MAKALAH BAHASA INDONESIA
“PENGGUNAAN DAN TATA TULIS EJAAN (PELAFALAN, PENULISAN HURUF DAN KATA)”
Disusun Oleh: KELOMPOK VI Aulia Putri
(L011181338)
Erwan Saputra
(L011181339)
Adinda Rezky Nurcahyani (L011181341) Sri Mulyani Anugerah
(L011181346)
Dwi Andika
(L011181347)
PRODI ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah umum bahasa Indonesia dengan tepat waktu. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Makassar, 10 Februari 2019
Kelompok VI
DAFTAR ISI
Kata pengantar Daftar Isi....................................................................................................i Bab 1 Pendahuluan Latar belakang…………………………………………………….……….ii Rumusan masalah…………………………………………………….……ii Maksud dan tujuan……………………………………………..…………..ii Bab II Pembahasan Pengertian Ejaan…………………………………………………………….1 Fungsi Ejaan…………………………………………………………………1 Sejarah Perkembangan Ejaan………………………………………………..2 Ruang Lingkup Ejaan………………………………………………………..6 Bab III Penutup Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dalam kehidupan bahasa memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia untuk saling berkomunikasi baik secara langsung maupun dengan tulisan. Namun, kenyataannya bahwa bangsa Indonesia sendiri masih belum bisa menggunakan penggunaan dan tata tulis ejaan yang baik dan benar. Maka dari itu dalam penggunaan dan tata tulis ejaan ada aturan baku yang mengatur etika berbhasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan dipahami secara komprehensif dan terarah. Dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
I.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian dari ejaan? 2. Bagaimana fungsi dari ejaan? 3. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan? 4. Apa saja ruang lingkup ejaan?
I.3 Maksud dan Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian ejaan. 2. Untuk mengetahui fungsi dari ejaan. 3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ejaan. 4. Untuk mengetahui ruang lingkup ejaan.
ii
BAB II PEMBAHASAN II.1 Pengertian Ejaan 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. 2. Menurut Keraf ejaan menurut Keraf adalah seluruh aturan tentang bunyi, ujaran, dan hubungan
antara
lambang-lambang
tersebut
(pemisahan
atau
penggabungannya) dalam suatu bahasa. 3. Menurut Arifin ejaan
menurut
Arifin
adalah
aturan-aturan
tentang
bagaimana
melambangkan bunyi uraian dan bagaimana hubungan antara lambanglambang yang dimaksud. 4. Menurut Alex dan Achmad (2010 Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca. 5. Menurut Wijayanti (2013) Ejaan adalah kaidah cara menggambarkan/melambangkan bunyi-bunyi ujaran (kata, kalimat, dan sebagainya) dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).
II.2 Fungsi Ejaan Ejaan memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik itu yang berkaitan dengan pembakuan tata bahasa ataupun kosakata dan peristilahan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa. 2. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan 3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. 1
Selain tiga fungsi di atas, sebenarnya ejaan juga memiliki fungsi lain. Secara praktis, ejaan memiliki fungsi untuk mempermudah pembaca dalam mencerna informasi yang disampaikan dalam bentuk tulisan.
II.3 Sejarah Perkembangan Ejaan Di dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia, terjadi beberapa kali perubahan ejaan. Ejaan di Indonesia diawali dengan Ejaan Van Ophuijsen (1901). Pada 19 Maret 1947, Ejaan Van Ophuijsen digantikan dengan Ejaan Soewandi/Republik. Pada akhir 1959, dirumuskan Ejaan Melayu-Indonesia (Melindo). Namun, ejaan itu tidak sempat diresmikan oleh pemerintah karena keadaan politik di Indonesia yang sedang kacau. Kemudian, pada 16 Agustus 1972, berlakulah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) berdasarkan Keputusan Presiden No. 57.Tahun 1972. Sesuai dengan namanya, EYD beberapa kali mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1987, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia
mengeluarkan Keputusan Menteri No. 054a/U/1987 tentang Penyempurnaan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Selain itu, Menteri Pendidikan Nasional juga mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Selanjutnya, pada 26 November 2015 lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan, menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Berdasarkan ketetapan tersebut, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia merilis Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai pengganti EYD. Dengan disahkannya ketetapan itu, nama ejaan yang berlaku di Indonesia bukan lagi EYD, melainkan PUEBI. Perubahan nama EYD menjadi PUEBI ini, menurut Kepala Bidang Pemasyarakat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia, Drs. Mustakim, M.Hum., dilakukan karena banyaknya kritik yang muncul dari masyarakat mengenai nama EYD.
Adapun sejarah singkat mengenai perkembangan sejarah Ejaan yaitu, 1. Ejaan Van Ophuijsen Awalnya, bahasa Indonesia ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Namun karena adanya kontak budaya dengan dunia Barat akibat terjadinya penjajahan, maka digunakanlah huruf Latin. Pada tahun 1900, seorang ahli bahasa dari Belanda bernama Van Ophuijsen diperintah untuk membuat suatu ejaan yang bisa dipakai dalam bahasa Melayu. Karena dibantu oleh dua orang pakar bahasa dari Melayu, ia akhirnya berhasil menggabungkan ejaan Latin dan ejaan Belanda, yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini diresmikan pada tahun 1901 dan digunakan selama kurang lebih 46 tahun. Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain : a. Huruf y ditulis dengan j. b. Huruf u ditlus dengan oe c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas. d. Huruf j di tulis dengan dj. e. Huruf c ditulis dengan tj. f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch. 2. Ejaan Republik Pada masa penjajahan Jepang, pemerintah Indonesia mulai memikirkan masalah ejaan yang dianggap tak mengikuti perkembangan ejaan internasional. Karena itulah, pemerintah melalui Mendikbud melakukan pengubahan ejaan agar sesuai dengan perkembangan zaman. Muncul sebuah ejaan baru yang resmi menggantikan ejaan Van Ophuijsen. Ejaan tersebut dikenal sebagai Ejaan Republik dan diresmikan pada tahun 1947. Beberapa perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan ejaan Ophusyen dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini: a. Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam Ejaan Republik. b. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k dalam Ejaan Republik.
c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik. d. Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan. e. Tanda trema (") dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan Republik. 3. Ejaan Pembaharuan Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia. Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu dikenal sebuah nama yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai kepanitiaan ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo. Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan. Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh dibawah ini. a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts c. Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ d. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń e. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim disebut diftong ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy. 4. Ejaan Melindo Pada akhir tahun 1950-an, sejumlah penulis merasakan adanya kelemahan pada Ejaan Republik. Ada beberapa kata-kata yang dianggap sangat mengganggu penulisan karena terdapat satu bunyi bahasa yang dilambangkan dengan dua huruf. Contohnya seperti ch, ng, sj, tj, dan dj. Para pakar bahasa menginginkan satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf. Keinginan tersebut dibawa dalam pertemuan negara Indonesia dan
Malaysia. Hasilnya, diciptakanlah sebuah ejaan baru bernama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Akan tetapi, ejaan ini tak pernah diresmikan. 5. Ejaan Baru (Ejaan LBK) Ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,tanggal 19 september 1967. Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara lain : a.
Gabungan
konsonan
dj
diubah
menjadi
j.
b.
Gabungan
konsonan
tj
diubah
menjadi
j
c.
Gabungan
konsonan
nj
diubah
menjadi
ny
d.
Gabungan
konsonan
sj
diubah
menjadi
sy
e. Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh 6. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan
Bahasa
Indonesia
Yang
Disempurnakan
ini
merupakan
penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret 1947. Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain: a. Perubahan Huruf Ejaan Lama Djika
EYD Jika
Tjakap
Cakap
Njata
Nyata
Sjarat
Syarat
Achir
Akhir
Supaja
Supaya b. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya, misalnya Khilaf,Fisik, valuta, Zakat c. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada kata Furqan, dan xenon. d. Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di- yang merupakan kata depan. Sebagai awalan, di- ditulis sering kali dengan unsur yang menyertainya, sedangkan di- sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:
Awalan Dicuci
Kata Depan Di kantor
Dibelikan
Di sekolah
Dicium
Di samping
Dilatar belakangi
Di tanah
e. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan, misalnya: Anak-anak, bukan anak2, Bermain-main, bukan bermain2, Bersalam-salaman, bukan bersalam2an
7. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Pada tanggal 30 November 2015, Permendiknas 46/2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku karena digantikan oleh Permendikbud 50/2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
II.4 Ruang Lingkup Ejaan Secara garis besar, ruang lingkup ejaan dalam Bahasa Indonesia terdiri atas halhal berikut ini: 1. Pemakaian Huruf Dalam bahasa Indonesia, terdapat huruf abjad dan juga penggabungan untuk melambangkan diftong, seperti au (harimau), atau ng (lambang). Berbeda dengan bahasa Inggris, ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis, di mana hanya ada satu bunyi untuk satu lambang. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemenggalan kata adalah harus menggunakan tanda hubung, tidak boleh memenggal kata dengan garis bawah, tidak boleh memenggal satu huruf,dan lain sebagainya. 2. Penulisan Huruf Ada banyak sekali jenis huruf, seperti huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring. Huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, huruf pertama petikan langsung, huruf pertama nama orang, huruf pertama nama jabatan, huruf pertama nama orang, dan lain sebagainya. Sedangkan huruf miring dipakai untuk menulis nama buku atau nama majalah yang dikutip dari karangan tertentu, menegaskan huruf, kata, atau kelompok kata, serta menulis nama ilmiah atau ungkapan asing. 3. Penulisan Kata Kata juga memiliki beragam jenis, seperti kata dasar, kata turunan, dan lain sebagainya. Kata dasar harus ditulis sebagai satu kesatuan. Sedangkan untuk penulisan kata turunan, imbuhan harus ditulis serangkai dengan kata dasar. 4. Penulisan Unsur Serapan Banyak sekali bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, salah satu contohnya adalah bahasa Arab. Untuk menyerap bahasa Arab, kita harus memperhatikan beberapa hal, seperti unsur mad (panjang) harus dihilangkan, konsonan yang tak ada dalam bahasa Indonesia sebaiknya disesuaikan dengan
fonem yang berdekatan dengan fonem bahasa Indonesia. Jika tidak ada, maka tulislah kata tersebut sesuai dengan lafal sebenarnya dan jangan lupa gunakan huruf miring. 5. Pemakaian Tanda Baca Tanda baca seringkali diabaikan dalam suatu tulisan. Padahal tanda baca sangat membantu kita dalam memahami suatu tulisan. Contoh tanda baca antara lain: a. Tanda titik (.) b. Tanda koma (,) c. Tanda titik koma (;) d. Tanda titik dua (:) e. Tanda hubung (-) f. Tanda tanya (?) g. Tanda seru (!) h. Tanda kurung ((…)) i. Tanda garis miring (/) j. Tanda pisah (--) k. Tanda kurung siku ([]) l. Tanda petik satu ( ‘ ) m. Tanda petik dua (“) Adapun pelafalan dan penulisan huruf dan kata yakni, A. Pelafalan Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah
ketidakteraturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut. Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/, dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan. -teknik Lafal yang salah: tehnik Lafal yang benar: teknik [t e k n i k] -tegel Lafal yang salah: tehel Lafal yang benar: tegel [t e g e l] -energi Lafal yang salah: enerhi, enersi, enerji Lafal yang benar: energi [e n e r g i] Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan. Perhatikan pelafalan berikut! -TV Lafal yang salah: [tivi] Lafal yang benar: [t e ve] -MTQ Lafal yang salah: [emtekyu], [emtekui] Lafal yang benar: [em te ki] Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang
berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut. Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan. Perhatikan contoh berikut! - coca Lafal yang benar: cola [ko ka ko la] - HCI Lafal yang benar: [Ha Se El] - CO2 Lafal yang benar: [Se O2] Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir, kohesi. B. Pemakaian Huruf Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf didalam abjadnya, yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan
demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangan diganti dengan huruf lain. Contoh: - fakta tidak boleh diganti dengan pakta - aktif tidak boleh diganti dengan aktip - valuta tidak boleh diganti dengan paluta - pasif tidak boleh diganti dengan pasip - ziarah tidak boleh diganti dengan jiarah, siarah Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat dipakai untuk nama istilah khusus, sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf /k/. Demikian pula huruf /x/ dapat dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengan kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/. Contoh: - Quran tetap ditulis Quran (nama) - aquarium harus ditulis dengan akuarium - quadrat harus ditulis dengan kuadrat - taxi harus ditulis dengan taksi - complex harus ditulis dengan kompleks Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan bunyi huruf hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh: - ta’zim harus diganti dengan taksim - ma’ruf harus diganti dengan makruf - da’wah harus diganti dengan dakwah - ma’mur harus diganti dengan makmur C. Pemisahan Suku Kata Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan seperti berikut ini. 1) Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan di antara vokal tersebut. Contoh: Main ma-in, taat ta-at 1. Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan di antara kedua konsonan tersebut. Contoh : ambil am-bil undang un-dang 2. Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal pemisahannya dilakukan sebelum konsonan. Contoh: bapak ba-pak sulit su-lit
3. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya dilakukan di antara konsonan pertama dan konsonan kedua. Contoh: bangkrut bang-krut instumen in-stru-men 4. Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh: minuman mi-num-an bantulah ban-tu-lah 5. Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan. Contoh: Salah ikut juga masalah itu Benar ikut juga masalah itu 6. Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan dengan huruf, tetapi diletakkan di samping kanan huruf. Contoh: Salah Benar pengam
bilan. bela jar Benar pengambilan . belajar
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan Ejaan adalah keseluruhan peraturan pelambangan bunyi ujaran, penggabungan atau pemisahan kata, penulisan kata, penggunaan lambang bilangan, dan pemakaian tanda baca. Dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan aturan ejaan. Dua yang terakhir ialah yang disebut Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Ejaan berfungsi untuk sebagai landasan pembakuan tata bahasa, sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Ejaan juga memiliki ruang lingkupnya sendiri. 2. Saran Sebaiknya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai ejaan terbaru yang digunakan dan bagaimana ejaan tersebut agar proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA
“Pengertian Ejaan, Sejarah Perkembangan, Fungsi, dan Ruang Lingkupnya.”Vebma.com.12 Maret 2018.Web.12 Februari 2019. https://www.kata.co.id/Pengertian/Ejaan/2536 Z. Karyati.2016.”ANTARA EYD DAN PUEBI: SUATU ANALISIS KOMPARATIF”.Jurnal SAP.No.2, vol.1 “Mengenal Perkembangan Jenis-Jenis Ejaan di Indonesia”.Belajar Bahasa.24 Juni 2016.Web.12 Februari 2019. https://m.belajarbahasa.id/artikel/dokumen/69-mengenal-perkembangan-jenis-jenis-ejaan-bahasa-indonesia-201606-24-05-37 “PUEBI”.Bahasa Kita.12 Februari 2019. https://www.bahasakita.com/puebi/