Makalah Akuntansi Manajemen
MAKALAH
2018 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur selalau kami panjatkan kehadirat Allah swt atas kasih dan sayangnya memberikan pengetahuan, kemampuan dan kesempatan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini . Makalah ini di tulis sebagai tugas Mata Kuliah AKUNTANSI MANAJEMEN. Ucapkan terimakasih tidak lupa pula kami haturkan kepada dosen pembimbing Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen , untuk teman-teman dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini, semoga kita semua di beri kesehatan dan kemampuan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik . Oleh sebab itu, kami menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih ada kekurangan-kekurangan karena keterbatasan kemampuan kami, untuk itu masukan yang bersifat membangun akan sangat membantu kami dalam membuat Makalah yang lebih baik lagi . Wasalamu’alaikum Wr.Wb
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Standar adalah tolok ukur atau norma dalam pengukuran kerja. Standar dapat ditemukan dimana saja. Dokter mengevaluasi berat badan menggunakan standar yang telah ditetapkan. Makanan yang dijual di restoran harus disiapkan dengan standar kebersihan khusus. Bangunan yang kita huni harus sesuai dengan standar yang ditetapkan.Standar juga sering digunakan dalam akuntansi manajerial di mana standar tersebut terkait dengan kuantitas dan biaya input yang digunaan dalam produksi barang dan penyediaan jasa. biaya standar unit untuk suatu input tertentu bergantung pada standar kuantitas dan standar harga. Standar kuantitas mengacu pada jumlah input yang seharusnya digunakan dan standar harga mengacu pada jumlah yang seharusnya dibayar B. Rumusan Masalah 1. Bagaiman biaya standar 2. Bagaimana cost volume profit analisis 3. Bagaimana pelaporan segmen, investasi pusat investasi, dan penetapan harga C. Tujuan 1. Untuk mengetahui biaya standar 2. Untuk mengetahui cost volume profit analisis 3. Untuk mengetahui pelaporan segmen, investasi pusat investasi, dan penetapan harga
BAB II PEMBAHASAN A. Biaya Standar 1. Standar Unit Biaya standar unit untuk input tertentu bergantung pada standar kuantitas dan standr harga. Standar kuantitas mengacu pada jumlah input yang seharusnya digunakan per unit output. Standar harga mengacu pada jumlah yang seharusnya dibayar untuk jumlah input yang digunakan. Biaya standar unit dapat dihitung dengan mengalikan kedua standar ini : Standar Kuantitas x Standar Harga. Jenis umumnya diklasifikasikan sebagai sesuatu yang ideal dan sesuatu yang saat ini dapat tercapai.
a. Standar ideal
Membutuhkan efisiensi maksimum dan hanya dapat dicapai jika segala sesuatu beroperasi secara sempurna. Suatu perusahaan dapat dikatakan mencapai standar ideal yang ditetapkan untuk operasinya apabila semua faktor operasi yang relevan terjadi sesuai dengan yang diharapkan dan perusahaan melaksanakan operasinya seperti yang direncanakan. Standar ideal mengarah ke masa depan, jarang merupakan standar historis. b. Standar yang saat ini dapat tercapai Bisa dicapai dengan beroperasi secara efisien. Kelonggaran diberikan untuk
kerusakan
normal, gangguan, keterampilan yang lebih dari sempurna, dan lain-lain. Standar-standar ini sangat menantang, tetapi dapat dicapai. Menetapkan kriteria pada suatu tingkat yang seringkali dapat dicapai oleh seseorang yang telah mendapatkan pelatihan yang tepat dan pengalaman. Standar yang dapat dicapai saat ini menekankan pada normalitas dan memperbolehkan beberapa penyimpangan dari standar.(Mulyadi, 2007 : 305) Dua alasan untuk penetapan sistem biaya standaar sering disebutkan untuk memperbaiki perencanaan dan pengendalian, serta memfasilitasi perhitungan harga pokok produk. a) Perencanaan dan pengendalian Sistem perhitungan biaya standar memperbaiki perencanaan dan pengendalian, serta memperbaiki pengukuran kinerja. Standar unit adalah syarat fundamental bagi sistem anggaran fleksibel yang merupakan kunci bagi sistem perencanaan dan pengendalian yang baik. Sistem pengendalian anggaran membandingkan biaya aktual. Dengan mengembangkan standar harga per unit dan standar kuantitas, variansi keseluruhan dapat dipisahkan menjadi variansi harga dan variansi efisiensi atau penggunaan. b) Perhitungan harga pokok produk Dalam sistem perhitungan biaya standar, biaya-biaya dibebankan pada produk dengan menggunakan standar kuantitas dan harga untuk ketiga biaya produksi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead.(Hansen dan Mowen, 2009 : 494-495) 2. Biaya Produk Standar Biaya standar juga dapat digunakan dalam organisasi jasa. IRS, misalnya dapat menyiapkan waktu pemrosesas standar untuk beberapa kategori dengan hasil yang berbeda. Jika waktu proses standar adalah 3 menit untu 1040EZ dan standar harga tenaga kerja adalah $9 per jam, maka biaya standar pemrosesan suatu 1040EZ adalah $0,45 ($9 x (3/60)). Contoh lainnya, pemerintah federal menggunakan perhitungan biaya standar untuk mengganti biaya pengobatan. Berdasarkan beberapa penelitian, penyakit dapat diklasifikasikan dalam grup diagnostik yang berhubungan dan biaya rumah sakit yang seharusnya muncul untuk rata-rata kasus yang teridentifikasi. Dalam perusahaan manufaktur, biaya standar per unit adalah
jumlah biaya standar untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Lembar biaya standar (standard cost sheet) memberikan perincian yang mendasari biaya standar per unit. 3. Analisis variansi : Deskripsi Umun Anggaran fleksibel dapat digunakan untuk mengidentifikasikan biaya yang seharusnya muncul pada tingkat aktivitas actual tertentu. Angka ini diperoleh dengan mengalikan jumlah input yang diizinkan pada output aktual dengan standar harga per unit. Dengan anggapan SP adalah standar harga per unit suatu input dan SQ adalah
kuantitas standar input yang
diizinkan untuk output actual, biaya input yang direncanakan atau dianggarkan adalah SP x SQ. (Hansen dan Mowen, 2009 : 499) a.
Variansi Harga dan Efisiensi Total variansi anggaran adalah perbedaan antara biaya actual input dan biaya yang direncanakan. Untuk penyederhanaan, kita akan merujuk pada total variansi anggaran sebagai total variansi. Total variansi = (AP x AQ) – (SP x SQ) Dalam suatu sistem perhitungan biaya standar, total variansi dibagi menjadi variansi harga dan penggunaan. Variansi harga (tarif) adalah perbedaan antara harga actual dan harga standar per unit dikalikan jumlah input yang digunakan: (AP-SP) AQ. Variansi penggunaan (efisiensi) adalah perbedaan antara kuantitas input aktualdari input standar dikalikan dengan standar harga per unit input: (AQ-SQ) SP. Variansi yang tidak menguntungkan (unfavorable-U) muncul ketika harga actual ataubpenggunaan input lebih banyak daripada standar harga atau penggunaan. Ketika hal berlawanan yang muncul, variansi yang menguntungkan (Favorable-F) diperoleh. Variansi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan tidak sama dengan variansi yang baik dan buruk.
b. Keputusan untuk menyelidiki Kinerja aktual memenuhi standar yang ditetapkan swcara tepat dan manajemen tidak berharap demikian. Hal yang diharapkan adalah variansi acak seputar staandar. Oleh karena itu, manajemen seharusnya memiliki pemikiran tingkat kinerja yang dapat diterima. Ketika variansi-variansi ternyata masih dalam tingkat ini, mereka diasumsikan disebabkan oleh faktor-faktor acak. Ketika suatu variasi jatuhnya di luar tingkat ini, penyimpangan tampaknya disebabkan oleh faktor-faktor tidak acak, baik itu faktor-faktor yang dapat dikendalikan manajer maupun faktor-faktor yang tidak dapat mereka kendalikan. Pada kasus yang tidak dapat dikendalikan, manajer perlu merevisi standar.
4. Analisis variansi : Bahan Baku dan Tenaga Kerja Total variansi mengukur perbedaan antara biaya actual bahan baku dan tenaga kerja, serta biaya yang dianggarkan untuk tingkat aktivitas actual. Untuk mengilustrasikannya, pertimbangankanlah data Bluechitos dari minggu pertama Maret.(Hansen dan Mowen, 2009 : 503) Produksi aktual Biaya aktual jagung
48.500 bungkus keripik jagung 780.000 ons seharga $0,0069 = $5.382
Biaya aktual pengawas
360 jam seharga $7,35 = $2,646
Sebagaimana telah disebutkan, total variansi dapat dibagi dalam variansi harga dan penggunaan, memberikan informasi yang lebih banyak pada manajer.
a.
Variansi Bahan Baku Langsung Pendekatan tiga cabang (kolom) atau pendekatan rumus dapat digunakan untuk menghitung harga bahan baku dan variansi penggunaan.
a)
Pendekatan Kolom Dapat digunakan untuk menghitung harga bahan baku dan variansi penggunaan. Perhitungan untuk contoh Bluechitos. Hanya harga dan variansi penggunaan jagung yang ditunjukkan. Banyak yang berpendapat pendekatan grafis ini lebih mudah daripada mengunakan rumus variansi.
b)
Variansi Harga Bahan Baku : Pendekatan Rumus Variansi harga bahan baku dapat dihitung secara terpisah. Variansi harga bahan baku (material price variance-MPV) mengukur perbedaan antara berapa biaya yang harus dibayar untuk bahan baku dan betapa biaya yang secara actual dibayar. Berikut rumus untuk penghitungan variansi ini. MPV = (AP x AQ) – (SP x AQ) Atau secara faktor, kita memiliki MPV = (AP - SP) AQ Dimana AP = harga actual per unit SP = harga standar per unit AQ = kuantitas actual bahan baku yang digunakan.
c)
Perhitungan Variansi Harga Bahan Baku Bluechitos membeli dan menggunakan 780.000 ons jagung kuning pada minggu pertama Maret. Harga pembelian $0,0069 per ons. Jadi, AP adalah $0,0069, AQ adalah 780.000 ons,
dan SP adalah $0,0060. Dengan menggunakan informasi ini, variansi harga bahan baku dihitung sebagai berikut: MPV = (AP-SP) AQ = ($0,0069 - $ 0,0060) 780.000 = $0,0009 x 780.000 = $702 U Persentase SP x AQ = $702/$4,680 = 15% d)
Tanggung Jawab Terhadap Variansi Harga Bahan Baku Tanggung jawab terhadap pengendalian variansi harga bahan baku biasanya diemban oleh agen pembelian. Harga bahan baku kebanyakan memang di luar kendalinya. Namun, variansi harga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti kualitas, diskon kuantitas, jarak sumber dari pabrik, dan lain-lain. Faktor-faktor ini kerap d bawah kendali agen. Penggunaan variansi harga untuk mengevaluasi kinerja pembelian memiliki beberapa keterbatasan. Penekanan untuk memenuhi atau di atas standar dapat membuat beberapa hasil yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, jika agen pembelian tertekan untuk menghasilkan variansi yang menguntungkan, bahan-bahan dengan kualitas lebih rendah dapat terbeli atau terlalu banyak persediaan yang dibeli untuk mengambil keuntungan dari diskon kuantitas.
e)
Analisis Variansi Harga Bahan Baku Langkah pertama dalam analisis variansi adalah memutuskan signifikan atau tidaknya variansi. Jika dinilai tidak signifikan, langkah lebih jauh tidak diperlukan. Anggap bahwa variansi harga bahan baku yang tidak menguntungkan adalah $702 yang dinilai signifikan (15% dari biaya standar). Langkah selanjutnya adalah mencari tahu penyebab munculnya hal itu.
f)
Waktu Perhitungan Variansi Harga Variansi harga bahan baku dapat dihitung pada satu dari dua poin:
1) Ketika bahan baku dikeluarkan untuk digunakan dalam produksi atau 2) Ketika bahan baku dibeli. Perhitungan variansi harga pada titik pembelian lebih disukai. Lebih baik memiliki informasi variansi lebih awal daripada nanti. Semakin awal informasi, semakin tepat tindakan manjerial dapat diambil. Informasi yang sudah lama sering tidak berguna. Bahan baku dapat tersimpan dalam persediaan berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum diperlukan dalam produksi. Saat variansi harga bahan baku dihitung dan
menandakansuatu masalah, tindakan korektif bisa jadi sudah terlambat. Meskipun tindakan korektif masih memungkinkan, penundaan dapat membebankan perusahaan dalam jumlah ribuan dolar. g)
Variansi Penggunaan Bahan Baku Langsung: Pendekatan Rumus Variansi penggunaan bahan baku (material usage variance-MUV) mengukur perbedaan antara bahan baku langsung secara aktual digunakan dan bahan baku langsung yang seharusnya digunakan untuk output aktual. Berikut rumus untuk menghitung variansi ini. MUV = (SP x AQ) – (SP x SQ) Atau dengan pemfaktoran, MUV = (AQ – SQ) SP
Dimana : AQ = kuantitas aktual bahan baku yang digunakan SQ = kuantitas standar bahan baku yang diperbolehkan untuk output aktual, SP = harga standar per unit h)
Penghitungan Variansi Pengunaan Bahan Baku Bluechitos menggunakan 780.000 ons jagung kuning untuk memproduksi 48.500 bungkus keripik jagung. Oleh karena itu, AQ adalah 780.000, kita dapat melihat SP sebesar $0,006 per ons jagung kuning. Meski standar baku yang diperbolehkan (SQ) telah dihitung. Perincian yang mendasari penghitungan perlu dikaji ulang. Ingat bahwa SQ adalah produk kuantitas standar unit dan unit aktual yang di produksi. standar unit adalah 18 ons jagung kuning kuning untuk tiap bungkus keripik jagung. Jadi SQ adalah 18 x 48.500 atau 873.000 ons. Untuk itu variansi penggunaan bahan baku dihitung sebagai berikut. MUV = (AQ – SQ) SP = (780.000 – 873.000) ($0,006) = $558 Presentase SQ x SP = $558 / $5.238 = 10,7%
i)
Tanggung Jawab atas Variansi Penggunaan Bahan Baku Secara umum manajare produksi bertanggungjawab pada penggunaan bahan baku. Meminimalkan sis, pembuangan, dan pengerjaan kembali adalah cara-cara manajer untuk memastikan standar akan terpenuhi. Namun, penyebab variansi terkadang diakibatkan oleh hal lain, selain area produksi sebagaimana ditunjukan pada bagian berikutnya. Seperti variansi harga, menerapkan variansi penggunaan untuk mengevaluasi kinerja dapat mengarah pada perilaku yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, seorang manajer
produksi yang merasaka tekanan untuk menghasilakan variansi yang menguntungkan mungkin membuat unit cacat ditransfer ke barang jadi. Walaupun dapat menghindari pemborosan bahan baku, hal tersebut menimbulkan masalah pada hubungan pelanggan. j)
Analisis Variansi Penggunaan Bahan baku Penyelidikan menyatakan variansi penggunaan bahan baku yang mennguntungan adalah hasil pembelian jagung berkualitas tinggi yang dibeli Departemen pembelian. Dalam hal ini, variansi yang menguntungkan pada intinya dapat dibebankan pada pembelian. Karena variansi pengguanaan bahan baku menguntungkan, tetapi lebih kecil daripada variansi harga yang tidak menguntungkan hasil keseluruahan perubahan dalam bagian pemebelian tidak menguntungkan. Di Masa depan, manajemen seharusnya mencoba untuk melanjutakan pemebelian jagung dengan kualitas normal. Jika keseluruhan variansi menguntungkan, respon yang berbeda akan diharapkan. Jika keberadaan variansi yang menguntungkan berlanjut, jagung berkualitas tinggi seharusnya dibeli secara reguler. Selain itu, harga dan standar kuantitas direvisi untuk mencerminakan hal ini. Karena kemungkinan ini, standar tidakn statis. Apabila dalam produksi terjadi dan kondisi berubah, standar-standar bisa jadi perlu dirubah untuk mencerminkan lingkungan operasional baru.
b.
Variansi Tenaga Kerja Langsung Variansi tarif (harga) dan efisiensi (penggunaan) untuk tenaga kerja dapat dihitung, baik dengan menggunakan pendekatan kolom maupun pendekatan rumus.
a)
Variansi Tarif Tenaga Kerja: Pendekatan Rumus Variansi tarif tenaga kerja (labor rate variance-LRV) menghitung perbedaan antara apa yang sudah dibayar untuk tenaga kerja langsung dan apa yang seharusnya di bayar. LRV = (AR - AH) – (SR x AH) Atau dengan pemfaktoran, LRV = (AR - SR) AH Dimana: AR = tarif upah aktual per jam SR = tariff upah standar per jam AH = jam tenaga kerja langsung aktual yang digunakan
b)
Variansi Tarif Tenaga Kerja Aktivitas tenaga kerja langsung kepada para pengawas bluechitos akan digunakan untuk mengilustrasikan penghitungan seluruh tarif tenaga kerja. Kita mengetahui 360 jam di
gunakan untuk pengawasan selama minggu pertama bulan maret. Upah aktual per jam yang dibayarkan untuk pengawasan. Tanggung Jawab Terhadap Variansi Tari Tenaga Kerja. Tarif-tarif tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh tekanan eksternal, seperti pasar tenaga kerja dan kontrak persatuan buruh. Tarif upah aktual jarang mengacu pada tarif standar. Munculnya variansi tarif tenaga kerja biasanya disebabkan olef tarif upah rata-rata yang di gunakan sebagai tarif standar. Selain itu, tenaga kerja yang memiliki keahlian dan gajinya lebih tinggi lebih banyak digunakan untuk tugas yang membutuhkan keahlian lebih sedikit. Lembur yang tidak diperkirakan juga dapat menyebabkan variansi tarif tenaga kerja. Tarif upah untuk aktivitas tenega kerja tertentu sering berbeda di antara para pekerja karena tingkat senioritas yang berbeda. Suatu tarif upah rata-rata sering dipilih daripada standart tarif tenaga kerja yang mencerminkan tingkat yang berbeda tersebut. Sejalan dengan perubahan bauran senioritas, tarif rata-rata pun berubah. Hal ini akan meningkatkan variansi tarif tenaga kerja. Hal ini juga membutuhkan standar baru untuk mencerminkan bauran senioritas yang baru. Kemampuan mengendalikan tidak dapat diterapkan untuk penyebab variansi tarif tenaga kerja ini. Akan tetapi, penggunaan tenaga kerja dapat dikendalikan oleh manajer produksi. Penggunaan pekerja yang lebih ahli dalam mengerjakan tugas yang memerlukan keahlian sedikit (atau sebaliknya) adalah keputusan yang dibuat secara sadar oleh seorang manajer produksi. Untuk alasan ini, tanggung jawab atas variansi tari tenaga kerja secara umum dibebankan pada para individu yang memutuskan bagaimana tenaga kerja akan digunakan. 5. Analisis Variansi : Biaya Overhead Pada bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, total variansi dibagi menjadi variansi harga dan variansi efisiensi. Variansi overhead total, yaitu perbedaan antara overhead yang dibebankan dan overhead yang aktual, juga dibagi menjadi berbagai variansi komponen. Banyaknya variansi komponen yang dihitung bergantung pada metode analisis variansi yang digunakan. Kita akan fokus pada satu metode saja. Pertama, kita akan membagi overhead dalam ketegori-kategori tetap dan variabel. Kemudian, kita akan melihat variansi komponen untuk setiap kategori. Total variansi overhead variable dibagi menjadi dua komponen : variansi pengeluaran overhead variabel dan variansi efisiensi overhead variabel. Dengan cara yang hampir sama, total variansi overhead tetap dibagi menjadi dua kategori : variansi pengeluaran overhead tetap dan variansi volume overhead tetap. (Hansen dan Mowen, 2009 : 511) a.
Variasi Overhead Variabel
a) Perbandingan Variasi Harga Bahan Baku dan Tenaga Kerja Variansi pengeluaran overhead variabel mirip, tetapi tidak sama dengan variansi harga bahan dan tenaga kerja, terdapat beberapa perbedaan konseptual. Overhead variabel merupakan suatu input yang tidak homogen-gabungan dari sejumlah besar bahan baku; seperti bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, listrik, pemeliharaan, dan lain-lain. Tarif standar overhead variabel mewakili biaya beban per jam dan apa yang secara aktual dikeluarkan per jam adalah suatu jenis variansi harga. Variansi pengeluaran overhead variabel dapat muncul karena harga-harga pada setiap bagian overhead variabel telah meningkat atau menurun. Untuk saat ini, asumsikan bahwa perubahan harga tiap bagian overhead adalah satu satunya penyebab variansi pengeluaran. Jika variansi pengeluaran tidak menguntungkan, kenaikan harga untuk setiap bagian overhead variabel adalah penyebabnya. Jika variansi pengeluaran menguntungkan, penurunan harga akan mendominasi. Jika satu-satunya sumber variansi pengeluaran overhead variabel adalah perubahan harga, maka hal ini benar-benar dapat disamakan dengan variansi harga bahan baku dan tenaga kerja. Sayangnya, variansi pengeluaran juga dipengaruhi oleh sebeberapa efisiennya overhead yang digunakan. Terbuang atau tidak efisiennya penggunaan overhead variabel akan meningkatkan biaya overhead variabel yang aktual. Selanjutnya, peningkatan biaya ini dicerminkan sebagai kenaikan tarif overhead variabel aktual. Meski harga aktual tiap bagian overhead sama dengan harga yang dianggarkan atau standar, variansi pengeluaran overhead variabel yang tidak menguntungkan masih bisa terjadi. Sebagai contoh, jam penggunaan listrik bisa jadi lebih banyak digunakan dari yang seharusnya. Hal tersebut tidak tertangkap oleh perubahan apa pun dalam jam tenaga kerja langsung, tetapi pengaruhnya tercermin dalam kenaikan biaya total listrik dan biaya total overhead variabel. Selain itu, efisiensi dapat menurunkan biaya aktual overhead dan menurunkan tarif overhead variabel. Pengguanaan yang efisien atas bagian overhead variabel dapat mendukungvariansi pengeluaran yang menguntungkan. Jika pengaruh pembuangan mendominasi, konstribusi bersih tidak akan menguntungkan. Jika efisiensi mendominasi, konstribusi bersih menguntungkan. Oleh sebab itu, variansi pengeluaran overhead variabel adalah hasil dari harga efisiensi. b) Tanggung Jawab pada Variansi Pengeluaran Ovearhead Variabel Banyak bagian overhead variabel dipengaruhi oleh beberapa pusat pertanggungjawaban. Sebagai contoh, utilitas adalah perpaduan biaya gabungan. Jika tingkat konsumsi overhead variabel dapat di telusuri ke suatu pusat pertanggung jawaban, maka tanggung jawab dapat
dibebankan. Konsumsi bahan baku tidak langsung adalah suatu contoh biaya overhead variabel yang dapat ditelusuri. Kemampuan mengendalikan adalah suatu prasyarat untuk pembebanan tanggung jawab. Perubahan harga bagian overhead variabel intinya berada di luar kendali oleh pengawas. Jika perubahan harga kecil (yang kerap demikian), variansi pengeluaran terutama pada penggunaan efisiensi overhead dalam produksi yang dapat dikendalikan oleh pengawas produksi. Secara umum, tanggung jawab pada variansi pengeluaran overhead variabel dibebankan pada departemen produksi. c) Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Variabel Varisansi $60 yang tidak menguntungkan hanya mengungkapkan bahwa blue-corn food mengeluarkan lebih banyak overhead variabel secara agregat daripada yang direncanakan. Meski variansi tersebut tidak signifikan, hal ini tidak menyatakan apa pun tentang seberapa baik biaya tiap overhead variable yang telah dikendalian. Pengendalian overhead variabel memerlukan analisis lini per lini pada tiap bagian. Tampilan 9-9 menapilakan suatu laporan kinerja yang menginformasikan inti lini per lini untuk pengendalian overhead variabel yang tepat. Anggaplah angka-angka tersebut berasal dari catatan akuntansi Blue-Corn. Jelas bahwa dua dari tiga bahan menunjukan tidak adanya masalah pengendalian di perusahaan. Listrik adalah satu-satunya hal yang menunjukan variansi yang tidak menguntungan, bahkan hal ini adalah penyebab keseluruhan variansi pengeluaran overhead variabel. Jiak variansi signifikan, penelidikan dapat dilakukan. Penyelidikan ini dapat menunjukan perusahaan listrik meningkatkan harga listrik. Jika memang demikian, variansi di luar kendali perusahaan. Respons yang benar adalah merevisi rumus anggaran untuk mencerminkan kenaikan biaya listrik. Namun, harga listrik yang tidak berubah berarti penggunaan listik lebih banyak dari yang diharapkan. d) Variansi Efisiensi Overhead Variabel Overhead variabel diasumsikan bervariasi sejalan dengan perubahan volume produksi. Jadi, Overhead variabel berubah sesuai proporsi perubahan jam tenaga kerja langsung yang digunakan. Variansi efisiensi overhead variabel mengukur perubahan dalam konsumsi overhead variabel yang muncul karena penggunaan efisien (atau tidak efisien) tenaga kerja langsung. Rumus variansi efisiensi : Variansi
efisiensi
overhead
variable
=
(AH
= (400-378,3) $3,85 = $ 84 U (dibulatkan) e) Tanggung Jawab pada Variansi Efisiensi Overhead Variabel
–
SH)
SVOR
Variansi efisiensi overhead variabel seecara langsung berhubungan dengan efisiensi tenaga kerja langsung atau variansi penggunaan. Jika overhead variabel benar-benar proprsional dengan konsumsi tenaga kerja langsung, maka variansi efisiensi overhead variabel disebabkan oleh efisien atau tidak efisiennya penggunaan tenaga kerja langsung. Hal tersebut sama seperti variansi penggunaan tenaga kerja. Jika jam tenaga kerja langsung yang digunakan lebih banyak (atau lebih sedikit) daripada standarnya, biaya total overhead variabel akan meningkat (atau menurun). Berlakunya pengukuran tersebut bergantung pada seberapa valid hubungan antara biaya overhead variabel dan jam tenaga kerja langsung. Dengan kata lain, apakah biaya overhead variabel benar-benar berubah dalam proporsi perubahan jam tenaga kerja langsung? Jika memang demikian tanggung jawab untuk variansi efisiensi overhead variabel seharusnya dibebankan pada individu yang bertanggung jawab pada penggunaan tenaga kerja langsung : manajer produksi. f)
Analisis Variansi Efisiensi Ovearhead Variabel Alasan variansi efisiensi overhead variabel yang tidak menguntungkan sama dengan yang dikemukakan variansi penggunaan tenaga kerja yang tidak menguntungkan. Waktu lebih banyak digunakan daripada standarnya karena banyaknya waktu menganggur bagi para pengawas dan operator mesin yang digunakan sebagai pengganti para pengawas yang tidak berpengalaman dalam pemilihan. Informasi lebih lanjut tentang pengaruh penggunaan tenaga kerja pada overhead variabel tersedia dalam analisis lini per lini tiap overhead variabel.
b. Variansi Overhead Tetap a) Total Variansi Overhead Tetap Total variansi overhead tetap adalah pembedaan antara overgead tetap aktual dan overhead tetap yang dibebankan. Overhead tetap yang dibebankan diperoleh dengan mengalikan tarif standar overhead tetap dengan jam standar yang diizinkan untuk output aktual.
dibebankan = tarif standar overhead tetap x jam standar = $ 32,05 x 21.450 = $ 687.473 (dibulatkan) Total variansi overhead tetap adalah perbedaan antara overhead tetap aktual dengan overhead tetap dibebankan. Total variansi overhead tetap = $ 749.000 - $ 687.473 = $ 61.527 kurang dibebankan
Untuk membantu para manajer memahami penyebab overhead tetap kurang dibebankan sebesar $ 61.527, total variansi dasar diperoleh menjadi dua varuansi : variansi pengeluaran overhead tetap dan variansi volume tetap. b) Variansi Pengeluaran Overhead Tetap Variansi pengeluaran overhead tetap didefinisikan sebagai perbedaan antara overhead tetap aktual dan overhead tetap dianggarkan. Variansi pengeluaran menguntungkan karena overhead tetap yang dikeluarkan lebih sedikit daripada yang dianggarkan. c) Tanggung Jawab pada Variansi Pengeluaran Overhead Tetap Overhead tetap dibuat dari beberapa bagia terpisah, seperi gaji, penyusutan, pajak, dan asuransi. Banyak overhead tetap-investasi janngka panjang sebagai contoh, tidak berubah pada jangka pendek. Akhirnya biaya overhead tetap sering di luar kendali langsung manajemen. Karena biaya overhead tetap banyak dipengaruhi oleh keputusan jangka panjang dan bukan oleh perubahan dalam tingkat produksi, variansi anggaran biasanya kecil. Sebagi contoh, penyusutan, gaji, pajak, asuransi sepertinya tidak banyak dari yang direncanakan. d) Analisis Variansi Pngeluaran Overhead Tetap Karena overhead tetap dibuat dari banyak bagian terpisah, perbandingan lini per lini dan biaya yang dianggarkan dengan biaya aktual, menginformasikan penyebab variansi pengeluaran lebih banyak. Pada intinya, laporan tersebut mengungkapkan variansi pengeluaran overhead tetap sesuai dengan yang diperkirakan. Variansi pengekuaran overhead adalah tetap untuk berbasis lini ataupun secara agregatdan relatif kecil. e) Variansi Volume Overhead Tetap Variansi volume overhead tetap adalah pembeaan antara overhead tetap yang dianggarkan dan overhead tetap yang dibebankan.variansi volume mengukur pengaruh perbedaan output aktual dan output yang digunakan di awal tahun untuk menghitung tarif perkiraan standar overhead tetap. Jikan anda berfikir tentang output yang dugunakanuntuk menghitung tarif overhead tetap sebagai kapasitas aktivitas yang dibutuhkan dan output aktual sebagai kapasitas aktivitas yang digunakan maka variansi volume mirip dengan biaya kapasitas aktivitas yang tidak digunakan. Analogi ini berlaku ketika kita menggunakan kapasitas praktis untuk menghitung tarif overhead tetap. Semua biaya overhead tetap adalah sumber daya yang dikeluarkan untuk mendapatkan kapasitas produksi di awal penggunaan. Sebagai contoh, pada awal tahun, Blue-Corn, Inc. memiliki kapasitas untuk memproduksi 3.000.000 bungkus keripik dengan menggunakan 23.400 jam tenaga kerja langsung. Output aktual adalah 2.750.000 bungkus. Jadi, output aktual kurang dari yang diperkirakan dan hanya 21.450 jam yang diizinkan untuk output aktual. Kapasitas yang digunakan lebih sedikt
dari yang dimiliki, dan biaya dari kapsitas yang tidak digunakan ini dihitung dengan mengalikan tarif dengan perbedaan dalam kapasitas yang diperkirakan dan aktual (diukur dalam jam). Oleh karena itu, kita dapat mengartikan variansi volume sebagai ukuran penggunaan kapasitas. f)
Tanggung Jawab pada Variansi Volume Overhead Tetap Dengan mengasumsikan variansi volume mengukur penggunaan kapasitas tersirat bahwa tanggung jawab umum atas variansi ini seharusnya dibebankan pada Departemen Produksi. Akan tetapi, peyelidikan terhadap alasan varaiansi volume yang signifikan terkadang dapat mengungkapakan penyebabnya adalah faktor di luar kendali produksi. Pada contoh ini tanggung jawab spesifik dapat dibebankan ke tempat lain. Sebagai contoh, bagian pembelian yang mendapatkan bahan kulitas yang lebih rendah dari biasanya dapat mengakibatkan waktu pengerjaan kembali yang signifikan sehingga menyebabkan produksi lebih rendah dan variansi volume yang tidak menguntungkan. Dalam hal ini, tanggumg jawab atas variansi terletak pada bagian pe,belian, bukan pada bagian produksi.
6. Lampiran : Akuntansi untuk Variansi Untuk mengilustrasikan pencatatan variansi, kita akan mengasumsikan bahwa variansi harga bahan baku dihitung saat bahan baku itu dibeli. Dengan asumsi ini, kita dapat menyatakan suatu aturan umum pada akun persediaan perusahaan : semua biaya persediaan dihiung berdasarkan pada biaya standar. Biaya aktual tidak pernah dimasukkan ke akun persediaan. Dalam pencatatn variansi, variansi yang tidak menguntungkan selalu didebet dan variansi yang menguntungkan selalu di kredit.(Hansen dan Mowen, 2009 : 520) a. Ayat Jurnal untuk Variansi Bahan Baku Langsung a) Variansi Harga Bahan Baku. Ayat junal untuk mencatat pembelian bahan baku adalah sebagai berikut(dengan mengasumsikan, MPV tidak menguntungkan dan AQ adalah bahan baku yang dibeli). Persediaan bahan baku………………….SP x AQ Variansi harga bahan baku………………(AP - SP) AQ Utang dagang………………..
AP x AQ
b) Variansi Penggunaan Bahan Baku Bentuk umum untuk ayat jurnal yang mencatat bahan baku yang dikeluarkan dan digunaka dengan asumsi MUV menguntungkan, adalah sebagai berikut : Barang dalam proses………………………SQ x SP Variansi hpenggunaan bahan baku……
(AQ – SQ) SP
Persediaan bahan baku………………..
AQ x SP
b. Variansi Tenaga Kerja Langsung Tidak seperti variansi bahan baku, ayat jurnal untuk mencatat kedua jenis variansi tenaga kerja dibuat secara simultan. Bentuk umum ayat jurnal ini adalah sebagai berikut (dengan asumsi variansi tarif tenagan kerja menguntungkan dan variansiefisiensi tenaga kerja tidak menguntungkan). Barang dalam proses…………………..SH x SR Variansi efisiensi tenaga kerja…..…….(AH – SH) SR Variansi tarif tenaga kerja……..
(AR – SR) AH
Utang gaji……………………...
AH x AR
Sekali lagi, perhatikan bahwa jam standar dan tarif standar yang digunakan untuk membebankan biaya pada barang dalam proses. Harga atau kuantitas aktual tidak digunakan. c. Disposisi Variansi Bahan Baku dan Tenaga Kerja Pada akhir tahun, variansi bahan baku dan tenaga kerja biasayna ditutup ke harga pokok penjualan (praktik ini dapat diterima jika jumlah variansinya tidak terlalu besar). Dengan menggunakan data sebelumnya, ayat jurnala akan mengambil bentuk sebagai berikut : Harga pokok penjualan………………..971,50 Variansi harga bahan baku…….............
702,00
Variansi efisiensi tenaga kerja………...
143,50
Variansi tarif tenaga kerja…………......
126,00
Variansi bahan baku yang digunakan…......558,00 Harga pokok penjualan………........
558,00
Jika jumlah variansi material, maka harus diproratakan diantara berbagai akun. Variansi harga bahan baku diproratakan di antara persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi dan harga pokok penjualan. Variansi bahan baku dan tenaga kerja lainnya diproratakan diantara barang dalam proses, barang jadi dan harga pokok penjualan. Variansi bahan baku biasanya diproratakn berdasakan pada saldo bahan baku di tiap akun ini dan variansi tenaga kerja berdasarkan pada saldotenaga kerja dalam akun-akun tersebut. d. Variansi Overhead Walaupun variansi overhead dapat dicatat dengan mengikkuti pola yang hampir sama seperti yang digunakan untuk tenaga kerja dan bahan baku, variansi ini secara umum lebih diperlakukan sebagai bagian dari suatu analisis overhead periodik. Overhead yang dibebankan diakumulasi dalam akun yang dibebankan dan overhead aktual dihitung dalam
akun pengendalian. Secara periodik (contohnya, bulanan), laporan kinerja yang meberikan informasi variansi overhead disiapkan. Kemudian, variansi overhead disingkirkan dengan menutupnya pada harga pokok penjualan jika jumlahnya tidak material, atau dengan memproratakannya diantara barang dalam proses, barang jadi dan harga pokok penjualan jika jumlahnya tidak terlalu besar.
B. Cost Volume Profit Analisis 1. Definisi Analisis Biaya Volume Laba Pengertian analisis CVP (cost volume profit) adalah analisis yang digunakan untuk menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat mempengaruhi pendapatan operasional (operating income) perusahaan dan pendapatan bersih (net income). Seperti kita ketahui, jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi lebih besar atau lebih kecil. Suatu analisa yang menggambarkan bagaimana perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual, volume penjualan dan bauran penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan inilah yang disebut dengan analisis CVP (cost volume profit).(Holly Deviarti, 2010 : 5) Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan, misalkan dalam menetapkan harga jual produk. Proses analisis ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan bertumpukan pada pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan. Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis) merupakan alat yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan, khususnya jangka pendek, karena analisis ini menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah yang dijual, dan harga. Analisis biaya volume laba juga dapat menjadi alat yang berharga untuk mengidentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi yang dihadapi perusahaan dan membantu menunjukkan secara tepat jawaban yang diperlukan. Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya adalah : a.
Menentukan harga jual produk atau jasa.
b. Memperkenalkan produk atau jasa baru. c.
Mengganti peralatan.
d. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan. e.
Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen.
2. Asumsi Analisis Biaya Volume Laba Dalam mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima elemen penting terkait analisis cost volume profit, yaitu: a.
Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara konstan.
b. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan direncanakan akan dijual di dalam suatu periode tertentu. c.
Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.
d. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode tertentu. e.
Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk-produk perusahaan yang akan dijual. (Holly Deviarti, 2010 : 8) Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa asumsi yang harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya biaya dan volume serta laba yang akan diperoleh, yaitu :
a.
Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini berarti harga jual setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan.
b. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara akurat ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel per unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga harus konstan. c.
Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.
d.
Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti, jumlah persediaan tidak berubah. Analisis biaya-volume-biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi. Asumsiasumsi tersebut diantaranya :
a.
Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel ataupun biaya tetap. Dianggap bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya campuran, dapat dipilah-pilah menjadi unsur-unsur biaya variabel dan tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah, dan biaya variabel per unit tidak berganti ketika aktivitas berubah. Efisiensi dan produktivitas proses produktif serta tenaga kerja dianggap konstan pula.
b.
Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini sahih dalam kisaran relavan kegiatan usaha normal.
c.
Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran relavan. Harga jual per unit dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini menyiratkan pasar yang murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan unit produk. Harga jual rata-rata per unit produk adalah konstan.
d.
Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran penjualan dari bermacam-macam produk adalah konstan dalam kisaran relavan. Apabila produk-produk mempunyai harga jual dan biaya yang berbeda-beda, perubahan bauran penjualan akan mempengaruhi hasil-hasil analisis biaya-volume-laba.
e.
Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produk atau rupiah penjualan.
f.
Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode adalah sama. Hal ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama periode berjalan sama dengan unit yang dijual. Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja berubah maka hasil analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dan dapat menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Meskipun tujuan utama dari analisis ini adalah untuk melihat hubungan diantara elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu dengan yang lainnya. Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap, Manajemen harus teliti dalam memasukkan semua biaya variabel yang relevan yaitu tidak hanya biaya produksi saja tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi. Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya variabel per unit. Selain itu, (pada analisis jangka pendek) biaya tetap yang relevan dapat diartikan sebagai biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan menjadi biaya total, dapat diasumsikan dengan analisis cost volume profit bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear. Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat diterapkan dalam banyak hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa, memperkenalkan produk atau jasa baru, mengganti peralatan, memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh manajemen. Selain itu beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
a.
Linearitas dan Rentang yang relevan
Model CVP mengasumsikan bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya yang diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear. b. Mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel untuk analisis CVP Pada analisis jangka pendek, biaya tetap yang relevan adalah biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru untuk mengukur biaya variabel perunit, akuntan manajemen harus teliti memasukkan semua biaya variable yang relevan, tidak hanya biaya produksi tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi. 3. Dasar Analisis Biaya-Volume Dan Laba Biaya-volume-laba atau analisis titik impas (cost-volume-profit or breakeven analysis) membahas hubungan antara penerimaan total, biaya total, dan laba total perusahaan pada berbagai tingkat output. Biaya-volume-laba atau analisis titik impas sering digunakan para eksekutif bisnis untuk menentukan volume penjualan yang diperlukan bagi perusahaan untuk mencapai titik impas, laba total dan kerugian pada tingkat penjualan lainnya. (Holly Deviarti, 2010 : 20) Pengetahuan dasar yang sangat menentukan dalam analisis biaya volume dan laba adalah pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi dengan menggunakan pendekatan variable costing. Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan laba rugi dimana biaya diklasifikasikan menurut perilakunya. Agar lebih informatif maka sebaiknya laporan laba rugi diuraikan dalam bentuk laporan penjualan secara total, penjualan per unit, dan analisis vertikal yang menunjukan persentase biaya variabel dan marjin kontribusi dan nilai penjualan. 4. Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis) Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Tujuan analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan dan hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak mendulang untung ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu hanya penjualan,biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas. Titik impas normalnya bukan merupakan sasaran kinerja yang diharapkan, namun titik impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyariatkan agar perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik impas menunjukan suatu
sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan. Mengetahui titik impas terutama penting ketika sebuah perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru. Dalam kedua kondisi tersebut, Perusahaan harus mengawasi secara hati-hati potensi penjualan dan membandingkanya dengan titik impas. . (Holly Deviarti, 2010 : 27) Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis. 5. Pemanfaatan Analisis Cost Volume Profit untuk Perencanaan a.
Analisis Target Laba Analisis target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada dasarnya sama dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik impas target laba sama dengan nol, sementara dalam analisis target laba seperti yang dimaksudkan di atas jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya disesuaikan dengan jumlah laba yang diinginkan, biasanya lebih besar dari pada nol.
b. Analisis Multi Produk Analisis multi produk memerlukan adanya asumsi terkait dengan bauran penjualan (sales mix), yaitu kombinasi berbagai produk yang dihasilkan / dijual perusahaan. Dengan menentukan suatu bauran penjualan tertentu, analisis multi produk dapat diubah ke dalam analisis
produk
tunggal.
Namun
untuk
analisis
CVP
kita harus menggunakan bauran penjualan dalam unit. c.
Analisis Sensivitas Salah satu aspek penting dalam analisis cost volume profit ini bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisis, dapat diadakan penilain atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam proses penyusunan atau perencanaan anggaran, karena hal ini memungkinkan diadakan testing untuk menentukan akibat adanya perubahan faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif. Metode yang digunakan adalah laporan laba rugi komparatif. (Holly Deviarti, 2010 : 40) Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya.
6. Marjin Keamanan (margin of safety) Marjin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas. Hasil perhitungannya menunjukan jumlah sampai seberapa besar penjualan dapat turun sehingga sampai pada titik impas. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit, satuan uang dan presentase. Perhitungan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi manajemen agar lebih berhati-hati dalam memelihara tingkat penjualan yang sudah di capai, agar perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu tingkat yang merugikan. 7. Pemilihan Struktur Biaya Leverage operasi Agar dapat memepertahankan stabilitas labanya, perusahaan memerlukan analisis struktur biaya. Untuk itu diantaranya perlu dipertimbangkan faktor-faktor operating leverage, struktur komisi penjualan, dan bauran penjualan. Leverage operasi adalah suatu ukuran suatu ukuran kemampuan manajemen memanfaatkan biaya tetap dalam suatu organisasi agar mencapai tingkat laba tertentu. Faktor leverage operasi mempengaruhi sensitivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Semakin tinggi biaya tetap, maka semakin tinggi operating leverage yang dicapai dan semakin besar pula sensivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Jika sebuah perusahaan mempunyai operating of leverage tinggi, maka sedikit saja peningkatan dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan persentase yang besar dalam laba. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai operating leverage rendah, maka pengaruh peningkatan dalam penjualan terhadap peningkatan laba bersih adalah rendah. (Holly Deviarti, 2010 : 45) C. Pelaporaan Segmen, Evaluasi Pusat Investasi, dan Penetapan Harga Transfer. 1. Desentralisasi dan Pusat Pertanggungjawaban Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban adalah system yang mengukur berbagai hasil yang dicapai setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Perusahaan yang memiliki beberapa pusat pertanggungjawaban biasanya memilih salah satu dari dua pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan mereka yang rumit dan beragam. (Hansen dan Mowen, 2009 : 558) a.
Sentralisasi Berbagai keputusan dibuat pada tingkat manajemen puncak dan manajer pada jenjang yang lebih rendah bertanggungjawab atas pengimplementasian keputusan-keputusan tersebut.
b. Desentralisasi
Praktek pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. Perusahaan cenderung menerapkan pola desentralisasi dengan alasan sebagai berikut: a) Mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal Manajer tingkat rendah yang berhubungan dengan tingkat operasional langsung (seperti kekuatan dan persaingan lokal, sifat tenaga lokal), akibatnya mereka sering berada dalam posisi yang lebih baik untuk membuat keputusan lokal. b) Memfokuskan manajer pusat Dengan mendesentralisasikan keputusan-keputusan operasional, manajemen pusat bebas menangani perencanaan dan pengambilan keputusan strategis. c) Melatih dan memotivasi para manajer Dengan memberi peluang membuat keputusan kepada manajer lebih rendah akan melatih kemampuan manajer tingkat rendah untuk mempersiapkan ke jenjang yang lebih tinggi.
d) Meningkatkan daya saing Perusahaan-perusahaan besar sekarang menemukan bahwa mereka tidak mau mempertahankan suatu divisi yang tidak berdaya saing. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kinerja sebuah divisi atau pabrik adalah memperkenalkannya lebih jauh pada kekuatan-kekuatan pasar. (Mulyadi, 2007 : 329) Divisi-divisi dalam perusahaan yang terdesentralisasi. Pembagian divisi dilakukan melalui tiga cara, yaitu: a.
Berdasarkan jenis barang/jasa. Pembagian diatur berdasarkan lini produk
b. Berdasarkan garis geografis. Keberadaan divisi di beberapa wilayah menciptakan kebutuhan akan evaluasi kinerja yang mampu mempertimbangkan perbedaan lingkungan divisi. c.
Berdasarkan jenis pertanggungjawaban yang diberikan kepada manajer divisi. Saat perusahaan
tumbuh,
manajemen
puncak
biasanya
menciptakan
berbagai
area
pertanggungjawaban yang dikenal sebagai pusat pertanggungjawaban dan menugaskan para manajer dibawahnya untuk menangani wilayah. Jenis utama pusat pertanggungjawaban: a.
Pusat Biaya. Manajer bertanggungjawab hanya terhadap biaya
b.
Pusat Pendapatan. Manajer bertanggungjawab hanya pada penjualan
c.
Pusat laba. Manajer bertanggungjawab terhadap penjualan dan biaya
d. Pusat Investasi. Manajer bertanggungjawab terhadap penjualan, biaya dan investasi modal.
2. Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laporan Laba-Rugi Variabel dan Absorpsi. Pusat laba dinilai berdasarkan laporan laba-rugi. Akan tetapi, laporan laba-rugi perusahaan secara keseluruhan tidak terlalu berguna untuk tujuan ini. Oleh sebab itu, mengembangkan laporan laba-rugi segmen untuk setiap pusat laba adalah suatu hal yang penting. Dua metode penghitungan laba yang telah dikembangkan, yaitu satu berdasarkan perhitungan biaya variabel dan yang lainnya berdasarkan perhitungan biaya penuh atau absorpsi. Keduanya merupakan metode perhitungan biaya karena berkaitan dengan cara menentukan biaya produk, yang mencakup didalamnya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Biaya periode, seperti beban penjualan dan administrasi, dibebankan saat biaya itu dikeluarkan. Perbedaan antara perhitungan biaya variabel dan absoprsi bergantung pada perlakuan terhadap satu biaya tertentu, yaitu overhead tetap. Perhitungan biaya variabel menekankan perbedaan antara biaya manufaktur variabel dan tetap. Perhitungan biaya variabel (variable costing) yang juga disebut perhitungan biaya langsung (direct costing), hanya membebankan biaya manufaktur variabel ke produk; biaya-biaya ini meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel. Overhead tetap diperlukan sebagai beban periode dan tidak disertakan dalam penentuan biaya produk. (Hansen dan Mowen, 2009 : 565) Dasar pemikiran dalam hal ini adalah overhead tetap merupakan biaya kapasitas atau tetap dalam bisnis. Setelah periodenya berlalu, setiap manfaat yang diberikan oleh kapasitas akan habis dan tidak boleh diinventarisasi. Perhitungan biaya absorpsi (absorption costing) membebankan semua biaya manufaktur pada produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan overhead tetap adalah hal-hal yang menentukan biaya produk. Menurut perhitungan biaya absorpsi, overhead tetap dipandang sebagai biaya produk, bukan biaya periode. Menurut metode ini, overhead tetap dibebankan pada produk melalui penggunaan tarif overhead tetap yang ditetapkan terlebih dahulu dan tidak dibebankan sampai produk terjual. 3. Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan ROI Kewenangan pusat investasi menyangkut pengelolaan laba (yang terdiri atas pendapatan dan biaya) serta mengelola asset yang dipergunakan untuk memperoleh laba. Pusat investasi prestasinya diukur berdasarkan perbandingan antara laba yang diperoleh dengan asset (investasi) yang dipergunakan. (Hansen dan Mowen, 2009 : 576)
Tujuan dari pengukuran prestasi pada pusat investasi adalah sebagai berikut: a.
Menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai investasi yang digunakan oleh manajer divisi dan memotivasi mereka untuk melakukan keputusan yang tepat.
b.
Mengukur prestasi divisi sebagai kesatuan usaha yang berdiri sendiri.
c.
Menyediakan alat perbandingan prestasi antar divisi untuk penentuan alokasi sumber ekonomi. Informasi dari pusat investasi dapat memotivasi:
a.
Menghasilkan laba yang memadai dengan wewenang mengambil keputusan tentang sumber ekonomi dan fasilitas fisik yang digunakan.
b.
Mengambil keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut memberikan kembalian (return) yang memadai.
c.
Mengambil keputusan untuk melepas atau mengurangi investasi yang tidak memberikan kembalian (return) yang memadai. Pengembalian Atas Investasi Metode yang dapat digunakan dalam menilai laba operasi dengan aktiva adalah sebagai berikut:
a.
Return On Investment (ROI) Yaitu perbandingan (rasio) antara laba operasi dengan aktiva operasi rata-rata yang digunakan. Laba operasi mengacu pada laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva operasi adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi, seperti kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan.
a) Margin Dan Perputaran Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini menunjukkan jumlah laba operasi yang dihasilkan dari setiap penjualan. Sedangkan perputaran adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. b) Keuntungan dengan menggunakan ROI A-Mendorong manajer untuk memberikan perhatian yang lebih luas terhadap hubungan antara penjualan, biaya, dan investasi yang seharusnya menjadi focus bagi manajer investasi. A-Mendorong efisiensi biaya, bisa mengurangi investasi yang berlebihan. c) Kelemahannya metode ROI Â-Manajer pusat investasi cenderung menolak investasi yang bisa menurunkan ROI pusat pertanggungjawabannya, walaupun akan meningkatkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Â-Mendorong manajer pusat investasi hanya berpikiran jangka pendek tanpa memperhatikan kepentingan jangka panjang.
4.
Mengukur Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laba Residu dan Nilai Tambah Ekonomi. Nilai tambah ekonomi (economic value added-EVA) adalah cara alternatif untuk menghitung laba residu yang saat ini digunakan di sejumlah perusahaan. Laba Residu Laba residu adalah perbedaan antara laba operasi dan pengembalian dolar minimum yang disyaratkan atas aktiva operasi perusahaan. (Hansen dan Mowen, 2009 : 583) Apabila laba residu lebih besar daripada nol maka divisi memperoleh lebih banyak tingkat pengembalian minimum yang diminta. Apabila laba residual kurang dari nol, maka divisi memperoleh laba lebih sedikit tingkat pengembalian minimum yang diminta. Apabila laba residual sama dengan nol, maka menunjukkan divisi memperoleh tepat sama dengan tingkat pengembalian minimum yang diminta. Keunggulan laba residu adalah mendorong para manajer untuk menerima proyek apapun yang mengahasilkan tingkat diatas minimum. Sedangkan terkait kelemahannya, terdapat dua kelemahan laba residu. Pertama adalah, laba residu dapat mendorong orientasi jangka pendek. Kedua, laba residu adalah ukuran absolute dari profitabilitas. Jadi, perbandingan langsung dari kinerja pada dua pusat invesatasi yang berbeda menjadi sulit karena tingkat investasinya bisa berbeda. Nilai Tambah Ekonomi Nilai tambah ekonomi (Economic Value Added-EVA) adalah laba bersih (laba operasi dikurangi pajak) dikurangi total biaya modal tahunan. Apabila proyek dengan EVA positif maka perusahaan menciptakan kekayaan. Apabila proyek dengan EVA negative, maka perusahaan merusak modalnya. EVA adalah dalam satuan dolar, bukan presentase tingkat pengembalian. Inti EVA adalah penekanan pada laba bersih operasi dan biaya actual dari modal. Para investor menyukai EVA karena menghubungkan laba dengan jumlah sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya.
5. Penetapan Harga Transfer Pada banyak organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari salah satu divisi digunakan sebagai masukan pada divisi lainnya. Hal ini menimbulkan suatu persoalan akuntansi. Ketika divisi-divisi diperlakukan sebagai pusat pertanggungjawaban, divisi tersebut dievaluasi berdasarkan laba operasi, pengembalian atas investasi dan laba residu atau EVA. Jadi, nilai barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi yang membeli. Nilai ini atau harga internal disebut harga transfer (transfer price). Harga transfer adalah harga yang dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi penjual pada divisi pembeli di perusahaan yang sama. a.
Dampak Penetapan Harga Transfer Terhadap Divisi dan Perusahaan Secara Keseluruhan Ketika satu divisi dari suatu perusahaan menjual pada divisi lain, kedua divisi tersebut dan
perusahaan secara keseluruhan terkena pengaruhnya. Harga yang dikenakan untuk barang yang ditransfer mempengaruhi biaya divisi pembeli dan pendapatan divisi penjual. Artinya, laba kedua divisi tersebut sebagaimana juga evaluasi dan kompensasi para manajer mereka, dipengaruhi oleh harga transfer. Karena berpengaruh terhadap ukuran kinerja berdasarkan laba dari kedua divisi (misalnya, ROI dan laba residu), penetapan harga transfer sering menjadi masalah yang ditanggapi secara sangat emosional. b. Kebijakan Penetapan Harga Transfer Dalam penyusunan sebuah kebijakan penetapan harga transfer, kedua pandangan dari divisi penjual dan divisi pembeli harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya peluang (opportunity cost approach) mencapai tujuan tersebut dengan mengidentifikasi Harga minimum yang ingin diterima divisi penjual dan harga maksimum yang ingin dibayar divisi pembeli. Harga-harga minimum dan maksimum tersebut sesuai dengan biaya peluang transfer internal. Berikut harga-harga yang ditetapkan di setiap divisi. a)
Harga transfer minimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal daripada dijual pada pihak luar.
b) Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk jika suatu input dibeli dari divisi internal daripada jika barang yang sama dibeli secara eksternal. c)
Harga Pasar Jika terdapat pasar luar dengan persaingan sempurna untuk produk yang ditransfer, maka harga transfer yang paling sesuai adalah harga pasar. Pada situasi demikian, berbagai tindakan manajer divisi akan mengoptimalkan laba divisi dan laba perusahaan secara simultan. Lagi pula, tidak ada divisi yang memperoleh manfaat di atas beban divisi lain. Bila demikian, manajemen pusat tidak akan tertarik untuk melakukan campur tangan.
d) Harga transfer Berdasarkan Biaya Harga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karena produk yang akan ditransfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan induk. Dalam hal ini, perusahaan bisa menggunakan pendekatan penetapan harga transfer berdasarkan biaya. (Hansen dan Mowen, 2009 : 591)
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Suatu sistem biaya standar menganggarkan kuantitas dan biaya menggunakan dasar unit. Anggaran untit ini adalah tenaga kerja, bahan baku dan overhead. Dengan demikian,
biaya standar adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk barang atau jasa. Standar yang dibuat ditetapkan berdasarkan pengalaman historis, studi teknis, dan input dari personel operasional, pemasaran dan akuntansi. Standar yang saat ini dapat dicapai adalah standar yang dapat diraih dengan kondisi operasional yang efisien. Standar ideal adalah standar yang dapat dicapai dengan efisiensi maksimum atau kondisi operasional ideal. Sistem perhitungan biaya standar digunakan untuk memperbaiki perencanaan dan pengendalaian serta memfasilitasi perhitungan harga pokok produk. Dengan membandingkan hasil aktual dengan standar dan membagi variansi dalam komponen harga dan kuantitas, respons balik tersedia bagi para manajer. Informasi ini memungkinkan para manajer untuk menerapkan tingkat kendali yang lebih besar terhadap biaya daripada yang ditemukan dalam sistem perhitungan biaya normal arau aktual. Keputusan seperti penawaran juga dibuat lebih mudah ketika sistem perhitungan biaya standar digunakan. Lembar biaya standar memberikan perincian untuk perhitungan biaya standar per unit. Hal ini menunjukkan biaya standar untuk bahan baku, tenaga kerja B. Saran Dalam pembuatan makalah ini penulis merasa sangat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan, masukan dan saran kepada penulis yang dapat membangun agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA Deviarti, Holly. 2011. Analisis Cost Volume Profit sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Rangka Perencanaan Laba dengan Penerapan Teori Kendala pada Pt Skylite Surya Internusa. Jakarta: Bina Nusantara University.
Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2007. Activity Based Cost System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.