2.6 Epidemiologi Kanker kolon adalah kanker yang paling mematikan ketiga dari semua kanker. Pada tahun 2016 diperkirakan 134.490 kasus baru bersama dengan 49.190 kematian akibat kanker kolon. Statistk nasional telah mengungkapkan penurunan baik tingkat kejadian dan kematian , sementara tingkat kelangsungan hidup juga meningkat selama 5 tahun. Statistik nasional telah mengungkapkan penurunan baik tingkat kejadian dan tingkat kematian, sementara tingkat kelangsungan hidup 5 tahun juga terus meningkat. Antara tahun 1975 dan 2012, angka kematian akibat kanker kolon yang disesuaikan dengan usia (28,58 kematian per 100.000 pada tahun 1976 menjadi 14,45 kematian per 100.000 pada tahun 2013) ( American Cancer Society, 2018). Meskipun tingkat kejadian kanker kolon tertinggi masih dapat ditemukan di Amerika Utara, Eropa, dan Australia / Selandia Baru, negara-negara lain dengan tingkat historis yang rendah sekarang mengalami peningkatan risiko . Sebagai contoh, Jepang dan Thailand menderita peningkatan yang cepat dalam insiden kanker kolon, dan insiden telah meningkat secara terus menerus di Iran selama 30 tahun terakhir . Angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat di Arab Saudi sejak 1994, sekitar waktu yang sama ketika angka itu mulai meningkat di Filipina . Di tempat lain di Timur, tingkat kejadian kanker kolorektal juga perlahan-lahan meningkat, misalnya, di Yordania , serta Cina, Korea Selatan, dan Singapura, semua wilayah di mana kanker lambung dan hati biasanya menyebabkan kekhawatiran terbesar ( American Cancer Society, 2018). 2.7 Faktor Risiko

13

Terdapat dua golongan besar faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang terjadinya kanker kolon, yaitu faktor risiko yang bisa diubah dan faktor risiko yang tidak bisa diubah (American Cancer Society, 2018). 1. Faktor risiko yang bisa diubah meliputi : a. Kelebihan berat badan atau obesitas Kelebihan berat badan akan berisiko terkena kanker kolon karena lemak dapat mendorong kanker kolon untuk tumbuh lebih cepat serta dapat mengakibatkan kematian. b. Kurang aktivitas fisik Ketika seseorang tidak aktif dalam aktivitas fisik maka akan berisiko terkena kanker kolon. Hal tersebut disebabkan karena tubuh kelebihan lemak yang dapat memicu kondisi yang mengarah pada karsinogenesis. c. Pola makan Mengonsumsi daging merah (daging sapi, babi, domba, hati) ataupun daging olahan dapat meningkatkan risiko terkena kanker kolon. Memasak daging pada suhu yang tinggi seperti memanggang atau menggoreng dapat menyebabkan peningkatan suatu senyawa kimia yang dapat meningkatkan risiko kanker. d. Merokok Orang yang merokok dalam jangka waktu yang panjang dapat meningkatkan

risiko

terkena

kanker

kolon

bahkan

dapat

menyebabkan kematian daripada orang yang tidak merokok. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam rokok terdapat bahan-bahan yang dapat meningkatkan risiko kanker kolon. e. Konsumsi alkohol Mengonsumsi terlalu banyak alkohol dapat meningkatkan risiko kanker kolon. Pembatasan hingga pengurangan mengonsumsi alkohol dapat menurunkan risiko terkena kanker kolon. 2. Faktor risiko yang tidak bisa diubah meliputi a. Usia

14

Risiko kanker kolon dapat meningkat seiring bertambahnya usia. Kanker membutuhkan waktu yang lama untuk berkembang sehingga seseorang akan terkena kanker kolon pada usia lanjut. b. Riwayat menderita polip atau kanker kolon Seseorang yang pernah menderita polip atau kanker kolon akan berisiko mengalami tumbuhnya kembali sel kanker kolon. c. Riwayat menderita radang usus Orang yang menderita radang usus akan berisiko terkena kanker kolon. Menderita radang usus bertahun-tahun dan jika tidak diobati dapat menyebabkan displasia. Displasia adalah istilah untuk menggambarkan sel-sel di lapisan usus besar atau dubur yang terlihat abnormal, tetapi bukan sel kanker. Tetapi, hal tersebut dapat berubah menjadi sel kanker seiring waktu. d. Riwayat keluarga kanker kolon Orang dengan riwayat kanker kolon pada keluarga berisiko tinggi terkena kanker kolon. Kanker dapat diturunkan melalui faktor genetik , faktor lingkungan yang dimiliki bersama, atau kombinasi dari semuanya. e. Sindrom turunan Sekitar 5% orang yang menderita kanker kolorektal telah mewarisi perubahan gen atau mutasi gen. Sindrom turunan yang paling sering dikaitkan dengan kanker kolon adalah Lynch syndrome dan Familial Adenomatous Polyposis (FAP). f. Ras dan etnis Afrika Amerika memiliki insiden kanker kolon dan angka kematian tertinggi dari semua kelompok ras di Amerika Serikat. Sedangkan orang Yahudi keturunan Eropa Timur memiliki risiko kanker kolon tertinggi dari kelompok etnis manapun di dunia. g. Diabetes tipe 2 Orang yang menderita diabetes tipe 2 berisiko terkena kanker kolon. Hal tersebut terjadi karena antara kanker kolon dan diabetes tipe 2

15

memiliki kesamaan faktor risiko seperti kelebihan berat badan atau kurang aktivitas fisik. 2.8 Manifestasi Klinis Kanker kolon memiliki beberapa manifestasi klinis (Baughman & Hackly,2000) 1. Perubahan kebiasaan defekasi merupakan gejala yang paling sering ditunjukkan , keluar darah Bersama dengan feses merupakan gejala kedua yang palling sering 2. Anemia yang penyebabnya tak jelas ,anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan 3. Lesi sebelah kanan : nyeri abdominal tumpul dan melena 4. Lesi sebelah kiri : nyeri abdominal dan kram feses mengecil, konstipasi dan distensi, darah merah segar dalam feses 5. Lesi rektal: tenesmus ( nyeri rektal, merasakan evakuasitidak lampias setelah defekasi), konstipasi dan diare secara bergantian dan darah 2.9 Klasifikasi 1. Stadium 0 (Carsinoma in Situ) : kanker hanya pada lapisan terdalam dari kolon atau rektum. 2. Stadium I : sel kanker telah tumbuh pada dinding dalam kolon atau rektum, tapi belum menembus ke luar dinding. 3. Stadium II : sel kanker telah menyebar ke dalam lapisan otot dari kolon atau rektum. Tetapi sel kanker di sekitarnya belum menyebar ke kelenjar getah bening. 4. Stadium III : kanker telah menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening di daerah tersebut, tetapi tidak ke bagian tubuh yang lain. 5. Stadium IV : kanker telah menyebar di bagian lain dari tubuh, seperti hati, paru-paru, atau tulang (Setianingrum, 2014). 2.10 Penatalaksanaan 2.10.1 Penatalaksanaan Farmakologi

16

Kanker kolon dapat diobati dengan obat-obatan yang dapat diberikan melalui mulut atau langsung kedalam aliran darah. Terapi ini disebut terapi sistemik karena dapat mencapai sel kanker di seluruh tubuh. Terapi ini meliputi kemoterapi, targeted therapy, imunoterapi (American Cancer Society, 2018). a. Kemoterapi Kemoterapi dapat dijadikan sebagai terapi adjuvan, neoadjuvan, atau paliatif. Kemoterapi ajuvan diberikan dengan tujuan membunuh sel-sel kanker yang kemungkinan masih tertinggal saat operasi karena sel kanker yang berukuran terlalu kecil. Kemoterapi neoadjuvan diberikan sebelum operasi dengan tujuan mengurangi atau mengecilkan ukuran dari kanker. Kemoterapi paliatif diberikan untuk kanker yang sudah menyebar ke organ lain dengan tujuan membantu mengecilkan kanker dan meringankan masalah meskipun kanker tersebut tidak mungkin untuk disembuhkan. Beberapa obat yang bisa digunakan untuk kanker kolon adalah 5-Fluorouracil (5FU), Capecitabine (Xeloda) yang berbentuk pil dan setelah di dalam tubuh berubah menjadi 5-FU ketika sampai ke kanker, Irinotecan (Camptosar), Oxaliplatin (Eloxatin), Trifluridine and tipiracil (Lonsurf) obat kombinasi dalam bentuk pil. b. Targeted Therapy Obat terapi yang ditargetkan bekerja secara berbeda dari obat kemoterapi pada umumnya. Terkadang ketika obat kemoterapi tidak bekerja, obat kemoterapi tertarget dapat bekerja dan memiliki efek samping yang lebih ringan serta dapat digunakan bersama dengan obat kemoterapi pada umumnya atau dapat digunakan sendiri. Contoh obatnya adalah Bevacizumab (Avastin), Ramucirumab (Cyramza), Ziv-aflibercept (Zaltrap), Cetuximab (Erbitux), dan Panitumumab (Vectibix). c. Imunoterapi Imunoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membantu sistem kekebalan tubuh dalam mengenali dan menghancurkan sel

17

kanker dengan lebih baik. Contoh obatnya adalah Pembrolizumab (Keytruda) dan Nivolumab (Opdivo) yang bekerja meningkatkan respon kekebalan tubuh terhadap sel-sel kanker, serta Ipilimumab (Yervoy) yang bekerja meningkatkan respon imun. 2.10.2 Penatalaksanaan Non-Farmakologi Terapi lokal berarti mengobati tanpa mempengaruhi bagian tubuh yang lainnya. Perawatan ini cocok untuk kanker stadium awal (kanker yang belum menyebar). Terapi ini meliputi bedah kanker kolon, ablasi dan embolisasi, terapi radiasi. a. Pembedahan 1. Polipektomi dan eksisi lokal Prosedur ini menggunakan tabung fleksibel panjang dengan kamera video kecil di ujungnya yang dimasukkan ke dalam rektum menuju usus besar. 2. Kolektomi Kolektomi adalah pembedahan dengan mengangkat seluruh atau sebagian dari usus besar. Kelenjar getah bening disekitarnya juga dihilangkan. 3. Reseksi transanal lokal Prosedur ini digunakan untuk menghilangkan beberapa kanker rektum pada tahap I awal yang masih relatif kecil dan dekat dengan anus.

4. Bedah mikro endoskopi transanal Pembedahan ini dapat digunakan untuk kanker tahap I awal yang posisinya lebih tinggi di rektum dan tidak dapat dicapai dengan menggunakan reseksi transanal lokal. 5. Low Anterior Resection (LAR) Prosedur ini dapat digunakan pada kanker stadium I, sebagian besar stadium II, atau stadium III yang posisinya di bagian atas rektum. 6. Reseksi abdominoperineal

18

Prosedur ini diperlukan jika kanker tumbuh ke otot sfingter (otot yang membuat anus tertutup dan mencegah kebocoran tinja) atau otot disekitarnya yang membantu mengendalikan aliran urin. 7. Pembedahan panggul Prosedur ini dapat digunakan jika kanker sudah menyebar ke organ-organ disekitarnya. Rektum akan diangkat bersama dengan organ-organ yang sudah terkena kanker misalnya kandung kemih, prostat, rahim. 8. Ablasi dan embolisasi Pembedahan ini diperlukan ketika kaker kolon sudah menyebar dan ada beberapa kanker kecil di hati atau paru-paru. Ablasi dan embolisasi dapat digunakan pada psien yang kankernya kembali lagi setelah operasi. 9. Terapi radiasi Prosedur ini menggunakan sinar berenergi tinggi misalnya sinarx yang bertujuan menghancurkan sel kanker. Prosedur ini lebih sering digunakan untuk mengobati kanker kolon bersamaan dengan kemoterapi. Menggunakan prosedur tarapi radiasi dan kemoterapi ini disebut kemoradiasi atau kemoradioterapi. 2.11 Pemeriksaan Penunjang 1. Endoskopi Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat dilakukam dengan sigmoidoskopi ((>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi total. 2. Enema barium dengan kontras ganda Pemeriksaan enema barium yang dipilih adalah dengan kontras ganda. 3. CT colonography (Pneumocolon CT) Modalitas CT yang dapat melakukan CT kolonografi dengan baik adalah modalitas CT scan yang memiliki kemampuan rekonstruksi multiplanar dan 3D volume rendering. Kolonoskopi virtual juga memerlukan software khusus (Kementerian Kesehatan RI, 2015)

19

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KOLON 3.1 Kasus Seorang pasien bernama tuan x mengeluh nyeri perut bagian bawah. Selain itu pasien juga sering merasakan kurang nafsu makan, keluar banyak keringat dan sulit tidur .biasanya nyeri yang dirasakan oleh pasien adalah seperti ditusuk tusuk saat beraktivitas ataupun istiahat hal ini dirasakan selama enam bulan. Setelah dikaji oleh perawat pasien mengatakan bahwa skala nyeri yang dirasakan adalah 5. Pupil berdilatasi ,gerakan mata

hanya berfokus pada bagian yang sakit,pasien tampak meringis, pasien tampak memegangi perutnya bagian bawah,pasien tampak geliah Nadi : > 100 x/menit Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya menghabiskan setengah porsi makan, tidak mampu beraktivitas seperti biasanya beserta tanggung jawabnya,mudah lelah, sering mengantuk dan aktivitasnya dibantu oleh keluarga. Keadaan pasien lemas, pucat , konjungtiva anemis, mukosa bibir dan kuku pucat , haemoglobin kurang dari normal dan crt lebih dari 3 detik, bising usus lebih dari normal, bb kurang, Pasien mengatakan sudah melakukan operasi pembedahan kolostomi.Pasien tampak luka pasca bedah kolostomi. Hasil dari pengukuran ttv didapatkan tekanan darah 140/90 mm/Hg ,nadi

105 X/menit, RR 24 X/menit

,suhu 36°C Pasien tidak memiliki ganggguan tidur selama sebelum sakit pasien tidur sekitr 7-8 jam namun saat merasakan sakit pasien hanya tidur selam 5 jam. Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwana kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak menggunakan kateter. Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif

3.2 Pengkajian 3.2.1. Biodata Pasien : 20

Pasien Nama

: Tn. A

Umur

: 35 th

Agama

: Islam

Pendidikan

: Sarjana

Pekerjaan

: PNS

Status Pernikahan

: Menikah

Alamat

: Kalirejo, Lampung Tengah

Tanggal Masuk RS

: Minggu, 10 Maret 2019

Diagnosa Medis

: Ca. Colon

3.2.2.Keluhan Utama : Nyeri hebat pada bagian perut

3.2.3. Riwayat Kesehatan : a. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 10 Maret 2019 akibat mengalami penyakit Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar oleh keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 Mei 2012, dengan keluhan nyeri pada abdomen, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih. b. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan, pasien pernah melakukan operasi pembedahan kolostomi c. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan yang umumnya menyerang, seperti DM, Asma, Hipertensi.

3.2.4. Pola Fungsi Kesehatan

21

1. Aktifitas dan latihan Pekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya. 2. Tidur dan istirahat Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah. 3. Kenyamanan dan nyeri Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 5, raut muka klien tampak menahan nyeri. 4. Nutrisi Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam enam bulan terakhir turun drastis menjadi 57 kg. 5. Cairan, elektrolit, dan asam basa Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat support IV Line jenis RL 20 tetes/menit 6. Oksigenasi Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen. 7. Eliminasi fekal/bowel

22

Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan. Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir. 8. Eliminasi urin Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga. 9. Sensori, persepsi, dan kognitif Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif

3.2.5 Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) 1.

Kepala

Inspeksi : Tidak ada benjolan/kanker kolon , tidak ada lesi dikepala, penyebaran rambut merata, rambut bersih, hitam, tidak ada ketombe. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan 2.

Mata

Inspeksi : Konjungtiva anemis, posisi dan kesejajaran mata normal, dilatasi pupil normal, ada reaksi dengan cahaya, tidak memakai kacamata, fungsi penglihatan normal. Palpasi : tidak ada nyeri tekan 3.

Telinga

Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ditemukan pembengkakan, telinga dalam keadaan bersih, ketajaman pendengaran normal. Palpasi : tidak ada nyeri tekan 4.

Hidung

Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris, pernapasan cuping hidung, bersih, tidak ada pembengkakan, tidak ada secret Palpasi : tidak ada nyeri tekan 5.

Mulut

23

Inspeksi : Bibir : mukosa bibir kering, rongga mulut : jumlah gigi lengkap, lidah : bersih, warna lidah putih 6.

Leher

Inspeksi : bentuk normal, simetris, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba nadi karotis 7.

Dada

Inspeksi : bentuk dada normal , simetris , tidak ada retraksi dada Palpasi

: tidak ada nyeri tekan

Perkusi

: suara paru-paru sonor (normal), suara jantung pekak

Auskultasi: S1-S2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan seperti ronkhi, wheezing, snoring 8.

Abdomen

Inspeksi : distensi abdomen Auskultasi : Peristaltik normal (20x/menit) Perkusi : Timpani Palpasi : tidak ada nyeri tekan 9.

Urogenital

Tidak terkaji 10.

Ekstremitas

Ekstremitas Atas Inspeksi : gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan otot Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa Ekstremitas Bawah Inspeksi : kekuatan otot dekstra sinistra 5 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa

11.

5

5

5

5

Kulit dan kuku

Inspeksi :

24

Kulit : kulit lembab, warna kulit kuning langsat, turgor kulit baik Kuku : kuku pendek dan bersih Palpasi : CRT 2 detik 3.3 Analisa data NO 1.

DATA PENUNJANG DS :

ETIOLOGI

MASALAH

Ca Colon

Nyeri Kronis

- Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah - Pasien mengatakan tidak nafsu

Kompresi tumor pada dinding kolon

makan - Pasien mengatakan keluar banyak keringat - Pasien mengatakan sulit tidur - Pasien mengatakan skala nyeri 5

Kompresi ujung saraf nyeri

- P : Nyeri terasa saat pasien beraktivitas maupun istirahat - Q : Nyeri terasa seperti ditusuk

Nyeri abdominal

- R : Nyeri terasa di perut bagian bawah - S : Skala nyeri 5

Nyeri kronis

- T : nyeri dirasa lebih dari 3 buulan, muncul

sewaktu-waktu

dengan

durasi yang tidak menentu. DO : - Skala nyeri wajah psien 6 - Mata kurang bercahaya - Dilatasi pupil - Gerakan mata hanya berfokus pada bagian yang sakit - Pasien tampak meringis

25

- Pasien tampak memegangi perutnya bagian bawah - Pasien tampak geliah - Nadi : > 100 x/menit 2.

DS :

Ca Colon

Keletihan

- Pasien mengatakan tidak mampu Kompresi tumor

beraktivitas seperti biasanya - Pasien mengatakan tidak mampu

pada dinding kolon

melaksanakan tanggung jawabnya - Pasien mengatakan mudah lelah - Pasien

Kerusakan jaringan

mengatakan

sering

pembuluh darah

mengatakan

semua

Pecahnya

mengantuk - Pasien

aktivitasnya di bantu oleh keluarga

pembuluh darah

DO : - Wajah pasien tampak pucat - Konjungtiva anemis - Mukosa bibir tampak pucat

Perdarahan intestinal, feses campur darah

- Kuku-kuku tampak pucat - CRT > 3 detik

Anemia

- Hb < normal - Pasien tampak lemas dan berbaring

Keletihan

di tempat tidur 3.

DS :

Ca colon

- Pasien mengatakan tidak nafsu makan - Pasien mengatakan nyeri abdomen

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

Kompresi tumod

kebtuhan tubuh

pada dinding kolon

- Pasien mengatakan tidak nafsu makan

Anoreksia

DO : - Bising usus > dari normal

Asupan nutrisi tidak adekuat

26

- Membran mukosa bibir tampak Ketidakseimbangan

pucat - Berat badan di bawah ideal

nutrisi kurang dari

- Penurunan berat badan

kebtuhan tubuh

- Hanya menghabiskan setengah porsi makanan 4.

DS:

Ca colon

- Pasien

mengatakan

Risiko ifeksi

sudah

melakukan operasi pembedahan

Intervensi bedah kolostomi

kolostomi DO : - Pasien tampak luka pasca bedah

Luka pasca bedah

kolostomi Risiko ifeksi

3.5 Diagnosa keperawatan 1. Nyeri kronis berhubungan dengan kompresi tumor pada ujung saraf nyeri di dinding kolon 2. Keletihan berhuungan dengan anemia karena adanya perdarahan intestinal dan feses bercampur darah 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat 4. Risiko infeksi berhubungan dengan luka paca bedah kolostomi 3.6 Intervensi NO 1.

Diagnosa

NOC

NIC

Nyeri Kronis

Kriteria hasil :

(1400) Manajemen Nyeri

(001330)

Setelah dilakukan tindakan

1. Lakukan pengkajian nyeri

Domain

12

Kenyamanan

: keperawatan

3x24

jam

secara

komprehensif

diharapkan pasien mampu

termasuk

lokasi,

untuk:

karakteristik,

durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor

27

Kelas

1

: 1. Meunjukkan kontrol nyeri

Kenyamanan

dengan indikator :

Fisik)

presipitasi 2. Observasi reaksi nonverbal

a. Mengenali

factor

dari ketidaknyamanan

penyebab dari sekala 2 3. Gunakan teknik komunikasi jarang menjadi sekala 4

terapeutik untuk mengetahui

sering melakukan

pengalaman nyeri pasien

b. Mengenali onset lamanya 4. Kaji sakit dari sekala 2 jarang

yang

mempengaruhi respon nyeri

menjadi sekala 4 sering 5. Kaji melakukan

kultur

tipe

dan

sumber nyeri untuk

c. Menggunakan

metode

menentukan intervensi

pencegahan dari sekala 2 6. Ajarkan tentang teknik non jarang menjadi sekala 4 sering melakukan

farmakologi 7. Berikan

d. Menggunakan

metode

nonanalgetik

analgetik

untuk

mengurangi nyeri

untuk 8. Evaluasi keefektifan kontrol

mengurangi

nyeri

dari

nyeri

sekala 2 jarang menjadi 9. Kolaborasikan

dengan

sekala 4 sering melakukan

ada

e. Menggunakan sesuai

analgetik

kebutuhan

dari

dokter

jika

keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

sekala 2 jarang menjadi sekala 4 sering melakukan

2.

Keletihan

Kriteria hasil:

(0180) Manajemen energi

(00093)

Setelah dilakukan tindakan

1. Kaji statu fisiologis pasien

Domain

4

: keperawatan

3x24

jam

Aktivitas/istirah

diharapkan Pasien mampu

at

untuk:

Kelas

3

:

1. Menunjukkan

yang menyebabkan kelelahan 2. Ajarkan

pasien

mengungkapkan tingkat

perasaan

secara verbal

Keseimbangan

kelelahan dengan indikator 3. Perbaiki

energi

:

defisit

status

fisiologis pasien

28

a. Kelelahan dari skala 2 4. Pilih

intervensi

untuk

cukup berat ditingkatkan

mengurangi kelelahan baik

ke skala 4 menjadi ringan

secara farmakologi maupun

b. Kehilangan selera makan

non farmakologi

dari skala 2 cukup berat 5. Monitor

intake/asupan

ditingkatkan ke skala 4

nutrisi

untuk

mengetahui

menjadi ringan

sumber energi yang adekuat

c. Kelenjar getah bening dari 6. Monitor lokasi sumber nyeri skala

2

cukup

berat

yang dialami pasien

ditingkatkan ke skala 4 7. Tingkatkan tirah baring dan menjadi ringan

batasi kegiatan

d. Kegiatan sehari-hari dari skala

2

cukup

berat

ditingkatkan ke skala 4 menjadi ringan

3.

Ketidakseimb

Kriteria hasil:

(1100) Manajemen nutrisi

angan nutrisi

Setelah dilakukan tindakan

1. Tentukan status gizi pasien

kurang

keperawatan

dari

3x24

jam

kebutuhan

diharapkan Pasien mampu

tubuh (00002)

untuk:

Domain

2

:

Nutrisi Kelas Makan

1

:

dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi 2. Tentukan apa yang menjadi

1. Menunjukkan

tingkat

preferensi

kelelahan

dengan

pasien

indikator :

makanan

bagi

3. Tentukan jumlah makanan

a. Asupan gizi dari skala 2 banyak menyimpang dari rentang

normal

ditingkatkan ke skala 4

dan kalori untuk memenuhi kebutuhan gizi 4. Monitor kalori dan asupan makanan

sedikit menyimpang dari

(0180) Manajemen energi

rentang normal

1. Kaji statu fisiologis pasien

b. Asupan skala

makanan 2

dari

banyak

yang

menyebabkan

kelelahan

29

menyimpang dari rentang

2. Ajarkan

pasien

normal ditingkatkan ke

mengungkapkan

skala

secara verbal

4

sedikit

menyimpang dari rentang normal c. Energi

3. Perbaiki

perasaan

defisit

status

fisiologis pasien dari

skala

2

4. Pilih

intervensi

untuk

banyak menyimpang dari

mengurangi kelelahan baik

rentang

secara farmakologi maupun

normal

ditingkatkan ke skala 4 sedikit menyimpang dari rentang normal

non farmakologi 5. Monitor nutrisi

intake/asupan untuk

mengetahui

sumber energi yang adekuat 6. Monitor lokasi sumber nyeri yang dialami pasien 7. Tingkatkan tirah baring dan batasi kegiatan 4.

Risiko Infeksi

Kriteria hasil:

(00004)

Setelah dilakukan tindakan

Domain 11 :

keperawatan

Keamanan/perli

diharapkan Pasien mampu

ndungan

untuk:

3x24

jam

tingkat

kontrol infeksi dengan

a. Mengidentifikasi

faktor

risiko infeksi dari skala 2 menunjukkan

ditingkatkan ke skala 4 sering mennjukkan

yang

melakukan

perawatan ke pasien

luka yang tepat 3. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala

indikator :

b. Mengetahui

sesudah

2. Pastikan teknik perawatan

Kelas 1 : Infeksi 1. Menunjukkan

jarang

(6540) Kontrol infeksi 1. Cuci tangan sebelum dan

infeksi

dan

kapan

harus

melapor ke tenaga kesehatan 4. Kolaborasi

untuk

memberikan terapi antibiotik yang sesuai

perilaku berhubungan

dengan risiko infeksi dari

30

skala

2

jarang

menunjukkan ditingkatkan ke skala 4 sering mennjukkan c. Mempertahankan lingkungan yang bersih dari

skala

2

jarang

menunjukkan ditingkatkan ke skala 4 sering mennjukkan

3.7 Implementasi Implementasi NO.

Hari/Tanggal

Jam

09-03-2019

07.00

Tindakan

Hasil/Respon

Diagnosa

1.

1. Melakukan pengkajian nyeri secara

1. Mengetahui kondisi nyeri yang rasakan oleh pasien

2. Pasien sudah tidak meringis kes

07.15

komprehensif

07.35

termasuk lokasi,

3. Pasien bersedia berkomukasi

karakteristik,

4. Pasien kooperatif

durasi, frekuensi,

5. Pasien bersedia bercerita

kualitas dan

6. Pasien koopertif

faktor presipitasi

7. Pasien bersedia meminum obat

08.00

08.30 08.45 10.00

2. Mengobservasi reaksi nonverbal

ditekan bagian abdomen

8. Nyeri pasien berkurang

9. Mempercepat proses penyembuh

dari 12.00 13.00

ketidaknyamanan 3. Menggunakan teknik

31

komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4. Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri 5. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 6. Mengajarkan tentang teknik nonfarmakologi 7. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri 8. Mengevaluasi keefektifan control nyeri 9. Melakukan kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan

32

tindakan nyeri tidakberhasil

2.

09-03-2019

14.00 8. Mengkaji

status

1. Pasien kooperatif

fisiologis

pasien

2. Pasien dapat mengungkapkan pe

14.20 14.40

yang menyebabkan kelelahan

3. Status fisiologis pasien membaik

9. Mengajarkan pasien 15.00

15.20 15.40 16.00

secara verbal

4. Kelelahan pasien berkurang

mengungkapkan

5. Intake nutrisi pasien terpenuhi

perasaan

6. Nyeri berkurang

secara

verbal 10.

7. Pasien beristirahat dengan nyam

Memperbaiki

defisit

status

fisiologis pasien 11.

Memilih

intervensi

untuk

mengurangi kelelahan baik secara farmakologi maupun non farmakologi 12.

Memonitor

intake/asupan nutrisi untuk

mengetahui

sumber energi yang adekuat 13.

Memonitor

lokasi sumber nyeri yang dialami pasien 14. tirah

Meningkatkan baring

dan

33

batasi kegiatan

3.

09-03-2019

18.00 5. Menentukan gizi 18.15

pasien

kemampuan untuk

18.30

status dan

1. Gizi pasien terpenuhi 2. Pasien bersedia mengkonsumsi

pasien

3. Kebutuhan gizi pasien terpenuhi

memenuhi

4. Asupan makanan pasien mening

kebutuhan gizi

19.00 6. Menentukan apa yang menjadi

preferensi

makanan bagi pasien 7. Menentukan jumlah makanan dan kalori untuk

memenuhi

kebutuhan gizi 8. Memonitor kalori dan asupan makanan

4.

09-03-2019

20.00 20.10 20.40

5. Melakukan

cuci 1. Melakukan cuci tangan

tangan sebelum dan 2.

Melakukan tekhnik perawatan

sesudah

dengan SOP

melakukan

perawatan ke pasien 6. Memastikan

21.00

3.

teknik 4.

Pasien dan keluaga kooperatif

Mempercepat proses penyembu

perawatan luka yang tepat 7. Mengajarkan pasien dan

keluarga

mengenai tanda dan gejala

infeksi

dan

kapan harus melapor ke tenaga kesehatan 8. Melakukan kolaborasi

untuk

34

memberikan

terapi

antibiotik yang sesuai

Evaluasi NO.

Hari/Tanggal

Evaluasi

Diagnosa

Nama & Tanda Tangan

1.

09-03-19

S: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang

Ns. Rania

O: TD = 110/80 A: Masalah teratasi sebagian

2.

09-03-19

P : Rencana diteruskan - Lanjutkan intervensi 6,7 - Pertahankan intervensi 1,2,3,4,5,8,9 S: Pasien mengatakan keletihan sudah berkurang

Ns. Rania

O: TD = 110/80, N= 80x/menit , RR = 20x/menit A: Masalah teratasi sebagian

3.

09-03-19

P : Rencana diteruskan - Lanjutkan intervensi 3,7 - Pertahankan intervensi 1,2,4,5,6 S : Pasien mengatakan menyukai makanan yang dikonsumsi O: TD= 110/80 mm/Hg A: Masalah teratasi sebagian P : Rencana diteruskan - Lanjutkan intervensi 4 Pertahankan intervensi 1,2,3

Ns. Rania

35

4.

09-03-19

S : Pasien mengatakan nyeri berkurang O: S= 36,4oC, TD= 90/70 mm/Hg , N= 80x/menit RR= 20x/menit A: Masalah teratasi sebagian P : Rencana diteruskan - Lanjutkan intervensi 1,2 - Pertahankan intervensi 3,4

Ns. Rania

36

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kanker kolon merupakan kanker yang berada di jaringan usus besar dan juga rektum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena kanker kolon adalah mutasi DNA, merokok, mengonsumsi alkohol, kurang aktivitas, pola makan yang salah dan sebagainya. Terdapat berbagai pengobatan untuk terapi kanker kolon misalnya kemoterapi, pembedahan, imunoterapi dan lain-lain. Lebih baik dilakukan deteksi dini mengenai kanker agar lebih mudah dan segera ditangani karena kanker masih dalam stadium awal. 4.2 Saran Saran yang dapat diberikan terkait pembahasan makalah adalah pengembangan pengetahuan mengenai kanker kolon. Perawat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan penelitian agar lebih memaksimalkan pelayanan asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada klien khususnya yang menderita penyakit kanker kolon.

37

DAFTAR PUSTAKA American Cancer Society. Colorectal Cancer Risk Factors. 2018. American Cancer Society. Treating Colorectal Cancer. 2018. Baughman,D C. JoAnn C H.2000.Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku Dari Brunner & Sudarth.Jakarta:EGC

Ferlay J, Soerjomataram I, Dikshit R, et al. Cancer incidence and mortality worldwide: Sources, methods and major patterns in GLOBOCAN 2012. Int J Cancer 2015. 136: E359–E386. Hospital Authority.2017.Kanker Usus Besar. Diakses pada Rabu, 6 Maret 2019. https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/Diseases/C ancer/Bowel%20Cancer/Cancer-Bowel-Cancer-Indonesian.pdf?ext=.pdf Juffrie, M. 2018. Kesehatan Pencernaan Awal Tumbuh Kembang yang Sehat. Universitas Indonesia: UI-Press Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal. Jakarta : Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kanker Kolorektal. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Setianingrum, Reni. 2014. Klasifikasi Stadium Kanker Kolorektal Menggunakan Model Recurrent Neural Network. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Waugh, A. dan Grant, A. 2014. Anatomy and physiology in Health and illness. Twelfth Edition. Singapore : Elsevier. Terjemahan oleh Nurachmah, E. 2017. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 12. Singapore : Elsevier. Zahari, A. 2011. Deteksi Dini, Diagnosa, dan Penatalaksanaan Kanker Kolon dan Rektum. Padang : Repository Unversitas Andalas

38

Related Documents


More Documents from "dede rudiansyah"