Makalah Amin.docx

  • Uploaded by: NN
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Amin.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,464
  • Pages: 19
MAKALAH PENGINDERAAN JAUH TERAPAN “APLIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH UNTUK MEMANTAU PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN”

OLEH: KELOMPOK 1 AMIN NUR SYAFITRI

1615142004

REZKY NUR FAJRIALITA

1615141002

YENNI FEBRIANI

1615140009

PROGRAM STUDI GEOGRAFI JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyusun makalah Penginderaan Jauh Terapan ini yang berjudul “Aplikasi Citra Penginderaan Jauh untuk Memantau Perubahan Penggunaan Lahan” yang dimaksudkan agar para pembaca dan penulis sendiri menjadi lebih mengenali dan memahami mengenai aplikasi dari citra penginderaan jauh atau foto udara khususnya dalam hal memonitoring perubahan penggunaan lahan. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila pada makalah ini terdapat tulisan yang tidak berkenan dan terdapat kekurangan-kekurangan lainnya karena penyusun sadar bahwa manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini, serta Dosen mata kuliah Penginderaan Jauh Terapan yang telah membimbing kami. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun dengan senang hati akan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Sekian dari penyusun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Teruslah berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan berfikir baik, logis, dan sistematis.

Makassar, 7 Maret 2019

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG .................................................................................1 B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................2 C. TUJUAN ......................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. CITRA PENGINDERAAN JAUH .............................................................3 B. PENGGUNAAN LAHAN ...........................................................................7 C. PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH UNTUK MEMANTAU PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN ........................9 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN ..........................................................................................15 B. SARAN ......................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................16

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dewasa ini pemanfaatan teknologi penginderaan jauh telah berkembang pesat karena dapat memberikan informasi secara cepat dan akurat tentang sifat, lokasi, luas penggunaan lahan dan total sumberdaya yang ada. Perkembangan penginderaan jauh tidak lepas dari keunggulan yang dimiliki, seperti memberikan data yang unik, memudahkan pekerjaan lapangan dan menyediakan data relatif lengkap dalam waktu yang singkat dengan biaya yang relatif murah persatuan luas. Teknik penginderaan jauh dapat digunakan untuk melihat peningkatan konversi lahan. Monitoring perubahan lahan dengan menggunakan citra satelit merupakan cara yang sangat efisien. Hal ini karena gambar pada citra satelit dapat mencakup kawasan yang cukup luas. Salah satu keuntungan lain dari monitoring perubahan lahan dengan menggunakan citra satelit adalah mudahnya proses pembaruan peta penggunaan dan penutup lahan pada suatu wilayah atau kawasan. Perubahan penggunaan lahan/tutupan lahan merupakan isu utama dalam perubahan lingkungan secara global. Satelit data penginderaan jauh telah terbukti sangat berguna dalam pemetaan penggunaan lahan/pola tutupan lahan dan perubahan dengan waktu. Kuantifikasi perubahan tersebut dimungkinkan melalui teknik SIG dengan data spasial yang dihasilkan terdapat perbedaan skala/resolusi. Masing-masing telah membantu dalam memahami dinamika aktivitas manusia dalam ruang dan waktu. Penggunaan lahan adalah kegiatan manusia. Selama milenium terakhir, manusia telah mengambil peran yang semakin besar dalam modifikasi lingkungan global. Dengan meningkatnya jumlah dan mengembangkan teknologi, manusia telah muncul sebagai instrumen utama, paling kuat, dan universal terhadap perubahan lingkungan di biosfer ini. Penggunaan lahan adalah kegiatan manusia dan menggunakan variasi di atas

1

tanah dan tutupan lahan mengacu pada vegetasi alami, badan air, batuan/tanah, penutup buatan dan lain-lain. Perubahan penggunaan lahan atau tutupan lahan merupakan hal yang umum terjadi, baik dalam bidang pengembangan kota dan wilayah, serta pengelolaan sumber daya alam. Perubahan lahan menjadi salah satu isu penting bagi para perencana dan penyusun kebijakan, khususnya di negara-negara berkembang, dimana masalah penegakan hukum dan kebijakan pengelolaan antar institusi baik horisontal dan vertikal masih lemah. Salah satu dampak dari akibat perubahan guna lahan yang tidak teratur adalah berkurangnya fungsi produktivitas biologis dan keberagaman kehidupan ekosistem yang terdapat di lahan tersebut. Secara umum, praktik perubahan guna lahan dan tutupan lahan dapat diartikan sebagai konversi lahan menjadi lahan perkebunan dan peternakan, perluasan fungsi lahan pertanian, penggundulan hutan, penanaman kembali fungsi lahan hutan, penggantian tanaman, dan perluasan lahan perkotaan (urban sprawl). Sehingga perlu untuk diadakan pengawasan

atau

pemantauan

perubahan

penggunaan

lahan

dengan

memanfaatkan citra penginderaan jauh. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah: 1. Apa yang dimaksud dengan citra penginderaan jauh? 2. Bagaimana memanfaatkan citra penginderaan jauh untuk memantau perubahan penggunaan lahan? C. Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui tentang citra penginderaan jauh. 2. Untuk mengetahui cara penggunaan citra penginderaan jauh untuk memantau perubahan penggunaan lahan.

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Citra Penginderaan Jauh Data penginderaan jauh berupa citra satelit merupakan salah satu data yang sering digunakan dalam aplikasi SIG. Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak jauh dengan menggunakan sensor. Data yang digunakan dalam penginderaan jauh dapat berbentuk hasil dari variasi daya gelombang bunyi dan atau energi elektromagnetik. Sebagai contoh grafimeter memperoleh data dari variasi daya tarik bumi (gravitasi), sonar pada sistem navigasi memperoleh data dari gelombang bunyi dan maka kita memperoleh data dari energi elektromagnetik. Data yang diperoleh itu dikelola dan akan digunakan untuk kepentingan tertentu. Salah satu pemanfaatan penginderaan jauh tersebut adalah Sistem Informasi Geografi. Citra yang diperoleh melalui penginderaan jauh merupakan data dasar atau input yang selanjutnya diolah dan disajikan oleh Sistem Informasi Geografi. Posisi data dari citra Penginderaan Jauh dapat dikoreksi kembali dalam Sistem Informasi Geografi. Dengan demikian, integrasi antara data Penginderaan Jauh dengan Sistem Informasi Geografi akan memperoleh informasi yang optimal sebagai data pemanfaatan wilayah. Sebelum lebih jauh membahas tentang pengolahan peta dan citra pengindraan jauh terlebih dahulu kita akan membahas jenis-jenis citra pengindraan jauh. Karena ada banyak ragam citra satelit yang masing-masing memiliki keistimewaan. Tiap citra satelit memiliki karakter yang berbeda-beda bergantung dari jenis sensor yang dibawanya, ketinggian orbitnya, juga resolusinya. Sehingga kecocokan penggunaan bergantung dari karakter tersebut. 1. Lansat Citra Landsat TM merupakan salah satu jenis citra satelit pengindraan jauh yang dihasilkan dari sistem pengindraan jauh pasif. Landsat memiliki 7 saluran dimana tiap saluran menggunakan panjang gelombang tertentu.

3

Satelit landsat merupakan satelit dengan jenis orbit sunsynkron (mengorbit bumi dengan hampir melewati kutub, memotong arah rotasi bumi dengan sudut inklinasi 98,2 derajat dan ketinggian orbitnya 705 Km dari permukaan bumi. Luas liputan per scene 185 Km x 185 Km. Landsat mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 Km (Sitanggang, 1999 dalam Ratnasari, 2000). Fungsi dari satelit landsat adalah untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi, dan pemetaan suhu permukaan laut. 2. Satelit SPOT (systeme pour I’observation de la terre) Merupakan satelit milik perancis yang mengusung pengindera HRV (SPOT1,2,3,4) dan HRG (SPOT5). Satelit ini mengorbit pada ketinggian 830 Km dengan sudut inklinasi 80 derajat. satelit SPOT memiliki keunggulan pada sistem sensornya yang membawa dua sensor identik yang disebut HRVIR (haute resolution visibel infrared). Masing-masing sensor dapat diatur sumbu pengamatannya ke kiri dan keakanan memotong arah lintasan satelit merekam sampai 7 bidang liputan. Fungsi dari satelit SPOT adalah untuk akurasi monitoring bumi secara global. 3. Satelit ASTER (advanced spaceborne emission and reflecton radiometer) Satelit yang dikembangkan negara Jepang dimana sensor yang dibawa terdiri dari VNIR, SWIR, dan TIR. Satelit ini memiliki orbit sun synchronous yaitu orbit satelit yang menyelaraskan pergerakan satelit dalam orbit presisi bidang orbit dan pergerakan bumi mengelilingi matahari, sedemikian rupa sehingga satelit tersebut akan melewati lokasi tertentu di permukaan bumi selalu pada waktu lokal yang sama setiap harinya. Ketinggian orbitnya 707 Km dengan sudut inklinasi 98,2 derajat. 4. Satelit QUICKBIRD Merupakan satelit resolusi tinggi dengan resolusi spasial 61 cm, mengorbit pada ketinggian 450 Km secara sinkron matahari, satelit ini memiliki dua sensor utama yaitu pankromatik dan multi spektral. Quickbird diluncurkan pada bulan Oktober 2001 di California, AS. Quickbird memiliki

4

empat saluran (band). Fungsi dari satelit QUICKBIRD adalah untuk mendukung aplikasi kekotaan, pengenalan pola permukiman, perluasan daerah terbangun, menyajikan variasi fenomena yang terkait dengan kota, dan untuk lahan pertanian, terkait dengan umur, kesehatan, dan kerapatan tanaman semusim, sehingga sering kali dipakai untuk menaksir tingkat produksi secara regional. 5. Satelit IKONOS Ikonos adalah satelit resolusi spasial tinggi yang diluncurkan bulan September 1999. merekam data multi spektral 4 kanal pada resolusi 4 m. Ketinggian orbitnya 681 Km. Citra resolusi tinggi sangat cocok untuk analisis detail, misalnya wilayah perkotaan tapi tidak efektif apabila digunakan untuk analisis yang bersifat regional. Fungsi dari satelit IKONOS adalah untuk pemetaan topografi dari skala kecil hingga menengah, menghasilkan peta baru, memperbaharui peta topografi yang sudah ada, dan mengoptimalkan penggunaan pupuk dan herbisida. 6. Satelit ALOS Jepang menjadi salah satu negara yang paling inovatif dalam pengembangan

teknologi

satelit

pengindraan

jarak

jauh

setelah

diluncurkannya satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite) pada tanggal 24 Januari 2006. ALOS adalah satelit pemantau lingkungan yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan kartografi, observasi wilayah, pemantauan bencana alam dan survei sumber daya alam. 7. Satelit GeoEye GeoEye-1 merupakan Satelit pengamat Bumi yang pembuatannya disponsori oleh Google dan National Geospatial-Intelligence Agency (NGA) yang diluncurkan pada 6 September 2008 dari Vandenberg Air Force Base, California, AS. Satelit ini mampu memetakan gambar dengan resolusi gambar yang sangat tinggi dan merupakan satelit komersial dengan pencitraan gambar tertinggi yang ada di orbit bumi saat ini.

5

8. Satelit WorldView Satelit World View-2 adalah satelit generasi terbaru dari Digital globe yang diluncurkan pada tanggal 8 Oktober 2009. Citra Satelit yang dihasilkan selain memiliki resolusi spasial yang tinggi juga memiliki resolusi spektral yang lebih lengkap dibandingkan produk citra sebelumnya. Resolusi spasial yang dimiliki citra satelit WorldView-2 ini lebih tinggi, yaitu : 0.46 m – 0.5 m untuk citra pankromatik dan 1.84 m untuk citra multi spektral. Citra multi spektral dari World View-2 ini memiliki jumlah band sebanyak 8 band, sehingga sangat memadai bagi keperluan analisis-analisis spasial sumber daya alam dan lingkungan hidup. 9. Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) Satelit NOAA merupakan satelit meterologi generasi ketiga milik ”National Oceanicand Atmospheric Administration” (NOAA) Amerika Serikat. Munculnya satelit ini untuk menggantikan generasi satelit sebelumnya, seperti seri TIROS (Television and Infra Red Observation Sattelite, tahun 1960-1965) dan seri IOS (Infra Red Observation Sattelite, tahun 1970-1976). Konfigurasi satelit NOAA adalah pada ketinggian orbit 833-870 Km, inklinasi sekitar 98,7 ° – 98,9 °, mempunyai kemampuan mengindra suatu daerah 2 x dalam 24 jam (sehari semalam). Seri NOAA ini dilengkapi dengan 6 (enam) sensor utama, yaitu : a. AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer); b. TOVS (Tiros Operational Vertical Sonde); c. HIRS (High Resolution Infrared Sounder (bagian dari TOVS); d. DCS (Data Collection System) e. SEM (Space Environtment Monitor); f. SARSAT (Search And Rescue Satelite System). Satelit NOAA digunakan untuk membuat peta suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature Maps/SST Maps), memonitor iklim, studi El Nino, dan deteksi arus laut untuk memandu kapal-kapal pada dasar laut dengan ikan berlimpah.

6

10. Terra Terra adalah sebuah citra satelit yang merupakan sebuah spectrometer citra beresolusi tinggi yang dapat mengamati tempat yang sama di permukaan bumi setiap hari. Fungsi dari citra satelit ini adalah untuk pengamatan vegetasi, radiasi permukaan bumi, pendeteksian tutupan lahan, pendeteksian kebakaran hutan, dan pengukuran suhu permukaan bumi. 11. The Indian Remote Sensing (IRS) IRS adalah sistem satelit untuk menyediakan informasi manajemen sumber daya alam yang berharga. Fungsi dari citra satelit ini adalah untuk perencanaan perkotaan dan manajemen bencana. 12. Meteosat Meteosat adalah sebuah satelit geostasioner yang digunakan dalam program meteorologi dunia. Mengamati fenomena yang relevan bagi ahli meteorologi. B. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam kaitannya dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan tidak memiliki satu definisi yang benar – benar tepat di dalam keseluruhan konteks yang berbeda. Sedangkan penutup lahan merupakan gambaran kostruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan. Konstruksi tersebut merupakan konstruksi yang tampak dari sebuah citra penginderaan jauh. Penggunaan lahan adalah kegiatan manusia dan menggunakan variasi di atas tanah dan tutupan lahan mengacu pada vegetasi alami, badan air, batuan/tanah, penutup buatan dan lain-lai. Tutupan lahan, diidefinisikan sebagai kumpulan biotik di permukaan bumi yang menjadi salah satu sifat paling penting dari sistem bumi. Tutupan lahan adalah yang menutupi permukaan bumi dan penggunaan lahan menggambarkan bagaimana tutupan lahan dimodifikasi. Tutupan lahan meliputi: air, salju, padang rumput, hutan, dan tanah terbuka. Penggunaan lahan meliputi lahan pertanian, lahan terbangun, area rekreasi, kawasan pengelolaan satwa liar dll.

7

Tabel: Interpretasi Key Pemahaman Citra Satelit Elements Elemen Teknik Interpretasi Deskripsi Kategori ini terdiri dari Badan air mencerminkan daerah dengan piksel biru gelap ke Tubuh Air permukaan air dalam terang warna biru dan cyan bentuk kolam, danau, dalam standar FCC. saluran air dan kanal dll Ini adalah proses alami Tampak biru muda ke biru Sungai air mengikuti pola gelap dalam warna. kontinyu linier. Pixel refleksi bervariasi dari merah terang ke Kategori ini melibatkan terang merah dan hijau tanah pada tanaman, dalam warna. Area di Lahan Pertanian bera, perkebunan dan bawah kategori ini budidaya / pemeliharaan mengikuti bentuk biasa ikan. dengan tersebar dengan pola berkesinambungan. Ini menunjukkan merah Ini dikategorikan sebagai terang warna merah tua, tanaman yang tersebar halus untuk tekstur Perkebunan dan hutan lindung menengah dan berdekatan dengan bantuan Survey of dengan pola non India Toposheets bersebelahan. Dibedakan dari badan air Hal ini permanen atau lainnya dengan bantuan Tanah Basah musiman air tanah jenuh Survey of India . Toposheets. Tampak warna biru dan cokelat warna dengan ukuran yang berbeda-beda Lahan kosong tanpa Tandus berbatu dan tidak teratur vegetasi. bentuknya terputus-putus kehijauan. Kategori ini berisi permukiman perkotaan Memiliki pola yang teratur dan Lahan Terbangun dan muncul dalam pedesaan, transportasi, warna cyan. komunikasi dan utilitas rekreasi.

8

C. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh untuk Memantau Perubahan Penggunaan Lahan Beberapa aplikasi pengolahan citra penginderaan jauh terkait tata guna lahan: 1. Pemetaan Penggunaan Lahan Untuk mengetahui apakah lahan yang ada digunakan sesuai dengan peruntukannya. Misalnya pemetaan lahan pertanian, permukiman, atau kawasan industri.

Citra satelit pemetaan area pertanian dan permukiman. (Sumber: terraimage.com) 2. Penentuan Arahan Lahan Penentuan lokasi ketersediaan sumber daya air dapat digunakan untuk pertimbangan dalam menetapkan arahan penggunaan lahan sebagai kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya, kawasan pertanian, kawasan pemukiman, atau bahkan sebagai kawasan penunjang untuk kegiatan pertambangan. 3. Kajian Lahan Pertanian dan Perkebunan Kajian untuk penentuan area yang tepat untuk pembukaan lahan pertanian dan lahan perkebunan harus memperhatikan beberapa faktor, seperti: kemiringan lereng, kondisi tanah, kondisi lingkungan sekitar, ketersediaan sumber daya air, dan kondisi iklim. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian lahan pertanian, stabilitas lingkungan (analisis degradasi lahan dan identifikasi sumber air), serta analisa keruangan.

9

Citra kebun kelapa sawit. (Sumber: resellercitrasatelit.wordpress.com) 4. Kajian Lahan Hutan Kajian kawasan hutan dilakukan dalam rangka pengelolaan hutan, pengolahan hasil hutan, pemantauan penebangan dan reboisasi, perlindungan flora dan fauna, inventarisasi dan pemantauan sumber daya hutan, ekowisata, serta pengendalian dan pengawasan kerusakan hutan (misalnya kebakaran hutan, penggundulan hutan, pembukaan hutan untuk lahan permukiman).

Citra alih fungsi lahan hutan di Jambi untuk area perkebunan. (Sumber: mongabay.co.id)

10

5. Kajian Lahan Permukiman Kajian lahan permukiman dimanfaatkan untuk mengkaji distribusi permukiman, kepadatan permukiman, zonasi area permukiman, permukiman kumuh, permukiman elit, serta variasi pola permukiman di desa dan di kota.

Citra Permukiman di Kawasan Jakarta Selatan. (Sumber: Google Earth) 6. Kajian Lahan Industri Pengindraan jauh juga digunakan untuk penentuan lokasi industri, kegiatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), alih fungsi lahan karena kegiatan industri, pemantauan kegiatan ekonomi, dan lain-lain.

Citra kawasan industri minyak bumi di Bontang (Sumber: agnazgeograph.wordpress.com) 11

Adapun dalam pengolahan peta dan citra penginderaan jauh untuk melihat penggunaan lahan (land use) dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Jenis data Jenis data yang digunakan adalah berupa data sekunder berupa peta administrasi berformat shapefile (SHP) untuk proses cropping (pemotongan) citra. Shapefile adalah format data vektor geospasial yang populer untuk perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG). Data jumlah penduduk dan data hasil pertanian dari Biro Pusat Statistik, sebagai data acuan keadaan wilayah suatu tempat. Dan data cita yang digunakan adalah citra Landsat TM. data ini dianalisis menggunakan teknik Supervised Classification, bertujuan untuk mengetahui pembagian klasifikasi kelas-kelas unsur atau tipe penutup lahan seperti; perkotaan, tubuh air, lahan basah, dll. sehingga melalui metode ini akan didapat bagaimana keadaan tipe-tipe penutup lahan yang terdapat pada wilayah yang bersangkutan. 2. Metode Ada dua metode pengklasifikasian tutupan lahan pada citra dengan perangkat lunak SIG, Supervised Classification, dan Unsupervised Classification. Pada klasifikasi tidak terbimbing, proses pembentukan kelas– kelas sebagian besar dikerjakan oleh program komputer yang terbentuk berdasarkan data itu sendiri. Klasifikasi tidak terbimbing ini hanya sebagian kecil saja yang ditetapkan atau didesain oleh analis. Klasifikasi ini sering disebut juga dengan clustering. Sedangkan klasifikasi terbimbing adalah klasifikasi yang dilakukan dengan arahan analis (supervised). Kriteria pengelompokan kelas ditetapkan berdasarkan penanda kelas yang diperoleh analis melalui pembuatan “training area”. 3. Proses a. Konversi Citra. Citra satelit Landsat TM yang diunduh merupakan citra satelit yang terdiri atas beberapa band hasil rekaman sensor satelit. citra tersebut masih

12

berformat TIFF (Tagged Image File Format, disingkat TIFF atau TIF, adalah format file komputer untuk menyimpan gambar grafik raster) dan belum dapat dianalisis sehingga perlu dilakukan konversi citra yang bertujuan untuk mempermudah dalam proses penganalisisan, konversi dilakukan dengan menggabungkan antara beberapa band citra dalam sebuah ketampakan yang berformat ERS (File GIS dibuat oleh ER Mapper, aplikasi pengolah gambar yang digunakan untuk menganalisis gambar geospasial; berisi teks ASCII sederhana yang menggambarkan data raster dalam file terpisah yang memiliki awalan nama file yang sama tetapi tidak ada ekstensi yang digunakan untuk menyimpan dataset mentah dan yang diproses). Berikut ini merupakan tingkatan band yang terdapat pada sistem penginderaan jauh: 1) Band 1 (biru), band ini sering digunakan untuk mengamati unsur-unsur aquatic ecosystem; 2) Band 2 (hijau), kualitas dari band ini tidak jauh berbeda dengan band 1, dan band ini sering dipergunakan untuk mengamati kehijauan vegetasi; 3) Band 3 (merah), Karena vegetasi menyerap semua cahaya merah, maka band ini dipergunakan untuk membedakan vegetasi dan tanah, dan juga dipergunakan untuk memonitor kesehatan vegetasi; 4) Band 4 (near infrared), pada dasarnya air akan menyerap hampir semua radiasi elektromagnetik, maka unsur air akan tampak sangat gelap; 5) Band 5 (SWIR), Band ini bersifat sensitif terhadap kelembaban, sehingga band ini dapat digunakan untuk memonitor kelembaban tanah dan vegetasi; 6) Band 6 (LWIR, Thermal Infrared), band ini merupakan band thermal, yang berarti band ini digunakan untuk mengukur suhu permukaan. Selain itu band ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan aplikasi geologi, tekanan suhu tumbuhan, serta membedakan unsur awan dan tanah yang ketampakannya cukup terang;

13

7) Band 7 (SWIR), Berguna untuk pengenalan terhadap mineral dan jenis batuan, juga sensitif terhadap kelembaban tumbuhan. b. Cropping Citra. Pada tahap ini dilakukan proses cropping atau pemotongan citra berdasarkan wilayah studi area. Proses ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses analisis dengan memfokuskan wilayah yang diteliti dengan menghilangkan beberapa area yang tidak digunakan dalam penelitian. Proses ini dilakukan dengan menggabungkan antara data raster (data citra satelit) dengan data vektor yang merupakan data administratif batas wilayah yang akan diteliti. Peningkatan Kontras Citra. Proses ini dilakukan agar mendapatkan citra yang baik dengan kualitas warna yang sesuai dengan ketampakan asli di permukaan bumi serta mendukung dalam proses selanjutnya yakni klasifikasi citra. Proses ini lebih bertujuan untuk memberikan pewarnaan yang lebih tajam sehingga proses klasifikasi lebih mudah untuk dilakukan. c. Klasifikasi Citra. Proses ini merupakan peninjauan ketampakan citra berdasarkan fenomena yang tampak. Citra yang dihasilkan dan dianalisis menggunakan terminologi true color composite atau ketampakan citra sesuai dengan ketampakan aslinya di permukaan bumi. Sehingga proses klasifikasi ini dilakukan dengan membedakan tiap-tiap warna yang terdapat pada citra. d. Hasil Hasil yang di dapatkan adalah berupa peta tutupan lahan, atau penggunaan lahan, berdasarkan klasifikasi yang telah dibuat pada proses klasifikasi citra dengan model Supervised Classification dalam bentuk data SHP.

14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Citra penginderaan jauh merupakan data yang diperoleh melalui penginderaan jauh dan merupakan data dasar atau input yang selanjutnya diolah dan disajikan oleh Sistem Informasi Geografi. 2. Data cita yang digunakan adalah citra Landsat TM. data ini dianalisis menggunakan teknik Supervised Classification, bertujuan untuk mengetahui pembagian klasifikasi kelas-kelas unsur atau tipe penutup lahan seperti; perkotaan, tubuh air, lahan basah, dll. sehingga melalui metode ini akan didapat bagaimana keadaan tipe-tipe penutup lahan yang terdapat pada wilayah yang bersangkutan. B. Saran Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai bagaimana mengaplikasikan data penginderaan jauh untuk memantau perubahan lahan sehingga kedepannya dapat diterapkan kedalam perencanaan pembangunan wilayah dan pengelolaan tata ruang.

15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Pemanfaatan Peta, Penginderaan Jauh, dan Sistem Informasi Geografis. https://gurugeografi12.com/pemanfaatan-peta-pengindraan-jauh -dan-sistem-informasi geografis/#Interpretasi_peta_dan_pengolahan_citra_ pengindraan_jauh_terkait_tata_guna_lahan. diakses pada 7 Maret 2019 Heryansyah, Tedy. 2017. Pengindraan Jauh Terkait Tata Guna Lahan. https://blog.ruangguru.com/pengindraan-jauh-terkait-tata-guna-lahan. diakses

pada 7 Maret 2019. Kosasih, Dede. 2002. Monitoring Peubahan Lahan Menggunakan Citra Satelit Multiwaktu di DAS Citarum Hulu, Jawa Barat. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pandian, dkk. 2014. Land Use and Land Cover Change Detection using Remote Sensing and GIS in Parts of Coimbatore and Tiruppur Districts, Tamil Nadu, India. International Journal of Remote Sensing & Geoscience (IJRSG). Vol 3(1): 1-7.

Setiawan, Maruf. 2013. Geography Encyclopedia: Penginderaan Jauh untuk Penggunaan Lahan. http://referensigeography.blogspot.com/2013/05/ penginderaan-jauh-untuk-penggunaan-lahan.html. diakses pada 7 Maret 2019. Wijaya, N. 2015. Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan Dengan Citra Landsat dan Sistem Informasi Geografis: Studi Kasus di Wilayah Metropolitan Bandung, Indonesia. Journal of Geomatics and Planning. vol 2(2): 82-92.

16

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""