Makalah Anafilaksis .docx

  • Uploaded by: Chintya Rezky
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Anafilaksis .docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,743
  • Pages: 20
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALERGI ANAFILAKSIS

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5

CHINTYA REZKY AMALIYA PUTRI C051171007 ARMAWATI

C051171320

NALCHE KECHIA RANGAN

C051171036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019

i

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan Alergi Anafilaksis” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas kelompok dari dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Dalam penulisan makalah ini tidak jarang penulis menemukan kesulitan-kesulitan mendasar. Akan tetapi, berkat motivasi dan dukungan dari berbagai pihak, kesulitan-kesulitan itu akhirnya bisa diatasi. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, demi kesempurnaan makalah ini penulis sangat mengharapkan masukan yang sifatnya membangun. Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi semua. Makassar, 16 Februari 2019

TIM PENULIS

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4 A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4 B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 4 C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 5 A. Definisi ............................................................................................................................ 5 B. Etiologi ............................................................................................................................ 5 C. Tanda dan Gejala ............................................................................................................ 6 D. Patofisiologi .................................................................................................................... 8 E. Pathway ........................................................................................................................... 9 F.

Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................ 11

G. Asuhan Keperawatan .................................................................................................... 12 BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 19 A. Kesimpulan ................................................................................................................... 19 B. Saran ............................................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat dan dapat menyebabkan kematian, terjadi secara tiba-tiba segera setelah terpapar oleh allergen atau pencentus lainnya. Reaksi anafilaksis termasuk ke dalam hipersensivitas Tipe I menurut klasifikasi Gell dan Coombs. Penyebab anafilaksis secara umum diantaranya ialah obat-obatan, makanan, paparan lateks, dan segatan serangga. Alergen makanan, antara lain kacang, biji, dan kerang. Segatan serangga dapat menyebabkan kematian setiap tahunnya di Amerika serikat. Insiden anafilaksis terkait segatan serangga berkisar dari 0,3 hingga 3% populasi umum. Awalnya gejala anafilaksis cenderung ringan, akan tetapi pada akhirnya bisa menyebabkan kematian akibat syok anafilaktik. Syok anafilatik dapat berlangsung sangat cepat, tidak terduga, dan dapat terjadi dimana saja yang berpotensi menyebabkan kematian. Identifikasi awal adalah hal yang penting, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan pemberian asuhan keperawatan pada penderita anafilaksis. (Black & Hawks, 2014). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan gangguan alergi anafilaksis? 2. Menjelaskan apa etiologi gangguan alergi anafilaksis? 3. Apa tanda dan gejala dari gangguan alergi anafilaksis? 4. Bagaimana patofisiologi dari gangguan alergi anafilaksis? 5. Jelaskan asuhan keperawatan dari gangguan alergi anafilaksis? C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu dapat memahami tentang konsep medis dari gangguan alergi anafilaksis, mulai dari definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi dan lainnya. Dan untuk mendapatkan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada pasien gangguan alergi anafilaksis, mulai dari pengkajian, diagnosa sampai intervensinya.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Anafilaksis (anaphylaxis) adalah reaksi yang berat dan bisa mengancam jiwa dan harus selalu ditangani sebagai hal darurat medis. Anafilaksis terjadi setelah seseorang terpapar dengan alergen (makanan, serangga, dan obat) yang dapat menimbulkan alergi padanya (ASCIA, 2015). Reaksi anafilaksis merupakan reaksi cepat dimana gejala muncul segera setelah alergen masuk ke dalam tubuh. Para pakar sepakat bahwa anafilaksis merupakan keadaan darurat yang potensial dan dapat mengancam nyawa. Jika reaksi tersebut cukup hebat sehingga menibulkan syok disebut sebagi syok anafilaksis yang dapat berakibat fatal. Reaksi anafilaksis dapat terjadi setelah paparan terhadap allergen dari sumber seperti makanan, gigitan serangga, obat-obatan, dan imunisasi (BADAN POM RI, 2014). Respon anafilaksis berlangsung cepat dan diperantarai IgE. Aleregen berkaitan dengan IgE yang menarik sel mast dan basofil mengakibatkan dilepaskannya mediator seperti histamin, bradikinin, hepain, mediator lipid atau SRS-A (Leukotrien, prostaglandin D, Sitokinin IL-4, IL-5, TNFα. Manajemen medis anafilaksis dirawat dengan pemberian epinefrin setiap saat dalam bentuk EpiPen atau Ana-Kit untuk injek sendiri(waspada keamannya), meghilangkan atau menghentikan agen pencentus, rekomendasi kepada mereka untuk menggunakan gelang atau kewaspadaan dan kartu identitas pada dompet atau tas dan mendaftar pada pihak berwenang, memberikan oksigen darurat, menjaga jalan napas tetap terbuka, memposisikan klien pada posisi trendelenbrug, memberikan cairan IV seperti salin normal 0,9% atau ringer laktat jika diperlukan (Black & Hawks, 2014). B. Etiologi Faktor pemicu timbulnya anafilaksis pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda adalah sebagian besar oleh makanan. Sedangkan gigitan serangga dan obat-obatan menjadi pemicu timbulnya reaksi ini. AGEN UMUM PENYEBAB ANAFILAKSIS 1.

Obat-obatan  Pensilin (paling umum), Sefalosporin, Tetrasiklin, Streptomisin, Kanamisin, Neomisin, Heparin, Protamin, Vanomisin, Amfoterisin B, Polimiksin,

5

Bacterasin,Aspirin, agen antiinflamsi lainnya, Kolkisin Tranquilizer/ obat penenag 2.

Makanan  Kacang, Seafood,Telur, Biji-bijian, Susu, Buah jeruk, Stoberi, Legume

3.

Racun serangga  Hymenoptera (lebah madu, tawon, yellow jacket, lebah, semut api)

4.

Biologi  Antisera heterolog, Enzim, Hormon, Vaksin (terutama jenis yang dikultur di telur)

5.

Produk darah  Plasma, Kriopresipitasi/pemicu krio, Darah total, Gamma globulin

6.

Ekstrak alergen  Agen uji kulit, Desensitisasi

7.

Agen diagnosis  Sulfobromoftalein, Media kontras iodinasi

Tabel 1. Agen Umum Penyebab Anafilaksis (Black & Hawks, 2014)

C. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala dari anafilaksis dapat berupa: 1.

Kulit, subkutan, mukosa Kemerahan, gatal, urtikaria, angioedema penderitanya tidak merasakan gatal tetapi kulitnya terasa terbakar, pilor erection. Pembengkakan lidah atau tenggorokan dapat terjadi pada hampir 20% kasus. Gejala lain yang dapat timbul adalah hidung berair dan pembengkakan kongjugtiva. Kulit dapat menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.

6

Gambar 2. Angioedema, dan Urtikaria(Sumber wikipedia) 2.

Respirasi Gejala pada organ pernapasan didahului dengan rasa gatal di hidung, bersin dan hidung tersumbat, diikuti dengan batuk, sesak, mengi, rasa tercekik, suara serak, dan stridor timbul karena pembengkakan yang menyebabkan penyempitan di saluran napas bagian atas. Di samping itu, terjadi pula edema pada lidah, edema laring, spasme laring dan spasme bronkus.

3.

Sistem Kardiovaskuler Spasme arteri koroner dapat terjadi disertai dengan infark miokardium,gangguan irama jantung, atau henti jantung. Penderita dengan riwayat penyakit jantung memiliki resiko lebih besar untuk mendapatkan efek anafilaksis pada jantung. 10% orang yang mengalami anafilaksis dapat memiliki denyut jantug yang lambat akibat tekanan darah rendah. Penderita akan merasakan pening atau bahkan kehilangan kesadaran karena penurunan tekanan darah.

4.

Sistem Gastrointestinal Gejala gastrointestinal berupa disfagia, mual-muntah, rasa kram diperut, diare yang kadang-kadang disertai darah, dan peningkatan peristaltic usus.

5.

Sistem saraf pusat Perubahan mood mendadak seperti iritabilitas, sakit kepala, perubahan status mental, kebingungan.

6.

Lain-lain Metalic taste di mulut, kram dan pendarahan karena kontraksi uterus.

7

D. Patofisiologi Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL4, IL13) yang menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi IgE spesifik untuk antigen tersebut kemudian terikat pada reseptor pemukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil. Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh IgE spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamine, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah preformed mediators. Fase Efektor adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas vaskuler dan Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek bronkospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin leukotrien yang dihasilkan menyebabkan bronkokonstriksi. Vasodilatasi pembuluh darah yang terjadi mendadak menyebabkan terjadinya fenomena maldistribusi dari volume dan aliran darah. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah balik sehingga curah jantung menurun yang diikuti dengan penurunan tekanan darah. Kemudian terjadi penurunan tekanan perfusi yang berlanjut pada hipoksia ataupun anoksia jaringan yang berimplikasi pada keadaan syok yang membahayakan penderita.

Gambar 2.Hipsensitivitas tipe I yang mendasari Reaksi Anafilaksis 8

E. Pathway

Makanan, obat-obatan dan sengatan serangga

Faktor sensitisasi

Faktor efektor Faktor aktivasi

Alergen masuk dan ditangkap makrofag

Pelebaran PD (Vasodilatasi) Mastosit & basophil dilepaskan

Makrofag mempresentasi antigen pada limfosir T

Mesekresikan sitokinin (IL-4, IL 13)

Alergen sama masuk ke dalam tubuh

Maldistribusi volume sirkulasi

↓ Aliran Darah Balik (Venous Return) Allergen diikat IgE spesifik ↓Tekenan darah

Limfosit B berpoliferasi plasmosit

Plasmosit memproduksi IgE spefisik

Pelepasan mediator vasoaktif (histamine, serotine, bradykinin)

Ikatan antigen & antibody mendegradasi asam arakidonat

↓Tekanan perfusi

Hipoksia jaringan

Syok anafilaktik Antigen terikat IgE di permukaan sel mast & basophil

9

Syok anafilaktik

B1 (breathing)

B2 (Blood)

Peningkatan pengeluran histamin

Peningkatan pengeluran histamin

Kontraksi otot polos bronkiolus

vasodilatasi

Dispnue, bronkospasme, stridor.

Arus balik vena & volume darah menurun

B3 (Brain)

Peningkatan pengeluran histamin

Suplai darah ke organ vital (otak) menurun

B4 (Bladder)

Peningkatan pengeluran histamin

Kontrasi otot polos

iskemia Permabilitas kapiler Asidosis respirasi

Ketidakefektifan pola napas

Maldistribusi volume darah

Pergeseran cairan intravaskuler

↓Tekanan perfusi

Peningkatan pengeluran histamin

Kontraksi otot polos

Suplai darah ke organ vital (lambung) menurun

Asam lambung

Penurunan kesadaran oedema

Penurunan curah jantung

↓Tekenan darah

B5 (Bowel)

Risiko ketidakefektif an perfusi jaringan otak

B6 (Bone)

Peningkata pengeluran histamine & bradikinin

Reaksi hipersensitivitas

Eritema, urtikaria, angioedema

Gangguan integritas kulit

Mualmuntah,diare

Hipovolemi intravaskuler

Dehidrasi

Miksi menurun

Kekurangan volume cairan

Hipotensi, bradikardi, keringat dingin dan pucat Gangguan eliminasi urine Ketidakefektifan perfusi jaringan

10

F. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium dapat membantu menentukan diagnosis, memantau keadaan awal, dan beberapa pemeriksaan digunakan untuk memonitor hasil pengobatan serta mendekteksi komplikasi lanjut. Hitung eosinofil darah tepi normal atau meningkat, begitupun IgE total sering menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan ini berguna untuk memprediksikan kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi tinggi. b. Pemeriksaan lainnya yaitu IgE pesifik dengan RAST(radio-immunosorbent test) atau ELISA

(Enzym

Linked

Immunosorbent

Assay

Test)

menggunakan

prinsip

imunoabsorbsi dan menunjukkan peningkatan kadar IgE pada darah klien. Alergen biasanya menempel pada permukaan yang solid, biasanya cakram kertas. Darah klien diinkubasi pada cakram. Jika klien memiliki antibodi terhadap antigen yang diuji, maka mereka akan meningkat alergen. Antibodi yang tidak berikatan akan tercuci dan kadar antigen IgE dapat diukur. Uji imi kurang sensitif dibanding uji kulit, memakana waktu, dan mahal. c. Pemeriksaan secara invito secra uji kulit untuk mencari alergen penyebab yaitu dengan uji cukit (prick test), uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau intradermal yang tunggak atau berseri (skin end tiration/SET). Uji cukit paling sesuai karena mudah dilakukan dan dapat ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk anak. d. Pemeriksaan lain seperti analisa gas darah, elektrolit dan guka darah, tes fugsi hati, tes fungsi ginjal, elektrokardiografi, rontgen thorak, dan lain-lain.

11

G. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas klien meliputi : Nama/nama panggilan, usia, jenis kelamin,, agama, pendidikan, alamat, dan bangsa. b. Keluhan utama : biasanya meliputi sesak napas, mual muntah, diare, gatal/pruritus, hipotensi, dan lainnya. c. Riwayat kesehatan sekarang : mengkaji alasan masuk rumah sakit, keluhan utama, riwayat alergi dan tipe allergen misal serbuk debu, tanaman, kosmetik, makanan, dan lainnya. d. Riwayat kesehatan dahulu : mengkaji apakah pasien pernah diberikan imunisasi sewaktu kecil, misal imunisasi campak dan penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak. e. Riwayat kesehatan keluarga : mengkaji apakah dari anggota keluarga mempunyai atau pernah mengalami alergi. 2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi : amati permukaan kulit apakah terdapat ruam atau bercak kemerahan pada pasien dan apakah pasien terlihat sesak. b. Palpasi : rasakan permukaan kulit, pasien yang dehidrasi permukaan kulitnya terasa kering. Pengkajian

Diagnosis

Outcome

Intervensi

keperawatan a. Identitas klien

Ketidakefektifan

Setelah dilakukan

Manajamen Jalan Nafas

meliputi :

pola napas

perawatan, masalah

Aktivitas-aktivitas:

berhubungan dengan

pasien dapat teratasi

panggilan, usia, jenis

pembengkakan

dengan kriteria hasil:

kelamin,, agama,

dinding mukosa

pendidikan, alamat,

hidung (NANDA

lagi suara napas

dan bangsa.

Domain 4.

tambahan/stridor

b. Keluhan utama :

Aktivitas/istirahat

Nama/nama





Tidak



Posisikan pasien untuk

terdapat

memaksimalkan ventilasi 

Posisikan untuk

Pernafasan

meringankan

biasanya meliputi

Kelas 4. Respons

kembali normal

sesak napas (NIC

sesak napas, mual

Kardiovaskuler/Pul

(NOC hal.159)

hal.186)

muntah, diare, gatal/pruritus,

monal hal. 243)

Manajemen Anafilaksis 

Identifikasi dan

12

hipotensi, dan

bersihkan semua

lainnya.

sumber alergi,

c. Riwayat kesehatan

jika

sekarang : mengkaji alasan masuk rumah

memungkinkan 

sakit, keluhan utama, riwayat alergi dan

Berikan posisi yang aman



Berikan oksigen

tipe allergen misal

konsentrasi

serbuk debu,

tinggi (10-15

tanaman, kosmetik,

L/menit) (NIC

makanan, dan

hal.150)

lainnya. d. Riwayat kesehatan dahulu : mengkaji apakah pasien pernah diberikan imunisasi sewaktu kecil, misal imunisasi campak dan penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak. e. Riwayat kesehatan keluarga : mengkaji apakah dari anggota keluarga mempunyai atau pernah mengalami alergi.

13

Ketidakefektifan

Setelah dilakukan

Manajemen Syok

perfusi jaringan

perawatan, masalah

Aktivitas-aktivitas:

perifer berhubungan

pasien dapat teratasi

dengan penurunan

dengan kriteria hasil:

aliran darah



(NANDA Domain 4. Aktivitas/Istirahat Kelas 4. Respons Kardiovaskuler/Pul



monal hal. 253)

Monitor tandatanda vital dan

Tekanan darah kembali normal





tekanan darah 

Posisikan pasien

Pasien tidak

untuk

terlihat pucat

mendapatkan

Pasien tidak

perfusi yang

mengalami

optimal

diaforesis (NOC



hal.115)

Berikan vasopressor, sesuai kebutuhan



Berikan agen antiinflamasi dan/atau bronkodilator, sesuai kebutuhan



Berikan kortikosteroid, sesuai kebutuhan (NIC hal. 210)

Kekurangan volume

Setelah dilakukan

Terapi intravena

cairan berhubungan

perawatan, masalah

Aktivitas-aktivitas:

dengan kekurangan

pasien dapat teratasi

cairan (NANDA

dengan kriteria hasil:

Domain 2. Nutri Kelas 5. Hidrasi hal. 193)



Asupan

cairan

pasien

dapat



Verifikasi perintah untuk terapi IV



Periksa tipe

terpenuhi (NOC

cairan, jumlah

hal.553)

dan kadaluarsa, karakteristik dari cairan 

Lakukan 14

[prinsip] lima benar sebelum memulai infus atau pemberian pengobatan 

Berikan pengobatan IV, sesuai yang diresepkan, dan monitor untuk hasilnya



Monitor tanda vital (NIC hal. 435)

Kerusakan integritas

Setelah dilakukan

Manajemen pengobatan

kulit berhubungan

perawatan, masalah

Aktivitas-aktivitas:

dengan reaksi alergi

pasien dapat teratasi

(NANDA Domain 2.

dengan kriteria hasil:

Nutrisi Kelas 5.



Hidrasi hal. 193) 



Tentukan obat apa yang

Rasa gatal dapat

diperlukan dan

berkurang

kelola menurut

Edema

resep dan/atau

berkurang (NOC

protokol

hal. 513)



Kaji ulang pasien dan/atau keluarga secara berkala mengenai jenis 15

dan jumlah obat yang dikonsumsi 

Monitor respon terhadap perubahan pengobatan dengan cara yang tepat



Ajarkan pasien dan/atau anggota keluarga mengenai metode pemberian obat yang sesuai



Dorong pasien untuk [bersedia dilakukan] uji skrining dalam menentukan efek obat (NIC hal. 199)

Resiko

Setelah dilakukan

Manajemen Pengobatan

ketidakefektifan

perawatan, masalah

Aktivitas-aktivitas:

perfusi jaringan otak

pasien dapat teratasi

berhubungan dengan

dengan kriteria hasil:

asidosis respirasi





Tentukan obat apa yang

Tidak terjadinya

dieprlukan, dan

lagi penurunan

kelola menurut

Aktivitas/Istirahat

kesadaran

resep dan/atau

Kelas 4. Respons

(NOC hal. 451)

protocol

(NANDA Domain 4.

Kardiovaskuler/Pul



monal hal. 252)

Monitor efek samping obat



Kaji ulang 16

pasien dan/atau keluarga secara berkala mengenai jenis dan jumlah obat yang dikonsumsi 

Monitor respon terhadap perubahan pengobatan yang dengan cara yang tepat (NOC hal. 199)

Gangguan eliminasi

Setelah dilakukan

Bantuan Berkemih

urine berhubungan

perawatan, masalah

Aktivitas-aktivitas:

dengan hipovolemi

pasien dapat teratasi

intravaskuler

dengan kriteria hasil:

(NANDA Domain 3.





Pertimbangkan kemampuan

Pola eliminasi

dalam rangka

Eliminasi dan

urine kembali

mengenal

Pertukaran Kelas 1.

normal (NOC

keinginan untuk

hal. 83)

BAK

Fungsi Urinarius hal. 199)



Lakukan pencatatan mengenai spesifikasi kontinensia selama 3 hari untuk mendapatkan pola pengeluaran (urin)



Berikan pendekatan 17

dalam 15 menit interval yang disarankan untuk bantuan berkemih 

Diskusikan catatan kontinensia dengan staf untuk memberikan penguatan dan dukungan kepatuhan terhadap jadwal berkemih yang tepat perminggunya dan sesuai dengan kebutuhan. (NIC hal. 72)

18

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Anafilaksis merupakan reaksi sistemik yang berat dan termasuk ke dalam reaksi hipersensitivitas tipe I menurut klasifikasi Gell dan Coombs. Reaksi anafilaksis dapat disebabkan oleh beragam macam sebab, diantaranya makanan, lateks, obat-obatan, reaksi sengatan serangga serta masih banyak penyebab lainnya. Manajemen medis anafilaksis dirawat dengan pemberian epinefrin setiap saat dalam bentuk EpiPen atau Ana-Kit untuk injek sendiri(waspada keamannya), meghilangkan atau menghentikan agen pencentus, rekomendasi kepada mereka untuk menggunakan gelang atau kewaspadaan dan kartu identitas pada dompet atau tas dan mendaftar pada pihak berwenang, memberikan oksigen darurat, menjaga jalan napas tetap terbuka, memposisikan klien pada posisi trendelenbrug, memberikan cairan IV seperti salin normal 0,9% atau ringer laktat jika diperlukan (Black & Hawks, 2014). B. Saran Dalam penulisan makalah ini ada begitu banyak hal kompleks yang akan ditemui, oleh karenanya akan lebih baik jika makalah ini dibaca berdampingan dengan textbook terkait agar tidak ada dualisme persepsi

19

DAFTAR PUSTAKA

ASCIA. (2015, Junin). The Australasian Socitey of Clinical Immnuology and Allergy( ASCIA). Dipetik Januari 7, 2019, dari www.allergy.arg.au Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 3 . Singapore : Elsevier . Blackwell, Wiley. 2015-2017. Nursing Diagnoses Definition and Classification Edisi 10. Jakarta: EGC Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Intervention Classification Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Elsevier. Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcome Classification Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Elsevier. Jessenger, Vinoshalni, & Sidemen, G.P. 2016. Penatalaksanaan Syok Anafilaktik. Bagian/SMF Anestesioogi dan Reanimasi. FK Universitas Udayana. https://id.m.wikipedia.org/wiki/anafilaksis

20

Related Documents


More Documents from "Alfianorrezky"