BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu yang sangat lama, ilmuwan mulai mengerti tentang hubungan antara elemen dasar
dari
material
dan
sifat-sifat
dari
material
tersebut.
Sehingga banyak sekali perkembangan yang terjadi dalam bidang yang mengkaji tentang material. Banyak sekali material baru bermunculan dengan berbagai jenis cara untuk membuatnya. Contoh dari jenis material yang sangat gencar dikembangkan adalah material semikonduktor ataupun superkonduktor yang mempunyai keunggulan dibandingkan material pada umumnya. Namun, sebelum jauh melangkah dalam membahas hal tersebut, banyak sekali yang harus diketahui mengenai hal – hal dasar yang menjadi bagian dalam membentuk suatu material. Salah satunya
adalahmengenai
proses
kristalisasi
pada
suatu
material.
Proses
kristalisasi
memegang peranan penting dalam terbentuknya suatu material. Karena proses kristalisasimerupa kan salah satu proses dasar dalam terbentuknya suatu material (Cyntia dkk , 2015). Kristalisasi (crystallization) merupakan peristiwa pembentukan kristal - kristal padat dalam suatu fase homogen. Baik itu dalam pembuatan partikel padat di dalamuap seperti dalam hal pembuatan salju atau pembuatan partikel partikel padat didalam lelehan cair sebagai mana dalam pembuatan kristal tunggal yang besarmaupun kristalisasi dari larutan cair misalnya pembuatan garam. Peristiwa kristalisasi ditandai dengan terbentuknya kristal padat (Cyntia dkk , 2015). Oleh karena itu, untuk mempelajari lebih lanjut mengenai apa proses kristalisasi, bagaimana terjadinya proses kristalisasi, bagian-bagian apa saja yang terdapat dalam proses kristalisasi dan bagaimana sudut pandang kristalisasi yangdapat menjadi penting dalam dunia industri saat ini. Sebagai seorang mahasiswa Teknik Kimia, maka dalam hal ini dibuatlah sebuah resume mengenai alat kristalisasi.
1.2. Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah dari pembuatan makalah mengenai alat kristalisasi (crystallizer) ini yaitu: 1. Bagaimana terjadinya suatu proses kristalisasi? 1
2. Apa saja macam-macam alat dalam proses kristalisasi? 3. Bagaimana cara kerja macam-macam alat dalam proses kristalisasi? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai alat kristalisasi (crystallizer ) ini yaitu: 1. Untuk mengetahui terjadinya suatu proses kristalisasi. 2. Untuk mengetahui macam-macam alat dalam proses kristalisasi. 3. Untuk mengetahui cara kerja macam-macam alat dalam proses kristalisasi.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Crystallizer Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan suatu kristal dari solute dalam larutan toleransinya. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan partikel-partikel padat dalam uap seperti pada pembentukan salju sebagai pembekuan lelehan cair. Sebagaimana dalam pembentukan kristal dari larutan cair atau pembentukan kristal tunggal yang besar. Kristalisasi dapat dilakukan dengan pendinginan, penguapan, dan penambahan solvent bahan kimia. Kristalisasi merupakan proses yang dipelajari dalam bidang ilmu alam dan juga mempunyai penerapan yang penting. Karena sifat dari berbagai macam bentuk padat dan material bergantung terhadap struktur kristal mereka masing-masing, ukuran kristal dan tekstur timbal balik mereka (Coelfen, 2008). Secara umum, kristalisasi dapat diartikan pula sebagai permulaan dari kristal dari larutan yang sangat jenuh. Kuantitas dari energi kinetik dari kristalisasi dan penggunaan untuk tujuan pembentukannya dipelajari dalam bidang Teknik Kimia. Metode untuk memperoleh kinetik kristalisasi dan metode untuk pengaplikasiannya dari kinetik kristalisasi telah dikembangkan untuk berbagai macam proses dalam dunia industri. Tipe mekanisme dari kristalisasi adalah menyusun nukleasi dan pertumbuhan kristal yang besar dengan penyusunan reguler dari sebuah larutan mono molekuler yang didifusikan ke dalam permukaan kristal (John, 2003). Alat-alat kristalisasi disebut juga Crystallizer atau Kristallisator. Alat-alat yang digunakan dalam proses kristalisasi terutama dalam skala industri (dalam proses kristalisasi) sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat bahan dan kondisi pertumbuhan kristal yang sangat bervariasi. Disamping itu juga karena kristalisasi dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda-beda (pemisahan bahan, pemurnian bahan, pemberian bentuk) (Coelfen, 2008).
3
2.2 Jenis-Jenis Crystallizer 2.2.1 Jenis Crystallizer dengan Circulating Magma Adapun jenis crystallizer dengan circulating magma adalah sebagai berikut: 1. Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer Kristalisator jenis ini mengkombinasikan antara pendingin dan evaporasi untuk mencapai kondisi supersaturasi (larutan lewat jenuh).
Gambar 2.1 Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer Pada Gambar 2.1 diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan induk terlebih dahulu dilewatkan melalui sebuah Heat Exchanger untuk dipanaskan. Heat Exchanger tersebut berada di dalam evaporator. Di dalam evaporator terjadi flash evaporation yaitu terjadi pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi peningkatan konsentrasi zat terlarut. Dimana saat itu juga, keadaan zat terlarut yang sudah lewat jenuh atau supersaturasi. Larutan yang sudah berada pada keadaan lewat jenuh tersebut dialirkan menuju badan crystallizer untuk diperoleh padatan berupa kristal. 4
Dimana pada badan crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi yaitu nukleasi dan pertumbuhan kristal. Produk kristal dapat diambil sebagai hasil pada bagian bawah crystallizer, namun tidak semua proses berjalan sempurna atau dengan kata lain tidak semua cairan induk berubah menjadi padatan kristal. Karena itu ada proses pengembalian kembali hasil pipa sirkulasi (circulating pipe) atau proses recycle hasil kristalisasi. Terlihat bahwa umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih belum padatan, dialirkan dengan paksa atau forced circulation, serta adanya Heat Exchanger dapat membuat kenaikan titik didih yang sempurna. Kenaikan titik didih pada Heat Exchanger pada Evaporator untuk dapat membuat larutan menjadi lewat jenuh berkisar antara 3 – 10oF untuk sekali lewat. Bila kenaikan titik didih yang diharapkan untuk mendapatkan kristal yang baik tidak sesuai, maka dapat digunakan beberapa evaporator untuk menaikkan titik didih, dimana konsentrasi zat terlarut akan meningkatkan juga. Karena mengalir secara paksa menggunakan pompa, maka kecepatan aliran cukup tinggi, sehingga akan mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada crystallizer tidak tetap atau naik turun. Umumnya, crystallizer jenis ini dibangun dengan diameter 2 feet atau pada skala industri sekitar 4 feet atau lebih (Cyntia dkk , 2015). 2. Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizer Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer atau plat buang atau tabung hisap kristalisasi merupakan salah satu dari beberapa jenis alat kristalisator yang didasarkan pada pemisahan debu atau uap dari bahan melalui fase lewat jenuh yang ditingkatkan sehingga diperoleh kristal-kristal yang besar. Alat ini dilengkapi dengan tabung junjut fungsi sekat untuk mengendalikan sirkulasi magma dan dilengkapi pula oleh alat penggerak (agitator) (Surdiansyah dkk, 2012).
5
Gambar 2.2 Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer Sumber: BengkelSeal.com Terlihat pada gambar di atas bahwa umpan masuk melalui Heat Exchangers untuk proses pemanasan, karena terdapat pengaduk yang diletakkan pada poros badan atau tangki crystallizer maka cairan induk akan tertarik menuju daerah pengaduk yang menuju ke arah atas, lalu ber sikulasi turun ke bawah bila hasilnya sudah berupa kristal. Namun bila tidak akan dikembalikan menuju Heat Exchangers kembali melalui pipa sirkulasi. Karena masuk ke HE maka akan terjadi kenaikan titik didih sekitar 1- 2oF. Terjadi pemisahan antara cairan induk dan kristal pada draft tube ialah karena adanya perbedaan massa jenis, dimana massa jenis kristal akan lebih besar dila dibandingkan dengan cairan induk, oleh karena itu adanya gaya gravitasi mengakibatkan kristal tersebut akan turun ke bawah dan diambil sebagai produk. Produk kristal memiliki ukuran sekitar 6 – 20 mesh untuk padatan KCl, (NH4)2SO4, dan (NH4)H2PO4 Proses kerja Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
6
1) Proses Kristalisasi Bahan sampel dan cairan induk dimasukkan ke dalam tangki DTB crystallizer melalui sebuah pipa Superheated Solution From Heater and Recirculation Pump, komponen ini akan mendorong bahan naik ke atas dalam Draft Tube (tabung hisap). Di dalam tabung hisap bahan akan tercampur dan mengalami sirkulasi dengan bantuan Agitator (pemutar atau pengaduk) yang berada di dalam tangki bagian bawah. Kedua bahan ini akan membentuk magma melalui fase lewat jenuh yang ditingkatkan. Magma yang terbentuk akan mengalami perubahan densitas sehingga uap yang terkandung di dalamnya akan terlepas ke permukaan magma menuju ke Vapor Separation (pemisahan uap). Lalu mengalami proses nukleasi (pembentukan inti kristal), kristal yang terbentuk akan mengendap ke dasar larutan dan sebagian akan naik ke permukaan. Kristal yang mengendap akan mengalami pemisahan antara kristal halus dengan kristal kasar pada settling zone (zona penyelesaian), dimana sebagian kristal akan dikeluarkan dari dasar tangki dan selebihnya dijadikan umpan bersama cairan induk untuk melakukan proses sirkulasi guna melarutkan partikel-partikel halus yang masih mengendap. 2) Proses Klarifikasi Terjadi pemisahan pada bentuk kristal. Kristal yang sesuai dengan keinginan akan diambil dan kristal yang belum sesuai (ukuran besar atau kasar) akan dikembalikan ke zona kristalisasi untuk proses lebih lanjut. Produk yang diperoleh dengan menggunakan Draft Tube Baffle (DTB) crystallizer adalah: a. Natrium Karbonat (Sodium Carbonate) b. Sodium Sulfat (Sodium Sulfate) c. Natrium Nitrat (Sodium Nitrate) d. Tembaga Sulfat (Copper Sulfate) e. Sodium Sulfit (Sodium Sulfite) f. Kalsium Klorida (Calcium Chloride) g. Amonium Sulfat (Ammonium Sulfate) h. Kalium Klorida (Potassium Chloride) Keuntungan dari penggunaanDraft Tube Baffle (DTB) crystallizer antara lain sebagai berikut: a.
Mampu memproduksi kristal-kristal dalam bentuk tunggal. 7
b.
Siklus operasionalnya lebih panjang.
c.
Biaya operasi lebih rendah.
d.
Kebutuhan ruang minimum.
e.
Instrumen dapat dikendalikan dengan mudah.
f.
Kesederhanaan operasi, memulai dan penyelesaian.
3. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer Crystallizer jenis ini menggunakan prinsip sirkulasi cairan atau larutan iknduk, dimana umpan maupun hasil kristalisasi akan masuk ke dalam Shell and Tube Heat Exchangers untuk didinginkan.
Gambar 2.3 Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer Sumber: BengkelSeal.com Pada Gambar 2.3 di atas, umpan dan Recycle kristalisasi bersama-sama masuk ke dalam medium pendingin. Namun kelemahannya adalah panjang untuk pertukaran panas pada Heat
8
Exchanger dan kecepatan umpan serta recycle kristalisasi sangat diperhitungkan, sebab jika terjadi kesalahan penurunan suhu untuk dapat melakukan kristalisasi pada proses pendinginan tidak berlangsung secara optimal. Oleh karena itu, pompa untuk sirkulasi sangat dikontrol dengan baik. Adanya pompa menyebabkan cairan induk akan mengalir secara turbulen. Bila kristal sudah terbentuk pada cairan induk yang sudah lewat jenuh, maka kristal akan turun karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis. Kristal dari crystallizer jenis ini berukuran besar antara 30 hingga100 mesh (Cyntia dkk , 2015). 4. OSLO Evaporative Crystallizer Crystallizer ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan suspensi yang mulai terbentuk pada chamber of suspension. Dimana terdapat Heat Exchanger eksternal yang bertujuan untuk membuat keadaan lewat jenuh pada suhu supersaturasinya (Cyntia dkk , 2015).
Gambar 2.4 OSLO Evaporative Crystallizer Sumber: BengkelSeal.com
9
Terlihat pada gambar, bahwa umpan masuk pada G, karena dipompa umpan akan bergerak secara paksa, masuk kedalam evaporator yang terdapat HE, cairan umpan tersebut masuk kedalam B. Sebelum masuk ke B, pada bagian A cairan induk yang panas akan bercampur dengan panas penguapan pada bagian B. Laju penguapan tersebut harus dikontrol antara kerja pompa untuk mengalirkan cairan induk dengan perubahan panas campuran tersebut. Pada bagian B terjadi proses pencampuran antara keadaan supersaturasi dengan kedaan penguapan, maka sering timbul scale atau kerak garam, sehingga akan mengganggu proses sirkulasi dari aliran tersebut. Sering kali diberikan bibit kristal pada bibit kristal untuk mempercepat pembentukan kristal-kristal yang kita harapkan. 5. OSLO Surface Cooled Crystallizer Tidak jauh berbeda dengan OSLO Evaporative Crystallizer, hanya saja cairan induk didinginkan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam crystallizer (Cyntia dkk , 2015).
10
Gambar 2.5 OSLO Surface Cooled Crystallizer Sumber: BengkelSeal.com 6. Crystal Vacum Crystallizer Prinsip kerjanya adalah umpan dicampur dengan cairan yang di Recycle dipompa ke ruang penguap untuk diuapkan secara adiabatik sehingga terjadi larutan lewat jenuh. Larutan tersebut mengalir melalui pipa ke tangki kristalisasi sehingga terbentuk kristal di dalam tangki kristalisasi, kemudian kristal dikeluarkan melalui dischargennya dan cairannya di recycle. Dengan alat ini ukuran kristal yang diinginkan dapat diatur dengan mengatur kecepatan pompa sirkulasi. Kalau sirkulasinya lambar, maka kristal yang kecil-kecil pun akan larut mengendap (Cyntia dkk , 2015).
Gambar 2.6 Crystal Vacum Crystallizer Sumber: BengkelSeal.com Jenis crystallizer ini banyak digunakan pada industri gula. Proses kristalisasi gula terjadi di dalam suatu pan masak yang prosesnya kerjanya dilakukan pasa keadaan vakum (hampa udara). Di samping itu proses kristalisasi dapat dilakukan baik dengan single effect maupun multiple 11
effect. Kondisi vakum dimaksudkan agar nira yang diperoleh tidak rusak. Nira yang digunakan ialah nira yang kental yang merupakan bahan baku proses kristalisasi. Dalam kristalisasi kadar kotoran dan air pada nira kental akan dihilangkan. Pada nira kental masih terkandung kotoran sekitar 15-20% zat terlarut, sedangka kadar airnya sekitar 35-40% (dengan Brix 60-65). Sebelum dilakukan kristalisasi dalam pan masak, nira pekat terlebih dahulu dialirkan gas SO2 untuk proses bleaching dan untuk menurunkan viskositas masakan nira. Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuh nya. Dengan pemekatan secara terus-menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu langkah membuat bibit yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam gula kedalam pan masak kemudian melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali ataupun tidak beraturan.
7. Circulating Magma Vacuum Crystallizer Pada tipe kristaliser ini, baik kristal ataupun larutan di sirkulasi diluar badan kristal. Setelah dipanaskan larutan akan dialirkan ke badan kristaliser. Kondisi vakum menjadi penyebab menguapnya pelarut, sehingga menjadi lewat jenuh dan dihasilkan kristal (Cyntia dkk , 2015).
12
Gambar 2.7 Circulating Magma Vacuum Crystallizer Sumber: www.swenson-equip.com
2.2.2 Jenis Crystallizer Tanpa Circulating Magma Adapun jenis crystallizer tanpa circulating magma adalah sebagai berikut: 1) Jacketed Pipe Scraped Crystallizer Alat ini umumnya dibuat dengan pipa 6 – 12 inch sebagai diameter dan panjangnya sekitar 20 - 40 ft, yang disusun seri dalam sambungan dengan 3 buah atau lebih. Piringan yang berlekuk di dalam alat tersebut dinamakan dengan Scraper Blades. (Cyntia dkk , 2015).
13
Gambar 2.8 Jacketed Pipe Scraped Crystallizer Sumber: Radiks.com Prinsip kerjanya ialah plug flow, dimana cairan induk masuk dari bagian atas samping kanan, lama kelamaan akan membentuk kristal di dalam pipa tersebut dan kristal akan mengendap dibawah dan menempel di dinding pipa, yang nantinya scaper blades akan mengambil kristal kristal tersebut. Ukuran kristal yang dihasilkan akan seragam, umumnya besar – besar. Namun, pertumbuhan untuk kristal sangat kecil, hal ini disebabkan jarak antar sambungan seri yang terdapat scraper blades mungkin terlalu jauh. Kapasitas yang ditentukan oleh koefisien perpindahan panas sebesar 10 -25 Btu/hr ft2 0F umunya dapat tercapai. Namun untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi, kita dapat mengubah bentuk dari scraper blades maupun pergerakannya. (Cyntia dkk , 2015). 2) Batch Stirred Tank With Internal Cooling Coil Crystallizer jenis ini dapat divariasikan terutama pada bagian badan crystallizer yang dapat digunakan pengaduk atau tanpa pengaduk. Umumnya bila dilengkapi dengan pengaduk waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kristal akan lebih cepat bila dibandingkan dengan tanpa pengaduk. Koefisien perpidaan panas yang terjadi sebesar 50 -200 Btu/hr ft2 0F, namun perbedaan temperature yang diperbolehkan untuk mendapatkan keadaan lewat jenuh ialah sebesar 5 – 100F.
14
Gambar 2.9 Batch Stirred Tank With Internal Cooling Coil Sumber: Radiks.com Jenis Crystallizer ini termasuk dalam jenis yang batch atau tidak ada aliran yang keluar setiap waktunya. Jenis ini dapat digunakan untuk proses Continuous dengan dilengkapi pengaduk dan apabila menggunakan pengaduk, pembentukan kristal terutama pada secondary nucleation akan lebih besar bila dibandingkan dengan tanpa pengaduk (Cyntia dkk , 2015). 3) Direct Contact Refrigeration Crystallizer Seperti pada beberapa aplikasi pendinginan air laut menjadi es pada suhu yang rendah dengan menggunakan refrigerant merupakan solusi yang ekonomis. Umunya bila kita ingin menciptakan permukaan yang dingin atau cukup dingin pada sebuah HE agak sulit karena perbedaan temperaturnya harus sangat kecil (dibawah 30F), sehingga HE didesain dengan sebaik-baiknya terutama luas permukaannya yang dapat memindahkan sejumlah panas yang kita inginkan. Apalagi bila cairannya cukup kental, agak sulit untuk mencipatkan perbedaan suhu yang sangat kecil tersebut. Untuk mengatasinya dapat digunakan bahan pendingin yaitu zat refrigerant. 15
Gambar 2.10 Direct Contact Refrigeration Crystallizer Sumber: Radiks.com Prinsip kerja dari crystallizer jenis ini ialah dengan adanya pendingin dari refrigerant yang digunakan, dimana umpan berupa cairan induk yang dimasukkan ke badan crystallizer dengan suhu yang lebih tinggi dengan suhu yang refrigerant (suhu cair refrigerant minus). Karena titik didih refrigerant sangat kecil atau jauh dibawah suhu cairan induk, maka ada perpindahan panas dari cairan induk menuju refrigerant, dimana akan mengakibatkan kenaikan suhu pada refrigerant dan menguap untuk mendinginkan cairan induk, sampai cairan induk berada pada keadaan lewat jenuh. Contoh dari cristallyzer ini adalah pada proses pembuatan Kristal Calcium Chloride dengan refrigerant Freon atau propane dan pembuatan Kristal p-xylene dengan refrigerant propane (Cyntia dkk , 2015). 4) Twinned Crystallizer Jenis crystallizer ini sebenarnya berbentuk tangki yang di dalamnya terdapat dua pengaduk yang dipisahkan oleh sekat atau baffle. Pada tiap pengaduk terdapat medium pemanas dimana yang 16
salah satunya bekerja pada suhu saturasi, sedangkan satunya bekerja pada suhu supersaturasi atau lewat jenuh. Namun bila suhu operasi pada cristallizer ini sama pada kedua medium pemanas, umumnya akan didapatkan keseragaman ukuran. Tetapi waktu yang diperlukan akan lebih lama, walaupun terdapat dua pengaduk dalam satu tangki tersebut (Cyntia dkk , 2015).
Gambar 2.11 Twinned Crystallizer Sumber: Radiks.com Sesuai dengan namanya bahwa seolah-olah terdapat dua macam jenis crystallizer yang beroperasi pada suhu yang berbeda namun dalam satu tangki crystallizer. Terlihat bahwa umpan masuk dari sebelah kanan atas, karena adanya pergerakan pengaduk, cairan induk bersikulasi dan juga disebabkan karena adanya sekat antara kedua pengaduk tersebut. Semakin cepat gerakan pengaduk dan semakin tinggi perbedaan suhu yang ditukarkan, maka semakin cepat dan baik kristal yang didapatkan. Produk berupa kristal dapat diambil pada bagian bawah crystallizer, karena kristal akan jatuh atau mengendap di bawah karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis (Cyntia dkk , 2015). 17
5) APV-Kestner Long Tube Vertical Evaporative Crystallizer Umumnya crystallizer jenis ini digunakan untuk mendapatkan butiran-butiran atau kristal yang cukup kecil, biasanya kurang dari 0,5 mm. Prinsip kerjanya hampir sama dengan crystallizer yang lain, yaitu umpan masuk dengan pompa, lalu melewati sebuah evaporator yang di dalamnya terdapat Heat Exchanger. Pada saat cairan induk berada pada keadaan supersaturasi atau lewat jenuh, maka akan terbentuk kristal-kristal halus. Kristal-kristal tersebut ditampung pada salt box, cairan induk yang belum lewat jenuh dikeluarkan, sedangkan yang berupa kristal dikeluarkan produk. Contohnya pada pembuatan kristal NaCl (garam), Na2SO4, dan Citric Acid (Cyntia dkk , 2015).
Gambar 2.12 APV-Kestner Long Tube Vertical Evaporative Crystallizer Sumber: Radiks.com
18
DAFTAR PUSTAKA 1. Annonymous. 2015. Crystallizer. http://bengkelseal.com/artikel-47-crystallizer-parti.html 2. Coelfen, H dan Antonietti, M. 2008. Mesocrystals and Nonclassical Crystallization. United Kingdom (UK): John Wiley and Sons Ltd. 3. Cyntia, Rizky Fajar, Ornastya Pratiwi Wulandari, Ahmad Aldi Wijanarko. 2015. Crystallizer. Universitas Muhammadiyah: Surakarta. 4. McKetta, John J. 2003 . Unit Operation Handbook Volume I Mass Transfer. New York:Marcel Dekker. 5. Ptihandana, Rangga R. 2012. Crystallizer. https://radiks.wordpress.com/?cat=-1 6. Surdiansyah, Eko Aji dan Radityo Pungky P. 1012. Evaporator dan Kristalisator. Universitas Negeri Malang: Malang.
19