MAKALAH ALGA (GANGGANG)
Oleh :
1. Ismi Hidaya
15030234003 / 2015P
2. Anggi Putra Dharmawan
15030234011 / 2015P
3. Nova Setyawati
15030234021 / 2015P
4. Iffah Karimah
15030234039 / 2015P
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2018
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alga (tumbuhan ganggang) merupakan tumbuhan thallus yang memiliki habitat mulai dari perairan, baik air tawar maupun air laut, dan daratan yang lembab atau basah. Alga yang hidup di air ada yang bergerak aktif ada yang tidak (Tjitrosoepomo, 2003). Alga termasuk mikroorganisme eukariotik. Mereka umumnya bersifat fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), biru kehijauan (fikobilin), coklat (fikosantin), dan merah (fikoeritrin). Jenis-jenis yang hidup di air, terutama yang tubuhnya ber sel tunggal dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun plankton, tepatnya fitoplankton. Walaupun tubuh ganggang menunjukkan keanekaragaman yang sangat besar, tetapi semua selnya memiliki inti dan plastida, dan dalam plastida mengandung warna derivat klorofil, yaitu klorofil-a atau klorofil-b, selain derivat klorofil terdapat zat warna lain yang menyebabkan perbedaan penamaan pada kelompok ganggang. Zat warna tersebut berupa fikosianin (berwarna biru), fikosantin (berwarna pirang), fikoeritrin (berwarna merah). Di samping itu juga dapat ditemukan zat-zat warna santofil, dan karoten (Tjitrosoepomo, 2005). Ganggang dimanfaatkan manusia dalam berbagai cara. Negara yang memiliki alga merah dan coklat, organisme ini digunakan sebagai pupuk. Tanah diatom, yang pada dasarnya merupakan sisa ganggang mati yang disebut diatom digunakan sebagai bahan penggosok, dan dimanfaatkan juga sebagai bahan penginsulasi panas dan dalam beberapa macam filter. Selain itu alga juga dapat memberikan peranan negatif, meskipun hanya beberapa algae yang bersifat patogenik yang dapat menyerang manusia.
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana struktur yang terdapat pada ganggang? 2. Apa saja macam – macam yang terdapat pada ganggang? 3. Bagaimana proses reproduksi ganggang?
4. Bagaimana peranan positif dan negatif ganggang dalam kehidupan?
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui struktur yang terdapat pada ganggang. 2. Untuk mengetahui macam – macam ganggang. 3. Untuk mengetahui proses reproduksi ganggang. 4. Untuk mengetahui peranan positif dan negatif ganggang dalam kehidupan.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Struktur Ganggang 2.1.1 Morfologi Banyak spesies ganggang terdapat sebagai sel tunggal yang dapat berbentuk bola, batang, gada, atau kumparan, dan dapat bergerak atau tidak(Pelczar, 1986). Thallophyta (tumbuhan talus) merupakan tumbuhan yang belum dapat dibedakan akar, batang dan daun sehingga dikatakan dengan tumbuhan talus. Walaupun alga tidak memiliki organ batang, akar, daun, dan bunga, namun bentuknya berkisar dari tumbuhan yang bersel tunggal (mikroskopik) sampai yang bersel banyak (makroskopik) yang sangat kompleks yang panjangnya mencapai 70 meter (Ichwan, 2014). Algae uniseluler (mikroskopik) berupa sel tunggal, atau tumbuh dalam bentuk rantaian atau filamen. Ada beberapa jenis alga yang sel-selnya membentuk koloni, misalnya pada Volvox, koloni terbentuk dari 500-60.000 sel. Koloni-koloni inilah yang dapat dilihat dengan mata biasa. Alga uniseluler yang
dapat bergerak contohnya: Chlamidomonas, sedangkan alga ber sel tunggal yang tidak dapat bergerak contohnya: Chlorella, Synecoccus.
Gambar 1. Chlamidomonas
Sumber:http://physicsworld.com/cws/article/news/2015/dec/07/alg ae-breaststroke-is-synchronized-from-within
Gambar 2. Chlorella Sumber: Sudjadi Bagot, dan Laila Siti, 2005 Alga ber sel banyak dapat dibagi menjadi beberapa macam berikut: 1. Koloni, koloni yang dapat bergerak contohnya Volvox, Pandorina, sedangkan koloni yang tidak dapat bergerak contohnya Hydrodiction, Pediastrum.
Gambar 3. Volvox Sumber : https://www.britannica.com/science/Volvox
Gambar 4. Hydrodiction
Sumber : https://aquashrimps.ru/biblioteka/useful/richchija-na-dneakvariuma.html 2. Agregat, contohnya Palmella, Gloeocapsa.
Gambar 5. Palmella Sumber : http://www.dr-ralf-wagner.de/Augenflagellaten-englisch.html 3.
Filament, filamen yang bercabang contohnya Ulothrix, Spirogyra, Cladophora. Filamen yang heterotrikos, contohnya Chaelophora, Ectocarpus, Stigeoelonium. Parenkim semu contohnya Nemaliun.
Gambar 6. Stigeoclonium Sumber : http://bioref.lastdragon.org/Chlorophyta/Stigeoclonium.html
Beberapa jenis algae mempunyai struktur yang disebut hold fast, yang mirip dengan sistem perakaran pada tanaman, yang berfungsi untuk menempelnya algae pada batuan atau substrat tertentu, tetapi tidak dapat digunakan untuk menyerap air atau nutrien. Algae tidak memerlukan sistem transport nutrien dan air, karena nutrien dan air dapat dipenuhi dari seluruh sel algae. Struktur khusus yang lain adalah bladder atau pengapung, yang berguna untuk menempatkan algae pada posisi tepat untuk mendapatkan cahaya maksimum. Tangkai atau batang pada algae disebut stipe, yang berguna untuk mendukung blade, yaitu bagian utama algae yang berfungsi mengabsorbsi nutrien dan cahaya (Sumarsih, 2003). Algae, sebagaimana protista eukariotik yang lain, mengandung nukleus yang dibatasi membran. Benda lain yang ada di dalamnya ialah pati dan butir seperti pati, tetesn minyak, dan vakuola. Setiap sel mengandung satu atau lebih kloroplas, yang dapat berbentuk pita atau seperti cakram diskrit sebagaimana yang terdapat pada tumbuhan hijau. Di dalam matriks kloroplas terdapat gelembung pipih bermembran yang disebut tilakoid. Membran tilakoid berisi klorofil dan pigmen pelengkap yng merupakan situs reaksi cahaya pada fotosintesis. Alga motil dilengkapi flagela yang dapat tunggal, berpasangan, atau bergerombol di ujung anterior (depan) atau posterior (belakang) selnya. Struktur lain yang dijumpai pada beberapa alga mencakup duri eksterior atau bonggol dan tungkai untuk melekatkan duri pada suatu benda (Pelczar, 1986).
2.1.2 Anatomi Sebagian besar alga memiliki dinding sel yang jelas, tetapi beberapa marga dan sel-sel reproduktif tertentu tidak memiliki dinding sel. Materi penyusun dinding sel alga adalah : selulosa, xilan, manan, polisakarida yang mengandung sulfat asam alginate, protein, silikon, dioksida, dan CaCO3. Dinding sel alga tidak dibentuk oleh satu senyawa, tetapi merupakan matriks dari satu materi yang bergantian dengan materi yang lainnya atau terbentuk dari lapisan-lapisan berbagai materi yang berbeda. Alga termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang secara relatif tidak berdiferensiasi, tidak membentuk akar batang dan daun (Tjitrosoepomo, 1983). Adanya klorofil membuat alga bersifat autotrof, yaitu dapat menghasilkan karbohidratnya sendiri seperti tumbuhan. Walaupun memiliki klorofil, alga tidak selalu berwarna hijau karena bisa saja memiliki pigmen lain seperti karotenoid (jingga), phycoeritrin (merah) dan xantofill. Terkadang warna-warna pigmen lain ini lebih dominan sehingga menutupi warna hijau klorofil dan akibatnya algae tidak berwarna hijau (Singleton dan Sainsbury, 2006 dalam Monruw, 2011). Beberapa alga yang mengandung zat tepung, bahan agar-agar, zat kersik (silikat), zat kapur, pectin, dan minyak laminarin. Ada golongan alga yang belum memiliki inti sejati atau tidak memiliki dinding nukleus didalam selnya disebut sel prokariotik (pada Cyanophyceae), tetapi umumnya alga bersifat eukariotik. Pada golongan alga Cyanophyceae banyak yang memiliki lapisan lendir sebagai pembungkus koloninya (Bonita hadiani, 2011). 2.1.3 Fisiologi Algae adalah organisme aerobik fotosintetik, dijumpai dimana saja yang tersedia cukup cahaya, kelembapan, dan nutren sederhana untuk memperpanjang hidupnya. Beberapa spesies alga hidup pada salju dan es di daerah kutub dan puncak gunung, dan beberapa ganggang hidup dalam sumber air panas dengan suhu setinggi 70◦C, meskipun suhu tumbuh optimum algae termal ini antara 50◦C dan 54◦C. Algae marin menyesuaikan diri terhadap variasi konsentrasi garam di berbagai bagian
laut dengan kedalaman dan lokasi tertentu di lautan. Beberapa algae teradaptasi pada tanah lembap, pepagan pohon, dan bahkan permukaan batuan, yang didegradasikan oleh algae, sehingga menjadikan produk dekomposisinya tersebut untuk membangun dan memperkaya tanah (Pelczar, 1986). Ganggang memiliki tiga macam pigmen fotosintetik yaitu klorofil, karotenoid, dan fikobilin. Pigmen tersebut terdapat dalam kloroplas algae. Semua ganggang memiliki klorofil a yang terdapat dalam semua organisme fotosintetik selain bakteri fotosintetik. Klorofil b, c, d, dan e yang dibedakan dari sesamanya oleh perbedaan yang kecil dalam struktur molekulnya, dan pada gilirannya hal tersebut menentukan panjang gelombang cahaya yang dapat diserap oleh setiap tipe klorofil sebagai energi. Hasil fotosintesis alga disimpan dalam berbagai produk cadangan makanan sebagai granul atau globul dalam selnya (Pelczar, 1986).
2.2 Macam – Macam Ganggang Sampai kini Thallophyta memiliki 7 fila yaitu Euglenophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Pyrrophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, dan Cryptophyta. Untuk menentukan divisi dan mencirikan kemungkinan hubungan filogenetik di antara kelas secara khas dipakai komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat, dan komposisi dinding sel (Aslan, 1991). a.
Euglenophyta
Klas : Euglenophyceae Ordo : Eutreptiales, Euglenales, dan Heteronematales Euglena merupakan bagian dari Chlorophyta karena adanya klorofil a dan b dalam kloroplas, ganggang ini bersifat uniselular dan bergerak secara aktif dengan flagela. Sel euglena tidak kaku dan tidak memiliki dinding sel yang berisikan selulosa. Membran luar lentur dan dapat digerakkan. Beberapa spesies tertentu memiliki bintik mata merah yang jelas, vakuola kontaktil dan fibril juga dijumpai dalam sel. Fotosintesis dilakukan di dalam kloroplas dan bersifat autotrofik fakultatif. Euglena tersebar luas di tanah maupun dalam air (Pelczar, 1986).
Gambar 7. Struktur dan penampakan euglena mikroskopis ( Sumber: http://www.idbiodiversitas.com/2016/04/apa-itu-euglenophytaciri-ciri-habitat.html )
b. Chrysophyta Klas : Chrysophyceae dan Bacillariophyceae Ordo:
Ochromonadales,
Chrysamoebidales,
Chrysocapsales,
Chrysosphaerales, Phaeothamniales, Sarcinochrysidales, Pedinellales, Dictyochales. Sebagian besar Chrysophyta memiliki flagela, tetapi beberapa diantaranya ameboid oleh adanya perluasan pseudopodial protoplasmanya. Bentuk ameboid yang bugil ini dapat mengambil makanan berbentuk partikel dengan bantuan pseudopodia. Divisi Chrysophyta juga tercakup kokoid dan bentuk filamen yang nonmotil. Kebanyakan ganggang yang termasuk ke dalam divisi ini adalah uniseluler, tetapi beberapa membentuk koloni. Ganggang ini memiliki warna khas krisofit yang disebabkan karena klorofilnya
tertutup
pigmen-pigmen
berwarna
coklat.
Reproduksi
Chrysophyta pada umumnya dengan cara pembelahan biner tetapi dapat juga secara seksual dengan isogami (Pelczar, 1986). Diatom adalah ganggang pada klas Bacillariophyceae yang bersifat uniseluler, diatom memiliki ukuran bervariasi antara 5 μm hingga 5 mm, beberapa diatom merupakan koloni dengan bentuk yang bermacammacam. Sel diatom mempunyai inti dan kromatofora yang berwarna kuning coklat, dalam kromatofora terkandung beberapa macam zat warna, klorofil a, karoten, santofil dan fikosantin dan ada yang tidak memiliki zat warna. Diatom memproduksi vitamin A dan D. Kerangka diatom tersusun atas molekul SiO2. Organisme diatom semasa hidupnya aktif melakukan metabolisme silikon. Unsur Si bersifat esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup. Pada makhluk hidup, kandungan silikon di kulit, tulang dan jaringan pengikat mencapai (0.01-0.04)% (Angka dan Suhartono, 2000). Diatom adalah autotrof, hanya yang tidak mempunyai zat warna yang bersifat heterotrof dan hidup sebagai saprofit. Diatom berkembang biak dengan tiga cara yaitu dengan vegetatif melalui pembelahan sel, vegetatif melalui auksospora (zigot) dan secara generatif melalui oogami. Diatom mendominasi fitoplakton dalam lautan serta perairan air tawar. Lapisan-
lapisan tanah yang banyak mengandung sisa-sisa diatom dinamakan tanah diatom (terra silicea). Diatom memiliki anggota sekitar 100.000 spesies diseluruh dunia. Sel-sel diatom menyimpan karbon dalam berbagai bentuk. Diatom menyimpan karbon dalam bentuk minyak alamiah atau sebagai polimer karbohidrat yang dikenal sebagai chrysolaminarin. Beberapa spesies lain kaya akan minyak (Tjitrosoepomo, 2005).
Gambar 8. Macam-macam chrysophyta (Sumber: https://www.slideshare.net/kelvinsuriyaputra/chrysophyta26538438) c.
Pyrrophyta Divisi ini meliputi dinoflagelata, yang motil, dan fitodinad, yang
nonmotil tetapi membentuk zoopora dengan flagella. Baik dinoflagelata maupun zoospore fitodinad mempunyai flagella yang keluar dari titik yang sama pada selnya. Beberapa dinoflagelata mempunyai dinding sel yang nyata yang terdiri atas lempengan-lempengan yang dapat mengandung selulose. Yang lain-lain, umpamanya Gymnodinium, tidak berdinding sel. Sebagai biakan pokok dari plankton, dinoflagela hidup dalam air tawar maupun air asin. Beberapa genus (umpamanya Gonyaulax) dapat dijumpai sebagai pertumbuhan massif yang dinamakan blooms atau red tides (pasang merah) di alam sekitar lautan, biasanya di Teluk Mexico, di lepas pantai Amerika Utara, dan baru-baru ini di New England. Blooms beberapa spesies tertentu acapkali toksik bagi ikan dan manusia tetapi tidak bagi kerang-kerang yang hidup dari padanya. Menelan kerang-kerang tersebut
dapat
menyebabkan
keracunan
makanan
dan
kematian.
Dinoflagelata marin yang lain bersifat luminens (berpendar). Reproduksi sebagian besar dengan pembelahan sel seksual (Pelczar, 1986).
Gambar 9. Penampakan Pyrrophita secara mikroskopis (Sumber:http://aventalearning.com/content168staging/2007biologyb/unit7/ section35.html) d. Cryptophyta Alga ini dinamakan kriptomonad, mempunyai dua flagela tak sama. Biasanya sel-selnya memipih, berbentuk sandal dan dijumpai sendirisendiri, beberapa berdinding dua yang lain tidak. Cadangan makanan disimpan sebagai pati. Sel membelah secara membujur. Reproduksi seksual belum diketahui (Pelczar, 1986).
Gambar 10. Struktur dan penampakan cryptophyta mikroskopis (Sumber:http://dbmuseblade.colorado.edu/DiatomTwo/sbsac_site/major_g roupCryptophyta.html)
2.3 Reproduksi Ganggang
Gambar 11. Proses reproduksi ganggang Sumber : http://umum-pengertian.blogspot.co.id/2016/04/proses-reproduksiganggang-alga-secara.html Ganggang bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif). Terdapat ganggang hanya mampu bereproduksi secara aseksual. Seperti Euglena, yang dapat melakukan pembelahan biner. Ada juga ganggang yang dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual, seperti Spirogyra. Spirogya bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi (pemutusan) sebagian tubuhnya dan bereproduksi secara seksual dengan konjugasi. Namun, ada juga ganggang (alga) yang bereproduksi baik dengan aseksual maupun seksual, hal ini dilakukan secara metagenesis. Arti metagenesis adalah pergiliran keturunan antara generasi gametofit (penghasil sel kelamin) dengan generasi sporofit (penghasil spora), seperti laminari dan Ulva. 1. Reproduksi Aseksual ganggang (alga) Reproduksi aseksual pada ganggang terjadi dengan pembelahan biner, fragmentasi dan pembentukan spora vegetatif. Proses reproduksi aseksual adalah sebagai berikut. a. Pembelahan Biner Reproduksi aseksual secara pembelahan biner pada ganggang terjadi pada ganggang (alga) uniseluler, seperti Euglenoid, Chlorella, dan
Pyrrophyta (ganggang api). Pada Euglenoid, pembelahan biner terjadi dengan membujur. Pembelahan tersebut diawali dengan pembelahan inti, diikuti dari pembelahan sitoplasma. Dari satu sel induk yang dihasilkan ke dua sel anakan yang tumbuh menjadi ganggang baru. b. Fragmentasi Fragmentasi adalah pemutusan sebagian tubuh ganggang. Bagian tubuh yang terlepas di tubuh induk tumbuh menjadi ganggang baru. Fragmentasi yang pada ganggang multiseluler berbentuk filamen dan talus. Contohnya pada Cladophora, Sargassum, Spirogyra, Macroctis, dan Laminaria. c. Pembentukan Spora Vegetatif Pembentukan
spora
vegetatif
terjadi
dalam
sel
induk
yang
menghasilkan zoospora. Pembentukan spora secara vegetatif terjadi jika kondisi lingkungan mendukung dan jumlah makanan mencukupi. Hal tersebut dapat terjadi pada ganggang (alga) yang bersifat uniseluler maupun yang multiseluler. Contohnya pada Hydrodictyon, Ulothrix, Chlamydomonas, dan Vaucheria. 2. Reproduksi seksual ganggang (alga) Reproduksi seksual pada ganggang (alga) dapat terjadi secara konjugasi, singami, dan anisogami. Proses reproduksi seksual pada ganggang adalah sebagai berikut : a. Konjugasi Konjugasi adalah proses saling berlekatannya dua individu yang berbeda jenis, dengan diikuti terjadinya plasmogami (peleburan plasma sel) dan juga kariogami (peleburan inti sel). Contohnya ganggang yang bereproduksi secara konjugasi adalah spirogyra yang berbentuk filamen tak bercabang. b. Singami Singami (isogami) adalah peleburan antara dua sel gamet yang sama dengan bentuk dan ukurannya, tetapi berbeda jenisnya (+) dan (-), yang kemudian diikuti dengan terjadinya peleburan inti. Singami menghasilkan
zigot yang diploid (2n). Contoh ganggang yang melakukan singami adalah ganggang hijau Ulva. c. Anisogami Anisogami adalah peleburan antara sel gamet yang ukuran dan bentuknya berbeda. Anisogami dapat berupa oogami, yakni masuknya sel gamet jantan yang berflagela (sperma) ke sel yang gamet betina (ovum) kemudian terjadi peleburan inti. Hasil dari fertilisasi adalah zigot. Contoh ganggang yang melakukan oogami adalah Laminaria.
2.4 Peranan Ganggang 2.4.1 Peranan Positif Ganggang a. Chlorella
Gambar 12. Chlorella Sumber : https://www.pukkaherbs.com.au/our-mission/pukkapedia/chlorella/ Beberapa manfaat alga chlorella untuk kesehatan manusia: -
Kandungan klorofil yang tinggi menjadikan Alga Chlorella sebagai alat detoksifikasi dapat membuang logam berat (merkuri, kadmium, timah, dsb) dan pestisida dari dalam tubuh. Detoksifikasi logam berat dan racun kimia lain dalam tubuh akan membutuhkan waktu tiga sampai enam bulan untuk memulai proses ini tergantung berapa banyak chlorella yang dikonsumsi. Aksi pembersihan chlorella pada sistem pencernaan dan sistem pembuangan yang lain membantu darah tetap bersih. Darah yang
bersih dapat memastikan bahwa sampah hasil metabolisme akan terbuang dari jaringan secara efisien. -
Kandungan klorofil yang tinggi dari chlorella dapat membantu menghilangkan bau mulut dan bau badan kronis hanya dalam beberapa hari.
-
Chlorella dapat membantu mengatasi konstipasi/sembelit, memperbaiki sistem imunitas pencernaan, menawarkan racun dari tubuh, mempercepat penyembuhan, melindungi tubuh dari radiasi, membantu mencegah penyakit degeneratif, membantu penanganan infeksi jamur Candida albicans, menangani penyakit radang sendi, dan membantu program penurunan berat badan.
-
Klorofil dalam chlorella efektif melawan penyakit Anemia dan menstimulasi produksi sel darah merah dalam tubuh. Chlorella juga membantu membawa oksigen ke seluruh tubuh dan otak. Karena hal inilah maka mengapa chlorella sering disebut sebagai makanan otak.
-
Membantu melawan kanker yang meliputi kemampuan memperbaiki kerusakan DNA dan mempengaruhi ekspresi gen.
-
Chlorella bersifat basa, sehingga membantu menyeimbangkan pH tubuh. Penting bagi kita untuk menyeimbangkan pH tubuh sekitar 7,2 – 7,4 pH netral. Diet atau pola makan yang terdiri dari makanan yang bersifat asam seperti junk food, makanan olahan, daging merah olahan, dan soft drink yang memiliki pH 2,7 adalah awal dari kebanyakan penyakit. Pada umumnya bakteri dan virus tidak dapat hidup dengan baik dalam kondisi basa.
-
Chlorella melindungi tubuh dari radiasi sinar ultraviolet, menormalkan gula darah dan tensi.
-
Chlorella yang mengandung Chlorella Growth Factor (CGF) dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan berpotensi sebagai nutrisi anti kanker. Chlorella juga membantu memperbaiki jaringan saraf dalam tubuh dan sangat bernilai dalam mengatasi penyakit otak dan kelainan saraf.
-
Chlorella membantu proses pencernaan makan menjadi lebih baik, dan memberikan energi bagi tubuh.
-
Chlorella membantu meningkatkan regenerasi sel, sehingga hal ini dapat memperlambat proses penuaan.
-
Chlorella dapat membuat tulang dan pembuluh darah menjadi kuat.
-
Chlorella sp dapat digunakan sebagai sumber penghasil biodiesel. Salah satu sumber penghasil minyak biodiesel yang belum digali manfaatnya adalah Chlorella sp yang mengandung minyak sekitar 28-32 % dari berat kering yang dapat digunakan untuk mengkatalisis triglyceride menjadi methyl ester (biodiesel) dengan mekanisme transterifikasi.
Gambar 13. Proses pembuatan biofuel dari mikroalga Sumber : biosmagz.com/?p=952
b. Synechococcus
Gambar 14. Synechococcus Sumber : https://alchetron.com/Synechococcus Berikut merupakan kandungan minyak dalam beberapa alga, salah satunya Synechococcus sp. yang memiliki kandungan minyak cukup tinggi. Dari kandungan tersebut dapat dioptimasikan untuk produksi biodiesel dan sebagai sumber pangan fungsional lipid.
c. Chlamydomonas
Gambar 15. Chlamydomonas Sumber:http://protist.i.hosei.ac.jp/PDB/Images/Chlorophyta /Chlamydomonas/Pleiochloris/index.html Chlamydomonas digunakan sebagai model organisme untuk biologi molekuler, terutama pembelajaran pergerakan flagella dan dinamika kloroplas, biogenesis dan genetika. Sebagai fitoplankton dan penyedia oksigen dalam air. Dapat juga menghasilkan trigliserida, yang terdiri dari asam lemak dan gliserin produk sampingnya. Lemak asamnya dapat diubah menjadi biodiesel pula. Contoh peranan lain yaitu, salah satunya pada Chlamydomonas
reinhardtii
yang dapat
mengadopsi
metabolisme
anaerobic, menghasilkan gas hidrogen dan metabolit seperti format dan etanol.
d. Cryptophyta
Gambar 16. Cryptophyta Sumber : http://culter.colorado.edu/lake-algae /taxa /phylum.php?phylum_ID=4 Peranan
bagi
kehidupan
misalnya
pada
cryptophyta
spesies
Cryptomonadales yaitu: -
Melalui prose fotosintesis, Cryptomodales merubah karbondioksida (CO2) menjadi oksigen (O2). Dalam tubuh manusia, proses oksidasi ini membersihkan jaringan sel dan peredaran darah.
-
Sebagian besar sel cryptomonadales sorokiniana cell dapat dicerna; 95 % proses pencernaa dilakukan oleh tubuh kurang dari 2 jam. Bandingkan dengan produk lain yang memakan waktu hingga 5 jam.
-
Cryptomonadales mengandung protein dalam jumlah besar yang diseimbangkan dengan komposisi asam amino.
-
Cryptomonadales memiliki vitamin dan mineral yang terkandung bersama dengan active phytonutrients dalam jumlah besar, sumber nutrisi yang kaya akan DNA & RNA yang dapat membantu peremajaan struktur tubuh sel.
-
Cryptomonadales mengandung chlorophyll (green) and phycocyanin (blue) dalam jumlah banyak. Chlorophyll dikenal untuk penyaring darah. Phycocyanin adalah zat anti oksidan yang sangat kuat dan dapt digunakan untuk melindungi liver (hati) dan ginjal.
-
Cryptomonadales memiliki kemampuan untuk merubah sel yang banyak mengandung asam menjadi kondisi netral. Kondisi sel yang asam membuat seseorang dapat mudah terserang penyakit.
-
Cryptomonadales adalah pemacu tingkat immune (kekebalan tubuh) yang sangat kuat.
e. Pediastrum
Gambar 17. Pediastrum Sumber : http://www.bioref.lastdragon.org/Chlorophyta/Pediastrum.html Pediastrum merupakan fitoplankton yang berfungsi sebagai makanan ikan. Daerah yang kaya plankton merupakan daerah perairan yang kaya ikan. Pediastrum merupakan produser primer, yaitu sebagai penyedia bahan organik dan oksigen bagi hewan-hewan air, seperti ikan, udang, dan serangga air. Keberadaan produser mengundang kehadiran konsumen, predator, dan organisme lain yang membentuk ekosistem perairan (Prasetyo, 1987).
f. Gleocapsa
Gambar 18. Gleocapsa Sumber : http://www.doctortee.com/cgi/image-lookup.cgi?gloeocapsa Gleocapsa sanguine dapat menambat atau menangka nitrogen dan melakukan fiksasi nitrogen yaitu mengubah nitrogen (N2) menjadi ammonia (NH3) untuk digunakan tumbuhan sebagai bahan untuk mensintesis senyawa organic (asam amino) sehingga dapat menyuburkan tanah.
g. Anabaena Azollae
Gambar 19. Anabaena azollae Sumber : https://wnmu.edu/academic/nspages/ gilaflora/anabaena_azollae.html
Salah satu jenis ganggang biru. Hidup bersimbiosis dengan Azolla piñata (paku air). Paku air mendapat keuntungan berupa ammonia hasil fiksasi nitrogen oleh Anabaena azollae. Selain itu, ganggang ini juga berfungsi untuk menyuburkan tanah. Mengapa ganggang biru dapat menyuburkan tanah? Bagaimana prosesnya penyuburan tanah oleh gangang? Berikut penjelasannya : Ganggang biru ada yang hidup di lapisan topsil tanah. Ganggang biru tersebut dapat mengurangi erosi dengan cara mengikat partikel-partikel tanah. pada saat kondisi lembab, partikel-partikel tannah menempel pada filament ganggang biru yang lengket. Selain itu, ketika filament dalam konsisi lembab, filament tersebut menyerapair dan membesar sepuluh kaali lipat dari ukuran aslinya. Hal ini membantu menyimpan kelembapan pada lapisan topsil tanah tempat akar tanaman dan organisme lain. Ganggang biru juga termasuk salah satu dari sedikit kelompok oranisme yang mampu mengubah nitrogen bebas menjadi organic, seperti nitrit, nitart, atau ammonia. Nitrit, nitrat, dan ammonia merupakan bentuk terikat dari nitrogen ayang dibutuhkan tumbuhan untuk pertumbuhannya. Oleh tumbuhan, nitrogen diubh menjadi protein dan asam nukleat. Pada ganggang biru berbentuk filament, fiksasi (pengikatan) nitrogen terjadi di dalam heterosista. heterosisita mengandung enzim nitrogenase yang penting untuk proses fiksasi nitrogen. Lingkungan di dalam sel heterosista merupakan lingkuan anaerob karena proses fiksasi nitrogen hanya dapat berlangsung dalam kondisi anaerob. Karena kemampuannya mengikat nitrogen ini, ganggang biru potensial digunakan sebagai pupuk hayati (biofertilizer). Berikut adalah skema dari fiksasi nitrogen :
Gambar 20. Fiksasi nitrogen Sumber : https://biologigonz.blogspot.com/2009/12/daur-nitrogen.html
2.4.2 Peranan Negatif Ganggang Meskipun hanya beberapa algae bersifat patogenik, satu antaranya yaitu Prorotheca, telah dilaporkan sebagai patogen yang mungkin menyerang manusia. Organisme itu ditemukan pada infeksi-infeksi sistemik dan subkutan, juga dalam bursitis, suatu peradangan pada persendian. Beberapa algae asal-udara diimplikasikan dengan alergi karena penghirupan. Morfologi dari Prorotheca dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 21. Infeksi Prototheca wickerhamii pada manusia Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Protothecosis Beberapa spesies menjadi parasit pada tumbuhan tingkat tinggi. Sebagai contoh, ganggang hijau Cephaleuros menyerang daun teh, kopi, lada, cengkeh, jeruk, dan lain-lain di daerah tropika,dan menimbulkan amat banyak kerusakan.
Gambar 22. Penyakit Kelapa Sawit Sumber : flickr.com Beberapa algae akuatik menghasilkan toksin yang letal terhadap ikan dan hewan-hewan lain. Racun ini dapat dihasilkan secara ekstraselular atau dilepaskan dari algae oleh dekomposisi pada padang (bloom) algae, yaitu populasi gangang berwarna yang amat rapat yang menutupi luasan laut beberapa kilometer persegi. Beberapa algae lautan (dinoflagelata yang tergolong genus Gymnnodinium dan Gonyaulex) menimbulkan kematian pada binatang- binatang akuatik dengan menghasilkan neurotoksin atau racun saraf. Toksin ini merupakan salah satu racun paling ampuh yang diketahui.
Toksin-toksin
tertentu
dari
beberapa
kumpulan
algae
terkonsentrasi di dalam kelenjar-kelenjar pencernaan pada moluska bivalva yang makan dengan filter (kijing, remis, tiram, dan lain-lain) dan mengakibatkan keracunan kerang-kerangan yang. melumpunkan apabila dikonsumsi oleh manusia.
Gambar 24. Diatoms dan dinoflagellates Sumber : desertbrucid.net
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan 1. Alga atau ganggang merupakan mikroorganisme eukariotik, secara umum bersifat fotosintetik dengan pigmen fotosintetik yaitu klorofil, karotenoid, dan fikobilin. Ganggang tidak memiliki organ batang, akar, daun, dan bunga, namun bentuknya berkisar dari tumbuhan yang bersel tunggal (mikroskopik). 2. Algae atau ganggang mikroskopis dibagi menjadi beberapa macam yaitu Euglenophyta, Chrysophyta, Pyrrophyta, dan Cryptophyta. 3. Ganggang bereproduksi secara aseksual dan seksual. Proses aseksual meliputi pembelahan biner, fragmentasi, dan pembentukan spora vegetatif, sedangkan proses seksual meliputi konjugasi, singami (isogami), dan anisogami. 4. Ganggang memiliki peranan positif dalam kehidupan, antara lain Gas hasil fotosintesis ganggang dimanfaatkan oleh binatang maupun organisme lain untuk respirasi aerobik, sebagai proses perbaikan sifatsifat fisika tanah dengan mendegradasi partikel-partikel dan menambahkan bahan organic, serta berfungsi sebagai pupuk. Selain itu ganggang juga memiliki peranan negatif dalam kehidupan antara lain, yaitu Prorotheca, telah dilaporkan sebagai patogen yang mungkin menyerang manusia. Organisme itu ditemukan pada infeksiinfeksi sistemik dan subkutan, juga dalam bursitis, suatu peradangan pada persendian.
Daftar Pustaka
Angka, S. L., dan M. T. Suhartono. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius. Atlas, R. M. dan Bartha. R. 1981. Microbilogy Ecology: Fundamentals and Applications. London: Addison Wesley Publishing Company. Inc. Bold, H. C and M. J Wynne. 1985. Introduction To The Alga Structure And Reproduction. New Jersey: Prentice Hall Inc. Ichwan, Zacky, dan Yayuk Winarni. 2014. Thallophyta. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Pelczar, M.J; and E.C.S.Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: UI-press. Sudjadi, Bagot, dan Laila Siti, 2005, Biologi Sains Dalam Kehidupan IA, Yudhistira, Surabaya. Sumarsih, Sri. 2003. Dasar Mikrobiologi. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Negara Veteran. Tjitrosoepomo,
Gembong.
1983.
Taksonomi
Tumbuhan
Obat-Obatan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta,Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Umum. Cetakan ke-3. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hal. 1-7, 50-54.