MAKALAH
AUDITING PROSES MANAJEMEN PERSEDIAAN Mata Kuliah Auditing II
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Siti Maria Wardayati, M.Si., Ak, CA
Oleh Kelompok 5: Dhea Mia Audinan Pardede
160810301009
Andreas Syeh Ali Kurniawan
160810301116
Nuril Isnaini
170810301269
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JEMBER 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah mata Kuliah Auditing II yang berjudul “Auditing Proses Manajemen Persediaan” yang disusun dengan sangat sederhana. Dalam proses penyusunan makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada. Ibu. Dr. Hj. Siti Maria Wardayati, M.Si., Ak, CA, selaku dosen mata kuliah Auditing II. Serta kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan semoga kedepannya dapat dipergunakan sebagai salah satu referensi dalam menyusun pola hidup sehat juga referensi dalam mengantisipasi penyakit-penyakit kronis yang memungkinkan menimpa orang-orang di sekitar. Disadari bahwa segala sesuatu tentu ada sisi ketidaksempurnaan maka besar harapan penulis akan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini kedepannya. Semoga banyak manfaat yang dapat diperoleh melalui makalah ini. Aamiin.
Jember, 25 September 2018 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Gambaran Umum Proses Manajemen Persediaan 2.1.1 Jenis-jenis Dokumen dan Catatan 2.1.2 Fungsi Utama 2.1.3 Pemisahan Tugas-tugas Penting 2.2 Penilaian Risiko Bawaan 2.2.1 Faktor Terkait Produksi 2.2.2 Karakteristik Perikatan dan Pengoperasian 2.3 Penilaian Risiko Pengendalian 2.4 Aktivitas Pengendalian dan Pengujian Pengendalian Transaksi Persediaan 2.4.1 Keterjadian Transaksi Persediaan 2.4.2 Kelengkapan Transaksi Persediaan 2.4.3 Otorisasi Transaksi Persediaan 2.4.4 Akurasi Transaksi Persediaan 2.4.5 Pisah Batas (Cutoff) Transaksi Persediaan 2.4.6 Klasifikasi Transaksi Persediaan 2.5 Menghubungkan Tingkat Risiko Pengendalian yang Dinilai ke Prosedur Substantif 2.6 Auditing Persediaan 2.7 Prosedur Analisis Substanstif
2.8 Auditing Biaya Standar 2.8.1 Bahan Baku 2.8.2 Tenaga Kerja 2.8.3 Overhead 2.9 Observasi Persediaan Fisik 2.10 Pengujian Rinci atas Golongan Transaksi, Saldo Akun, dan Pengungkapan 2.10.1 Akurasi 2.10.2 Pisah Batas 2.10.3 Keberadaan 2.10.4 Kelengkapan 2.10.5 Hak dan Kewajiban 2.10.6 Penilaian dan Alokasi 2.10.7 Klasifikasi dan Keterpahaman 2.10.8 Asersi Penyajian dan Pengungkapan lainnya 2.11 Evaluasi Temuan Audit BAB III PENUTUP Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Persediaan merupakan komponen utama laporan posisi keuangan. Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian atau pun penyalahgunaan. Disisi lain menentukan nilai persediaan yang sangat layak mungkin lebih sulit ketika proses produksi melibatkan banyak tahapan. Dengan demikian, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan. Kompleksnya sistem persediaan membuat auditor harus paham atas sistem pengendalian internal yang diterapkan klien, sehingga dalam menetapkan risiko pengendalian dapat secermat mungkin. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan informasi akuntansi mengenai persediaan barang dagang dibutuhkan pengujian kesesuaian antara praktik akuntansi persediaan barang dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sementara fokus utama bab ini adalah auditing proses manajemen persediaan untuk audit laporan keuangan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan makalah yang sudah di tetapkan, rumusan masalah diusulkan dengan pertanyaan berikut: 1.
Bagaimana proses manajemen persediaan?
2.
Bagaimana pengendalian internal yang utama dan mengembangkan pengujian pengendalian yang relevan untuk transaksi persediaan?
3.
Bagaimana cara pengujian atas transaksi dan pengujian rinci yang digunakan untuk mengaudit persediaan dan akun terkait?
1.3 Tujuan Adapun tujuan yang dapat diambil dari makalah ini, yaitu: 1. Mampu mengembangkan pemahaman proses manajemen persediaan. 2. Mengetahui pengendalian internal yang utama dan mengembangkan pengujian pengendalian yang relevan untuk transaksi persediaan. 3. Mengetahui bagaimana cara pengujian atas transaksi dan pengujian rinci yang dig unakan untuk mengaudit persediaan dan akun terkait.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Gambaran Umum Proses Manajemen Persedian Proses
manajemen
persediaan
dipengaruhi
oleh
aktivitas
pengendalian untuk proses pendapatan, pembelian dan gaji. Pembelian dan pembayaran persediaan dikendalikan melalui sebuah proses, yaitu proses pembelian. Biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung yang ditetapkan dalam persediaan dikendalikan melalui proses penggajian. Terakhir, barang jadi yang terjual dan dihitung itu dapat digolongkan sebagai bagian dari sebuah proses pendapatan. Dengan demikian, siklus “cradle to grave” untuk persediaan dimulai ketika sebuah barang dibeli dan disimpan kemudian proses berakhir ketika barang jadi tersebut dikirimkan kepada pelanggan. 2.1.1 Jenis-Jenis Dokumen dan Catatan Jenis dokumen dan catatan yang akan dibahas disini berfungsi sebagai acuan untuk para pembaca informasi mengenai dokumen dan catatn tersebut. a. Skedul Produksi Skedul produksi biasanya disiapkan secara periodik berdasarkan permintaan yang diharapkan untuk produk entitas. Skedul produksi menentukan kuantitas barang yang diperlukan dan waktu saat barang tersebut harus disiapkan untuk memenuhi skedul produksi. b. Laporan Penerimaan Laporan penerimaan mencatat penerimaan barang dari vendor. Data dari laporan penerimaan merupakan input pada program persediaan untuk memperbarui arsip induk persediaan yang memuat informasi catatan perpetual klien. c. Daftar Permintaan Bahan Baku Daftar permintaan bahan baku biasanya digunakan perusahaan manufaktur untuk menelusuri material selama proses produksi.
d. Arsip Induk Persediaan Arsip induk persediaan memuat semua informasi penting terkait persediaan entitas, termasuk catatan persediaan perpetual. e. Informasi Data Produksi Informasi
ini
memperbarui
sistem
persediaan
perpetual
entitas.
Informasi itu juga digunakan sebagai input untuk menghasilkan laporan akumulasi dan variasi biaya yang dihasilkan oleh sistem persediaan. f. Laporan Akumulasi dan Variasi Biaya Laporan
akumulasi
biaya
meringkas
berbagai
biaya
yang
dibebankan kepada departemen dan produk. Laporan variasi menyajikan hasil pemrosesan persediaan dalam konteks biaya aktual versus biaya standar atau biaya yang dianggarkan. g. Laporan Status Persediaan Laporan ini menunjukkan jenis dan jumlah produk di tangan. Dalam sistem persediaan yang canggih, jenis informasi ini dapat diakses secara langsung melalui terminal komputer atau PC. h. Pengiriman Pesanan Salinan dokumen ini digunakan untuk memindah barang dari catatan persediaan perpetual klien. 2.1.2 Fungsi Utama Fungsi utama yang biasanya terjadi atau berlangsung dalam proses manajemen perusahaan adalah: a. Manajemen Persediaan Di perusahaan manufaktur, satu departemen manajemen produksi akan bertanggung jawab terhadap pengelolaan persediaan melalui perencanaan dan pembuatan skedul aktivitas manufaktur. b. Gudang Bahan Baku Di perusahaan manufaktur, fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan baku.
c. Produksi Fungsi produksi bertanggung jawab untuk menghasilkan produk. Dari perspektif auditing, harus ada pengendalian yang memadai atas arus fisik barang dan akumulasi yang tepat atas biaya yang melekat dipersediaan. d. Gudang Barang Jadi Fungsi ini bertanggung jawab terhadap penyimpanan dan pengendalian atas barang jadi. Ketika barang selesai dibuat oleh fungsi produksi, barang ditransfer ke gudang barang jadi. Sekali lagi, harus ada penjagaan yang memadai terhadap pencurian atau penggunaan yang tidak terotorisasi. e. Akuntansi Biaya Fungsi ini bertanggung jawab untuk memastikan bahwa biaya dilekatkan secara tepat ke persediaan ketika barang diproses melalui fungsi produksi. Akuntansi biaya me-review laporan akumulasi dan variasi biaya setelah data tersebut diproses ke dalam catatan akuntansi. f. Buku Besar Tujuan utama buku besar adalah untuk memastikan bahwa semua persediaan dan biaya produksi telah diakumulasi, diklasifikasi, dan diringkas dengan baik dalam akun buku besar. Satu pengendalian penting yang dilakukan oleh fungsi buku besar adalah rekonsiliasi catatan persediaan perpetual ke akun persediaan buku besar. 2.1.3 Pemisahan Tugas-Tugas Penting Pemisahan tugas adalah pengendalian yang sangat penting dalam proses manajemen persediaan karena adanya pencurian dan kecurangan. Oleh karena itu, individu yang terlibat dalam fungsi manajemen persediaan dan gudang persediaan seharusnya tidak memiliki akses pada catatan persediaan, catatan akuntansi biaya, atau buku besar. Ketika sistem persediaan terkomputerisasi, harus terdapat pemisahan tugas yang memadai dalam departemen TI.
2.2 Penilaian Risiko Bawaan Auditor sangat perlu untuk mempertimbangkan faktor risiko bawaan yang mungkin memengaruhi transaksi yang diproses oleh sistem dan akun laporan keuangan yang terpengaruhi oleh transaksi tersebut. 2.2.1 Faktor terkait Industri Sejumlah faktor industri mungkin mengindikasi adanya salah saji material dalam persediaan. Sebagai contoh, jika persaingan industri cukup ketat, mungkin ada masalah dengan penilaian persediaan yang memadai dalam konteks rendahnya biaya atau nilai pasar. 2.2.2 Karakteristik Perikatan dan Pengoperasian Sejumlah karakteristik perikatan dan pengoperasian merupakan hal penting bagi penilaian risiko bawaan persediaan. Pertama, jenis produk yang dijual oleh klien dapat meningkatkan potensi penyalahgunaan. Kedua, persediaan sering kali sulit untuk diaudit, dan penilaiannya dapat berakibat pada perbedaan pendapat dengan klien. Riset audit juga menunjukkan adanya risiko yang relatif tinggi bahwa persediaan berisi salah saji material. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan secara hati-hati jika salah saji ditemukan di audit tahun lalu yang mungkin masih ada di persediaan tahun berjalan dan merencanakan audit yang sesuai. 2.3 Penilaian Risiko Pengendalian Strategi substantif dapat digunakan oleh auditor ketika sedang melakukan proses pengauditan persediaan dan harga pokok penjualan. Ketika strategi ini dilakukan, auditor tidak mengandalkan aktivitas pengendalian pada proses manajemen persediaan dan menetapkan tingkat risiko maksimum pada pengendalian. Prosedur substantif kemudian digunakan oleh auditor untuk menilai kewajaran persediaan. Dalam banyak kasus, auditor dapat menggunakan pengendalian internal pada persediaan.
Langkah-Langkah Utama dalam Menetapkan Risiko Pengendalian dalam Proses Manajemen Persediaan
Memahami dan mendokumentasikan proses manajemen persediaan berdasarkan strategi kepercayaan. Merencanakan dan melakukan pengujian pengendalian pada transaksi persediaan. Menetapkan dan mendokumentasikan risiko pengendalian untuk proses manajemen persediaan.
2.4 Aktivitas Pengendalian dan Pengujian Pengendalian – Transaksi Persediaan Sejumlah aktivitas pengendalian dalam proses pendapatan dan pembelian menyediakan kepastian untuk asersi tertentu untuk persediaan. 2.4.1 Keterjadian Transaksi Persediaan Pengendalian utama untuk pencegahan transaksi persediaan fiktif adalah pemisahan tugas, dimana fungsi manajemen persediaan dan gudang persediaan dipisahkan dari departemen yang bertanggung jawab atas catatan persediaan dan akuntansi biaya. Dokumen-dokumen yang telah dinomori untuk menangani penerimaan, transfer, dan penarikan persediaan dapat mencegah pencatatan persediaan fiktif dalam catatan akuntansi. 2.4.2 Kelengkapan Transaksi Persediaan Aktivitas pengendalian untuk asersi kelengkapan terkait dengan pencatatan persediaan yang telah diterima. Aktivitas ini biasanya terdapat di dalam proses pembelian. 2.4.3 Otorisasi Transaksi Persediaan Perhatian auditor terhadap otorisasi di sistem persediaan adalah pada pembelian yang tidak terotorisasi atau aktivitas produksi yang dapat mengarah pada kelebihan tingkat jenis tertentu barang jadi.
2.4.4 Akurasi Transaksi Persediaan Akurasi adalah asersi penting karena transaksi persediaan yang tidak dicatat dengan baik mengakibatkan salah saji yang secara langsung memengaruhi jumlah yang dilaporkan pada laporan keuangan untuk harga pokok penjualan dan persediaan. Pemrosesan akurat atas transaksi pembelian persediaan mencakup penerapan harga yang benar ke kuantitas aktual barang yang diterima. 2.4.5 Pisah Batas (Cutoff) Transaksi Persediaan Transaksi persediaan yang dicatat dalam periode yang salah dapat memengaruhi sejumlah akun, sebagaimana diilustrasikan oleh perhitungan persediaan sederhana ini: persediaan awal + pembelian – harga pokok penjualan = persediaan akhir. Untuk persediaan terjual (dibeli), pengujian umum atas pengendalian klien untuk memastikan bahwa transaksi dicatat pada waktu yang benar dengan membandingkan tanggal pada dokumen pengiriman dengan tanggal dalam jurnal penjualan. 2.4.6 Klasifikasi Transaksi Persediaan Pada perusahaan manufaktur, klien harus memiliki aktivitas pengendalian untuk memastikan bahwa persediaan telah diklasifikasikan dengan tepat sebagai bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Dengan mengetahui departemen produksi mana yang memegang persediaan, klien dapat mengklasifikasikan menurut jenisnya. 2.5 Menghubungkan Tingkat Risiko Pengendalian yang Dinilai ke Prosedur Substantif Jika hasil pengujian pengendalian untuk sistem persediaan tidak mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan, auditor akan menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang lebih tinggi dan menetapkan risiko deteksi pada tingkat yang lebih rendah. Hal ini akan mengarah pada prosedur substantif yang meningkat.
2.6 Auditing Persediaan Dua kategori prosedur substantif yang dibahas, yaitu: a. Prosedur analitis substantif b. Pengujian rinci atas kelompok transaksi, saldo akun, dan pengungkapan 2.7 Prosedur Analitis Substantif Prosedur analitis substantif merupakan pengujian audit yang berguna dalam memeriksa kewajaran persediaan dan biaya barang terjual. Ketika dilaksanakan sebagai bagian dari perencanaan audit, prosedur analitis pendahuluan dapat mengidentifikasikan secara efektif apakah akun persediaan dan biaya barang terjual berisi salah saji material. Prosedur analaitis subtantif berguna untuk memperoleh keyakinan asersi penilaian persediaan. 2.8 Auditing Biaya Standar Banyak entitas manufaktur menggunakan sistem biaya standar untuk mengukur kinerja dan untuk menilai persediaan. Untuk menguji biaya standar, auditor seharusnya pertama sekali memeriksa kebijkaan dan prosedur klien untuk menetapkan biaya standar. Begitu kebijakan dan prosedur dipahami, auditor biasanya menguji pengembangan biaya komponen untuk sampel yang mewakili dari biaya produk standar. Tiga komponen menyusun unsur biaya atas dari produk. 2.8.1 Bahan Baku Menentukan biaya bahan baku memerlukan pemeriksaan kuantitas dan jenis material yang dimasukkan dalam produk dan harga material. Kuantitas dan jenis material diuji dengan memeriksa spesifikasi teknis untuk produk. 2.8.2 Tenaga Kerja Penentuan biaya tenaga kerja memerlukan bukti mengenai jenis dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk produksi dan upah tenaga kerja. 2.8.3 Overhead
Auditor menguji overhead dengan meninjau metode alokasi overhead klien untuk kelogisannya, kepatuhan dengan PABU, dan konsistensi. Auditor dapat memeriksa biaya yang masuk dalam overhead untuk memastikan bahwa biaya tersebut dapat dilekatkan secara benar pada produk. Dimasukkannya atau dikeluarkannya biaya tersebut harus konsisten dari satu periode ke periode selanjutnya. 2.9 Observasi Persediaan Fisik Observasi auditor atas persediaan adalah prosedur auditing yang berlaku umum. Tetapi auditor tidak diharuskan untuk mengamati semua persediaan, tetapi hanya persediaan yang material. Selama observasi perhitungan fisik persediaan, auditor harus melakukan hal berikut: a. Pastikan bahwa tidak ada produksi yang diskedulkan. b. Pastikan bahwa tidak ada pergerakan barang selama perhitungan persediaan. c. Pastikan bahwa tim perhitungan klien mengikuti instruksi penghitungan persediaan. d. Pastikan bahwa label persediaan dikeluarkan secara berurutan pada departemen-departemen. e. Lakukan uji penghitungan dan catat satu sampel perhitungan dalam kertas kerja. f. Dapatkan informasi pengendalian label untuk menguji kompilasi persediaan klien. g. Dapatkan informasi pisah batas, termasuk jumlah pengiriman terakhir dan dokumen penerimaan yang diterbitkan pada tanggal perhitungan fisik persediaan. h. Amati kondisi persediaan untuk komponen yang mungkin usang, mengalami pergerakan yang lambat, atau disimpan dalamkuantitas berlebih. i. Tanyakan mengenai barang konsinyasi milik pihak lain atau disimpan dengan dasar “bill-and-hold”.
2.10 Pengujian Rinci atas Golongan Transaksi, Saldo Akun, dan Pengungkapan Tujuan yang dimaksud untuk pengujian substantif transaksi adalah untuk mendeteksi salah saji moneter dalam akun persediaan. Auditor mungkin melakukan pengujian substantif
transaksi khusus untuk
persediaan. Tetapi, karena proses manajemen persediaan berinteraksi dengan proses pendapatan, pembelian, dan sumber daya manusia, transaksi yang melibatkan penerimaan barang, pengiriman barang, dan pelekatan biaya tenaga kerja biasanya diuji sebagai bagian dari proses tersebut. 2.10.1 Akurasi Mengumpulkan bukti untuk akurasi persediaan mensyaratkan adanya salinan kompilasi persediaan fisik yang menunjukkan kuantitas dan harga persediaan. 2.10.2 Pisah Batas Dalam mengumpulkan bukti asersi pisah batas untuk persediaan, usaha auditor untuk menentukan apakah semua penjualan barang jadi dan pembelian bahan baku dicatat pada periode yang benar. 2.10.3 Keberadaan Keberadaan adalah satu dari asersi yang sangat penting untuk akun persediaan. Pengamatan persediaan fisik adalah langkah audit utama untuk memverifikasi asersi ini. 2.10.4 Kelengkapan Auditor harus menentukan apakah semua persediaan telah dimasukkan dalam kompilasi persediaan dan akun persediaan buku besar. 2.10.5 Hak dan Kewajiban Auditor harus menentukan apakah persediaan yang dicatat benarbenar dimiliki oleh entitas. Dua masalah terkait dengan kepemilikan dapat timbul. Pertama, auditor harus yakin bahwa persediaan di tangan dimiliki oleh klien. Kedua, di beberapa industri, barang dijual dalam basis “bill-andhold”. 2.10.6 Penilaian dan Alokasi
Sejumlah masalah penilaian penting terkait dengan persediaan. Masalah pertama terkait dengan harga yang digunakan untuk menilai komponen persediaan yang termasuk di kompilasi. Masalah penilaian kedua terkait dengan pengujian lebih rendahnya biaya atau nilai pasar untuk persediaan. Masalah penilaian ketiga terkait dengan persediaan usang, mengalami pergerakan yang lambat, atau kuantitas berlebih. Masalah yang terakhir, auditor menginvestigasi berbagai penyesuaian besar yang ada antara jumlah persediaan yang tampak di akun buku besar dan jumlah yang ditentukan dari perhitungan fisik persediaan (penyesuaian buku ke fisik) untuk salah saji yang mungkin. 2.10.7 Klasifikasi dan Keterpahaman Dalam perusahaan manufaktur, auditor harus menentukan bahwa persediaan diklasifikasikan dengan benar sebagai bahan baku, barang dalam proses, atau barang jadi. Pada kebanyakan perusahaan manufaktur, klasifikasi yang benar dapat dicapai dengan menentukan departemen pemrosesan mana yang memiliki pengendalian atas persediaan pada tanggal perhitungan fisik. 2.10.8 Asersi Penyajian dan Pengungkapan Lainnya Beberapa contoh unsur pengungkapan untuk persediaan dan akun terkait: a. Metode biaya (FIFO atau LIFO) b. Komponen persediaan c. Kontrak pembelian jangka panjang d. Persediaan konsinyasi e. Pembelian dari pihak terkait f. Likuidasi LIFO g. Persediaan yang dijaminkan h. Pengungkapan atas kerugian tidak biasa dari penurunan nilai persediaan atau kerugian atas komitmen pembelian jangka panjang i. Kewajiban garansi 2.11 Evaluasi Temuan Audit – Persediaan Ketika auditor telah melengkapi pengujian substantif yang
direncanakan atas akun persediaan, semua salah saji yang teridentifikasi harus dikumpulkan. Kemungkinan salah saji dibandingkan dengan alokasi salah saji yang ditoleransi ke akun persediaan. Jika kemungkinan salah saji kurang dari salah saji yang dapat ditoleransi, auditor mungkin menerima akun persediaan yang disajikan secara wajar. Sebaliknya, jika kemungkinan salah saji melebihi salah saji yang ditoleransi, auditor seharusnya menyimpulkan bahwa akun persediaan tidak disajikan dengan wajar.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Proses manajemen persediaan dipengaruhi oleh aktivitas pengendalian untuk proses pendapatan, pembelian dan gaji. Pemisahan tugas adalah pengendalian yang sangat penting dalam proses manajemen persediaan karena adanya pencurian dan kecurangan. Di perusahaan manufaktur, satu departemen manajemen produksi akan bertanggung jawab terhadap pengelolaan persediaan melalui perencanaan dan pembuatan skedul aktivitas manufaktur. Strategi substantif merupakan strategi yang dapat digunakan oleh auditor ketika mengaudit persediaan dan harga pokok penjualan. Prosedur analitis substantif merupakan pengujian audit yang berguna untuk memeriksa kewajaran persediaan dan biaya barang terjual. Tujuan yang dimaksud untuk pengujian substantif transaksi adalah untuk mendeteksi kesalahsajian moneter dalam akun khususnya akun persediaan. Ketika auditor telah melengkapi pengujian substantif yang direncanakan atas akun persediaan, semua salah saji yang teridentifikasi harus dikumpulkan.
DAFTAR PUSTAKA Messier, William F, Glover, Steven M., and Prawitt,Douglas F. (2014), Jasa Audit dan Assurance; Pendekatan Sistematis (Auditing and Assurance Services; A Systematic Approach), Edisi 8 Buku 2, Jakarta: Penerbit Salemba