Makalah Amami.docx

  • Uploaded by: wini
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Amami.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,245
  • Pages: 14
ANALISIS KIMIA ZAT ORGANIK PADA SAMPEL AIR MINUM DENGAN METODE PERMANGANOMETRI

OLEH : KELOMPOK V KELAS : 17C Ayu Ica Sahupala

173145453081

Fitriani Basri

173145453088

Marhani

173145453094

Nisfa Musdalipa

173145453100

Sandra Sahril

173145453106

Wini Alimudin

173145453112

Surianti

173145453119

PRODI DIII ANALIS KESEHATAN STIKES MEGA RRZKY MAKASSAR TAHUN 2018/2019

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sanggat penting fungsinya bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya yang tidak dapat digantikan oleh senyawa lain, hamper semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air. Dengan kata lain selain untuk diminum, air juga digunakan untuk bermacam-macam kegiatan seperti pertanian, industry, perikanan dan rekreasi. Air di permukaan bumi ini terdiri atas 97% air asin di lautan, 2% masih berupa es, 0,0009% berupa danau, 0,00009% merupakan air tawar di sungai dan sisanya merupakan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia, tumbuhan dan hewan yang hidup di daratan. Oleh sebab itu, air merupakan barang langka yang paling dominan dibutuhkann di permukaan bumi. Dari berbagai jenis keperluan manusia akan air terdapat bermacam-macam air yang sering digunakan antara lain air laut, air sungai, air telaga, air waduk, dan air tanah yang khususnya sering digunakan sebagai sumber air minum. Air yang digunakan untuk minum harus bebas dari logam berat, zat organic, maupun mikroorganisme yang dapat membahayakan tubuh manusia. Oleh sebab itu karena semakin banyaknya berbagai macam limbar yang berasal dari buangan sampah organik rumah tanga sampai limbah beracun dari industry yang meresap ke dalam tanah dapat mengakibatkan banyaknya zat organic maupun anorganik yang terkandung di dalam air. Air minum harus memenuhi standar yang berlaku baik kualitas maupun kuantitas sesuai dengan PERMENKES RI NO 416/Menkes/per/IX/1990, tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air minum. Air minum mempunyai batas maksimal zat organik, karena kadar zat organic yang berlebihan memungkinkan pertumbuhan kuman yang dapat membahayakan kesehatan. Oleh karena itu perlu diketahui kadar zat organic dalam air sehingga konsumen dapat terhindar dari bahaya yang mengancam kesehatan dan melakukan upaya-upaya pengendalian zat organic di dalam air. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, berikut adalah beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini : 1. Apa yang dimaksud dengan zat organic ? 2. Bagaimana metode penetapan kadar zat organik didalam air ?

3. Bagaimana langkah kerja penetapan kadar zat organik didalam air ? 4. Bagaimana upaya pengendalian zat organik dalam air ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian zat organik 2. Untuk mengetahui metode penetapan kadar zat organik dalam air 3. Untuk mengetahui langkah kerja penetapan zat organik dalam air 4. Untuk mengetahui upaya pengendalian zat organik dalam air

BAB II PEMBAHASAN A. AIR Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Pada kondisi standar, air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0OC). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Kusmayadi, 2008). a. Sifat Fisik :  Titik beku 0OC  Masa jenis es (0OC) 0,92 g/cm3;  Masa jenis air (0OC) 1,00 gr/cm3;  Panas lebur 80 kal/gram;

     

Titik didih 100OC; Panas penguapan 540 kal/gram; Temperatur kritis 347OC; Tekanan kritis 217 Atm; Konduktivitas listrik spesifik (25OC) 1x10-17/ohm-cm; Konstanta dielektrikum (25OC). Perlu diketahui bahwa air laut mempunyai titik beku (-1,9 OC), massa jenis air

tawar terbesar pada 4OC, sedangkan air laut (kadar garam 35%) mempunyai masa jenis terbesar pada (-3,5OC). b. Sifat Kimia Baik air laut, air hujan maupun air tanah/air tawar mengandung mineral. Macammacam mineral yang terkandung dalam air tawar bervariasi tergantung struktur tanah dimana air itu diambil. Sebagai contoh mineral yang terkandung dalam air itu bukan melalui suatu reaksi kimia melainkan terlarut dari suatu subtansi misalnya dari batu andesit (dari batu vulkanis). Sifat kimia yang lain yaitu konduktivitas listrik pada air paling sedikit 1000 kali lebih besar daripada cairan non metalik pada suhu ruangan. 

Air dapat terurai oleh pengaruh arus listrik dengan reaksi: H2O → H+ + OH-



Air merupakan pelarut yang baik



Air dapat bereaksi dengan basa kuat dan asam kuat



Air bereaksi dengan berbagai subtansi membentuk senyawa padat dimana air terikat dengannya, misalnya senyawa hidrate (Gabriel, 2001).

B. Zat organic Zat organik adalah zat yang banyak mengandung ion Carbon. Contoh zat organik antara lain Benzen, Chloroform, Detergen, Methoxychlor, Pentachlorophenol. Dengan adanya kandungan zat organik maupun Anorganik di dalam air berarti air tersebut sudah tercemar dan tidak aman dijadikan sumber air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari limbah. Zat organik diidentifikasikan sebagai Angka permanganat yaitu banyaknya mg/l KMnO4 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat dalam satu liter sampel air yang dididihkan selama 10 menit. Untuk kebutuhan minum, air harus bebas dari logam berat, zat organik maupun mikroorganisme yang dapat membahayakan tubuh

manusia. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka disarankan penggunaan air harus direbus terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya penyakit yang disebabkan oleh air. Air minum harus memenuhi standar yang berlaku baik kualitas maupun kuantitas sesuai dengan PERMENKES RI nomor 416 / Menkes/ Per/ IX/ 1990, tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum . Air minum mempunyai batas maksimal zat organik, karena kadar zat organik yang berlebihan memungkinkan pertumbuhan kuman yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam standar Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416 / Menkes/ Per/ IX/ 1990 telah ditetapkan maksimal zat organik sebagai angka permanganat dalam air minum adalah 10 mg/l. Apabila terjadi penyimpangan yang melebihi batas dari standar kualitas tersebut, maka dapat menyebabkan timbulnya bau yang tidak enak, berubahnya rasa dan menyebabkan sakit perut/diare (Unus Suriawiria, 1993). C. Metode Penetapan Kadar Zat Organik Dalam Air Penetapan kadar zat organic yang terdapat didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi permanganometri. Berikut akan dipaparkan lebih lanjut mengenai pengertian dasri titrasi permanganometri : 1. Pengertian Titrimetri Titrimetri atau volumetric adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat yang luas pemakainya. Pada analisa titrimetri sangat menguntngkan karena cara ini lebih akurat dan teliti serta dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat lain. Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stokiometri dengan zat yang ditentukan. Larutan pereaksi itu biasanya diketahui konsentrasinya dengan pasti dan disebut pentiter atau larutan baku. Titrasi adalah proses penambahan peniter kedalam zat yang akan ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan bantuan alat yang disebut buret. Pada proses titrasi juga ditambahkan larutan untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Pada proses titrasi juga dikenal dua titik yaitu titik kesetaraan (ekuivalen) dan titik akhir titrasi. Titik kesetaraan akan dicapai bila jumlah zat peniter dan zat yang akan ditentukan telah bereaksi secara stoikiometri. Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik dimana titrasi dapat dihentikan dengan adanya perubahan warna dari larutan

dengan adanya penambahan indikator. Agar proses titrasi dapat berjalan dengan baik sehingga memberikan hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti maka persyaratan berikut perlu diperhatikan : a. Interaksi antara peniter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri dengan faktor stoikiometrisnya berupa bilangan bulat. b. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi belangsung dengan cepat. c. Interaksi antara peniter dan zat yang ditentukan hars berlangsung secara terhitung. 2. Larutan baku / peniter Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya atau kepekatannya telah diketahui dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat yang lain yang digunakan dalam analisa voumetris. Larutan baku ini dapat dibagi dua yaitu larutan baku primer dan larutan baku skunder. Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dan dapat dibuat hanya dengan cara penimbangan dan pengenceran yang teliti. Contoh larutan baku primer antara lain : H2C2O4, Na2B4O7, Ba(OH)2, dan lain-lain. Sedangkan larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara menstandarisasikannya dengan mengunakan larutan baku primer, contohnya NaOH, HCL, dan lain-lain. 3. Angka Permanganat Kalium Permanganat (KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang dikenal sebagai parameter nilai permanganat atau sering disebut sebagai bahan organik total atau TOM (Total Organic Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganat sangat bervariasi, tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung di dalam air (Effendi, 2002). Uji coba ini dengan cepat menunjukkan kebutuhan langsung oksigen yang disebabkan oleh zat-zat anorganik yang dioksidasi, seperti nitrit, sulfida, sulfit dan sebagainya, maupun oleh zat-zat organik yang dapat dioksidasi dengan mudah. Uji coba permanganat dapat dikerjakan dengan cepat, dengan demikian dapat dipergunakan untuk memberikan gambaran kasar tentang BOD. Uji coba

permanganat selama empat jam merupakan uji coba kimia murni dan mengukur jumlah

zat pencemar

yang dioksidasi

secara kimiawi oleh potasium

permangananat. Uji coba permanganat menunjukkan jumlah yang sesungguhnya dari pada kotoran-kotoran organik di dalam suatu contoh (Mahida, 1984). 4. Permanganometri Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang

tidak

dioksidasi

dapat

dititrasi

secara

tidak

langsung

dengan

permanganometri seperti: a. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. b. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam kromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4. 5. Oksidasi Dengan Kalium Permanganat Zat pengoksidasi yang yang berharga dan sangat kuat ini mulai diperkenalkan dalam analisis titrimetri oleh F. Margueritte untuk titrasi besi (II), dalam larutan-larutan asam, reduksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O Sehingga ekuivalennya adalah seperlima mol, yaitu 158,03/5, atau 31,606. Potensial standar dalam larutan asam menurut perhitungan adalah 1,51 volt, maka ion permanganat dalam larutan asam adalah zat pengoksidasi yang kuat. Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi : 2MnO4- + 10Cl- + 16H+ → 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O

Kalium permanganat bukanlah suatu standar primer. Zat ini sukar diperoleh sempurna murni dan bebas sama sekali dengan mangan dioksida. Lagi pula air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi (runutan bahan-bahan organik, dan sebagainya), yang akan bereaksi dengan kalium permanganat itu dengan mangan oksida. Adanya zat yang disebut diakhir ini sangatlah mengganggu, karena ia mengkatalisis penguraian sendiri dari larutan permanganat setelah didiamkan. (Vogel, 1994). Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya dapat hilang karena ; 2MnO4-+ 3Mn2+ + 2H2O↔ 5MnO2 + 4H+ ungu

tidak berwarna

Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksidasi dengan cara : 4MnO4-+ 2H2O↔ 4MnO2+ 3O2 + 4OH Penguraiannya dikatalisis oleh cahaya panas asam-basa, ion Mn(II) dan MnO2. MnO2 biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat auto-katalitik. Untuk mempersiapkan larutan standar KMnO4, harus dihindarkan adanya MnO2.KMnO4 dapat distandarkan terhadap H2C2O4 : 2MnO4-+ 5H2C2O4 + 6H+ ↔ 2Mn2+ + 1 OCO2 + 8H2O (Khopkar, 2003). 6. Sumber Kesalahan Permanganometri Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada : a. Larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitasi coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. b. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4dengan Mn2+ : MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+

Oleh karena itu pula, penambahan pentiter pada proses titrasi harus sedikit demi sedikit, agar kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi dapat dihindari. c. Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 → H2O2 + 2CO2↑ H2O2H2O + O2↑ Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan. D. Langkah Kerja Penetapan Kadar Zat Organik dalam Air 1. Prinsip Kerja Zat organik dalam sampel dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana asam dengan pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. 2. Reaksi Reaksi dalam suasana netral yaitu MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O. Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan Reaksi dalam suasana alkalis : MnO4- + 3e → MnO42MnO42- + 2H2O + 2e → MnO2 + 4OH MnO4- + 2H2O + 3e → MnO2 +4OH Selain itu reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi adalah: Oksidasi : H2C2O4 → CO2 + 2H+ +2eReduksi : MnO4- + 8 H+ →Mn2+ + 4 H2O 3. Alat dan Bahan a) Alat 1. Buret 2. Statif & klem 3. Pipet volume 4. Push ball 5. Beaker glass 6. Erlenmeyer 7. Pipet tetes 8. Kompor listrik / Hot plate 9. Botol reagen b) Bahan 1. Larutan sekunder KMnO4 0,01 N 2. Larutan primer H2C2O4 0,01 N 3. Larutan H2SO4 4N bebas zat organik

4. Aquades 5. Sampel Air 4. Cara Kerja a. Standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan primer H2C2O4 0,01 N 1. Dipipet 10 mL larutan H2C2O4 0,01 N dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL. 2. Ditambahkan 10 mL H2SO4 4 N yang bebas zat organik, dipanaskan hingga 70oC selama 10 menit. 3. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda dan catat volume pemakaian. Titik akhir titrasiTitik Akhir Titrasi

Melebihi TAT

4. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali (hasil akhir volume dirata-ratakan) 5. Dihitung normalitas kalium permanganate dengan cara sebagai berikut: N KMnO4 = V H2C2O4 x N H2C2O4 V KMnO4 Keterangan : N = Normalitas V = Volume b. Penetapan Kadar Zat Organik Dalam Sampel 1. Dipipet 25 mL sampel dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml 2. Ditambahkan 5 mL H2SO4 4 N yang bebas zat organik 3. Ditambahkan KMnO4 0,01 N beberapa tetes ke dalam sampel hingga terjadi perubahan warna merah muda 4. Panaskan diatas pemanas listrik pada suhu 70oC, bila terdapat bau H2S pendidihan diteruskan beberapa menit 5. Ditambahkan 10 mL larutan baku KMnO4 0,01 N dengan buret 6. Dipanaskan diatas pemanas listrik pada suhu 70oC selama 10 menit 7. Ditambahkan 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N dengan buret 8. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda 9. Dicatat volume pemakaian KMnO4 10. Dilakukan titrasi sebanyak 3 kali (hasil akhir volume dirata-ratakan) 11. Dilakukan perhitungan kadar zat organic dalam sampel dengan cara sebagai berikut : Kadar Zat Organik dalam Sampel Air ={[(10+V Titrasi) x N KMnO4]–(10xN H2C2O4)} x Be KMnO4 x 1000 Volume Sampel = ………. mg/L Keterangan : V = Volume

N = Normalitas Be KMnO4 = 31,6 E. Upaya Pengendalian Zat Organik Dalam Air Kadar zat organik yang berlebihan dalam air terutama air minum tidak diperbolehkan karena selain menimbulkan bau, warna dan rasa yang tidak diinginkan, juga dapat bersifat toksik baik secara langsung maupun setelah bersenyawa dengan zat lain yang ada. Zat organik yang ada dalam air dapat berasal dari alam atau sebagai dampak dari kegiatan manusia. Yang berasal dari alam misalnya asam humat (humic acid) dari daun dan batang pohon yang membusuk, senyawa nitrogen (amina) dan senyawa sulfuric (merkaptan) yang berasal dari orgaisme yang membusuk. Manusia dalam keidupan sehai-hari membuang limbah berupa tinja, limbah cair, limbah padat dan gas baik yang berasal dari kegiatan rumah tangga maupun dari kegiatan pertanian, industry, transportasi, pertambangan dan sebagainya. Kegiatan pertanian menghasilkan limbah organic berupa pestisida dan pupuk, kegiatan industry mengeluarkan limbah organic sesuai produk dan prosesnya, transportasi mengeluarkan hidrokarbon dan senyawa organic lain, kegiatan pertambangan juga menghasilkan limbah hidrokarbon dan senyawa organik lain. Di kota-kota besar, air minum yang diterima konsumen melalui jaringan distribusi seringkali masih berwarna, berbau dan berasa tidak sedap. Penyebabnya antara lain karena tingginya kandungan zat organik dalam air baku baik pada kemarau panjang maupun musim hujan serta banyaknya kebocoran pipa distrubusi. Keadaan seperti ini tentu tidak diinginkan. Oleh karena itu perlu dicari cara untuk menghilangkan atau menekan serendah mungkin kadar zat organik dalam air minum. Berikut beberpa upaya yang dapat dilakukan untuk pengendalian zat organik dalam air : 1. Memperbaiki sanitasi pembuangan tinja dan limbah rumah tangga sehingga tidak mencemari sumber air baku terutama air yang diminum. 2. Mengolah limbah industri dan pertambangan termasuk untuk mengurangi kadar zat organik dalam limbah sebelum dibuang ke badan air penerima. 3. Membatasi penggunaan pestisida dengan menerapkan pengendalian hama terpadu. 4. Mengubah cara transportasi kayu yang semula melalui sungai diganti melalui transportasi darat, tentu saja dengan pembuatan jalan dan penyediaan alat angkut. 5. Mencegah erosi daerah hulu. 6. Mencegah kecelakaan sarana transportasi air yang menyebabkan tumpahan bahan bakar ke badan air.

7. Membersihkan daun dan batang yang jatuh ke badan air, vegetasi air termasuk eceng gondok, bagkai hewan, sampah dan sebagainya yang ada dalam badan air terutama yang digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum. 8. Memanfaatkan alga dan eceng gondok yang banyak tumbuh pada badan air seperti waduk, alga diolah menjadi makanan ayam, sedangkan eceng gondok dapat diolah menjadi kertas dan bahan pembuat berbagai hasil kerajinan tangan

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Zat organik adalah zat yang banyak mengandung ion Carbon. Penetapan kadar zat organik didalam air dapat dilakukan dengan metode titrasi permanganometri menggunakan larutan baku primer H2C2O4 0,01 N dan larutan baku sekunder KMnO4 0,01 N. Zat organik diidentifikasikan sebagai Angka permanganat yaitu banyaknya mg/l KMnO4 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat dalam satu liter sampel air yang dididihkan selama 10 menit. Dengan adanya kandungan zat organik maupun Anorganik di dalam air berarti air tersebut sudah tercemar dan tidak aman dijadikan sumber air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari limbah. Dalam standar Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416 / Menkes/ Per/ IX/ 1990 telah ditetapkan maksimal zat organik sebagai angka permanganat dalam air minum adalah 10 mg/l. Apabila terjadi penyimpangan yang melebihi batas dari standar kualitas tersebut, maka dapat menyebabkan timbulnya bau yang tidak enak, berubahnya rasa dan menyebabkan sakit perut/diare (Unus Suriawiria, 1993).

Oleh karena itu dapat dilakukan upaya-upaya pengendalian zat organik dalam air seperti memperbaiki sanitasi pembuangan tinja dan limbah rumah tangga sehingga tidak mencemari sumber air baku terutama air yang diminum, mengolah limbah industri dan pertambangan termasuk untuk mengurangi kadar zat organik dalam limbah sebelum dibuang ke badan air penerima, membatasi penggunaan pestisida dengan menerapkan pengendalian hama terpadu, mencegah kecelakaan sarana transportasi air yang menyebabkan tumpahan bahan bakar ke badan air, membersihkan daun dan batang yang jatuh ke badan air, vegetasi air termasuk eceng gondok, bagkai hewan, sampah dan sebagainya yang ada dalam badan air terutama yang digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum dan lain sebagainya. B. Saran Setelah mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan akibat kadar zat organik yang berlebihan didalam air dengan metode permanganometri, diharapkan agar pembaca dapat mengkonsumsi air sesuai dengan kandungan zat-zat yang diperbolehkan dan diizinkan sehingga derajat kesehatan dapat ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius. Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: Penerbit Rajawali Suriawiria, U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Penerbit Angkasa. Soesanto, Sri Soewasti. 1996. Senyawa Organic Dalam Air Minum. Online. Availabe. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/indekx.php/MPK/article/view File /715/901. diakses tanggal 31 Desember 2015; 18.47 WIB Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi ke-4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""