Makalah Analisis Kurikulum Revisi.docx

  • Uploaded by: Ismi Azizah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Analisis Kurikulum Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,029
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kurikulum pendidikan disusun dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian kebutuhan pembangunan nasional, pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kurikulum merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai dan dikembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi yang sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hakikat kurikulum dalam kegiatan pembelajaran ? 2. Bagaimana bentuk dan orientasi kurikulum ? 3. Bagaimana langkah pengembangan kurikulum ? 4. Bagaimana fungsi dan peran kurikulum ? 5. Bagaimana landasan dan prinsip pengembangan kurikulum ? 6. Bagaimana model kurikulum ?

Analisis Kurikulum PAI 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Kurikulum dalam Kegiatan Pembelajaran Dalam kaitannya dengan pembelajaran, maka kurikulum mengandung beberapa indikasi, bahwa: a) kurikulum sebagai rencana pembelajaran, b) kurikulum sebagai mata/isi pelajaran, c) kurikulum sebagai jalan memperoleh tingkatan/ijazah, d) kurikulum sebagai hasil belajar, e) kurikulum sebagai pengalaman belajar.

B. Bentuk dan Orientasi Kurikulum Kurikulum bermacam-macam bentuknya. Bentuk yang paling dikenal dan sangat

meluas

pemakaiannya

ialah subject

curriculum,

subject

berarti

matapelajaran. Jadi subject curriculum berarti kurikulum yang terdiri atas sejumlah matapelajaran, disebut juga subject centered curriculum yang artinya kurikulum yang berpusat pada matapelajaran. Karena matapelajaran itu pada umumnya diajarkan secara terpisah-pisah, maka disebut juga separate subject-curriculum. Pada garis besarnya ada empat jenis orientasi kurikulum : 1. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject Centered). Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu: a. Mata pelajaran terpisah-pisah (Separate Subject Curriculum) b. Mata pelajaran gabungan (Correlated Curriculum) c. Pola pengelompokkan mata pelajaran serumpun (Broad Fields) 2. Kurikulum yang mengutamakan peranan siswa (Student Centered). Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu : a) Kurikulum berpusat pada anak didik (Student centered) b) Kurikulum berpusat pada pengalaman (The Activity atau Experience Centered). 3. Goal Centered, Kurikulum yang berorientasi pada tujuan : a. Kurikulum berpusat pada tujuan (Goal Oriented) b. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based)

Analisis Kurikulum PAI 2

4. Problem Centered, Suatu kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu: a. Kurikulum yang berorientasi pada situasi hidup (Life Situations) b. Kurikulum yang berorientasi pada rekonstuksi sosial (Social Reconstruction).

C. Langkah Pengembangan Kurikulum Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum terdiri atas diagnosis kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan, dan pengorganisasian materi,

pemilihan,

dan

pengorganisasian

pengalaman

belajar,

dan

pengembangan alat evaluasi. a. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat, dan dunia kerja dapat dianalisis dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat pada masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari kebijakan-kebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut, kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan pengembangan tujuan. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survei kebutuhan merupakan cara yang relatif sederhana dalam menganalisis kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat melakukan wawancara dengan sejumlah orang,

Analisis Kurikulum PAI 3

tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan para ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program pendidikan. Pendekatan analisis tuga dilakukan dengan cara menganalisis setiap jenis tugas yang harus diselesaikan. Tugas tersebut bisa berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan atau psikomotorik. Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan. b. Perumusan Tujuan Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan. Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum (kompleks) sampai pada tujuan yang lebih khusus. Hirearki tujuan tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional umum dan khusus. Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives membagi tujuan menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognistif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan nilai-nilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan keterampilanketerampilan motorik. Dalam Davies (1976), ketiga domain tujuan tersebut dirinci. c. Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Dalam Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials, M.D. Gall (1981) mengemukakan Sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum, yaitu identifikasi kebutuhan, merumuskan misi kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim, mendapatkan susunan bahan, menganalisis bahan, menilai bahan, membuat keputusan adopsi,

Analisis Kurikulum PAI 4

menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan. Secara spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum. Tugas guru adalah mengembangkan bahan pelajaran tersebut berdasarkan tujuan instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya. Penyusunan bahan pelajaran disebut scope. Kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi kurikulum antara lain: 

Materi kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, materi kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan budaya positf dari generasi masa lalu.



Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu.



Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, untuk bekal hidup di masa kini, dan masa yang akan datang.



Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik (siswa) dan kebutuhan masyarakat.

Sequence menyangkut urutan susunan bahan kurikulum. Untuk penyusunan sequence, perlu dipertimbangkan hal berikut:

d.



Taraf kesulitan materi pelajaran/isi kurikulum



Apersepsi atau pengalaman masa lalu



Kematangan dan perkembangan siswa



Minat dan kebutuhan siswa

Pemilihan dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya adalah memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yang akan diberikan.

Analisis Kurikulum PAI 5

Pengalaman belajar siswa dapat bersumber dari pengalaman visual, pengalaman suara, perabaan, dan penciuman. Pengalaman belajar dipilih harus mencakup berbagai kegiatan mental dan fisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan merangsang siswa belajar aktif dan kreatif. e.

Pengembangan Alat Evaluasi Pengembangan alat evaluasi yang dimaksud adalah untuk menelaah kembali apakah kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc. Neil (1977) mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapat jawaban dari penilaian kurikulum yaitu, apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan dioragnisasikan itu memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan

yang

dicita-citakan

dan

apakah

kurikulum

yang

telah

dikembangkan dapat diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Ada dua orang beranggapan bahwa penilaian sama artinya dengan pengukuran, tes, atau pemberian nilai. Ketiganya memang merupakan bagian dari proses penilaian. Penilai pada dasarnya merupakan suatu proses pertimbangan terhadap suatu hal. Scriven (dalam Nurgiyantoro, 1988) mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri atas tiga komponen, yaitu pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan pembuatan keputusan. Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.

D. Peran dan Fungsi Kurikulum Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif. a. Peranan Konservatif Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan wariswan sosial bagi generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Ini seiring dengan

Analisis Kurikulum PAI 6

hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara siswa selaku anak didik dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu proses tersebut. Romine mengatakan bahwa: Dengan adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya kurikulum itu berorientasi pada masa lampau. Meskipun demikian, peranan ini sangat mendasar sifatnya. b. Peranan Kritis dan Evaluatif Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang dihilangkan, serta diadaka modifikasi dan perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu. c. Peranan Kreatif Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa mendatang. Untuk membantu setiap individu dalam mengembangkan semua yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Ketiga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau dengan kata lain terdapat keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan masa depan.

Analisis Kurikulum PAI 7

d. Fungsi Kurikulum Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban berbagai fungsi tertentu. Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education (1918), mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian , fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik. e. Fungsi Penyesuaian ( The Adjutive of Adaptive Function) Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masingmasing individupun harus memiliki kemampuan menyesuaika diri secara dinamis pula. Di balik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan. Disini lah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sebagai individu bersifat well-adjusted. f.

Fungsi Integrasi (The Integrating Function) Kurikulum berfungsi mendidik pribadi –pribadi yang terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarkat.

g. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function) Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan diantara setiap orang di masyarkat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang-orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi sosial. h. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function) Kurikulum befungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jau,misalnya melanjutkan studi ke sekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar di dalam masyarakat.Persiapan

kemampuan

belajar

lebih

lanjut

ini

sangat

Analisis Kurikulum PAI 8

diperlukan,mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau pun yang menarik perhatian mereka. i.

Fungsi Pemilihan (The Selective Function) Perbedaan (diferensasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang saling berkaitan.Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya.Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem demokratis.Untuk mengembakanberbagai kemampuan tersebut,maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel

E. Landasan Pengembangan Kurikulum 1. Landasan filosofis Landasan filosofis merupakan factor utama dalam menetapkan arah pendidikan, seperti: hakikat pendidikan, tujuan, dan cara untuk mencapai tujuan. Landasan ini sebagai pandangan tentang realitas, nilai-nilai, dan ilmu pengetahuan yang harus diteruskan kepada pebelajar, agar hidup lebih baik, lebih indah, dan lebih sempurna. 2. Landasan social-budaya Pengembangan

kurikulum

diarahkan

mendorong

terwujudnya

pelestarian dan pembaharuan nilai-nilai social budaya. Sekolah didirikan untuk mengembangkan kebudayaan masyarakat. Bentuk pendidikan yang perlu diberikan kepada pebelajar menentukan kualitas masyarakat, sekarang dan masa depan. Tujuan utama pendidikan adalah pembentukan nilai social dan penerusan budaya. 3. Landasan psikologis Landasan psikologis merupakan landasan yang berkaitan dengan hakikat proses belajar dan mengajar, dan tingkat perkembangan pebelajar. Kurikulum disusun agar pebelajar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kurikulum disusun dengan memperhatikan teori-teori belajar sesuai tingkat perkembangan psikologis pebelajar. Ini berarti kurikulum

Analisis Kurikulum PAI 9

dilaksanakan dengan mempertimbangkan pebelajar sebagai sasaran utama kegiatan pembelajaran. 4. Landasan historis Landasan ini berkaitan dengan keberadaan kurikulum yang selalu disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan zaman. Pengembangan kurikulum pada saat tertentu diadakan untuk memenuhi tuntutan dan perkembangan pada waktu tertentu. Pandangan ini, atas dasar bahwa manusia adalah makhluk pembuat peristiwa dari zaman ke zaman. 5. Landasan budaya, agama Pandangan tentang realita budaya, agama yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sebagai landasan pengembangan kurikulum. 6. Landasan iptek dan seni Pandangan tentang pendidikan merupakan usaha menyiapkan pebelajar menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan semakin maju dan semakin pesat dalam berbagai dimensi kehidupan.

F. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum 1. Prinsip orientasi pada tujuan. Implikasinya: mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler terarah untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya. 2. Prinsip relevansi. Implikasinya: mengusahakan pengembangan kurikulum sedemikian rupa sehingga tamatan pendidikan dengan kurikulum itu dapat memenuhi jenis dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan oleh masyarakat. 3. Prinsip efisiensi. Implikasinya: mengusahakan agar kegiatan kurikuler mendayagunakan waktu, tenaga, biaya dan sumber-sumber lain secara cermat dan tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler itu memadai, memenuhi harapan. 4. Prinsip keefektifan. Implikasinya: mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat membuahkan hasil (mencapai tujuan pendidikan) tanpa kegiatan yang mubazir.

Analisis Kurikulum PAI 10

5. Prinsip fleksibilitas. Implikasinya: mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat luwes, mampu disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat dan waktu yang selalu berkembang tanpa merombak tujuan pendidikan yang harus dicapai. 6. Prinsip integritas. Implikasinya: mengusahakan agar pendidikan dengan suatu kurikulum menghasilkan manusia seutuhnya walaupun kegiatan kurikulernya terjabar ke dalam komponen-komponen kurikuler. 7. Prinsip kontinuitas. Implikasinya: mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler merupakan bagian yang berkesinambungan dengan kegiatankegiatan kurikuler lainnya, baik secara vertical (bertahap, berjenjang) maupun secara horizontal. 8. Prinsip sinkronisasi. Implikasinya: megusahakan agar kegiatan kurikuler seirama, searah dan setujuan. Jangan sampai terjadi suatu kegiatan kurikuler menghambat, berlawanan atau mematikan kegiatan-kegiatan kurikuler lain. 9. Prinsip objektivitas. Implikasinya: mengusahakan agar semua kegiatan kurikuler dilakukan dengan mengikuti tatanan kebenaran ilmiah dengan mengesampingkan pengaruh-pengaruh emosional dan irasional. 10. Prinsip demokrasi. Implikasinya: mengusahakan agar penyelenggaraan pendidikan yang dimuat dalam kurikulum, dikelola secara demokratis.

G. Model Kurikulum Berbagai model dalam pengembangan kurikulum secara garis besar diutarakan sebagai berikut: 1. Model Administratif Model administratif diistilahkan juga garis staf atau top down, dari atas kebawah. Artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaanya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum.

Analisis Kurikulum PAI 11

Dengan wewenang administrasinya membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Anggotanya terdiri dari pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Selanjutnya administrator membentuk tim kerja terdiri dari para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, dan guruguru senior, yang bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih operasional menjabarkan konsep-konsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan oleh Tim pengarah seperti merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional, memilih sekuen materi, memilih strategi pembelajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikiulum bagi guru. Setelah Tim kerja selesai melaksanakan tugasnya, hasilnya dikaji ulang oleh Tim Pengarah serta para ahli lain yang berwenang atau pejabat yang kompeten. Setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut. Karena datangnya dari atas, maka model ini disebut juga Model topdown. Dalam pelaksanaannya, diperlukan monitoring, pengawasan dan bimbingan. Setelah berjalan beberapa saat perlu dilakukan evaluasi. Model model pengembangan kurikulum ini sering mendapat kritikan, karena dipandang tidak demokratis, dan kurang memperhatikan inisiatif para guru. Di Indonesia model ini digunakan alam penerapan kurikulum 1968 dan kurikulum 1975. 2. Model dari Bawah (Grass-Roats) Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi sedangkan model grass rootsakan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi

Analisis Kurikulum PAI 12

Langkah-langkahnya: a. Inisiatif pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar). b. Tim pengajar dan beberapa sekolah ditambah narasumber lain dari orang tua peserta didik atau masyarakat luas yang relevan. c. Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan. d. Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya diadakan lokakarya untuk mencari input yang diperlukan. Kelemahan model grass roots antara lain disebabkan oleh tuntutan keterlibatan berbagai pihak dalam pengembangan kurikulum, padahal tidak semua orang mengerti dan tertarik untuk melibatkan dirinya. Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk seluruh bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralistik dengan model grass roots, memungkinkan terjadinya kompetisi dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif. 3. Model Demonstrasi Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (grass roots). Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. a. Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Unit-unit ini melakukan suatu proyek melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan suatu model kurikulum. Hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat digunakan pada lingkungan sekolah yang lebih luas.

Analisis Kurikulum PAI 13

Pengembangan model ini biasanya diprakarsai oleh pihak Departemen Pendidikan dan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam rangka inovasi dan perbaikan suatu kurikulum. b. Dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri. Pada dasarnya guru-guru tersebut mencobakan yang dianggap belum ada, dan merupakan suatu inovasi terhadap kurikulum, sehingga berbeda dengan pengembangan kurikulum yang berlaku, dengan harapan akan ditemukan pengembangan kurikulum yang lebih baik dari yang ada. Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah: a) Kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah. b) Perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat luas dan kompleks. c) Hakikat model dmostrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan. d) Model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru. Hal penting dari model demontrasi adalah adanya keterbukaan komunikasi antara percobaan yang dilakukan guru dengan percobaanpercobaan yang dilakukan secara lembaga. Di samping itu model demontrasi dapat dikembangkan oleh setiap guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas (classroom action research).

Analisis Kurikulum PAI 14

4. Model Beaucham Model ini dikembangkan oleh G.A. Beauchamp (1964). Langkahlangkahnya sebagai berikut: a. Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas, diperluas disekolah, disebarkan disekolah-sekolah didaerah tertentu baik berskala regional maupun nasional yang disebut arena. b. Menunjuk tim pengembangan yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert, staf pengajar, petugas bimbingan, dan nara sumer lain. c. Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar mengajar. d. Melaksanakan kurikulum di sekolah. e. Mengevaluasi kurikulum yang berlaku. 5. Model Terbalik Hilda Taba Model terbalik ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif yang disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang datangnya dari atas secara deduktif. Sebelum melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut,terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan, kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan. Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi, menemukan Penilaian, memperhatikan antara luas dan dalamnya bahan, kemudian disusunlah suatu unit kurikulum. b. Mengadakan try out. c. Mengadakan revisi atas dasar try out. d. Menyusun kerangka kerja teori. e. Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan. Pengembangan kurikulum model terbalik berusaha mendekatkan kurikulum dengan realitas pelaksanaanya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang professional. Dengan demikian, model ii benar-benar memadukan teori dan praktik. Akan tetapi, dan ini dipandang

Analisis Kurikulum PAI 15

sebagai kelemahannya, model tersebut sulit diorganisasikan karena menuntut kemampuan teoretis dan profesional yang tinggi dari staf pengajar dan administrator pelaksana. 6. Hubungan Interpersonal dari Rogers Model Menurut Roger’s manusia berada dalam proses perubahan (becoming, developing, changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatanhambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tnersebut. Pendidikan juga tidak lain merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut. Guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak. Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers. Pertama, pemilihan target dari system pendidikan. Didalam penentuan target ini satu-satunya kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Selama satu minggu para pejabat pendidikan/administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal. Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secarainterpersonal. Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Diadakannya kelompok untuk dapatnya hubungan interpersonal di tempat yang tidak sibuk. b. Kurang lebih dalam satu minggu para peserta mengadakan saling tikar pengalaman, dibawah pimpinan staf pengajar. c. Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luaslagi dalam satu sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih sempurna.

Analisis Kurikulum PAI 16

d. Selanjutnya penemuan diadakan dengan mengikutsertakan anggota yang lebih luas lagi, yaitu dengan mengikutsertakan para pegawai administrasi dan orang tua peserta didik. Dalam situasi yang demikian diharapkan masing-masing person akan saling menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan problem sekolah yang dihadapi. 7. Model penelitian tindakan Model ini dikembangkan oleh Smith, Stanley, dan Shores, berdasarkan asumsi bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial, yaitu proses yang melibatkan berbagai kepribadian orang tua, peserta didik, guru, struktur sistem sekolah, dan hubungan individu serta kelompok, baik di sekolah maupun di masyarakat. Kurikulum muncul dalam konteks pengharapan dari masyarakat. Setiap orang berharap bahwa setiap perilaku haruslah sesuai dengan profesinya, apa itu dokter, pengusaha, ibu, wiraswastawan, maupun seorang guru. Dalam hal terakhir, setiap orang mempunyai sesuatu ide tentang apa dan bagaimana seharusnya anak didik, serta peran apa yang harus dijadikan kurikulum. Jadi program pengembangan kurikulum yang efektif berusaha memperhatikan berbagai perasaan, pengharapan, dan ide yang dimiliki orang terhadap kurikulum serta selalu dikaitkan dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

Analisis Kurikulum PAI 17

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan kurikulum sekolah adalah seperangkat pengalaman belajar pebelajar di bawah pengawasan sekolah. Ansyar dan Nurtain (1992) mengemukakan bahwa kurikulum sekolah adalah memuat seperangkat isi pembelajaran yang harus diajarkan guru, atau yang harus dipelajari pebelajar. Kurikulum dan pembelajaran, keduanya tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merupakan seperangkat hasil belajar terstruktur yang ingin dicapai oleh sekolah. Pembelajaran adalah kegiatan guru untuk membelajarkan pebelajar. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, maka kurikulum mengandung beberapa indikasi, bahwa: a) kurikulum sebagai rencana pembelajaran, b) kurikulum sebagai mata/isi pelajaran, c) kurikulum sebagai jalan memperoleh tingkatan/ijazah, d) kurikulum sebagai hasil belajar, e) kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dalam kurikulum terdapat beberapa komponen penyusun kurikulum yaitu adanya tujuan kurikulum, Materi/pengalaman belajar, Organisasi, dan Evaluasi. Dimana Evaluasi kurikulum berarti upaya memahami dan memperbaiki pelaksanaan kurikulum. Evaluasi kurikulum selalu mencakup penetapan baik-buruk terhadap pelaksanaan kurikulum berdasarkan criteria tertentu.

B. Saran Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan khususnya juga para pembaca pada umumnya.

Analisis Kurikulum PAI 18

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Haling. 2007. Belajar dan Pembelajaran: Makassar. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar: Makassar. Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. Hernawan, Asep Herry, dkk. 2006. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Nasution, S. 2005. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Ansyar, Mohamad (2015). Kurikulum: Hakikat, Desain & Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenamedia Group. Sudjana, Nana (1991). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru. S. Nasution. Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti : 1993). hal. 108 Dakir. Perencanaan & Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta : 2010. hal. 44-45 Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya: 1997

Analisis Kurikulum PAI 19

Related Documents


More Documents from ""