Makalah Bahasa Indonesia.docx

  • Uploaded by: Yemima Simamora
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Bahasa Indonesia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,458
  • Pages: 30
MAKALAH BAHASA INDONESIA " KALIMAT EFEKTIF "

Dosen

1. 2. 3. 4. 5.

: Siska Mega Diana, S.Pd.,M.Pd

Anggota : Dinda Puspita Sari (1817021069) Ester A.A Siburian (1817021058) Lia Lestari Aritonang (1817021089) Menik Mujayani (1817021083) Yemima Simamora (1857021003) Kelas

: Biologi B

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUG i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. ii KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 1 BAB I .............................................................................................................................................................. 2 PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 2 A.

LATAR BELAKANG.............................................................................................................................. 2

B.

RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................................ 3

C. TUJUAN PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3 D. MANFAAT............................................................................................................................................ 3 BAB II ............................................................................................................................................................. 4 PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 4 A.

PENGERTIAN KALIMAT................................................................................................................ 4

B.

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF ............................................................................................... 5

C.

Ciri-ciri Kalimat Efektif .................................................................................................................... 8

D.

UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF ........................................................................................ 21

BAB III .......................................................................................................................................................... 27 PENUTUP ..................................................................................................................................................... 27 A.

KESIMPULAN................................................................................................................................ 27

B.

SARAN............................................................................................................................................ 28

C.

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………….29

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Kalimat Efektif” sebagai tugas kelompok dosen Ibu Siska Mega Diana, S.Pd.,M.Pd mata kuliah Bahasa Indonesia. Makalah ini berisikan tentang informasi penyusunan kalimat efektif yang baik dan benar. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep penggunaan kalimat efektif. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Bandar Lampung, 26 Februari 2019

Penyusun

Kelompok VI

1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lainnya dengan tujuan menyampaikan maksud dari si pembicara. Bahasa tentu memiliki unsur atau aturan yang digunakan agar dapat lebih mudah di pahami oleh lawan bicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86). Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya. Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan. 2

Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Faktor yang menjadikan gagasan diterima dengan baik adalah penggunaan kalimat yang baik dan benar serta penggunaan huruf dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah tata bahasa.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Pengertian kalimat efektif dalam penulisan karya ilmiah ? 2. Ciri-ciri kalimat efektif (kelogisan, kepaduan, kesejajaran, kehematan, kevariasian dan kefokusan) ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN 1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan benar. 2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa 3. Mengetahui ciri-ciri kaliamat efektif

D. MANFAAT Dari rumusan masalah yang ada maka manfaat penulisan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui pengertian kalimat efektif. 2. Mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.

3

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KALIMAT Pengertian kalimat secara umum adalah sebuah satuan terkecil dari bahasa yang berwujud lisan maupun tulisan yang mengutarakan pikiran seseorang. Kalimat lisan berwujud suara yang ditandai dengan naik turunnya, lemah, lembut, jeda dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan kalimat pengertian kalimat menurut para ahli, pengertian menurut para ahli yakni membahas tentang persepsi dari para ahli atau ilmuan mengenai sebuah kalimat. a. Pengertian kalimat menurut Dardjowidojo Beliau mengemukakan bahwa kalimat adalah bagian terkecil dari sebuah ujaran dan teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. b. Pengertian Kalimat Menurut Slamet Muljana Beliau mengemukakan bahwa kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang berlagu disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan mungkin yang dipakai hanya satu kata mungkin lebih. c. Pengertian Kalimat Menurut Kridalaksana Beliau mengungkapkan kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa, klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan, satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas, jawaban minimal, seruan, salam, dsb.

4

B. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF Kalimat efektf adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis (arifin, 2004). Setiap gagasan, pikiran, atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya akan dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang benar (dan juga baik) haruslah memenuhi persyaratan gramatikal artinya, kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus di miliki setiap kalimat ( subjek dan predikat); memperhatikan ejaan yang disempurnakan; serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat. Kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tersebut jelas akan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar. Kaliamt yang demikian itu disebut kalimat efektif. Kalimat efektif iyalah kalimat yang baik karena apa yang di pikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur oleh si penulis. Kalimat efektif mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan berlangsung dengan sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang di sampaikan si pembicaratergambar lengkap dalam pemikiran si penerima (pembaca atau pendengar), persis seperti apa yang disampaikan. Hal tersebut terjadi jika kata kata yang mendukung kalimat itu sanggup mengungkapkan kandungan gagasan. Dengan kata lain, hampir seriap kata secara tepat melalui pikiran dan keinginan penulis. Hal ini berarti, kalimat efektif haruslah secara sadar disusun oleh penulis/penuturnya untuk mencapai informasi yang maksimal. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur dan logikanya. Dengan kata lain, kalimat efektif selalu berterima secara tata bahasa dan makna. Sebuah kalimat yang dikatakan efektif apabila dikatakan mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi (prof.Dr. IDA BAGUS PUTRAYASA, 2007). Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa : 1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca (Rahayu: 2007). 2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001). 5

3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca (Arifin: 1989). 4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009) (khoirunisa, 2016).

Andayani menjelaskan pengertian kalimat efektif sebagai berikut : a. Adalah kalimat yang benar dan jelas dan dengan mudah dipahami orang lain b. Disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembacanya c. Pembaca memahami apa yang disampaikan d. Kalimat yang tepat mewakili gagasan atau perasaan penyampai pesan dan sanggup memberikan gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar. e. Kalimat yang disusun dengan sadar dan sengaja untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. f. Jenis kalimat yang dapat memberikan efek tertentu dalam komunikasi. Efek yang dimaksudkan di sini adalah kejelasan informasi”. g. “Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata mubazir, tetapi juga tidak kekurangan kata. h. Kalimat efektif menggunakan pengertian yang logis sejalan dengan nalar yang tepat” Sedangkan E. Kosasih menyatakan kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat : (1) Secara tepat mewakili gagasan pembicara atau penulisnya; (2) Menimbulkan gagasan yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulisnya. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis /pembicara. Sedangkan rasional kalimat efektif adalah kalimat yang harus mencakup syarat kelengkapan unsur sebuah kalimat karena sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh sebab itu sebuah kalimat harus memiliki paling tidak subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan (EYD). Dalam membentuk sebuah kalimat yang efektif harus menggunakan kata-kata yang dipilih dengan tepat agar kalimat menjadi jelas maknanya. Sebelum dapat membuat atau bahkan membetulkan suatu kalimat menjadi efektif, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang 6

mampu dipakai untuk menyampaikan informasi dari pembicara atau penulis kepada lawan bicara atau pembaca secara tepat. Ketepatan dalam penyampaian informasi akan membuahkan hasil, yaitu adanya kepahaman lawan bicara atau pembaca terhadap isi kalimat atau tuturan yang disampaikan. Lawan bicara atau pembaca tidak akan bisa menjawab, melaksanakan, atau menghayati setiap kalimat atau tuturan itu sebelum mereka dapat memahami benar isi kalimat atau tuturan tersebut. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya seacara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan ata yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. SebaliknYa, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu di munculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar. Dalam hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak, “Berapa, Bang, ke pasar Rebo?” Kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap, “Berapa saya harus membayar, Bang, bila saya menumpang becak Abang ke pasar Rebo?” Sebelum kita membuat sebuah kalimat efektif maka kita harus terlebih dahulu mengetahui ciri-ciri kalimat efektif (andayani, 2009)

7

C. Ciri-ciri Kalimat Efektif 1. Kesepadanan Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini: 1.1.Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, para, dan sebagainya di depan subjek. Contohnya : a. Para siswa dan mahasiswa berprestasi ini berasal dari keluarga miskin pemegang kartu menuju sejahtera (KMS) 2013.(salah) b. Siswa dan mahasiswa berprestasi ini berasal dari keluarga miskin dan pemegang kartu menuju sejahtera (KMS) 2013.(benar)

1.2.Tidak terdapat subjek yang ganda a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.(salah) b. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.(benar) 2. Kesejajaran Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan 2 kata kerja berimbuhan di-, bagian kata kerja yang lainnya pun harus menggunakan dipula. Contoh : a. Dikatakan memberikan

Edi,

melalui

beasiswa

tersebut

Pemkot

Yogyakarta

kesempatan luas pada masyarakat untuk bersekolah dengan

membiayai yang tidak mampu dan kemudian memotivasi agar berprestasi. (salah) b. Edi

mengatakan,

memberikan

melalui

beasiswa

tersebut

Pemkot

Yogyakarta

kesempatan luas pada masyarakat untuk bersekolah dengan

membiayai yang tidak mampu dan kemudian memotivasi agar berprestasi.(benar) 3. Ketegasan 8

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Contoh : a. Siswa berprestasi hendaknya bisa menjaga prestasinya ke jenjang yang lebih tinggi. 4. Kehematan Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat. Contoh : a. Dia sudah menunggumu sejak dari pagi untuk beasiswa tersebut.(salah) b. Dia sudah menunggu dari pagi untuk beasiswa tersebut.(benar) 5. Kecermatan Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pemilihan kata. Contoh : a. Mahasiswa berprestasi di Kota Yogyakarta memperoleh beasiswa dari Pemkot setempat. (benar) b. Mahasiswa yang berprestasi di Kota Yogyakarta memperoleh beasiswa dari Pemkot setempat. (salah) 6. Kelogisan Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh : a. Sebagai sasaran sosialisasi di kelurahan adalah warga setempat sekaligus siswa kota yang bersekolah di luar kota.(salah) b. Sebagai bentuk sasaran sosialisasi di kelurahan adalah warga setempat sekaligus siswa kota yang bersekolah di luar kota.(benar) Berikut adalah ciri-ciri kalimat efektif menurut pendapat beberapa ahli kebahasaan : 1. Menurut Sabarti Akhadiah kalimat efektif harus memiliki : a. kesepadanan dan kesatuan b. kesejajaran bentuk c. penekanan 9

d. kehematan dalam mempergunakan kata e. kevariasian dalam struktur 2. Gorys Keraf menyatakan ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut : a. kesatuan gagasan b. koherensi yang baik dan kompak c. penekanan d. variasi e. paralelisme f. penalaran atau logika. Pada dasarnya, penalaran (logika) dapat menjadi bagian dari paralelisme makna. 3. Menurut Parera ciri-cirinya adalah : a. kesepadanan dan kesatuan b. keparalelan atau paralisme c. ketegasan d. kehematan e. kevariasian 4. Martaya Menyatakan ciri-ciri kalimat efektif lebih banyak dari pendapat yang lain, yaitu : a. mengandung kesatuan gagasan, b. mewujudkan koherensi yang baik dan kompak, c. memperhatikan paralelisme, d. merupakan komunikasi yang berharkat, e. diwarnai kehematan, f. ejaan yang disempurnakan, g. didukung variasi, h. didasarkan pada pilihan kata yang baik. Dari semua pendapat ahli bahasa tentang kalimat efektif dapat dijelaskan persamaan pendapat tentang kalimat efektif yaitu : a. Kesatuan gagasan Kalimat efektif harus memiliki kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok (satu pengertian lengkap). Kalimat dikatakan memiliki kesatuan gagasan jika memiliki subjek, predikat dan fungsi-fungsi kalimat lainnya saling mendukung dan membentuk kesatuan tunggal. Dengan demikian, kalimat haruslah mengandung unsur subjek dan predikat sebagai unsur inti sebuah kalimat. Kehadiran unsur-unsur lain (objek, pelengkap, ataupun keterangan) hanyalah sebagai tambahan bagi unsur inti. Contoh : Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum. Kalimat ini tidak memiliki kelengkapan fungsi. Dengan demikian kalimat tersebut bukanlah kalimat efektif karena tidak memiliki kesatuan gagasan. Kita bisa melihat bahwa didalam kalimat tersebut tidak memiliki subjek, tapi hanya terdiri dari 10

ktererangan,predikat, dan pelengkap. Misalnya, di dalam keputusan itu (keterangan), merupakan (predikat), kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum (pelengkap). Agar kalimat tersebut bisa menjadi kalimat efektif, maka fungsi subjek harus dihadirkan dengan cara menghilangkan kata di dalam. Dengan demikian kalimat menjadi : Keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum. Andayani, 2009, membahas kesatuan gagasan dalam kalimat efektif sebagai berikut : a. Setiap kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok b. Apabila dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan hilang kesatuan pikiran tersebut c. Kesatuan gagasan bisa terbentuk dari dua gagasan pokok atau lebih. d. Sebuah kesatuan gagasan secara praktis diwakili oleh subjek, predikat, dan bisa juga ditambah objek. e. Kesatuan tersebut dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan. Kalimat efektif harus memperlihatkan kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok. Sebuah kalimat dikatakan memiliki kesatuan gagasan apabila subjek, predikat, dan unsurunsur lainnya saling mendukung dan membentuk kesatuan tunggal. (E. Kosasih, 2002 : 199) Perhatikan contoh berikut ini: Di dalam keputusan ini merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum. Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung oleh kehadiran subjek. Unsur di dalam keputusan ini bukanlah subjek melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam harus dihilangkan. Dengan demikian, kalimat itu menjadi : Keputusan ini merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum. b. Kesejajaran (paralel) Kalimat efektif harus memiliki kesejajaran (keparalelan). Yang dimaksud dengan kesejajaran adalah penggunaan bentukan kata atau frasa berimbuhan yang memiliki kesamaan (kesejajaran) baik dalam fungsi maupun bentuknya. Jika bagian kalimat itu menggunakan verba berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- lagi. Jika bagian kalimat itu menggunakan verba berimbuhan meng-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan meng- lagi. Begitu pula dengan verba berimbuhan yang lainnya juga harus mengikuti kaidah tersebut di atas. Satu bagian kalimat berupa verba aktif, bagian kalimat yang lain juga harus berupa verba aktif. Demikian pula halnya jika satu bagian merupakan verba pasif, bagian lainnya pun harus merupakan verba pasif. 1) Kesejajaran bentuk Jika dilihat dari segi bentuknya, kesejajaran itu dapat menyebabkan keserasian. Jika 11

dilihat dari segi makna atau gagasan yang diungkapkan, kesejajaran itu dapat menyebabkan informasi yang diungkapkan menjadi sistematis sehingga mudah dipahami.Bentuk kalimat yang tidak tersusun secara sejajar dapat mengakibatkan kalimat itu tidak serasi. Contoh : Buku itu telah lama dicari, tetapi Dodi belum menemukannya. Kalimat di atas tidak sejajar karena menggunakan bentuk kata kerja pasif (dicari) yang dikontraskan dengan bentuk aktif (menemukan). Agar sejajar, kedua bagian kalimat tersebut harus menggunakan bentuk pasif semuanya atau bentuk aktif semuanya. Kalimat yang tepat adalah sebagai berikut: Buku itu telah dicari, tetapi belum ditemukan Dodi. Dodi telah lama mencari buku itu, tetapi belum menemukannya. 2) Kesejajaran makna Unsur lain yang harus diperhatikan dalam pemakaian suatu bahasa adalah segi penalaran atau logika. Kesejajaran makna ini berkaitan erat dengan penalaran. Penalaran dalam sebuah kalimat merupakan masalah yang mendasari penataan gagasan. Penalaran sangat berhubungan dengan jalan pikiran. Jalan pikiran penulis turut menentukan baik tidaknya kalimat yang dibuat, mudah tidaknya kalimat tersebut dipahami sesuai pemikiran penulis Ciri-ciri kesejajaran:  Terdapat subjek dan predikat yang jelas Contoh : Bagi semua mahasiswa harus membayar uang kuliah. Kata bagi seharusnya dihilangkan, karena menimbulkan ketidakjelasan subjek. Seharusnya : Semua mahasiswa harus membayar uang kuliah. Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan menghindarkan kata depandi, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut.  Tidak terdapat subjek ganda Contoh: Soal itu saya kurang jelas. Kalimat tersebut mempunyai subyek ganda, yaitu soal itu dan saya. Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan cara menambah bagi diantaranya soal itu dansaya. Seharusnya : Soal itu bagi saya kurang jelas. (Andayani, 2009) Sedangkan E. Kosasih menyatakan bahwa kesejajaran adalah penggunaan bentukan kata atau frase imbuhan yang memiliki kesamaan, baik dalam fungsi maupun bentuknya. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di- , bagian kalimat lainnya pun harus mengunakan di- pula. Contoh : Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak memiliki kesejajaran predikatpredikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni menggunakan imbuhan me- (p), sedangkan yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-. 12

Kalimat itu harus diubah menjadi : Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.  Kehematan Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan ini menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang diperlukan atau yang menambah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan. Penulis kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu kalimat. Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Setiap kata haruslah memiliki fungsi yang jelas. Penggunaan kata-kata yang berlebihan justru akan memperlemah dan mengaburkan maksud kalimat tersebut (E. Kosasih, 2002 :200). Contoh: Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya. Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat diatas tidak perlu. Dalam kata mawar, anyelir, dan melati terkandung makna bunga.Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Setiap kata haruslah memiliki fungsi yang jelas dan tidak boleh menggunakan kata yang berlebihan. Penggunaan kata yang berlebihan justru akan mengaburkan dan memperlemah maksud kalimat itu. Contoh: Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya. Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat diatas tidak perlu,karena dalam kata mawar, anyelir, dan melati terkandung makna bunga. Kalimat yang benar adalah: Mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya. Dalam menghemat pengunaan kata dalam kalimat adalah dengan cara : 1. Hiponimi Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam makna kata terkandung makna dasar kelompok makna kata yang bersangkutan. Kata merah sudah mengandung makna kelompok warna. 2. Pemakaian kata depan ”dari” dan ”daripada”. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan dari dan daripada, selain kedan di. Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah(tempat) dan asal (asal-usul). 3. Penghilangan subjek ganda Kalimat majemuk yang anak kalimat dan induk kalimatnya memiliki subyek sama dapat dihilangkan salah satunya. Contoh : 13

Sebelum surat ini dikirimkan, surat ini harus ditandatangani lebih dahulu. (Tidak Tepat) Sebelum dikirimkan, surat ini harus ditandatangani lebih dahulu. (Tepat) 4. Penekanan Bagian kalimat yang dipentingkan perlu ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Kalimat efektif harus diberi penekanan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memberi penekanan itu adalah sebagai berikut : a) Mengubah posisi dalam kalimat Cara ini dilakukan dengan meletakkan bagian penting di depan kalimat. Contoh : a) Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain. b) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. c) Kita dapat membicarakan lagi soal ini pada kesempatan lain. b) Menggunakan partikel Penekanan pada bagian ini dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah. Contoh : a) Saudaralah yang harus bertangung jawab dalam soal itu b) Kami pun turut dalam kegiatan itu. c) Bisakah dia menyelesaikannya. c) Menggunakan repetisi Yaitu dengan cara menulang-ulang kata yang dianggap penting Contoh : Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan yang lainnya. d) Menggunakan Pertentangan Dengan cara menggunakan kata-kata yang bertentangan atau berlawananmakna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan. Contoh : a) anak itu tidak malas, tetapi rajin b) Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial tetapi total dan menyeluruh.

14

e) Kelogisan Kalimat efektif harus mudah dipahami. Unsur-unsur pembentuknya harus memiliki hubungan yang logis atau dapat diterima oleh akal sehat. Susunan kalimat dianggap logis apabila kalimat itu mengandung makna yang bisa diterima akal dan bermakna sesuai dengan kaidahkaidah nalar secara umum. Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan. Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah menjadi: Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium. Agar kita tidak mendapatkan stempel seperti tersebut di atas, pada kesempatan ini penulis ingin menyoroti berbagai kesalahan berbahasa, khususnya tentang ketidakefektifan kalimat. Hal ini menjadi penting karena kalimat yang tidak efektif akan berpengaruh pada keakuratan informasi yang akan kita sampaikan atau kita cerap. Dengan mengetahui kesalahannya kita mencoba untuk membenahinya sedikit demi sedikit. Perhatikan contoh di bawah ini: (1) Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum. (2) Bagi yang merasa kehilangan harap segera mengambilnya di ruang guru. (3) Dalam pertemuan itu menghasilkan keputusan yang memuaskan semua pihak. (4) Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (5) Dia sedang belajar matematika di kamar kemudian dijawabnya semua soal latihan itu. (6) Ayahnya mengajar Bahasa Indonesia di SMA Negeri 11 Surakarta. (7) Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih. (8) Waktu dan tempat saya persilakan. (9) Untuk mempersingkat waktu, ……. (10) Bunga-bunga mawar, melati, dan kenanga sangat disukainya. (11) Apel, mangga, dan durian adalah buah-buahan yang sangat enak. (12) Silakan Saudara maju ke depan! (13) Bajunya berwarna merah. (14) Jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh, maka kita akan mendapatkan hasil yang maksimal. (15) Meskipun hidupnya menderita, akan tetapi ia tidak pernah mengeluh. Sebelum kita bahas kalimat tersebut di atas satu per satu, terlebih 15

dahulu kita harus memahami bagaimana menggunakan kalimat efektif itu. Ada beberapa hal untuk menentukan apakah suatu kalimat bisa dikatakan sebagai kalimat efektif atau bukan. Setelah kita mengetahui beberapa prinsip pembentukan kalimat efektif, ada baiknya kita mulai memahami mengapa kalimat nomor 1 sampai dengan nomor 15 bukan merupakan kalimat efektif. (1) Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum. (2) Bagi yang merasa kehilangan harap segera mengambilnya di ruang guru. (3) Dalam pertemuan itu menghasilkan keputusan yang memuaskan semua pihak. Kalimat (1) s.d (3) di atas tidak memiliki kelengkapan fungsi kalimat. Jika kita analisis, kalimat (1) di dalam keputusan itu (keterangan), merupakan (predikat), kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum (pelengkap). Dengan demikian kalimat ini bukanlah kalimat yang efektif karena tidak memiliki kesatuan gagasan. Fungsi subjek tidak hadir dalam kalimat (1) ini. Agar menjadi kalimat efektif, fungsi subjek harus dihadirkan dengan cara menghilangkan kata di dalam. Dengan demikian kalimat (1) menjadi (1a) Keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum. Demikian pula untuk kalimat (2) dan (3), fungsi subjek harus dihadirkan dengan cara menghilangkan kata bagi untuk kalimat (2), dan kata dalam untuk kalimat (3), sehingga kalimat tersebut akan menjadi (2a) Yang merasa kehilangan harap segera mengambilnya di ruang guru. (3a) Pertemuan itu menghasilkan keputusan yang memuaskan semua pihak. Dari pembahasan tersebut di atas jelaslah bahwa menggunakan kalimat efektif harus memperhatikan kelengkapan fungsi-fungsi kalimatnya. Paling tidak, fungsi subjek dan predikat dalam sebuah kalimat harus dihadirkan. Fungsi subjek dan predikat merupakan unsur inti sebuah kalimat. Perhatikan kembali kalimat (4), (5), dan (6) di atas. Sepintas kalimat tersebut tidak ada permasalahan. Namun, apabila kita cermati ternyata kalimat-kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antarunsur pembentuknya. Dalam kalimat (4) verba menolong merupakan verba aktif berafiks meng-, sedangkan dipapahnya merupakan verba pasif berafiks di-. Begitu pula dengan kalimat (5), verba belajar merupakan verba aktif berafiks ber- sedangkan verbadijawabnya merupakan verba 16

pasif berafiks di-. Verba pertama dan kedua dalam kalimat di atas tidak sejajar. Agar kalimat (4) dan (5) tersebut efektif, bentuk verbanya harus diubah sehingga menjadi verba yang sejajar. Verba tersebut boleh dijadikan verba aktif maupun pasif. Dengan demikian, kalimat (4) dan (5) akan menjadi (4a) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (4b) Anak itu ditolong (oleh) kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (5a) Dia sedang belajar matematika di kamar kemudian menjawab semua soal latihan itu. (5b) Matematika sedang dipelajarinya di kamar kemudian dijawabnya semua soal itu. Sekarang kita perhatikan kalimat (6), (7), (8), dan (9). Kalimat-kalimat tersebut sepintas tidak bermasalah. Namun, apabila kita perhatikan ternyata kalimat-kalimat ini tidak bisa diterima oleh akal sehat (tidak masuk akal). Pada kalimat (6), Bahasa Indonesiabukanlah benda hidup yang bisa diajar. Kalimat (7) juga tidak jauh berbeda. Dalam menulis surat kita berhadapan dengan orang yang akan membaca surat tersebut. Artinya kita berhadapan dengan orang kedua. Namun, kalimat (7) ternyata menggunakan kata ganti orang ketiga nya (dia) yang notabene tidak hadir dalam komunikasi tersebut. Alangkah konyolnya jika kita berbicara dengan orang kedua tetapi menggunakan bentuk orang ketiga. Demikian pula untuk kalimat (8). Siapa yang dipersilakan? Orang atau waktu dan tempat? Tentu saja yang dimaksudkan adalah orangnya bukan waktu dan tempatnya. Dari sudut pandang ini saja kalimat (8) tidak bisa dikatakan sebagai kalimat yang masuk akal. Hal itu juga terjadi pada kalimat (9). Siapa yang bisa mempersingkat waktu? Kita semua diberi waktu yang sama dalam sehari, yaitu 24 jam. Kalimat ini perlu diubah agar maknanya menjadi jelas. Dengan demikian kalimat (6), (7), (8), dan (9) seharusnya diubah menjadi 6a)Ayahnya mengajarkan Bahasa Indonesia di SMA Negeri 11 Surakarta. (7a) Atas perhatian Anda/ Saudara/ Bapak/ Ibu, saya ucapkan terima kasih. Perlu diperhatikan untuk kalimat (7a), pemakaian kata ucapkan digunakan ketika kita sedang berkomunikasi secara lisan. Tetapi, jika dalam bahasa tulis kita gunakan kata sampaikan. Mengapa demikian, karena bahasa tulis tidak bisa berucap. Yang bisa berucap adalah ketika kita berbahasa lisan. (8a) Yang terhormat … saya/ kami persilakan. (9a) Agar pembicaraan kita tidak terlalu lama …. Sekarang kita perhatikan kalimat (10) s.d. (14). Penggunaan bentuk ulang pada kalimat (10) bunga-bunga dan (11) buah-buahan tidak 17

efektif karena pemeriannya sudah menyatakan majemuk sehingga seharusnya kita tidak menggunakan bentuk ulang. Kalimat (12) juga tidak efektif. Penggunaan frasa maju ke depan dalam kalimat ini seharusnya tidak berlebihan seperti itu. Bukankah maju selalu ke depan? Contoh lain yang seperti ini misalnya:mundur ke belakang, naik ke atas, turun ke bawah. Kalimat (13) juga mengandung kata yang tidak hemat pengunaannya. Merah sudah menyatakan suatu warna sehingga pemakaian kata warna seharusnya dihindari jika kita ingin menyebutkan suatu warna. Ketidakefektifan kalimat (14) dan (15) tampak pada pengunaan konjungsi yang berlebihan. Penggunaan konjungsi jika … maka, atau meskipun … akan tetapi tidak hemat. Seharusnya jika kita sudah menggunakan konjungsi jika untuk digunakan dalam suatu klausa, kita tidak perlu menambah dengan kata maka untuk dirangkaikan dengan klausa berikutnya. Demikian pula dengan konjungsi meskipun … akan tetapi …. Dengan demikian kalimat (10) s.d. (15) seharusnya diubah menjadi (10a) Bunga mawar, melati, dan kenanga sangat disukainya. (11a) Apel, mangga, dan durian adalah buah yang sangat enak. (12a)Silakan Saudara maju! (13a) Bajunya merah. (14a) Jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh, kita akan mendapatkan hasil yang maksimal. (14b) Kita akan mendapatkan hasil yang maksimal jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh. (15a) Meskipun hidupnya menderita, ia tidak pernah mengeluh. (15b) Ia tidak pernah mengeluh meskipun hidupnya menderita. Perhatikan kalimat (14a) dan (14b), (15a) dan (15b) di atas. Jika anak kalimat mendahului induk kalimat, diberi tanda koma (,) di antaranya. Tetapi, jika induk kalimat berada di depan, tidak perlu diberi tanda koma (,). Masih banyak contoh lain yang seperti ini. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan konjungsi-konjungsi semacam ini. Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif : 1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat : - Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya. (Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.) - Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan. (Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan. - Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan 18

2.

3.

4.

5.

6.

hidup. (Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.) Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat : - Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. (Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.) - Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal. (Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.) Penggunaan imbuhan yang kacau : - Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan. (Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan) - Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya. (Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya. Kalimat tak selesai : - Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi. (Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.) - Rumah yang besar yang terbakar itu. (Rumah yang besar itu terbakar.) Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku : - Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk. (Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.) Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan. - Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang. (Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.) - Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional. (Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.) Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ : - Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik. 19

(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.) - Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih. (Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.) 7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat : - Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin. (Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.) - Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya. (Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.) - Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh. (Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.) 8. Pilihan kata yang tidak tepat : - Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat. (Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.) - Bukunya ada di saya. (Bukunya ada pada saya.) 9. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti : - Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal. Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan? Akan benar jika menjadi kalimat seperti : (Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.) - Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri. Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya? (Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri.) 10. Pengulangan kata yang tidak perlu : - Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun. 20

(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.) - Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan. (Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.) 11. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah : - Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya. (Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.) - Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya? (Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?) (andayani, 2009)

D. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurangkurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir. 1. Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini: a. Ayahku sedang melukis. b. Meja direktur besar. c. Yang berbaju batik dosen saya. d. Berjalan kaki menyehatkan badan. e. Membangun jalan layang sangat mahal.

21

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e). Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya. a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk. b. Di sini melayani obat generic. c. Memandikan adik di pagi hari. Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2. Predikat (P) Adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang

22

dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut: 1. Kuda meringkik. 2. Ibu sedang tidur siang. 3. Putrinya cantik jelita. 4. Kota Jakarta dalam keadaan aman. 5. Kucingku belang tiga. 6. Robby mahasiswa baru. 7. Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan. Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya. a.

Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b.

Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.

c.

Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa. 23

3. Objek (O) Adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperti pada contoh di bawah ini: 1. Nurul menimang … 2. Arsitek merancang … 3. Juru masak menggoreng … Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi. 1. Nenek mandi. 2. Komputerku rusak. 3. Tamunya pulang. Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan. a.

1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)

2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis. b.

1) Orang itu menipu adik saya (O)

2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap (pel) Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini: a.

Ketua MPR membacakan Pancasila. S

P

O 24

b.

Banyak orpospol berlandaskan Pancasila. S

P

Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut: Pancasila dibacakan oleh ketua MPR. S

P

O

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal. Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol. Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional. Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi SP-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat. a.

Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

b.

Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

c.

Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

d.

Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

e.

Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket) Adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa. Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA No. Jenis keterangan

Posisi/penghubung 25

Contoh pemakaian

1.

Tempat

2.

Waktu

3. 4.

Alat Tujuan

5.

Cara

6. 7.

Kesalingan Similatif

8.

Penyebab

9.

Penyerta

Di Ke Dari Pada Pada Dalam SeSebelum Sesudah Selama Sepanjang Dengan Supaya/agar Untuk Bagi Demi Secara Dengan cara Dengan jalan Seperti Bagaikan Laksana Karena Sebab Dengan Bersama Beserta

Di kamar, di kota Ke Surabaya, ke rumahnya Dari Manado, dari sawah Pada permukaan Sekarang, kemarin Pada pukul 5 hari ini Dalam 2 hari ini Sepulang kantor Sebelum mandi Sesudah makan Selama bekerja Sepanjang perjalanan Dengan pisau, dengan mobil Supaya/agar kamu faham Untuk kemerdekaan Bagi masa depan Demi orang tuamu Secara hati-hati Dengan cara damai Dengan jalan berunding Satu sama lain Seperti angin Bagaikan seorang dewi Laksana bintang di langit Karena perempuan itu Sebab kegagalannya Dengan adiknya Bersama orang tuanya Beserta saudaranya

26

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan informasi secara tepat, cepat, dan mudah dipahami dan mempunyai hubungan kalimat, penekanan dan pengucapannya. Di dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu diperhatikan struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat yang disusun menjadi kalimat utuh yang efektif. Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket) dan mengenai syarat-syarat kalimat efektif meliputi: koherensi, kesatuan, kehematan, paralelisme atau kesejajaran, penekanan, kevariasian dan logis/nalar.

27

Kalimat tanya adalah kalimat yang di maksud untuk mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan atau pertanyaan. Kalimat bernalar ialah satuan kalimat informasi yang berjalan selaras antara yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua. Kalimat suruh (perintah) merupakan pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat kejadian, tafsiran bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah atau melarang. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat berklausa satu. Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurangkurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat luas setara. Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor. Kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya.

B.

SARAN 1. Bagi para pendidik

Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama tentang bahasa indonesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik. 2. Bagi calon pendidik Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pendidik. 3. Bagi lembaga sekolah Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.

28

Related Documents


More Documents from "joko"

Spt Gambar.docx
November 2019 24
Kwu.docx
November 2019 13