ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN PSIKOLOGIS SOSIAL DAN GANGGUAN PERASAAN
Dosen Pembimbing : Hidayatus Sa’diyah, S.Kep., Ns., M.Kep. Nama Kelompok : 1.
Ade Larasati
141.0002
2.
Astriani Rohmawati
141.0020
3.
Ellyna Sari
141.0040
4.
Lola Alvi M
141.0058
5.
Nurul Azizah
141.0076
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA PRODI S1-3B KEPERAWATAN TAHUN 2016/2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga kami diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Keperawatan Komunitas II adapun judul makalah ini yaitu Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan PsikologisSosial dan Gangguan Perasaan. Dalam proses pembuatan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan baik materi atau moril dan dari semua pihak. Maka dari itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini
dengan
keadaan
senang
hati
dan
tepat
waktu.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan untuk pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
2
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................i Daftar Isi............................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2 1.3 Tujuan..........................................................................................................2 1.4 Manfaat........................................................................................................2 1.4.1 Manfaat bagi profesi...........................................................................2 1.4.2 Manfaat bagi mahasiswa.....................................................................3 1.4.3 Manfaat bagi masyarakat…………………………………………….3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4 2.1 Konsep teori lansia.......................................................................................4 2.1.1 Perubahan dalam peran sosial di masyarakat…………………………...4 2.1.2 Faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia…………………………...5 2.2 Definisi gangguan psikososial….................................................................6 2.3 Masalah keperawatan piskologi dan sosial……………………….............6 2.3.1 Depresi………………………………………………………………….6 2.3.2 Demensia………………………………………………………………10 2.4 Definisi gangguan alam perasaan………………………………………. 12 2.5 Terapi yang dapat digunakan pada lansia……………………………….13 2.5.1 Terapi kognitif………............................................................................13 2.5.2 Life Review Therapy…………………………………………………..13 BAB 3 TINJAUAN KASUS..........................................................................18 BAB 4 PENUTUP………………………………………………………….. 46 4.1 Kesimpulan................................................................................................46 4.2 Saran..........................................................................................................46 Daftar Pustaka.................................................................................................47
3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu keadaan atau proses alamiah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua terjadi banyak perubahan baik itu perubahan fisik dan fungsi, perubahan mental dan perubahan psikososial (Nugroho, 2008). Lanjut usia adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan proses dari kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun secara mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Sadock, 2007). World Population Propects yang dilansir oleh Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (Info DATIN), memperlihatkan nampak adanya kecenderungan peningkatan presentase kelompok lansia dibandingkan kelompok usia lainnya yang cukup pesat sejak tahun 2013 (8,9% di Indonesia dan 13,4% di dunia) hingga tahun 2050 (21,4% di Indoensia dan 25,3% di dunia) dan 2100 (41% di Indonesia dan 35,1% di dunia). Sebaliknya untuk kelompok 0-14 tahun dan 15-59 tahun, presentasenya cenderung mengalami penurunan pada tahun 2050 dan 2100. Menurut Gottlieb dalam Goldman (2000), masalah-masalah yang berhubungan dengan lanjut usia adalah masalah kesehatan baik kesehatan fisik maupun mental, masalah sosial, masalah ekonomi dan masalah psikologis. Masalah kesehatan jiwa adalah masalah paling banyak dihadapi oleh kelompok lansia, yang terbesar adalah gangguan depresi (Depkes RI, 2004). Faktor penyebab depresi pada lansia antara lain adalah faktor biologi, psikologi, stres kronis, penggunaan obat. Faktor psikologi penyebab depresi pada lansia antara lain adalah tipe kepribadian dan dukungan sosial (Kaplan, 2010). Dalam Smet (1994) mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang terpenting adalah dukungan yang berasal dari keluarga. 4
Berdasar latar belakang diatas, maka generasi perawat yang ada di Indonesia khususnya dapat meningkatkan mutu pelayanan geriatrik di setiap daerah yang terdapat penduduk lansia dan faktor resiko paling banyak, agar dapat mengurangi beberapa masalah yang berhubungan dengan perubahan fisik maupun psikologis. 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana konsep teori lansia ? 2. Bagaimana definisi gangguan psikososial? 3. Bagaimana macam-macam masalah keperawatan gangguan psikososial? 4. Bagaimana definisi gangguan alam perasaan pada lansia? 5. Bagaimana terapi yang dapat diberikan pada lansia dengan gangguan psikososial dan gangguan alam perasaan? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan psikososial dan gangguan alam perasaan. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Memahami konsep teori lansia. 2. Mengetahui penjelasan mengenai gangguan psikososial 3. Mengetahui macam-macam masalah keperawatan gangguan psikososial. 4. Mengetahui definisi gangguan alam perasaan 5. Mengetahui terapi yang dapat diberikan pada lansia dengan gangguan psikososial dan gangguan alam perasaan. 1.4 Manfaat 1.4.1 Untuk Profesi Peneliti mengharapkan informasi ini berguna untuk teman-teman keperawatan khususnya dalam memberikan dan mengaplikasikan ke tempat kerja tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan psikososial dan gangguan alam perasaan 5
1.4.2 Untuk Mahasiswa Peneliti mengharapkan informasi ini berguna untuk teman-teman mahasiswa keperawatan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan psikososial dan gangguan alam perasaan 1.4.3 Untuk Masyarakat Dapat memberi pengetahuan baru tentang lansia dengan gangguan psikososial dan gangguan alam perasaan dengan masalah sosial, cultural, dan spiritual agar dapat memahami penderita depresi atau bipolar di masyarakat
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep teori lansia Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. Menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usi adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 yaitu : 1.
Fase iufentus : antara 25 dan 40 tahun
2.
Fase verilitas : antara 40 dan 50 tahun
3.
Fase prasenium : antara 55 dan 65 tahun
4.
Fase senium : antara 65 hingga tutup usia
Orang sehat aktif berusia 65 tahun mungkin menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lanjut usia (Brunner dan Suddart, 2011). Menurut surini dan utomo (2003), lanjut usia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalanisemua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Menurut Reimer et al (1999) ; Stanley and Beare (2007), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristiksosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Dalam masyarakat kepulauan Pasifik, seseorang dianggap tua ketika ia berfungsi sebagai kepala dari garis keturunan keluarganya. 2.1.1 Perubahan dalam peran sosial di masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia misalnya badan menjadi bungkuk, 7
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya, sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas selama yang bersangkutan masih sanggu, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil (Stanley dan Beare, 2007).
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan psikososial lansia menurut Kuntjoro (2002), antara lain: 1. Penurunan kondisi fisik Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. 2. Penurunan fungsi dan potensial seksual Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti: a.
Gangguan jantung
b. Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus c.
Vaginitis
d. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi e.
Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu
makan sangat kurang 8
3. Perubahan aspek psikososial Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi halhal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
2.2 Definisi gangguan psikososial Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah psikososial adalahmasalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbale balik, sebagai akibatterjadinya perubahan social dan atau gejolak social dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa. (Depkes, 2011). Pelaku merupakan pelaksana utama dalam hal terjadinya perkosaan tetapi bukan berartiterjadinya perkosaan tersebut semata-mata disebabkan oleh perilaku menyimpang dari pelaku,tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berada di luar diri si pelaku. Namun secara umum dapat disebutkan bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya kejahatan dibagi dalam 2 bagian yaitu faktor interna dan faktor externa.
2.3 Masalah keperawatan piskologi dan sosial 2.3.1 Depresi Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2000). Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010).
9
Gangguan depresi mencakup gangguan depresi mayor, gangguan dysthmic, gangguan depresi minor, gangguan depresi psikotik, gangguan depresi musiman. 1. Tanda dan gejala depresi : a. Afektif Kemarahan, ansietas, apatis, kekesalan, penyangkalan perasaan, kemurungan, rasa bersalah, ketidakberdayaan, keputusasaan, kesepian, harga diri rendah, kesedihan. b.Fisiologik Nyeri abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing, keletihan, gangguan pencernaan, insomnia, perubahan haid, makan berlebihan/kurang, gangguan tidur, dan perubahan berat badan. c. Kognitif Ambivalensi,
kebingungan,
ketidakmampuan
berkonsentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri sendiri, pikiran yang destruktif tentang diri sendiri, pesimis, ketidakpastian. d. Perilaku Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat aktivitas, kecanduan obat, intoleransi, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang, isolasi sosial, mudah menangis, dan menarik diri. 2. Klasifikasi depresi a. Gangguan depresi mayor Didefinisikan sebagai satu atau lebih episode depresif berat tanpa adanya riwayat episode manik, campuran, atau hipomanik. Suatu episode depresif mayor harus dialami sekurang-kurangnya 2 minggu, dan secara tipikal seorang pasien mengalami depresi dan atau kehilangan minat dalam kebanyakan aktifitas. Seseorang dengan diagnosis episode depresif mayor harus juga mengalami paling sedikit 4 simtom dari kriteria yang mana termasuk perubahan nafsu makan dan berat badan, perubahan tidur dan aktifitas, pengurangan energi, perasaan bersalah, masalah dalam berpikir dan dalam membuat 10
keputusan, dan pikiran yang berulang tentang kematian atau bunuh diri. b. Gangguan dysthmic Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejalagejala dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2 tahun atau lebih. Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan dengan gangguan depresi mayor, tetapi individu dengan gangguan ini masi dapat berinteraksi dengan aktivitas sehari-harinya (National Institute of Mental Health, 2010). c. Gangguan depresi minor Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih singkat (National Institute of Mental Health, 2010). 3. Tipe-tipe lain dari gangguan depresi adalah: a. Gangguan depresi psikotik Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti: halusinasi dan delusi (National Institute of Mental Health, 2010). b. Gangguan depresi musiman Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan menghilang pada musi semi dan musim panas (National Institute of Mental Health,2010). 4. Karakteristik depresi pada lanjut usia Meskipun depresi banyak terjadi dikalangan lansia,- depresi ini sering di diagnosis salah atau diabaikan. Rata-rata 60-70% lanjut usia yang mengunjungi praktik dokter umum adalah mereka dengan depresi, tetapi ; acapkali tidak terdeteksi karena lansia lebih banyak memfokuskan pada keluhan badaniah yang sebetulnya ; adalah penyerta dari gangguan emosi (Mahajudin, 2007). Menurut
Stanley
&
Beare
(2007),
sejumlah
faktor
yang
menyebabkan keadaan ini, mencakup fakta bahwa depresi pada lansia 11
dapat disamrkan atau tersamarkan oleh gangguan fisik lainnya (masked depression). Selain itu isolasi sosial, sikap orang tua, penyangkalan pengabaian terhadap proses
penuaan normal menyebabkan tidak
terdeteksi dan tidak tertanganinya gangguan ini. Depresi pada orang lanjut usia dimanifestasikan dengan adanya keluhan tidak merasa berharga, sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa kosong, tidak ada harapan, menuduh diri, ide-ide pikiran bunuh diri dan pemilihan diri yang kurang bahkan penelantaran diri (Wash, 1997). a. Berduka cita Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Periode duka cita merupakan suatu periode yang sangat rawan bagi seorang penderita lanjut usia. Meninggalnya pasangan hidup, seorang teman dekat atau bahkan seekor hewan yang sangat disanyangi bias mendadak memutuskan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya akan memicu terjadinya gangguan fisik dn kesehatannya. Periode 2 tahun pertama setelah ditinggal mati pasangan hidup atau teman dekat tersebut merupakan periode yang sangat rawan. Pada periode ini orang tersebut justru harus dibiarkan untuk dapat mengekspresikan dukacita tersebut. Sering diawali dengan perasaan kosong, kemudian diikuti dengan menangis dan kemudian suatu periode depresi. b. Kesepian Kesepian atau loneliness, biasanya dialami oleh seseorang lanjut usia pada saat meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat, terutama bila dirinya sendiri saat itu juga mengalami berbagai penurunan status kesehatan, misalnya menderita berbagai penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik, terutama gangguan pendengaran (Brocklehurts-Allen, 1987). Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak di antara lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian, karena aktivitas social yang masih tinggi, tetapi dilain pihak terdapat lansia yang
12
walaupun hidup di lingkungan yang beranggotakan cukup banyak, tohh mengalami kesepian. Pada penderita kesepian ini peran dari organisasi social sangat berarti, karena bias bertindak menghibur, memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan peran social penderita, di samping memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan di rumah bila memang terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal tersebut. 2.3.2
Demensia Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari penderita 1. Etiologi Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzhemeir, penyakit vaskuler (pembuluh darah), demensia leury body, demensia frontotemporer dan 10% diantaranya disebabkan oleh penyakit lain. 2. Gejala-gejala Seseorang mungkin menderita demensia, jika terjadi pemburukan a)
Kemampuan mengambil keputusan (Decision-making ability)
b)
Kebijaksanaan (Judgment)
c)
Orientasi waktu dan ruang (Orientation in time and space)
d)
Pemecahan masalah (Problem solving)
e)
Kemampuan berbicara (Verbal communication)
Perubahan perilaku termasuk: a)
Makan
b)
Berpakaian (mungkin membutuhkan bantuan)
c)
Kegemaran
13
d)
Aktivitas rutin (mungkin menjadi tak dapat melakuakn pekerjaan rumah tangga)
e)
Kepribadian (tanggapan yang tak semestinya, kurnag dalam pengendalian emosi)
3. Jenis-jenis demensia Beberapa jenis demensia dapat dipulihkan. Hal ini berarti kerusakan dapat diperbaiki. Jenis lainnya tak dapat dipulihkan. Hal ini berati kerusakan yang sudah terjadi tidak dapat diperbaiki. Demensia yang tak dapat dipulihkan biasanya disebabkan oleh penyakit yang tak dapat disembuhkan, seperti Alzheimer. Dimensia yang dapat dipulihkan termasuk diffuse axonal injury setelah kecelakaan pada kepala dan otak, dikenal sebagai trauma kepala/otak Traumatic brain injury. Penyakit Creutzfeldt-Jakob menyebabkan demensia yang terjadi memburuk dengan cepat, dalam hitungan minggu atau bulan, dan ini disebabkan oleh adanya prion (di Indonesia dikenal sebagai Penyakit Sapi Gila, tetapi belum pernah diketahui terjadi pada orang Indonesia). Jenis lainnya seperti encephalopathy atau delirium yang berkembang secara lambat, selama bertahun-tahun. Dua penyebab utama demensia adalah Alzheimer dan Multiinfarct disease. Glioma sehubungan dengan tumor adalah penyebab lainnya
yang
diketahui.
Alcohol
dementia,
kadang-kadang
dihubungkan dengan Wernicke-Korsakoff syndrome, dan hal ini disebabkan pengunaan/minum alkohol yang berlebihan dalam jangka panjang. Penyebab metabolisme yang mungkin menjadi penyebab demensia, misalnya gagal hati (Hepatic encephalopathy) atau gagal ginjal; dan subdural hematoma yang kronis. Kemungkinan lain termasuk infeksi otak karena meningitis yang menyebabkan keracunan obat untuk viral encephalitis (misalnya obat-obatan anticonvulsant). 14
Demensia juga dapat diinduksi oleh defisiensi niasin. Demensia pada Alzheimer dikategorikan sebagai simtoma degeneratif otak yang progresif. Mengingat beban yang ditimbulkan penyakit ini, masyarakat perlu mewaspadai gangguan perilaku dan psikologik penderita demensia Alzheimer. a. Demensia vaskular Pada tahap ini, menurut skala MMSE (bahasa Inggris: Mini-Mental State Examination), penderita mengalami gangguan minor pada orientasi tempat, waktu dan ingatan, pada 3 tahun pertama, yang disebut MCI (bahasa Inggris: mild cognitive impairment) dengan penurunan ketebalan dan volume otak pada korteks entorinal, hipokampus dan girus supramarginal. b. Demensia yang disertai badan Lewy c. Demensia frontotemporal, terjadi pada penderita sklerosis lateral
amiotrofik
dan
penyakit
degeneratif
lobus
frontotemporal. d. Demensia paralitik, jenis demensia yang ditemukan oleh Julius Wagner-Jauregg. 2.4 Definisi gangguan alam perasaan Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi (Gibbson Towsend , M C, 1995). Gangguan alam perasaan atau biasa dikenal dengan gangguan mood juga dikenal sebagai gangguan afektif, adalah perubahan pervasif emosi individu 15
yang ditandai dengan depresi atau mania. Gangguan mood mengganggu kehidupan individu. Individu diliputi kesedihan jangka panjang dan drastis, agitasi, atau elasi, disertai keraguan terhadap diri sendiri, rasa bersalah dan marah, yang megubah aktivitas hidupnya terutama aktivitas yang melibatkan harga diri, pekerjaan dan hubungan. Gangguan alam perasaan adalah gangguan afek ( suasana hati) dengan manifestasi gejala-gejala mania dan depresi. seseorang dengan gangguan alam perasaan biasanya akan didapat suatu keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira berlebihan dan khawatir (Keliat B.A. 1999). Gangguan mood dibagi menjadi 2 kategori utama : gangguan unipolar, yang mencakup depresi mayor dan gangguan distimia, yang selama gangguan tersebut individu memperlihatkan kesedihan, agitasi dan kemarahan karena satu perubahan mood yang ekstrem akibat depresi, dan gangguan bipolar (sebelumnya dikenal dengan gangguan manik-depresif). 2.5 Terapi yang dapat digunakan pada lansia 2.5.1 Terapi kognitif Terapi kognitif merupakan terapi jangka pendek, terstruktur, berorientasi terhadap masalah saat ini, dan bersifat terapi individu. Teori kognitif dikembangkan pada 1960-an oleh Aaron Beck dan berkaitan erat dengan terapi rasional emotif dan Albert Ellis. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika digabung dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini disatukan dan dikenal dengan terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy). Terapi ini memperlakukan individu sebagai agen yang berpikir aktif dan berinteraksi dengan dunianya. Individu membentuk sudut pandang atau keyakinan serta memiliki afek atau perasaan mengenai apa yang dianggap benar bagi diri sendiri, lingkungan, dan mengenai pikiran serta perasaannya pada interaksi yang luas dengan perilaku atau tindakan dalam rangkaian interaksi. Setiap interaksi memengaruhi interaksi lain. 1.
Tujuan terapi kognitif
16
a.
Membantu
klien
dalam
mengindentifikasi,
menganalisis,
dan
menentangkeakuratan kognisi negatif klien. Selain itu, juga untuk memperkuat persepsi yang lebih akurat dan mendorong perilaku yang dirancang untuk mengatasi gejala depresi. Dalam beberapa penelitian, terapi ini sama efektifnya dengan terapi antidepresan (Glod, 1998). b.
Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap uji realitas.
c.
Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah cara berpikir atau mengembangkan pola pikir yang rasional.
d.
Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang maladaptif, pikiran yang mengganggu secara otomatis, serta proses pikir tidak logis yang dibesar-besarkan. Berfokus pada pikiran individu yang menentukan sifat fungsionalnya (Videbeck, 2008).
e.
Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan. Tanda dan gejala depresi dihilangkan melalui usaha yang sistematis yaitu mengubah cara berpikir maladaptif dan otomatis. Dasar pendekatannya adalah suatu asumsi bahwa kepercayaan-kepercayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan dapat menyebabkan depresi.
f.
Membantu
menargetkan
proses
berpikir
serta
perilaku
yang
menyebabkan dan mempertahankan panik atau kecemasan. Dilakukan dengan cara penyuluhan klien, restrukturisasi kognitif, pernapasan rileksasi terkendali, umpan balik biologis, mempertanyakan bukti, memeriksa alternatif, dan reframing. g.
Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan obsesif kompulsif dan selanjutnya mencegah responsnya. Misalnya: dengan cara pelimpahan atau pencegahan respons, mengindentifikasi, dan merestrukturisasi distorsi kognitif melalui psikoedukasi.
2. Indikasi terapi kognitif a) Depresi (ringan sampai sedang) b) Gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan c) Individu yang mengalami stres emosional d) Gangguan obsebsif kompulsif (obsesive compulsive disorder) yang sering terjadi pada orang dewasa dan memiliki respons terhadap terapi 17
perilaku dan anti depresan jarang terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi terisolasi sering terjadi. e) Gangguan fobia (misalnya agorafobia, fobia sosial, fobia spesifik) f) Gangguan stres pasca trauma (post traumatic stress disorder) g) Gangguan makan (anoreksia nervos) h) Gangguan mood i) Gangguan psikoseksual j) Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya.
3. Teknik terapi kognitif a) Mendukung klien untuk mengindentifikasi kognisi atau area berpikir dan keyakinan yang menyebabkan khawatir. b) Menggunakan teknik pertanyaan socratic yaitu meminta klien untuk menggambarkan, menjelaskan dan menegaskan pikiran negatif yang merendahkan dirinya sendiri. Dengan demikian, klien mulai melihat bahwa asumsi tersebut tidak logis dan tidak rasional. c) Mengindentifikasi interpretasi yang lebih realistis mengenai diri sendiri, nilai diri dan dunia. Dengan demikian, klien membentuk nilai dan keyakinan baru, dan distress emosional menjadi hilang. 2.5.2 Life Review Therapy Life review therapy adalah suatu fenomena yang luas sebagai gambaran pengalaman kejadian, dimana didalamnya seseorang akan melihat secara cepat tentang totalitas riwayat kehidupannya. Terapi tersebut akan membawa seseorang untuk bisa menjadi lebih akrab pada realita kehidupan. Terapi life review therapy membantu seseorang untuk mengaktifkan ingatan jangka panjang dimana akan terjadi mekanisme recall tentang kejadian pada kehidupan masa lalu hingga sekarang. Dengan cara seperti ini, lansia akan lebih mengenal siapa dirinya dan dengan recall tersebut, lansia akan dapat mempertimbangkan untuk dapat mebgubah kualitas hidup menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. 1. Manfaat life review therapy 18
a) Menurunkan depresi b) Meningkatkan kepercayaan diri c) Meningkatkan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari d) Meningkatkan kepuasan hidup 2. Indikasi life review therapy Menurut Jones (2008), life review therapy merupakan penanganan yang direkomendasikan untuk lansia yang mengalami defisit kognitif dengan: a) Depresi b) Penyakit demensia alzheimer c) Perawatan saat menjelang ajal d) Perawatan terminal dan paliatif 3. Kontraindikasi life review therapy a) Bahwa life review therapy dapat lebih menimbulkan efek menyakiti dibandingkan efek membnatu pada lansia yang memiliki peristiwaperistiwahidup negatif. Beberapa lansia mungkin akan menolak melakukan life review therapy, bukan karena mereka tidak mau, melainkan karena akan menjadi depresi ketika lansia melakukannya karena perasaan kehilangan yang mereka alami (Collins, 2006) b) Lansia dengan gangguan memori jangka panjang, dimana akan menjadi kesulitan untuk melakukan mengingat kejadian masa lalu. 4. Teknik life review therapy Teknik ini dilakukan dengan cara melibatkan orang yang dicintai karena akan mempermudah proses komunikasi. Perawat berusaha mengomunikasikan riwayat masa lalu melalui buku memori yang dijelaskan sebagai berikut: a) Menggunakan album foto dengan ukuran halaman yang besar sebagai media untuk meletakkan semua gambar atau dokumen dalam berbagai ukuran. Jika lansia memiliki gangguan penglihatan, maka sebisa mungkin gunakan ukuran gambar yang lebih besar agar terlihat lebih jelas b) Mengumpulkan album foto dari berbagai kehidupan masa lalu lansia mulai dari waktu kecil, dewasa hingga menua.
19
c) Lansia mampu menyebutkan satu per satu situasi foto yang ditampilkan. d) Lansia menjelaskan situasi yang ada pada foto, seperti siapa saja yang ada didalam foto, dimana tempatnya, kapan terjadinya, serta apa yang dilakukan atau situasi yang terjadi pada saat mengambil foto tersebut. e) Menjelaskan tentang nama bagian-bagian dari tingkatan kehidupan yang pernah dijalani, seperti: f) Keluarga inti (informasi kelahiran, dan kematian mengenai ayah, ibu, kakek, nenek) g) Tahun awal (kelahiran dari anak yang paling muda) h) Riwayat pekerjaan (tugas anak, riwayat pekerjaan, dan pensiun) i) Bersikap ramah dan perkawinan j) Riwayat pasangan k) Pernikahan anak l) Keluarga dan teman m) Membuat narasi pada masing-masing tingkatan kehidupan yang pernah dijalani lansia. Saat membuat narasi dapat didampingi oleh orang yang disayani agar lebih mudah dalam mengomunikasikan.
20
BAB 3 TINJAUAN KASUS
Ny.S usia 63 tahun ,sudah lebih dari 2 tahun mengalami nyeri punggung (osteoporosis) dan sering mengeluh sakit di bagian punggung jika Ny.S jalan yang agak jauh dan menginginkan melakukan kegiatan tidak maksimal karena punggungnya terasa nyeri. Ny.S sudah mencoba pengobatan tradisional yang biasa ia buat tetapi masih belum terasa hasilnya, hanya memberikan efek sedikit saja. Pengkajian A. Data Biografi 1. Nama
: Ny.S
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Umur
: 63 tahun
4. Tempat & tanggal lahir
: Kediri, 15 Juli 1953
5. Pendidikan terakhir
: SLTP
6. Agama
: Islam
7. Status perkawinan
: Sudah menikah
8. Tinggi badan/berat badan
: 155cm 50kg
9. Penampilan
: sedikit membungkuk
10. Ciri-ciri tubuh
: Ny.S memiliki tanda lahir di tangan kanan nya dan perawakannya sedikit membungkuk karena osteoporosis
10. Alamat
: Surabaya
11. Orang yang mudah dihubungi : anak terakhir Ny.S 12. Alamat & telepon : 087856xx
21
B. Riwayat Keluarga Genogram :
70
Keterangan : Ny.S adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Ny.S memiliki suami kemudian memiliki 4 anak yaitu 2 cewek dan 2 cowok tetapi tidak lama kemudian suaminya meninggal dan sekarang Ny.S tinggal bersama anak terakhirnya yaitu cowok.
C. Riwayat Pekerjaan 1. Pekerjaan saat ini : Ny.S bekerja di usaha tetangga Ny.S sebagai penjahit 2. Alamat pekerjaan : Desa Sumber Rejo, jarak dari rumah 100 m 3.Alat transportasi : Ny.S biasanya jalan kaki atau diantar anak nya menggunakan sepeda motor 4. Pekerjaan sebelumnya : Ny.S tinggal dirumah saja 5. Alat transportasi : berjalan kaki 6. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari Ny.S bekerja sebagai penjahit dengan upah tiap bulannya tiga ratus ribu rupiah, anaknya juga ikut membantu Ny.S dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja sebagai buruh pabrik.
D. Riwayat Lingkungan Hidup 1. Type tempat tinggal : permanen 2. Jumlah kamar : 3 kamar 3. Kondisi tempat tinggal : kondisi rumah Ny.S terlihat rapi meskipun ukuran rumah Ny.S tidak terlalu besar dan cukup untuk tempat tinggal ia, anak dan kedua cucunya. Di dalam ruang depan rumah Ny.S, lantainya masih terasa berdebu
22
karena Ny.S dan anaknya sama-sama bekerja sehingga jarang membersihkan lantai, hanya sekedar disapu saja. 4. Jumlah orang yang tinggal di rumah : Laki-laki = 2 orang / Perempuan = 3 orang 5. Derajat privasi : 6. Tetangga terdekat : Ny.S memiliki tetangga dekat yang biasa mengasuh kedua cucunya sepulang sekolah saat kedua orang tuanya bekerja. 7. Alamat dan telepon : Surabaya
E. Riwayat Rekreasi 1. Hobby/minat : Ny.S mengatakan tidak mempunyai hobi tersendiri, terkadang menjahit baju untuk cucunya. 2. Keanggotaan dalam organisasi : Ny.S tidak aktif dalamorganisasi di 3. Liburan/perjalanan : Ny.S biasanya berlibur dengan anaknya jika libur hari raya Idul Fitri
F. Sistem Pendukung 1. Perawat/bidan/dokter/fisioterapi : perawat dan bidan jaraknya 1,5 km 2. Rumah sakit : 1 jaraknya 5 km 3. Klinik : 2
jaraknya 2 km
4. Pelayanan kesehatan di rumah : Ny.S biasanya jika merasakan nyeri di punggungnya meminta pijat oleh anaknya atau membeli obat di warung dekat rumah Ny.S. Terkadang Ny.S meminum jamu atau ramuan tradisional yang ia buat sendiri. 5. Makanan yang dihantarkan : 6. Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : sehari-hari keluarga Ny.S tidak melakukan perawatan khusus.
G. Deskripsi Kekhususan 1. Kebiasaan ritual : Ny.S dan keluarga menjalankan sholat 5 waktu, dan sholat Magrib berjama’ah di mushola dekat rumah Ny.S. Cucu Ny.S juga mengaji di salah satu TPA di dekat rumah Ny.S dan setiap hari Kamis Ny.S mengikuti tahlil di mushola.
H. Status Kesehatan 23
1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Satu tahun lalu Ny.S menderita osteoporosis , Ny.S mengeluh nyeri di punggungnya. Nyeri semakin hebat jika digunakan aktivitas. 2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Ny.S masih belum merasakan nyeri di punggungnya. Ny.S juga jarang menderita penyakit yang serius. 3. Keluhan utama : a. Provokative/paliative : saat melakukan aktivitas atau bekerja (menjahit) b. Quality/quantity : Nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk c. Region : tulang belakang d. Severity Scale : skala 6 (1-10) 4. Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : Ny.S mengira hanya nyeri punggung biasa saja, jika diberikan obat yang ada di warung atau menggunakan jamu dapat berkurang. Ny.S belum pernah memeriksakan nyeri nya di puskesmas terdekat, biasanya Ny.S mengatasinya dengan istirahat (tidur). 5. Alergi (catatan agen dan reaksi spesifik) a. Obat-obatan : Ny.S tidak ada alergi obat. b. Makanan : Ny.S tidak ada alergi makanan. c. Faktor lingkungan : Ny.S sering pilek jika udara dingin.
6. Penyakit yang diderita Lain-lain : Ny.S menderita Osteoporosis
I. Aktivitas Hidup Sehari-hari (ADL) 1. Indeks Katz : A / B / C / D / E / F / G 2. Oksigenasi : Ny.S mampu bernafas dengan baik tanpa hambatan. 3. Cairan & elektrolit : normal 4. Nutrisi : Ny.S makan 2-3x sehari, biasanya Ny.S makan dengan lauk tempe dan tahu, terkadang ayam dan sayur. 5. Eliminasi : Ny.S BAB 1-2x hari , BAK setiap kali bersih diri 6. Aktivitas : 7. Istirahat & tidur : Ny.S tidur selama 5 jam, terkadang Ny.S terbangun dan susah untuk tidur lagi. 8. Personal hygiene : Ny.S mampu bersih diri, oral hygiene, berpakaian secara mandiri. 24
9. Seksual : 10. Rekreasi : untuk menghilangkan penat setelah bekerja, Ny.S jika dirumah digunakan untuk mengasuh cucunya atau melihat siaran tv. 11. Psikologis a. Persepsi klien : menurut Ny.S nyeri yang ia rasakan di bagian punggung merupakan cobaan dari tuhan b. Konsep diri : Citra tubuh : Ny.S mengatakan kurang menerima keadaan dengan nyeri punggung yang ia rasakan, menurut ia nyeri punggungnya semakin parah jika digunakan bekerja berat. Ny.S tidak percaya diri dengan keadaan ia sekarang karena jika ia gunakan untuk bekerja semakin sakit dan terlihat membungkuk. Ny.S merasa stress karena nyeri yang ia rasa mulai mengganggu kegaiatan bekerja nya. Identitas diri : Ny.S tidak aktif sejak ia merasakan osteporosis dua tahun terakhir ini, Ny.S kurang menerima keadaan ini karena ia merasa menjadi beban untuk keluarga atau anak bungsunya yang jika nyerinya kambuh merawatnya, dan Ny.S merasa cemas jika ia tak bisa bekerja tidak dapat membantu menambah penghasilan keluarga. Peran : Ny.S telah menjadi seorang ibu yang baik, dengan mendidik ke empat anaknya hingga sukses. Meskipun pekerjaan anak terakhirnya tidak terlalu diharapkan oleh Ny.S Ideal diri : Ny.S berharap nyeri di punggungnya mulai membaik, dan tidak membuat bungkuk tubuhnya. Harga diri : Menurut anak bungsunya Ny.s terkadang merasa takut keluar mengikuti kegiatan di desanya karena takut saat kambuh dapat merepotkan orang disekitar dan ia juga terlihat bungkuk. Sehingga membuat Ny.S merasa malu dan bersalah atas keadaan ini. c. Adaptasi : Ny.S mengatakan sudah tidak berdaya dan putus asa dengan nyeri punggungnya ini, Ny.S hanya mampu membawanya ke puskesmas dan meminum obat dari puskesmas, terkadang tidak diminum karena sudah merasa tidak percaya dapat menyembuhkan atau tidak 25
d. Mekanisme pertahanan diri : Ny.S terlihat lesu, terkadang sering gelisah menghadapi nyeri punggung yang ia rasakan. Jika nyeri punggung nya kambuh, ia sering kurang memperhatikan ligkungannya tidak mau berbicara dengan anaknya, meskipun setelah itu ia dapat berbicara lagi. Ny.s tampak tidak dapat menghadapi situasi jika kondisinya semakin parah dan ia hanya mampu membawa ke puskesmas.
J. Tinjauan Sistem Keadaan umum : Tingkat kesadaran : Compos mentis / Apatis / Somnolen / Suporus / Coma Skala Koma Glasgow : Verbal = Psikomotor = Mata = Total = Tanda-tanda vital : Pulse = 110x/menit Temp = 36,5 RR = 30x/menit Tensi = 130/80 mmHg 1. Kepala Saat di inspeksi dan palpasi di bagian kepala Ny.S tidak terdapat lesi dan tidak teraba benjolan di bagian belakang kepala. 2. Sistem persepsi dan sensori (mata, telinga, hidung, pengecapan) Mata : pada pemeriksaan fisik mata, inspeksi terlihat mata Ny.S simetris, konjungtiva pucat, sklera putih, tidak ada edema palpebra, namun terjadi penurunan akomodasi mata, jika Ny.S melihat sesuatu yang jaraknya jauh kurang dapat melihat dengan jelas. Inspeksi pupil terlihat jelas. Telinga : inspeksi bentuk telinga terlihat simetris, dapat mendengar dengan jelas, tidak ada deformitas atau lesi. Tidak ada cerumen saat dilakukan inspeksi dengan pen light. Hidung : inspeksi tidak ditemukan deviasi, penciuman tidak terjadi penurunan saat dilakukan tes penghidu. Saat palpasi sinus, tidak ada nyeri tekan. Pengecepan : inspeksi mulut tidak terdapat lesi, lidah tidak terlihat pecapecah, terdapat gigi palsu yang dipakai Ny.S, gusi terlihat merah tidak terjadi perdarahan. Membran mukosa lembab. Tidak ada bau yang tidak sedap. 3. Leher Saat di palpasi bagian leher tidak terdapat pelebaran pembuluh darah, tidak ada nyeri tekan di bagian belakang leher. 26
4. Dada dan Punggung Saat inspeksi bagian punggung terlihat sedikit membungkuk, tidak ada deviasi sternum, di palpasi terasa nyeri tekan di bagian punggung, terdapat kifosis yang mengganggu aktivitas Ny.S. 5. Abdomen dan pinggang Di palpasi dan perkusi di abdomen tidak ada nyeri tekan, saat dilakukan auskultasi peristaltik normal, pada bagian kandung kemih tidak ada nyeri tekan. Saat di inspeksi pinggang tidak ada kelaianan atau lesi. 6. Ekstremitas atas dan bawah Ny.S mengeluhkan sering merasa nyeri cekot-cekot di tangan kanan nya karena sering digunakan untuk menjahit. Ny.S juga merasa nyeri lutut jika terlalu capai bekerja. Dilakukan pemfis terdapat rentang gerak sendi yang terbatas. 7. Genetalia Ny.S tidak pernah mengelukan rasa panas atau terbakar saat melakukan BAK, Ny.S mampu merawatnya sendiri. 8. Sistem reproduksi Dilakukan pemeriksaan dalam tidak terdapat hasil yg tidak normal, masih dalam batas normal. Ny.S telah mengalami menopouse. 9. Sistem persyarafan Didalam pemeriksaan status mental, terdapat hasil yang normal untuk Ny.S , mampu berbicara dengan normal, terkadang Ny.S lupa atau susah mengingat jika disuruh mengingat hal-hal yang susah. 10. Tactil respon Saat dilakukan pemeriksaan fisik , tactil terasa bergetar terasa sedikit.
K. Status kognitif / afektif / sosial 1. SPMSQ ( Short portable mental status questionnaire) Dari hasil pengkajian, terdapat hasil pemeriksaan 5 kesalahan dalam menjawab pertanyaan yang di tanyakan oleh perawat. Dan itu termasuk dalam kerusakan intelektual sedang.
2. MMSE (mini mental state exam)
27
Dari hasil pengkajian, terdapat nilai 21 dalam menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh perawat. Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya
indikasi
adanya
kerusakan
kognitif
yang
memerlukan
penyelidikan lanjut. 3. Inventaris depresi beck Dari hasil pengkajian, didapatkan nilai 13 dalam menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh perawat. Nilai 8-15 termasuk dalam depresi sedang.
4. Indeks Katz Dari hasil pengkajian, didapatkan nilai A yaitu Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi.
28
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ) Penilaian Ini Untuk Fungsi Intelektual Lansia
Nama klien
: Ny.S
Tanggal: 8 0ktober 2016
Jenis kelamin
: L/P Umur: 63 Tahun
TB/BB: 155 cm/ 50 kg
Agama
: Islam
Tahun pendidikan :
SD
Alamat
: Surabaya
Pewawancara
: Mahasiswa stikes hangtuah surabaya
Skor +
Suku: Jawa Gol.Darah: O SLTP
SLTA
PT
Pertanyaan -
+
Jawaban
No. 1.
Tanggal berapa hari ini? Hari sabtu
Tanggal
08 Tahun 2016 +
2.
Hari apa sekarang ini? Sabtu
+
3.
Apa nama tempat ini? Rumah saya
+
Berapa nomor telepon anda? 4.
Dimana alamat anda? Surabaya (tanyakan bila tidak memiliki telepon)
+
5. -
6.
Berapa umur anda? 63 Kapan anda lahir? Klien
tidak
mampu
mengingat +
7.
Siapa presiden Indonesia Klien mengatakan pak sekarang? jokowi
-
8.
Siapa presiden sebelumnya? Klien
tidak
mampu
mengingat -
9.
Siapa nama kecil ibu anda? Klien
tidak
mampu 29
mengingat -
Kurangi 3 dari 20 dan tetap Klien tidak mampu 10. pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun. Jumlah kesalahan total 5 kesalahan
Keterangan: 1. Kesalahan 0-2
Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4
kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7
kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10
kerusakan intelektual berat
Bisa dimaklumi bila > 1 kesalahan bila subyek hanya berpendidikan sekolah dasar Bisa dimaklumi bila < 1 kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan diatas sekolah menengah atas Bisa dimaklumi bila > 1 kesalahan untuk subyek kulit hitam, dengan menggunakan kriteria pendidikan
30
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA Suatu Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia
Nama klien : Ny. S
Tanggal :8 oktober 2016
Jenis kelamin
:L/P
Umum:63Tahun
Agama
: Islam
Tahun pendidikan
:
Alamat
:Surabaya
TB/BB : 155 cm/
Suku: Jawa SD:
No
SLTP:
Urain
Gol.Darah: O SLTA:
PT:
Fungsi
.
1.
50 kg
Sko r
Saya
puas
bahwa
saya
dapat
kembali
pada
keluarga
Adaption
2
Partnershi
1
(teman-teman) saya
untuk
membantu pada waktu
sesuatu
menyusahkan saya
2.
Saya
puas
dengan
cara
keluarga (temanteman)
p
saya
membicarakan sesuatu dengan saya
dan 31
mengungkapkan masalah dengan saya
3.
Saya
puas
dengan
cara
Growth
2
Affection
2
Resolve
1
keluarga (temanteman)
saya
menerima
dan
mendukung keinginan
saya
untuk melakukan aktivitas
atau
arah baru. 4.
Saya
puas
dengan
cara
keluarga (temanteman)
saya
mengekspresika n
afek
dan
berespon terhadap emosiemosi
saya,
seperti
marah,
sedih
atau
mencintai. 5.
Saya
puas
dengan
cara
teman-teman saya, dan saya menyediakan waktu bersamasama
32
Penilaian : Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab; 1. Selalu 2. Kadang-kadang
: Skor 2 : Skor 1
3. Hampir tidak pernah : Skor 0
33
MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE) Menguji Aspek-Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental Nilai Maksimum
Pasien
5
Pasien
Pertanyaan
Orientasi dapat
(Tahun) (Musim) (Tanggal)
menyebutkan
(Hari) (Bulan apa sekarang)
tahun,
?
tanggal,
hari, dan bulan. (nilai 4) 5
Pasien
dapat
Dimana
kita
menyebutkan
bagian)
(wilayah)
negara
(rumah sakit) (lantai)
bagian,
:
(negara (kota)
kota, rumah sakit. (nilai 3) Registrasi 3
Pasien
dapat
menyebutkan nama
2
objek.
(nilai 2)
Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masingmasing.
Kemudian
tanyakan klien ketiga objek setelah
anda
telah
mengatakannya. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang benar.
Kemudian
sampai
ia
ketiganya.
ulangi
mempelajari Jumlahkan
percobaan dan catat. Percobaan: Perhatikan dan kalkulasi 5
Pasien mengeja (nilai 4)
dapat kata
Seri 7’s. 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja “kata” ke
34
belakang. Mengingat 3
Pasien
dapat
mengulang objek
2 diatas.
(nilai 2)
Minta
untuk
mengulang
ketiga objek diatas. Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran.
Mengingat 9
Pasien
dapat
mengulang
kata
Nama pensil dan melihat (2 poin)
mengulang
hal
hal berikut ini:
berikut: “tak ada jika, dan,
“tak
atau tetapi” (1 poin)
ada
jika,
dan, atau, tetapi” (nilai 6) Nilai total: 21
Kaji tingkat kesadaran sepanjang kontinum: Compos metis
Apatis
Somnolen
Soporus
Coma Keterangan: Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.
35
INVENTARIS DEPRESI BECK Untuk Mengetahui Tingkat Depresi Lansia Dari Beck &Deck (1972)
Nama Klien: Ny.S
Tanggal: 8-Oktober-2016
Jenis kelamin: L/P
Umur: 70 tahun
TB/BB: 155 cm/ 50 kg
Agama : Islam
Suku: Jawa
Gol.darah: O
Pendidikan terakhir: SMA Alamat: Surabaya
Skor
Uraian A. Kesedihan
3
Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2
Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya.
1
Saya merasa sedih/galau
0
Saya tidak merasa sedih B. Pesimisme
3
Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2
Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan.
1
Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0
Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan. C. Rasa kegagalan
3
Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2
Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan.
1
Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0
Saya tidak merasa gagal D. Ketidakpuasan
36
3
Saya tidak puas dengan segalanya.
2
Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1
Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0
Saya tidak merasa tidak puas E. Rasa bersalah
3
Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak berharga
2
Saya merasa sangat bersalah
1
Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
0
Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri F. Tidak menyukai diri sendiri
3
Saya benci diri saya sendiri
2
Saya muak dengan diri saya sendiri
1
Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0
Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri G. Membahayakan diri sendiri
3
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2
Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1
Saya merasa lebih baik mati.
0
Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri. H. Menarik diri dari sosial
3
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada mereka semuanya.
2
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
1
Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya.
0
Saya tidak kehilangan minat pada orang lain. I. Keragu-raguan
3
Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
1
Saya berusaha mengambil keputusan.
0
Saya membuat keputusan yang baik.
37
J. Perubahan gambaran diri 3
Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan.
2
Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya tampak tua atau tak menarik
1
Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik.
0
Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya. K. Kesulitan kerja
3
Saya tidak melakukan pekerjaaan sama sekali
2
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1
Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu
0
Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya L. Keletihan
3
Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2
Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.
1
Saya merasa lelah dari yang biasanya
0
Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya M. Anoreksia
3
Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2
Napsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1
Napsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0
Napsu makan saya tidak buruk dari biasanya. Penilaian
0-4
Depresi tidak ada atau minimal
5-7
Depresi ringan
8-15
Depresi sedang
16+
Depresi berat
Dari beck AT, beck RW: screening depressed patients in family practice (1972)
38
INDEKS KATZ Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Nama klien: Ny. S Jenis kelamin: L/P Umur: 63 tahun Agama: Islam
Suku: Jawa
Tahun pendidikan:
SD
TB/BB: `155cm/ 50kg
Gol. Darah: O SLTP
SLTA
PT
Alamat: Surabaya Skor A
Kriteria Kemandirian
dalam
hal
makan,
kontinen,
berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi. B
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.
C
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G
Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
lain
dapat di klasifikasikan sebagai C, D, E atau F.
39
Analisa data No
Data
Etiologi
1
DS : Ny.S mengatakan sudah lupa tanggal Proses menua
Problem Gangguan proses pikir: pikun
berapa ia lahir dan klien kurang konsentrasi saat menghitung atau membaca DO : dari hasil penilaian terdapat nilai 21 di penilaian MMSE, di indikasikan adanya kerusakan
kognitif
yang
memerlukan
penyelidikan lanjut. 2
DS : Ny.S mengatakan mengatakan kurang Perubahan fungsi tubuh : proses Gangguan citra tubuh menerima keadaan dengan nyeri punggung menua (osteoporosis) yang
ia
rasakan,
menurut
ia
nyeri
punggungnya semakin parah jika digunakan bekerja berat. Ny.S tidak percaya diri dengan keadaan ia sekarang karena jika ia gunakan untuk bekerja semakin sakit dan terlihat membungkuk.
40
DO : Ny.S tampak lesu jika menceritakan nyeri yang ia rasakan. Ny.S merasa stress karena nyeri yang ia rasa mulai mengganggu kegaiatan bekerja nya.
3
DS : Ny.S terlihat lesu, terkadang sering Ketidakmampuan mengubah energi Ketidakefektifan koping gelisah menghadapi nyeri punggung yang ia yang adaptif rasakan. Jika nyeri punggung nya kambuh, ia sering kurang memperhatikan ligkungannya tidak
mau
berbicara
dengan
anaknya,
meskipun setelah itu ia dapat berbicara lagi. Ny.s tampak tidak dapat menghadapi situasi jika kondisinya semakin parah dan ia hanya mampu membawa ke puskesmas. DO : Ny.S terlihat letih
41
Intervensi No. Diagnosa
Tujuan dan Kriteria hasil
1
Setelah dilakukan asuhan
Ketidakefektifan koping
b.d keperawatan
ketidakmampuan mengubah yang adaptif
pertemuan
selama
Intervensi
4x
diharapkan
energi koping dapat mulai adaptif dengan kriteria hasil : Mengidentifikasi pola koping yang efektif Menggunakan strategi koping yang efektif Menggunakan dukungan social yang tersedia Melaporkan penurunan gejala fisik stress
1. Kenali
Rasional dampak
kehidupan terhadap
situasi pasien
peran
dan
hubungan
1. Mendemonstrasikan empati, kehangatan
2. Menjelaskan tentang tujuan dari konseling
2. Evaluasi
kemampuan
3. Menggunakan
pasien dalam membuat
refleksi
keputusan
untuk
3. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran
perubahan
4. Gunakan
dan
meyakinkan 5. Bantu
teknik klarifikasi
memfasilitasi
ekspresi bagaimana
perilaku keluarga terhadap pasien
pendekatan tenang
dan
4. Menjelaskan
peran yang realistis
yang
rasa
5. Mendampingi pasien untuk
mengidentifikasi kekuatan pasien dan memberi pujian
pasien
dalam
mengidentifikasi
respon
pada pasien
42
positif dari orang lain 6. Bantu
pasien
dalam
mengklarifikasi kesalahpahaman 2
Gangguan pikir:
pikun
proses b.d
proses menua
Setelah dilakukan 3x
1. Observasi
kemampuan
pertemuan klien dapat
klien untuk melakukan
melakukan aktivitas lebih
aktivitas sehari-hari
optimal, dengan kriteria
1.
Memilih
aktivitas
yang
dilakukannya.
2. Beri kesempatan pasien
2. Pengenalan bertahap untuk
hasil :
untuk mengenal dimana
memberikan kesempatan kepada
Nilai MMSE meningkat
ia berada
pasien tentang perubahan tempat
Ny.S lebih konsentrasi saat melakukan aktivitas
3. Beri
kesempatan
pasien
pada untuk
menyebutkan
3.
Meningkatkan
daya
ingat
pasien.
anggota
keluarga 4. Beri pujian jika pasien dapat menjawab 3
Gangguan
citra
Setelah 2x pertemuan klien
1. Bina
tubuh b.d perubahan
dapat menerima kehadiran
percaya
fungsi tubuh : proses
perawat.
2. Diskusikan
Klien
dapat
hubungan
4. Memberikan rasa berharga pada pasien.
saling
1. Memberikan rasa nyaman pada pasien
persepsi
2. Membantu
pasien
43
menua
mengungkapkan perasaan
pasien tentang citra tubuhnya
menyebutkan
(osteoporosis)
dan keberadaannya saat ini
dahulu dan saat ini, perasaan
menjelaskan
secara verbal.
dan harapan terhadap citra
mengenai tubuhnya
tubuhnya saat ini. -
Ny.S mulai percaya
diri dengan keadaaanya sekarang -
Stress Ny.S mulai
berkurang
3. Motivasi
3. Meningkatkan
pasien
untuk
merasakan bagian tubuh yang nyeri secara bertahap, bantu pasien
menyentuh
bagian
tersebut.
untuk
persepsi
semangat mengatasi
nyeri punggungnya 4. Membantu
pasien
menemukan kelebihan pada dirinya
4. Diskusikan aspek positif diri.
5. Mengurangi resiko cidera atau jatuh dengan latihan
5. Bantu
pasien
untuk
meningkatkan fungsi bagian tubuh
pasien
dan
yang
terganggu.
(Latihan ROM) 6. Ajarkan
pasien
meningkatkan fungsi tubuh yang terganggu 6. Meningkatkan
motivasi
pasien untuk pembentukan untuk
tubuh yang lebih ideal.
meningkatkan citra tubuh.
44
Implementasi Tgl
Diagnose
Tindakan keperawatan
Paraf
Evaluasi
Paraf
Keperawatan 9/10/2016
Ketidakefektifan koping
b.d
kehidupan pasien terhadap
ketidakmampuan mengubah energi
mengenali dampak situasi
peran dan hubungan
yang adaptif
mengevaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
menganjurkan pasien untuk mengidentifikasi
§§
S:-
§§
O : pasien tampak murung, sering menyendiri, terlihat sedih, pemenuhan ADL dengan instruksi, lemas, lelah, pucat, tidak ada kontak mata saat diajak komunikasi, menjawab pertanyaan sedikit, senyum sedikit
gambaran perubahan peran
yang realistis
A:
menggunakan pendekatan
Koping : masalah belum teratasi
yang tenang dan
meyakinkan
Penyesuaian psikososial: masalah
membantu pasien dalam
belum teratasi
mengidentifikasi respon
P : intervensi dilanjutkan nomor
45
positif dari orang lain
3,4,5
membantu pasien dalam mengklarifikasi kesalahpahaman
09/10/2016 Gangguan proses 10.00
§§
mengobservasi
S: Ny.S mengatakan lebih
pikir: pikun b.d
kemampuan klien untuk
konsentrasi saat melakukan
proses menua
melakukan
aktivitas
aktivitas
O: Nilai MMSE meningkat
sehari-hari
10.30
memberi pasien
A: masalah teratasi sebagian
kesempatan untuk
P: intervensi dilanjutkan nomor
mengenal
1 dan 2
dimana ia berada
11.00
§§
memberi kesempatan pada pasien untuk menyebutkan anggota keluarga
11.30
memberi pujian jika pasien dapat menjawab
10/10/2016 Gangguan citra tubuh b.d
membina hubungan saling percaya.
§§
S: klien mengatakan menerima
§§
keadaannya sekarang
46
13.30
perubahan fungsi
mendiskusikan
persepsi
tubuh : proses
pasien
menua
tubuhnya dahulu dan saat
(osteoporosis)
ini, perasaan dan harapan
tentang
citra
terhadap citra tubuhnya
O: klien tampak antusias dengan percakapan tersebut
A: masalah teratasi
saat ini. 13.45
memotivasi pasien untuk
P: intervensi dipertahankan
merasakan bagian tubuh yang
nyeri
bertahap,
bantu
menyentuh
secara pasien bagian
tersebut. 13.50
mendiskusikan
aspek
positif diri. 14.00
membantu pasien untuk meningkatkan bagian
tubuh
fungsi yang
terganggu. (Latihan ROM)
47
14.10
mengajarkan pasien untuk meningkatkan citra tubuh.
48
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbale balik. Masalah psikososial adalahmasalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbale balik, sebagai akibatterjadinya perubahan social dan atau gejolak social dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa. (Depkes, 2011). Gangguan alam perasaan atau biasa dikenal dengan gangguan mood juga dikenal sebagai gangguan afektif, adalah perubahan pervasif emosi individu yang ditandai dengan depresi atau mania. Gangguan mood mengganggu kehidupan individu. Individu diliputi kesedihan jangka panjang dan drastis, agitasi, atau elasi, disertai keraguan terhadap diri sendiri, rasa bersalah dan marah, yang megubah aktivitas hidupnya terutama aktivitas yang melibatkan harga diri, pekerjaan dan hubungan. 4.2 Saran Para lansia rawan untuk mengalami gangguan psikososial seperti depresi dan dimensia. Para lansia juga mengalami adanya gangguan alam perasaan dan bisa di terapi dengan terapi kognitif dan terapi life review therapy.
49
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pdfcoke.com/document/143552829/77922875-Aspek-Psikososial
Yusuf Ahmad, Fitryasari Rizky. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Herdman T.H , Katmisuru S. 20015. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Jakarta: EGC https://id.wikipedia.org/wiki/Demensia Keliat,Anna Budi . 2011. Keperawatan keseatan jiwa komunitas : CMHN . Jakarta: EGC Kushariyadi, Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI. Jakarta: Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA Depkes R.I. 1999. Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja. Jakarta: Medi Media Nugroho Wahyudi. 1995. Perawatan Usia Lanjut. Jakarta: EGC
Diagnosa NANDA 2015-2017
50