Makalah Avometer,resistor.docx

  • Uploaded by: Putri Indriyani S
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Avometer,resistor.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,026
  • Pages: 24
1.1 Pengertian AVO meter Avometer berasal dari kata ”AVO” dan ”meter”. Dimana ‘A’ artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. ‘V’ artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. ‘O’ artinya ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu meter atau satuan dari ukuran. AVO Meter sering disebut dengan Multimeter atau Multitester. Secara umum, pengertian dari AVO meter adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan, baik tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan hambatan listrik. AVO meter sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat, Tetapi sebelum mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih dahulu jenisjenis AVO meter dan bagaimana cara menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaiannya dan akan menyebabkan rusaknya AVO meter tersebut. Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter analog (menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital (menggunakan display digital). Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu dengan lainnya, tetapi ada beberapa kesamaan dalam hal operasionalnya. Misal sumber tenaga yang dibutuhkan berupa baterai DC dan probe / kabel penyidik warna merah dan hitam. Pada AVO meter digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung berupa angka-angka (digit), sedangkan AVO meter analog tampilannya menggunakan pergerakan jarum untuk menunjukkan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil ukur, harus dibaca berdasarkan range atau divisi. AVO meter analog lebih umum digunakan karena harganya lebih murah dari pada jenis AVO meter digital.

1.2 Jenis AVO meter / multimeter Multimeter dibagi menjadi dua yaitu :  Multimeter Analog Multimeter Analog atau yang biasa disebut multimeter jarum adalah alat pengukur besaran listrik yang menggunakan tampilan dengan jarum

1

yang bergerak ke range-range yang kita ukur dengan probe. Multimeter ini tersedia dengan kemampuan untuk mengukur hambatan ohm, tegangan (Volt) dan arus (mA). Analog tidak digunakan untuk mengukur secara detail suatu besaran nilai komponen, tetapi kebanyakan hanya digunakan untuk baik atau jeleknya komponen pada waktu pengukuran atau juga digunakan untuk memeriksa suatu rangkaian apakah sudah tersambung dengan baik sesuai dengan rangkaian blok yang ada.  Multimeter Digital Multimeter digital hampir sama fungsinya dengan multimeter analog tetapi multimeter digital menggunakan tampilan angka digital. Multimeter digital pembacaan pengukuran besaran listrik yang lebih tepat jika dibanding dengan multimeter analog, sehingga multimeter digital dikhususkan untuk mengukur suatu besaran nilai tertentu dari sebuah komponen secara mendetail sesuai dengan besaran yang diinginkan.

1.3 Bagian-Bagian Multimeter Analog 1.

Jarum penunjuk skala dan cermin Jarum dipasang pada kumparan penggerak (moving coil) sehingga dapat bergerak-gerak berdasarkan arus yang masuk kedalam moving coil. Jarum berfungsi untuk menunjukkan besaran arus, tegangan dan Resistensi yang terukur dimana akan bergerak dan berhenti pada skala yang sesuai dengan besaran yang diukur. Cermin pemantul pada papan skala yang digunakan sebagai panduan untuk ketepatan membaca, yaitu pembacaan skala dilakukan dengan cara tegak lurus dimana bayangan jarum pada cermin harus satu garis dengan jarum penunjuk, maksudnya agar tidak terjadi

Papan Skala

2

penyimpangan membaca

dalam

Papan skala dengan batas ukur 5, 15, 50 dan 150 Volt AC (˜) dan DC (=)

3.

Selector Switch (saklar pemilih) digunakan untuk menentukan batas ukur apakah :1.5, 5, 10, 50, 150, 500 serta digunakan utnuk memilih fungsi pengukuran, apakah ingin mengukur Arus (A) ataukah Tegangan AC(V˜), tegangan DC (V=), ataukah akan memiliki Resistensi

4.

2.

Range and Function selector swirch

Jack kabel penyidik (probe), terdiri dari warna merah untuk polaritas Positif dan hitam untuk polaritas Negatif

Jack kabel penyidik (probe)

1.4 Fungsi Avometer Analog dan Digital a. Mengukur tegangan DC b. Mengukur tegangan AC c. Mengukur kuat arus DC d. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor e. Mengecek hubung-singkat / koneksi f. Mengecek transistor

3

g. Mengecek kapasitor elektrolit h. Mengecek dioda, led dan dioda zener i. Mengecek induktor j. Mengukur HFE transistor (type tertentu) k. Mengukur suhu (type tertentu)

1.5 Cara menggunakan AVO meter / Multimeter Analog a. Menentukan Posisi Alat Ukur 

Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage) Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat

ukur mesti di pasang paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) ) harus membentuk suatu titik percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1 Memasang Multimeter Paralel 

Posisi alat ukur saat mengukur ARUS (Ampere) Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu posisi terminal harus dalam kondisi berderetan dengan Beban, sehingga untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian mesti di Buka / diputus / Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik yang telah terputus tersebut. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar:

4

Gambar 2 Memasang Multimeter SERI 

Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm) Yang mesti di ketahui saat pengukuran tahanan ialah ‘jangan pernah mengukur nilai tahanan suatu komponen saat terhubung dengan sumber’. Ini akan merusak alat ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala OHM dan kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan di ukur.

Gambar 3 Memasang multimeter untuk mengukur tahanan

1.6 Kelebihan dan Kekurangan Avometer Analog a. Kelebihan Avometer Analog  

Untuk pengecekan kerusakan rangkaian, atau komponen lebih mudah Harga relatif lebih murah

.

5

b. Kekurangan Avometer Analog 

Menggunakan rumus tertentu untuk menghitung nilai yang ditunjuk jarum Rawan rusak di bagian spul atau penunjuk jarum.



1.7 Bagian-Bagian Avometer Digital 

Display



Saklar Selektor



Probe

1.8 Cara Mengoperasikan AVO meter/Multimeter Digital Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.

1) Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap dipakai. 2) Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat ukur. 3) Catat angka yang tertera pada multimeter digital. 4) Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik karena display dapat memberitahu.

a. Mengukur Tegangan Listrik (Volt / Voltage) Dc Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan: 1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah). 2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup. 3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k

6

selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm. 4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda ingin ukur, ACV untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC (Searah). 5. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu seperti 1000 atau 750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian. 6. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur. 7. Baca Alat ukur.

Cara membaca nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan rumus :

Jadi misalnya, tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka: Tegangan Terukur

= (50 / 50) x 15

Nilai Tegangan Terukur

= 15

b. Mengukur Tegangan Listrik (Volt / Voltage) Ac 1. Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar Pemilih berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian memperhatikan Baris skala yang berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum. 2. Selebihnya sama dengan melakukan pengukuran Tegangan DC di atas.

7

Gambar 4 Cara Baca Tegangan DC c. Mengukur Arus Listrik (Ampere) Dc Yang perlu disiapkan dan diperhatikan: 1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak pecah). 2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0) 3. Lakukan Kalibrasi alat ukur 4. Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA 5. Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m , atau 0.25A. 6. Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur. 7. Baca

Alat

ukur

(Pembacaan

Alat

ukur

sama

dengan

Pembacaan Tegangan DC diatas.

d) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap 1) Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. 2) Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur. 3) Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.

8

4) Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik. 5) Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna resistor.

e) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR) 1) Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. 2) Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur. 3) Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur. 4) Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik. 5) Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.

f) Mengecek hubungan-singkat / koneksi 1) Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. 2) Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu). 3) Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek koneksinya. 4) Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka semakin baik konektivitasnya. 5) Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau terminal tersebut putus.

g) Mengecek diode 1) Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. 2) Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000). 3) Hubungkan probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda.

9

4) Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan menyala. 5) Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti dioda baik, jika tidak menunjuk berarti dioda rusak putus. 6) Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada anoda dan probe (-) pada katoda. 7) Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti dioda baik, jika bergerak berarti dioda rusak bocor tembus katoda-anoda.

h) Mengecek transistor NPN 1) Atur Selektor pada posisi Ohmmeter. 2) Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000). 3) Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor . 4) Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C. 5) Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor. 6) Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C. 7) Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor. 8) Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus BE. 9) Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor. 10) Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E. 11) Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor. 12) Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E. Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak diperlukan.

10

1.9 Kelebihan dan Kekurangan Avometer Digital a. Kelebihan Avometer Digital  

Penggunaan lebih mudah artinya tidak perlu menghitung nilai yang kita ukur, karena pada multimeter digital langsung keluar hasil pengukuran. Harga relatif lebih mahal.

b. Kekurangan Avometer Digital  

Sulit digunakan untuk mengukur kerusakan komponen, seperti elco, transistor dan sebagainya. Dibeberapa kasus nilai yang ditunjukkan terkadang kurang akurat.

1.10 Pengertian Resistor ( Hambatan ) Resistor adalah komponen elektronika dua pin/kaki yang didesain untuk menahan arus listrik dengan menurunkan tegangan di antara kedua salurannya sesuai dengan arus yang mengalirinya dan juga untuk menghambat arus listrik dan menghasilkan nilai resistansi tertentu. Kemampuan resistor dalam menghambat arus listrik sangat beragam disesuaikan dengan nilai resistansi resistor tersebut. Sesuai dengan nama dan kegunaanya maka resistor mempunyai sifat resistif (menghambat) yang umunya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohm di jelaskan bahwa resistansi akan berbanding terbalik dengan jumlah arus yang melaluinya. Maka untuk menyatakan besarnya resistansi dari sebuah resistor dinyatakan dalam satuan Ohm yang dilambangkan dengan simbol Ω (Omega). Untuk menggambarkanya dalam suatu rangkaian dilambangkan dengan huruf R, karena huruf ini merupakan standart internasional yang sudah disepakati bersama untuk melambangkan sebuaah komponen resistor dalam sebuah rangkaian.

1.11

Fungsi Resistor Resistor pada umumnya berfungsi sebagai penghambat arus listrik atau

sebagai pengatur dalam membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Dengan adanya resistor menyebabkan arus listrik dapat disalurkan sesuai dengan kebutuhan. Fungsi resistor dalam suatu rangkaian elektronika adalah:

11

1) Menahan sebagian arus listrik agar sesuai dengan kebutuhan suatu rangkaian elektronika. 2) Menurunkan tegangan sesuai dengan kebutuhan suatu rangkaian elektronika. 3) Pembagi tegangan. 4) Bekerjasama dengan transistor dan kapasitor dalamsuatu rangkaian elektronika untuk membangkitkan frekwensi rendah/ tinggi.

1.12

Jenis – Jenis Resistor Resistor memiliki beragam jenis dan bentuk. Berdasarkan jenis bahan yang

digunakan untuk membuatnya, resistor dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain resistor kawat, resistor arang, resistor oksida logam, resistor film, resistor karbon, dan banyak lagi jenis lainya. Berdasarkan bentuknya resistor dapat berbentuk silinder, smd (Surface Mount Devices), dan wirewound. 

Fixed Resistor (resistor tetap) Resistor tetap adalah resistor yang nilai hambatanya tidak dapat dirubahrubah dan besarnya sudah ditentukan oleh pabrik yang membuatnya. Ciri fisik untuk mengenali resistor jenis ini adalah bahan pembuat resistor berada di tengah, dan pada kedua ujungnya terdapat conducting metal, kemasan seperti inilah yang dinamakan dengan axial. Ukuran fisik resistor tetap bermacammacam yaitu tergantung besarnya daya yang tdimilikinya. Misalnya resistor tetap dengan daya 2 watt akan mempunyai bentuk fisik yang jauh lebih besar dari pada resistor yang mempunyai daya 1/4 watt. 1.12.1

Jenis-Jenis Resistor Tetap

a. Resistor Kawat

12

Resistor kawat adalah jenis resistor generasi pertama yang lahir pada saat rangkaian elektronika masih menggunakan tabung hampa (vacuum tube). Bentuknya bervariasi dan memiliki ukuran yang cukup besar. Resistor kawat ini biasanya banyak dipergunakan dalam rangkaian power karena memiliki resistansi yang tinggi dan tahan terhadap panas yang tinggi. Jenis lainnya yang masih dipakai sampai sekarang adalah jenis resistor dengan lilitan kawat yang dililitkan pada bahan keramik, kemudian dilapisi dengan bahan semen. Rating daya yang tersedia untuk resistor jenis ini adalah dalam ukuran 1 watt, 2 watt, 5 watt, dan 10 watt. b. Resistor Batang Karbon (Arang)

Pada awalnya, resistor ini dibuat dari bahan karbon kasar yang diberi lilitan kawat yang kemudian diberi tanda dengan kode warna berbentuk gelang dan pembacaannya dapat dilihat pada tabel kode warna. Jenis resistor ini juga merupakan jenis resistor generasi awal setelah adanya resistor kawat. Sekarang sudah jarang untuk dipakai pada rangkaian – rangkaian elektronika. c. Resistor Keramik atau Porselin

Gambar di atas adalah merupakan bentuk fisik dari SMD resistor, bentuknya kotak dan berukuran sangat kecil yang cara pemasangannya adalah dengan menempel pada papan pcb. Jenis resistor ini terbuat dari bahan keramik atau porselin. Kemudian, dengan perkembangan yang ada, telah dibuat jenis resistor keramik yang dilapisi dengan kaca tipis. Jenis resistor ini telah banyak digunakan dalam rangkaian elektronika saat ini karena bentuk fisiknya kecil dan memiliki resistansi yang tinggi. Resistor ini memiliki rating daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt. 13

d. Resistor Film Karbon

Resistor film karbon ini adalah resistor hasil pengembangan dari resistor batang karbon. Sejalan dengan perkembangan teknologi, para produsen komponen elektronika telah memunculkan jenis resistor yang dibuat dari bahan karbon dan dilapisi dengan bahan film yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Nilai resistansinya dicantumkan dalam bentuk kode warna. Resistor ini juga sudah banyak digunakan dalam berbagai rangkaian elektronika karena bentuk fisiknya kecil dan memiliki resistansi yang tinggi. Namun, untuk masalah ukuran fisik, resistor ini masih kalah jika dibandingkan dengan resistor keramik. Resistor ini memiliki rating daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt. e. Resistor Film Metal

Resistor film metal dibuat dengan bentuk hampir menyerupai resistor film karbon. Resistor tahan terhadap perubahan temperatur. Resistor ini juga memiliki tingkat kepresisian yang tinggi karena nilai toleransi yang tercantum pada resistor ini sangatlah kecil, biasanya sekitar 1% atau 5%. Jika dibandingkan dengan resistor film karbon, resistor film metal ini memiliki tingkat kepresisian yang lebih tinggi dibandingkan dengan resistor film karbon karena resistor film metal ini memiliki 5 buah gelang warna, bahkan ada yang 6 buah gelang warna. Sedangkan, resistor film karbon hanya memiliki 4 buah gelang warna. Resistor film metal ini sangat cocok digunakan dalam rangkaian – rangkaian yang memerlukan tingkat ketelitian yang

14

tinggi, seperti alat ukur. Resistor ini memiliki rating daya sebesar 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, dan 2 watt. 

Resistor tidak tetap / Variable Resistor (resistor variabel) Resistor tidak tetap adalah resistor yang mempunyai nilai resistansi yang

dapat diubah2 sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Perubahannya dapat dilkaukan dengan cara memutar atau menggeser pengaturnya yang memang sudah disediakan, namun ada pula nilai perubahan resistansinya akan dipengaruhi oleh keadaan disekitarnya misalnya suhu, cahanya, suara, dll, sehingga dapat dijadikan sebagai sakelar otomatis. 1.12.2

Jenis-jenis resistor tidak tetap

a. Potensiometer

Potensiometer merupakan variable resistor yang paling sering digunakan. Pada umumnya, potensiometer terbuat dari kawat atau karbon. Potensiometer yang terbuat dari kawat merupakan potensiometer yang telah lama lahir pada generasi pertama pada waktu rangkaian elektronika masih menggunakan tabung hampa (vacuum tube). Potensiometer dari kawat ini memiliki bentuk yang cukup besar, sehingga saat ini sudah jarang ada yang memakai potensiometer seperti ini. Gambar di atas adalah potensiometer yang terbuat dari bahan karbon. Pada umumnya, perubahan resistansi pada potensiometer terbagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik. Yang dimaksud dengan perubahan secara linier adalah perubahan nilai resistansinya sebanding dengan arah putaran pengaturnya. Sedangkan, yang dimaksud dengan perubahan secara logaritmik adalah perubahan nilai resistansinya berdasarkan perhitungan logaritmik. Pada umumnya, potensiometer logaritmik memiliki perubahan resistansi yang cukup unik karena nilai maksimal dari

15

resistansi diperoleh ketika kita telah melakaukan setengah kali putaran pada pengaturnya. Sedangkan, nilai minimal diperoleh saat pengaturnya berada pada titik nol atau titik maksimal putaran. Untuk dapat mengetahui apakah potensiometer tersebut linier atau logaritmik, dapat dilihat huruf yang tertera di bagian belakang badannya. Jika tertera huruf B, maka potensiometer tersebut logaritmik. Jika huruf A, maka potensiometer linier. Pada umumnya, nilai resistansi juga tertera pada bagian depan badannya. Nilai yang tertera tersebut merupakan nilai resistansi maksimal dari potensiometer.

b. Potensiometer Geser

Potensiometer geser merupakan kembaran dari potensiometer yang telah dibahas di atas. Perbedaannya adalah cara mengubah nilai resistansinya. Pada potensiometer yang telah dibahas di atas, cara mengubah nilai resistansinya adalah dengan cara memutar gagang yang muncul keluar. Sedangkan, untuk potensiometer geser, cara mengubah nilai resistansinya adalah dengan cara menggeser gagang yang muncul keluar. Bentuk dari potensiometer geser dapat dilihat pada gambar di samping. Pada umumnya, bahan yang digunakan untuk membuat potensiometer ini adalah karbon. Adapula yang terbuat dari kawat, namun saat ini sudah jarang digunakan karena ukurannya yang besar. Pada potensiometer geser ini, perubahan nilai resistansinya hanyalah perubahan secara linier. Bentuk potensiometer geser dapat dilihat pada gambar di atas dengan komponen yang ditengah

16

c. Trimpot

Trimpot adalah kependekan dari Tripotensiometer. Sifat dan karakteristik dari trimpot tidak jauh beda dengan potensiometer. Hanya saja, trimpot ini memiliki ukuran yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan potensiometer. Perubahan nilai resistansinya juga dibagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik. Huruf B yang tertera pada trimpot menyatakan perubahan nilai resistansinya secara logaritmik, sedangkan huruf A untuk perubahan secara linier. Untuk mengubah nilai resistansinya, kita dapat memutar lubang tengah pada badan trimpot dengan menggunakan obeng. Sebagai tahanan bahan resistansinya adalah menggunakan bahan karbon atau arang. 1.12.3 Resistor Non Linier Merupakan resistor yang nilai resistansi bergantung pada keadaan sekitarnya seperti cahaya atau suhu akan membuat nilai hambatannya menjadi tidak linier contohnya LDR ( Light Dependent Resistor ), PTC ( Positive Temperatur Coeficient ), NTC ( Negative Temperature Coeficient ), dan lain sebagainya. Jenis – jenis Resistor Linier : a. NTC dan PTC NTC adalah singkatan dari Negative Temperature Coeficient. Sifat komponen ini resistif dimana nilai resistansinya akan menurun apabila temperatur disekelilingnya naik. Sedangkan PTC adalah singkatan dari Positive Temperature Coeficient, yang nilai resistansinya akan bertambah besar apabila termperatur disekelilingnya turun.. Komponen NTC dan PTC biasanya digunakan sebagai sensor dalam peralatan pengukur panas atau disebut juga termistor. Selain itu juga bisa digunakan sebagai sakelar otomatis yang cara kerjanya akan ditentukan oleh suhu disekitarnya.

17

b. LDR

LDR adalah singkatan dari Light Dependent Resistor, yaitu sebuah resistor yang nilai resistansinya akan berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Pada prinsipnya, intensitas cahaya yang besar mampu mendorong elektron untuk menembus batas – batas pada LDR. Dengan demikian, nilai resistansi LDR akan naik jika intensitas cahaya yang diterimanya sedikit atau kondisi sekelilingnya gelap. Sedangkan, nilai resistansi LDR akan turun jika intensitas cahaya yang diterimanya banyak atau kondisi sekelilingnya terang. LDR sering digunakan sebagai sensor cahaya, khususnya sebagai sensor cahaya yang digunakan untuk rangkain-rangkaian sakelar otomatis tertentu seperti lampu taman, lampu jalan, dll, dimana LDR akan bekerja secra otomatis sesuai dengan tingkat cahaya yang ada didepannya.

1.13 Kode Warna Resistor Cincin 4,5,6 Tipe resistor yang umum kita jumpai adalah berbentuk tabung dengan 2 kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna atau pita – pita warna . Pita – pita warna ini dikenal sebagai kode resistor . Dengan mengetahui kode resistor kita dapat mengetahui nilai resistansi resistor, toleransi, koefisien temperatur dan reliabilitas resistor tersebut.

18

Kode warna tersebut adalah manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA ( Elektronic Industries Association ).  Resistor dengan Gelang Warna Pada gelang warna resistor terdapat 3 macam resistor, ada yang memiliki 4 gelang warna, 5 gelang warna, dan juga ada yang memiliki 6 gelang warna. Dan berikut ini adalah cara menghitungnya. Hafalakan juga dengan mudah urutan warna. Hi-Co-Me-O-Ku-Hi- Bi-U-Ab-Put-E-Pe-Tak berwarna .

Mengukur

dengan menggunakan kode warna resistor

pastikan Nilai tahanan pada suatu resistor ditampilkan pada badan resistor dan berupa kode, pada umumnya kode tersebut terbagi atas dua macam yaitu kode warna dan kode angka. Kode warna ini berbentuk seperti cincin yang melingkari badan resistor, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.

19

Pada cincin 1 (warna hitam) merupakan digit pertama, cincin 2 (warna coklat) merupakan digit kedua, cincin 3 (warna merah) merupakan faktor pengali, dan cincin 4 (warna emas) merupakan toleransi. Setiap warna pada cincin memiliki nilai yang berbeda, untuk mengetahui nilai–nilai setiap warna tersebut perhatikan tabel berikut ini.

Cara membaca : a. Gelang I angka puluhan 20

b. Gelang II angka satuan c. Gelang III faktor pengali d. Gelang IV toleransi

1.13.1 Kode Warna Resistor 4 Warna Resistor 4 warna memiliki warna hanya 4 saja, warna pertama menunjukkan digit pertama, gelang kedua menunjukkan digit ke dua sedangkan gelang ke tiga menunjukkan perpangkatan sepuluh. kemudian gelang terakhir adalah menunjukkan nilai toleransi nya.

kode warna resistor 4 pita

1.13.2 Kode Warna Resistor 5 Warna Perhitungan Nilai resistor pada 5 warna juga tidak jauh berbeda dengan perhitungan nilai resistor pada 4 warna. Jika pada 4 warna digit angka hanya sampai dengan dua digit, maka di 5 warna sampai dengan tiga digit. Warna pertama sebagai digit pertama, warna kedua sebagai digit ke dua, warna ke tiga sebagai digit ke tiga kemudian ke empat adalah per pangkatan 10, dan yang terakhir adalah nilai toleransi nya.

21

kode warna resistor 5 pita

1.13.3 Kode Warna Resistor 6 Warna Kode warna resistor pada 6 warna juga sebenar hampir sama persis dengan kode warna 4 dan 5 warna. Hanya saja pada gelang ke 6 ada toleransi terhadap suhu nya, atau di sebut dengan temprature koefesien. Jadi tingkat kesulitanya tidak lah terlalu sulit

kode warna resistor 6 pita

22

1.14

Cara Pakai Resistor Cara kerja dari resistor ini cukup simple yakni menghambat arus yang

mengalir dari ujung kutub yang satu ke ujug kutub yang lain dengan nilai hambatan bervariasi sesuai yang tertera pada resistor tersebut yang kemudian arus dialirkan lagi ke komponen elektronika yang membutuhkan arus lebih kecil sehingga komponen elektronika ini dapat terpelihara keawetannya. Selain sebagai pembatas arus resistor memiliki fungsi lain diantaranya adalah pembagi arus,penurun arus,dan pembagi tegangan.

23

Daftar Pustaka Ariawan. Rusdi. 2010. “ Makalah Avometer Adalah Sebuah ”. (Online). https://www.pdfcoke.com/doc/32932035/makalah-avometer .(diakses pada tanggal 7 Februari 2019). Giancoli, Douglas, C. 2001. Fisika Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Halliday & Resnick. 1991. Fisika Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Nurakmal, Dewi. 2017. “ Multimeter Analog Adalah Sebuah A”. (Online). https://www.pdfcoke.com/document/364599905/Multimeter-Analog-AdalahSebuah-A. ( diakses pada tanggal 5 Februari 2019). Purba, Michael. 2006. Elektro Kelistrikan. Jakarta : Erlangga. Tiper, Paur A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga. Toole, Mike. 2003. Prinsip dan Aplikasi Rangkaian Elektronik, edisi kedua. Jakarta: Erlangga.

24

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Destilasi.docx
April 2020 2
Putri Indriyani S.doc
April 2020 3
Bab I.docx
April 2020 4
Doc4.docx
May 2020 2
Bab 6 Putri.docx
May 2020 3