MAKALAH KAIDAH KEBAHASAAN DALAM KARYA ILMIAH Dosen Pengampu Dr. Ari Ambarwati, SS, M.pd
Di Susun oleh: Kelompok 1 1. Moch. Zubandil Asrori
(21501031061)
2. Rama Idrias Permana
(21801031045)
3. Erwin
(21801031055)
4. Endah Nur Cayani
(21801031065)
PRODI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2019
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas berkat Rahmat dan Hidayahnyalah yang senang tiasa dilimpahkan kepada kita,sehingga dalam penyusunan makalah ini kami diberikan kemudahan untuk mengumpulkan Reprensi dalam menyusun makalah mengenai, “Kaidah Kebahasaan Dalam Karya Ilmiah’’ Kami juga sadari bahwa didalam isi makalah yang kami buat ini sesungguhnya masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan yang seharusnya itu menjadi suatu hal yang sangat Subtansi dalam makalah ini, oleh karena itu kami sebagai penyusun makalah ini sangat mengharapkan masukan – masukan agar sekiranya makalah ini dapat sempurna sesuai apa yang kita harapkan dan juga dapat bermamfaat untuk kita semua. Kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih ketika makalah ini begitu banyak memberikan dampak positif bagi rekan – rekan mahasiswa lainnya, Semoga Allah SWT senang tiasa melimpahkan rahmat-nya kepada kita semua . Aamiin. Wassalamu Alaikum Wr.Wb. Malang, 24 Maret 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A.
Latar Belakang .................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C.
Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3 2.1 Pengertian Ejaan.................................................................................... 3 2.2 Penulisan Dan Pemakaian Huruf Dalam Ejaan Yang Disempurnakan . 4 2.3 Penulisan Tanda Baca ........................................................................... 9 2.4 Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah Dengan Benar ........................... 17 2.4.1 Ciri-Ciri Bahasa Indonesia Karya Ilmiah ..................................... 17 2.4.2 Penulisan Kata .............................................................................. 18 BAB III PENUTUP .................................................................................... 22 3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 22 3.2 Saran ..................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa indonesia merupakan bahasa resmi negara Indonesia. Oleh sebab itu setiap karya atau penulisan ilmiah wajib menggunakan bahasa Indonseia yang baik dan benar. Karya ilmiah menuntut kecermatan dalam penalaran bahasa karena karya tulis semacam itu harus memenuhi ragam bahasa standar yang formal bukan bahasa pergaulan. Ragam bahasa untuk karya ilmiah hendaknya mengikuti ragam bahasa yang mencerminkan bahwa penulis adalah seseorang yang terpelajar di dalam bidang tertentu. Ciri-ciri dari ragam bahasa ilmiah adalah formal, jelas, tepat, dan lugas. Keformalahan diantaranya diwujudkan dengan penggunaan gaya bahasa resmi, bentuk kalimat pasif, dan istilah-istilah bidang tertentu. Kejelasan diwujudkan dengan penggunaan kalimat yang efektif, efisien, tidak ambigu, serta susunan paragraph yang padu dan runtut. Ketepatan diwujudkan dengan pemilihan kosa kata (baik umum maupun khusus) sesuai dengan gagasan yang akan disampaikan. Kelugasan diwujudkan dalam bentuk penggunaan kata-kata yang tidak bernuansa emotif (misalnya harus, wajib, salah besar), dan pemilihan kalimat yang tidak berbelit-belit (berbasa-basi atau tidak langsung pada gagasan yang dimaksudkan). B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan ejaan? 2. Bagaimana cara penulisan dan pemakaian huruf dalam ejaan yang disempurnakan? 3. Bagaimana pemakaian tanda baca yang benar? 4. Bagaimana teknik pemilihan kata yang benar untuk penulisan karya tulis ilmiah?
C. Tujuan 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia semester II. 2. Untuk mengetahui kaidah kebahasaan dalam penulisan karya tulis ilmiah dengan benar.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Ejaan Ejaan Adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam suatu bahas.Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi.Jika para pengemudi mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak semrawut.Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan. Ejaan
yang
berlaku
sekarang
dinamakan
Ejaan
Yang
Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selam dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh
pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen tidak berlaku lagi pada tahun 1947. 2.2 Penulisan Dan Pemakaian Huruf Dalam Ejaan Yang Disempurnakan 1)
Macam-macam Huruf
a)
Huruf Abjad Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas hururf-huruf berikut ini: Huruf
Huruf
Nama
Nama Kapital
Kecil A B C D E F G H I J K L M
b)
Kapital a b c d e f g h i j k l m
a be ce de e ef ge ha i je ka el em
N O P Q R S T U V W X Y Z
Kecil n o p q r s t u v w x y z
en o pe ki er es te u ve we eks ye zet
Huruf Vokal Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
c)
Huruf Konsonan Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, o, r, s, t, v, w, r, y, dan z.
d)
Huruf Diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
e)
Gabungan Huruf Konsonan Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
2)
Huruf Kapital a) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Dia mengantuk. b)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
c)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Allah, Yang Mahakuasa, dll.
d ) 1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, dll. 2. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan. e) 1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertetu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Budiono. 2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Misalnya: Sidang itu dipimpin Presiden. 3. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Divisi itu dipimpin oleh seorang mayor jendral.
f) 1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah 2. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: 5 ampere. 3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya J/K atau JK-1 = Joule per Kelvin g) 1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Indonesia. 2. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: pengindonesiaan kata asing. h)
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Hijriah. 2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: Perang Dunia I 3. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipkai sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
i) 1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia Tenggara 2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya: Bukit Barisan 3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Misalnya: pempek Palembang. 4. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar ke teluk.
5. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: pisang ambon. j) 1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya: Republik Indonesia. 2. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya: Menjadi sebuah republik k)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa.
l)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya: Dr. doctor. n) 1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: “Adik bertanya, “Itu apa, Bu?” 2. Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. o) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya: Sudahkah Anda tahu?
p)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. Contoh pada IB, IC, IE, dan I F15.
3)
Huruf Miring Kekeliruan penulisan huruf miring umumnya terjadi hanya pada penggunaan variasi tulisan dalam pengetikan menggunakan komputer. Penggunaan huruf miring sebagian besar dipakai dalam tulisan-tulisan berupa laporan ilmiah. Dalam penulisan laporan biasanya digunakan penekanan-penekanan tertentu terhadap suatu huruf, kata, kalimat, atau paragraf sehingga dibutuhkan teknik khusus untuk menunjukkan penekanan tersebut. Salah satu cara untuk menunjukkan penekanan ini, penulisan dilakukan dengan menggunakan huruf miring. Dalam penulisan buku maupun laporan ilmiah, penulis seringkali melibatkan berbagai sumber tertulis/tercetak seperti buku, koran, majalah, novel, cerpen, laman, dan sebagainya. Penulisan terhadap identitas sumber tersebut tentulah membutuhkan teknik tertentu pula. Dalam hal ini, penulis dapat menggunakan penulisan huruf miring. Berikut kaidah penulisan dan penggunaan huruf miring.
a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa. b) Huruf
miring
dalam
cetakan
dipakai
untuk
menegaskan
atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a. c) 1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama. 2. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahas Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya: Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus. Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi. 4)
Huruf Tebal
a) Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya: Judul
: KAIDAH BAHASA INDONESIA
Bab
: BAB I PENDAHULUAN
Baguan Bab
: A. Latar Belakang
b) Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring. Misalnya: Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris. Seharusnya ditulis dengan huruf miring. Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris. c) Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi. Misalnya : Kalah v 1 tidak menang …; 2 kehilangan atau merugi …; 3 tidak lulus …; 4 tidak menyamai mengalah v mengaku kalah Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf. 2.3 Penulisan Tanda Baca Tanda baca sangat esensial dalam bahasa tulis, karena tanpa tanda baca makna kata atau frasa atau kalimat menjadi kabur bahkan kacau. Tanda baca yang lazim digunakan dewasa ini didasarkan atas intonasi, dan sebagian didasarkan atas relasi
gramatikal, frasa, dan inter-relasi antar bagian kalimat.
Tanda-tanda baca yang
umumnya dipakai dalam bahasa Indonesia adalah: 1)
Tanda Titik a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat. Misalnya: Kita liburan ke Bali. b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, iktisar, atau daftar. Misalnya: a.1.1 Pembangunan c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: Pukul 1.35.20 d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.3.5.20 jam e) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Mullik, M. L. 2011. Bahasa Indonesia Dalam Karya Tulis Ilmiah. Undana Press f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya:mJumlah buruh yang berdemontrasi adalah 30.800 orang. g) Tanda titik tidak dipakai pada
akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, table, dan sebagainya. Misalnya: Fluktuasi pertambahan berat badan ternak sapi dapat di lihat pada Tabel 3 dalam Bab II, dan Grafik 10 dalam Bab V buku ini. h) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengiriman dan tanggal surat atau (2) nama alamat penerima surat. Misalnya:
Yth. Sdr. Nimrot Kase (tanpa titik) Jalan Soeharto 72 (tanpa titik) Kupang (tanpa titik)
1 Maret 2011 (tanpa titik) 2)
Tanda Koma (,) a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Urutan dari angka bulat terkecil adalah
1, 2, 3, 4, 5, dan
seterusnya. b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya: Ia tidak berangkat ke Surabaya, melainkan ke Jakarta. c) 1. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahuli induk kalimat. Misalnya: Kalau lapar, saya Saya akan makan. 2. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimat. Misalnya: Saya akan makan kalau saya lapar. d) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun, begitu, dan tetapi. Misalnya: Oleh karena itu, saya memutuskan untuk tidak datang. e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat dalam kalimat. Misalnya: O, saya kira Anda bukan orang rote. f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Katanya, “Saya lapar sekali’ g) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, dan (d) nama tempat dan wilayah atau negara yang ditulis berurutan.
Misalnya: Nama dan alamat tempat kerja saya adalah Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Jalan Adisucipto 10, Penfui, Kupang, NTT 85001, Indonesia. h) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Mullik, Marthen. 2011. Bahasa Indonesia Dalan Karya Tulis Ilmiah. Undana Press. i) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: A.K. Malik, Kalimat Efektif (Kupang, Undana Press, 2011), hlm 19. j) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: M. L. Mullik, Ph.D. k) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya; 6,9 km l) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Semua mahasiswa, baik jurusan produksi maupun nutrisi, wajib hadir. m) Tanda koma dipakai -untuk menghindari salah baca- di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Atas kesediaannya, diucapi terima kasih. n) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: “Dari mana Anda memperoleh buku itu?” tanya kakak sambil melotot.
3)
Tanda Titik Koma (;) a) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya; Rasa kantuk semakin berat; pekerjaan pun belum rampung juga. b) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan yang memisahkan yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah membaca Koran di verandah, Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional;
saya sendiri asyik
menonton acara “Kick Andy”. 4)
Tanda Titik Dua (:) a) 1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau perintah. Misalnya: Para pegawai kantor ini membutuhkan peralatan kantor: meja, kursi, dan komputer, dan printer. 2. Tanda titik dua
tidak dipakai
jika rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Para pegawai kantor ini membutuhkan
meja, kursi,
komputer, dan printer. b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perintah. Misalnya: Ketua : Kase Metan c) Tanda titik dua dipakai (a) di antara jilid atau nomor dan halam, (b) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (c) di antara dua judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 13:20-28 5)
Tanda Hubung (-) a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka 2 pada kata ulang tidak bisa pakai dalam teks karangan resmi. Misalnya: bapak-bapak (tidak ditulis bapak 2) d) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal. Misalnya: k-e-l-u-r-a-h-a-n e) Tanda hubung dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (b) penghilangan bagian-bagian kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf besar, (b) ke- dengan angka, c) angka dengan – an, (d) singkatan berhuruf besar dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap. Misalnya: tahun 2000-an g) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-upgrade. 6)
Tanda Pisah (-) a) Tanda pisah membatasi penyisipan kata yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: Dengan bekerja bersama -berdasarkan pengalaman saya. b) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Temuan Esintain -gaya gravitasi- telah meletakan landasan yang kuat dalam pengembangan bidang penerbangan. c) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai’ atau ‘sampai dengan’. Misalnya: 1998-2011
7)
Tanda Elipsis (…) a) Tanda elpisis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya: Kalau begitu …, ya, tidak perlu dirisaukan lagi. b) Tanda elpisis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Dan, perjuangan pergerakan kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu … bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
8)
Tanda Tanya (?) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya, dan untuk menandai bagian kalimat atau pernyataan yang disangsikan kebenarannya. Misalnya: Apakah Anda dalam keadaan sehat?
9)
Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah malangnya nasib pemuda itu!
10) Tanda Kurung ((…)) a) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Dokumen usulan ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran (daftar nama anggota, ijasah, surat keterangan berkelakuan baik, dan hasil wawancara) seperti yang disyaratkan. b) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Setiap tahun, ratusan peselancar dari berbagai negara mengadu keahlian dalam Kompetisi Selancar Rote Ndao di Nemberala (pantai yang memiliki gulungan ombak terbaik nomor 2 di dunia) c) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: Bajak laut itu berasal dari (pulau) Alor
d) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan. Misalnya: Produktivitas menyangkut aspek (a) masukan, (b) proses, dan (c) luaran 11) Tanda Kurung Siku ([…]) a) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Melindungi satwa li[a]r tidaklah mudah. b) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung (…). Misalnya: Rumput kume adalah rumput unggul lokal (asli NTT [bernama latin Sorghum plumosum] khususnya terdapat di Timor, Rote, Sabu, Sumba) yang memiliki nilai gizi tinggi. 12) Tanda petik (“…”) a) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya. Misalnya: “Saya mandi dulu, ya” kata Andri. b) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Puisi “Aku” digubah oleh W.S.Rendra c) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Model potongan rambut acak dikenal dengan nama “punk”. 13) Tanda petik tunggal (‘…’) a) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya: Kata ayah, “tidakkah kamu dengar bunyi ‘tok…tok… tok’ di pintu?”
b) Tanda petik tunggal mengapit makna terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. Misalnya: Sustainable ‘berkelanjutan’ 14) Tanda garis miring ( / ) a) Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun
yang terbagi dalam
dua tahun tawim.
Misalnya: No. 124/Fpt/III/2011 b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap. Misalnya: Bapak/Ibu/Saudara 15) Tanda Penyingklat atau Apostrof (‘) Tanda penyingklat atau apsotrof menunjuk penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya: Engkau ’kan berhasil asalkan tidak menyerah (‘kan = akan) 2.4 Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah Dengan Benar 2.4.1 Ciri-Ciri Bahasa Indonesia Karya Ilmiah 1. Memakai prefiks me- dan berBaku
:
kuliah sudah berjalan dengan lancer Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu
Nonbaku
:
kuliah sudah jalan dengan lancer Banjir serang kampung yang banyak penduduknya itu2.
2. Memakai pola frasa verbal aspek + agen + verba Baku
:
Surat anda sudah saya baca Kiriman itu telah kami terima
Nonbaku
:
Surat anda saya sudah baca Kiriman itu kami telah terima3.
3. Memakai konjungsi bahwa dan karena Baku
:
Ia tahu bahwa anaknya lulus Ani tidak masuk karena sakit
Nonbaku
:
Ia tahu anaknya lulus. Ani tidak masuk, sakit
4. Memakai konstruksi sintetis berikut. Baku
:
Ia memberitahuan bahwa adiknya sakit.
Nonbaku
:
Iakasih tahu adiknya sakit.
5. Memakai unsur leksikal yang menandai bahasa Indonsia baku. Baku
:
mengapa, bagaimana, tidak, dimengerti
Nonbaku
:
ngapain, gimana, nggak, dingertiin.
6. Memakai ejaan resmi yang berlaku (EYD). Baku
:
nomor, mesti, teladan, tradisional
Nonbaku
:
nomer, musti, tauladan, tradisionil.
7. Memakai peristilahan resmi. Baku
:
Nonbaku :
perangkat, masukan, keluaran set, input, output
3.4.2 Penulisan Kata a. Kata Dasar Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu akan pulang besok pagi b. Kata Turunan/Jadian 1. Imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan katadasarnya. Contoh: bersambung, menyanyi, kawanan2) Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mendahuluiatau mengkutinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Contoh: bersuka ria, membabi buta, gabungan kata. 3. Kalau bentuk dasar berupa kata gabung dan sekaligus mendapat awalan danakhiran, maka kata itu ditulis serangkai. Contoh:menggarisbawahi,mengedepankan,meluluhlantakkan,mempertanggun gjawabkan
4. Kalau salah satu unsur kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungankata itu ditulis serangkai. Contoh:
antarkota,
antikomunis,
internasional,
kontrarevolusi,
mahasiswa,multilateral, prasangka c. Kata Ulang Bentuk kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contoh: sehat-sehat, terus-menerus, membesar-besarkan, berlari-lari, sebaikbaiknya d.Gabungan Kata 1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,bagian-bagiannya ditulis terpisah. Contoh: sapu tangan, meja tulis, persegi panjang, rumah sakit umum 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salahbaca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsuryang bersangkutan. Contoh: alat pandang-dengan, buku fisika-baru, bapak-ibu 3. Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata ditulis serangkai. Contoh: apabila, barangkali, bilamana, tatabahasa, matahari, peribahasa e. Kata Ganti Kata ganti ku, kau, mu,dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluiatau yang mengikutinya. Contoh:
Apa yang ku bawa boleh kau pinjam. Teman ku, teman mu, dan teman nya berkumpul di sini.
f. Kata Depan Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali didalam kata yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan, seperti kepala dan dari pada. Contoh: Kakaknya pergi ke luar kota.Buku itu di atas almari.Dia berasal dari Blitar.
g. Kata Sandang Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: Si pemilik kebun cengkeh itu sedang sakit.Sang Kancil banyak akalnya. h. Partikel 1. Partikel lah, kah, dan tah serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh :
Apakah yang terdapat dalam tas itu? Bacalah cerpen itu dengan cermat! Siapatah gerangan orang itu?
2.Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya: kecuali padakelompok
kata
yang
sudah
dianggap
padu
(seperti
adapun,
bagaimanapun,maupun, biarpun, kalaupun, kendatipun, meskipun, sekalipun, walaupun, dansungguhpun). Contoh:
Jangankan dibentak, dipukul pun ia tak akan jera. Sepucuk surat pun tidak pernah sampai ke alamat ini.
3. Partikel per yang berarti mula, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagianbagian kalimat yang mendampinginya. Contoh:
Harga telur ini Rp200,00 per butir. Satu per satu mereka tinggalkan pertemuan itu.
i. Angka dan Lambang Bilangan 1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalamtulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diaturlebih lanjut dalam pasal-pasal berikut ini. Angka Arab
:
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Angka Romawi
:
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX. L (50), C (100), D (500), M(1.000)3)
2. Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, dan isi, satuan waktu, dan nilai uang. Contoh :
10 kilogram beras 5 liter air
3 meter kain 1 jam 15 menit pukul 12.30 tahun 1962 Rp10.000,004 3. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. Contoh :
11 (sebelas) 112 (seratus dua belas) 2/3 (dua pertiga) 1/10 (sepersepuluh)
5. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Contoh :
bab III atau bab ke-3 atau bab ketiga Abad XX atau abad ke-20 atau abad kedua puluh
6. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an dilakukan dengan cara berikut. Contoh:
tahun 60-an atau tahun enam puluhan
7. Di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks. Contoh:
Telah terima uang sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah)
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam pengejaan atau pengucapan kata-kata bahasa Indonesia, masih sering ditemukan kata-kata yang dieja atau diucapkan tidak tepat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, salah satunya adalah pengaruh bahasa daerah yang masih kental. Penulisan kata juga sangat penting dalam bahasa Indonesia, karena dalam berbahasa kita menggunakan mengalami
perubahan
kata. Dalam berbahasa seringkali kata dasar
karena mendapat
imbuhan, pengulangan, dan
penggabungan. Suatu hal yang sering diabaikan dalam penulisan adalah pemakaian huruf dan tanda baca. Banyak sekali penulis yang kurang mengindahkan hal ini. Padahal, huruf dan tanda baca sangat berperan dalam penulisan. Adanya huruf dan tanda baca, akan membantu pembaca memahami sebuah tulisan dengan tepat. Sebaliknya jika tidak ada, akan menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan, bahkan mungkin dapat mengubah pengertian suatu kalimat. Dengan demikian, pemahaman dan penguasaan ejaan dan tanda baca baku dalam bahasa Indonesia merupakan hal yang wajib dan mutlak bagi seluruh masyarakat yang menggunkan bahasa tulis sebagai media komunikasi. 3.2 Saran Dari pembahasan yang telah diuraikan, kami berharap agar mahasiswa dapat mengimplementasikan Ejaan yang Disempurnakan dalam berbicara sehari-hari baik dalam suasana resmi maupun tidak, maupun di dalam suatu penulisan karya ilmiah. Sehingga jika hal tersebut diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari, maka masyarakat akan terbiasa mengucapkan kata-kata baku. Dengan demikian, bahasa Indonesia tetap menjadi identitas bangsa yang dilestarikan oleh masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA Busri, Hasan.2016. Panduan Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,Artikel,Dan Makalah) Edisi Ketujuh. FKIP Universitas Islam Malang. Malang Permendiknas Nomor 46 Tahun 2009. Pedoman Umum EYD, Tangerang : Scientific Press Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Jakarta Resmini Novi. Kaidah Tata Tulis, Universitas Pendidikan Bahasa Indonesia