AUDIT MENCEGAH FRAUD: PENGENDALIAN INTERN AKTIF DAN PENGENDALIAN INTERN PASIF Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Forensik dan Pengujian Kecurangan
Dosen Pengampu : Drs. Surbakti Karo-Karo, M.Si.,Ak
Disusun oleh : Kelompok 6
ANASTASIA MASTURA
NIM. 7163220003
DAVID GREAT NAPITUPULU
NIM. 7163220012
ERICSON SITUMEANG
NIM. 7163220016
GHINA AULIA ATIKA
NIM. 7163220022
JURUSAN AKUNTANSI, B UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya kepada penulis sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kapada bapak Drs. Surbakti Karo-Karo., SE.,M.Si.,Ak.,CA. sebagai dosen mata kuliah Akuntansi Forensik dan Pengujian Kecurangan di fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi UNIMED yang selalu mengajarkan kami dan memberikan banyak pengetahuan sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “AUDIT MENCEGAH FRAUD: PENGENDALIAN INTERN AKTIF DAN PENGENDALIAN INTERN PASIF” Makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah disepakati bersama. Harapan yang paling besar dalam penyusunan makalah ini adalah mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, dan para pembaca. Namun dibalik semua isi makalah ini penulis juga sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan yang tertuang didalammnya. Untuk itu penulis terlebih dahulu meminta maaf atas kesalahan tersebut, dan penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi terciptanya sebuah laporan yang baik untuk kedepannya.
Medan,
Maret 2019
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3
Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.4
Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3 2.1
Pengelompokan Fraud .................................................................................................
2.2
Anti- Fraud Controls ....................................................................................................
2.3
Pengendalian Intern .......................................................................................................
2.4
Fraud-Spesifik Internal Control ....................................................................................
2.5
Pengendalian Intern Aktif .............................................................................................
2.6
Pengendalian Intern Pasif ..............................................................................................
2.7
Dapatkah Kita Mempercayai Pengendalian Intern? ......................................................
BAB III : PENUTUP ................................................................................................................. 3.1
Kesimpulan....................................................................................................................
3.2
Saran ..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti menangani penyakit, lebih baik mencegahnya daripada “mengobati”nya. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh fraud yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu, upaya utama seharusnya adalah pada pencegahannya. Ada ungkapan yang secara mudah ingin menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari fraud. Ungkapan itu adalah: fraud by need, by greed, and by opportunity. Kata fraud dalam ungkapan itu bisa diganti dengan corruption, financial crime, dan lain-lain. Dari pembahasan tentang fraud triangle, kita tentu tahu bahwa ungkapan tersebut merupakan penyederhanaan dari dunia nyata. Namun, ada yang bermakna dari ungkapan itu. Kalau kita ingin mencegah fraud, hilangkanlah atau tekan sedapat mungkin (berdasarkan cost-benefit analysis). Menghilangkan atau menekan need dan greed yang mengawali terjadinya fraud dilakukan sejak menerima seseorang, meskipun kita tahu bahwa prose situ bukan jaminan penuh. Ini terus ditanamkan melalui fraud awareness dan contoh-contoh yang diberikan pimpinan perusahaan atau lembaga. Contoh yang diberikan atasan telah terbukti merupakan unsure pencegah yang penting. Kasus-kasus fraud menunjukkan bahwa contoh negatif yang diberikan pimpinan, cepat ditiru oleh bawahannya. Unsure by opportunity dalam ungkapan di atas biasanya ditekan melalui pengendalian intern. Untuk audit investigative, kita memerlukan pengendalian intern yang khusus ditujukan untuk mencegah fraud. Oleh karena itu, kami akan membahas bagaimana upaya mencegah fraud yang dimulai dari pengendalian intern.
1
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja yang terdapat dalam pengelompokkan fraud? 2. Apa yang dimaksud dengan anti – fraud controls? 3. Apa yang dimaksud dengan pengendalian intern? 4. Apa yang dimaksud dengan fraud – specific internal control? 5. Apa yang dimaksud dengan pengendalian intern aktif dalam upaya mencegah fraud? 6. Apa yang dimaksud dengan pengendalian intern pasif dalam upaya mencegah fraud? 7. Apakah kita dapat mempercayai pengendalian intern?
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui jenis-jenis kelompok fraud 2. Untuk mengetahui apa itu anti – fraud controls 3. Untuk mengetahui definisi-definisi pengendalian intern 4. Untuk mengetahui fraud – specific internal control 5. Untuk mengetahui pengendalian intern aktif dalam upaya mencegah fraud 6. Untuk mengetahui pengendalian intern pasif dalam upaya mencegah fraud 7. Untuk mengetahui bagaimana kita dapat mempercayai pengendalian intern
1.4 Manfaat 1. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi penulisdalam penyusunan makalah khususnya yang berkaitan denganaudit mencegah fraud 2. Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat dan sebagai acuan bagi penulisan selanjutnyaagar dapat terus dikembangkan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengelompokkan Fraud Kecurangan bermula dari yang kecil, kemudian membesar dan pada akhirnya akan mencelakakan. Untuk itu perlu ada semacam program yang terstruktur serta tertata baik menekan praktik kecurangan. Tujuan utamanya mencegah dan mendeteksi kecurangan serta melakukan langkah penyelamatan dari kerugian yang tidak diinginkan. Menurut Vona (2011:8) dalam mendefenisikan fraud maka tindakan tersebut harus dikategorikan sebagai berikut: 1. Tindakan yang dilakukan pada organisasi atau oleh organisasi atau untuk organisasi 2. Tindakan yang dilakukan oleh sumber internal atau eksternal. skenario dapat mencakup kedua belah pihak. 3. Tindakan yang disengaja dan tersembunyi. 4. Tindakan biasanya ilegal atau menunjukkan kesalahan. 5. Tindakan menyebabkan hilangnya dana perusahaan, nilai perusahaan, atau reputasi perusahaan, atau manfaat yang tidak sah apakah diterima secara pribadi atau oleh orang lain. Dari definisi ini memperlihatkan bahwa dalam kecurangan ada penyimpangan dan atau tindakan illegal, penipuan yang disengaja yang menguntungkan individu maupun organisasi, artinya dibalik itu ada pihak yang dirugikan, sedangkan pelakunya bisa organisasi atau individu. Artinya ini dapat dilakukan untuk manfaat dan/atau kerugian organisasi oleh orang di luar atau orang lain dalam organisasi. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kecurangan ini adalah suatu penyajian yang palsu atau penyembunyian fakta yang material yang menyebabkan seseorang memiliki sesuatu secara tidak sah. Meskipun belum ada penelitian mengenai besarnya fraud (termasuk korupsi) di Indonesia, sulit untuk menyebutkan suatu angka yang andal. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan di luar negeri (dengan sampling) mengindikasikan bahwa fraud yang terungkap, sekalipun secara absolut besar, namun dibandingkan dengan seluruh fraud yang sebenarnya terjadi, relatif kecil. Inilah gejala gunung es. Davia et al. mengelompokkan fraud dalam tiga kelompok sebagai berikut. 3
Fraud yang sudah ada tuntutan hukumnya (prosecution), tanpa memperhatikan keputusan pengadilan.
Fraud yang ditemukan, tetapi belum ada tuntutan hukum.
Fraud yang belum ditemukan. Yang biasa diketahui khalayak ramai adalah fraud dalam kelompok I. Dengan
dibukanya kepada umum laporan – laporan hasil pemeriksaan BPK, kelompok II juga bisa diketahui. Namun khusus untuk fraud yang berupa tindak pidana (korupsi misalnya), hasil pemeriksaan tersebut masih berupa indikasi (indicia of fraud). Jika sudah konkret sekalipun, itu adalah khusus kasus- kasus yang berkenaan dengan keuangan Negara. Fraud dalam kelompok II lebih sulit lagi diketahui karena adanya lembaga perlindungan hukum yang sering dimanfaatkan tertuduh, yakni pencemaran nama baik (slander dan libel). Sedangkan fraud dalam kelompok III tertutup rapat, hanya diketahui Tuhan dan pelakunya. Oleh karena itu, tidak mungkin kita dapat menjawab besar-besaran yang berhubungan dengan fraud secara keseluruhan yang sesungguhnya terjadi ( fraud universe ) seperti berikut ini : 1. Berapa diantara fraud universe yang sudah ditemukan? 2. Berapa dari fraud universe yang sudah ditemukan juga sudah ada tuntutan hukum? 3. Berapa dari fraud universe yang belum ditemukan? 4. Apakah fraud dalam kelompok II dan III serupa atau sama sifatnya seperti fraud dalam kelompok I? ataukah “lebih gawat”? Davia et al. memperkirakan bahwa dari fraud universe, Kelompok I hanyalah 20%, sedangkan kelompok II dan III, masing-masing 40%. Kesimpulannya, Lebih banyak yang tidak kita ketahui daripada yang kita ketahui tentang fraud. Hal yang lebih gawat lagi, fraud ditemukan secara kebetulan. Tidak jarang, indikasi- indikasi fraud dikaji lebih dalam pada investigasi akhirnya diputuskan tidak terjadi fraud, padahal sesungguhnya fraud sudah terjadi. Kasus- kasus semacam ini sering dialami pada waktu indikasi fraud ditemukan oleh suatu tim, diinvestigasi oleh tim. Akan tetapi, ada yang lebih gawat jikapresentase dari setiap kelompok tadi benar. Jika statistic ini benar, ini berarti pengetahuan atau awareness mengenai fraud cukup rendah. Ketika kita membanggakan telah menemukan fraud berukuran miliaran bahkan triliunan rupiah, diluar sana ada pelaku (yang belum ketahuan)
4
menertawakan para investigator. Ini implikasi yang paling menyedihkan dari gejala gunung es. 2.2 Anti – Fraud Controls Keberhasilan kegiatan memerangi fraud, setelah korupsi terjadi adalah suatu ironi tersendiri dalam upaya penanggualan fraud karena semakin banyak mendeteksi dan menyelesaikan kasus berindikasi fraud, bukan merupakan kondisi umum yang dikehendaki masyarakat, sebab pada dasarnya kejadian fraud bukanlah kejadian yang dikehendaki masyarakat. Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah dari pada diobati. Jika menunggu terjadinya fraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian yang terjadi dan telah dinikmati oleh pihak terntu, bandingkan bila kita berhasil mencegahnya, tentu kerugian belum semuanya beralih ke pelaku fraud tersebut. Dan bila fraud sudah terjadi maka biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar untuk memulihkannya daripada melakukan pencegahan sejak dini. Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya yang harus dilakukan yaitu (1) membangun individu yang didalamnya terdapat trust and openness, mencegah benturan kepentingan, confidential disclosure agreement dan corporate security contract. (2) Membangun sistem pendukung kerja yang meliputi sistem yang terintegrasi, standarisasi kerja, aktifitas control dan sistem rewards and recognition. (3) membangun sistem monitoring yang didalamnya terkandung control self sssessment, internal auditor dan eksternal auditor Tabel dibawah ini menunjukkan penerapan perangkat kendali untuk mencegah fraud (anti-fraud controls) dan besarnya kerugian yang dapat dicegah. Berikut penjelasan singkat dari anti-fraud controls dan pengurangan kerugian (dalam %). Anti Fraud Controls (AFC)
%
Terjemahan dari AFC
Surprise audits
66,2
Audit dengan kunjungan mendadak
Jobs rotation / mandatory vacation
61,0
Alih tugas / wajib ambil cuti
Hotline
60,0
Saluran komunikasi khusus untuk melapor ketidakberesan
Employee support programs
56,0
Program dukungan bagi karyawan
Fraud training for managers / executives
55,9
Pelatihan mengenai fraud untuk manajer dan eksekutif
Internal audit / FE department
52,8
Audit internal
Fraud training for employees
51,9
Pelatihan mengenai fraud untuk karyawan
5
Anti fraud policy
49,2
Kebijakan memberantas fraud
External audit of ICOFR
47,8
Audit eksternal untuk pengendalian intern atas pelaporan keuangan
Code of conduct
45,7
Aturan perilaku / kode etik
Management review of IC
45,0
Telaah manajemen atas pengendalian intern
External audit of F/S
40,0
Audit eksternal atas laporan keuangan
Independent Audit Comittee
31,5
Komite Audit Independen
Management certification of F/S
29,5
Sertifikasi mengenai kewajaran laporan keuangan oleh manajemen
Beberapa Perusahaan besar telah menyadari bahaya besar akibat fraud, mereka telah melakukan perencanaan sedini mungkin terhadap pencegahan fraud ini antara lain perusahaan
Telkom
Grup
dan
Astra
Grup,
kedua
Perusahaan
ini
telah
mengantisipasi fraud yang diwujudkan dalam kebijakan anti fraud yang diterapkan di dalam peruashaan. 1. Astra Group Grup Astra memberikan perhatian yang demikian besar dalam pengembangan praktek Good Corporate Governance(GCG) dengan standar tinggi. Beberapa paket kebijakan telah dibuat untuk mendukung GCG diseluruh Astra Grup yang dimonitor oleh Komite Audit, Komite Renumerasi dan Nominasi, Komite Eksekutif, kelompok Manajemen Resiko dan Departemen Audit Internal. Untuk memberikan petunjuk yang jelas dan bagaimana karyawan melaksanakan tugas-tugasnya, Grup Astra telah membuat buku pedoman yang komprehensif, yaitu “Pedoman Etika Bisnis dan kerja”, yang mencakup semua aspek dalam berhubungan dengan pihak ketiga dan masyarakat luas secara bertanggung jawab dan professional. Selain itu Astra juga mengeluarkan pedoman lainnya untuk memberikan kepastian dan assurance bahwa seluruh aktivitas telah menerapkan pola yang sesuai dengan GCG, pedoman-pedoamn itu yaitu: pedoman sistem audit dan manajemen risiko, pedoman benturan kepentingan, peraturan mengenai informasi orang dalam, pedoman kewajiban sosial perusahaan, pedoman manajemen sumber daya manausia, pedoman direksi dan komisaris Astra, kebijakan pelaporan atas pelanggaran etika, kebijakan atas penyampaian laporan tahunan dan kebijakan transaksi material dan perubahan kegiatan usaha.
6
2. Telkom Group Sebagai perusahan publik yang juga melantai di bursa internasional (NYSE dan LSE) Telkom berupaya mewujudkan tata kelola perusahaan yang bersih sebagai mana tuntutan dari aturan Sarbanes Oxley Act (SOA) yang dianut Telkom Grup. Telkom secara berkala terus mengeluarkan berbagai program yang memastikan kesempatan berbuat curang (fraud) itu tertutup. Didalam program anti fraud tersebut terdapat code of
ethics, whistleblower
policy, organization
Policy.Program whistleblower yang
diterapkan
structure dan Human Telkom
Resource
dimaksudkan
untuk
menciptakan sebuah sistem yang memungkinkan perusahaan dapat melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan atau indikasi adanya fraud, dengan begitu Telkom dapat secara lebih awal melakukan langkah-langkah koreksi dan mitigasi yang diperlukan untuk mengamankan asset, reputasi dan risiko kerugian yang mungkin timbul. Selain itu Telkom juga menerapkan Enterprise Risk Management (ERM) yang disusun oleh COSO. Beberapa kebijakan yang dilakukan Telkom terkait penerapan ERM ini antara lain: (1) peningkatan kebijakan melalui evaluasi, perbaikan, peningkatan, distribusi dan kebijakan internal untuk mendukung pengelolaan resiko; (2) Peningkatan pemahaman proses bisnis yang efektif melalui penyederhanaan atau penghapusan proses bisnis yang kurang efektif; (3) pelaksanaan pengkajian risiko dan langkah mitigasi yang meliputi inisiatif startegis, RKAP, dan evaluasi diri atas pengendalian risiko seluruh unit; (4) perlindungan asset melalui penyediaan informasi yang memadai dan akurat hingga menciptakan efektifitas dan efisiensi proses bisnis serta kepatuhan terhadap peraturan 2.3 Pengendalian Intern Pengendalian Intern atau Internal Control mengalami perkembangan dalam pemikiran dan praktiknya. Oleh karena itu, David et al,mengingatkan kita untuk meyakinkan apa yang dimaksud dengan pengendalian intern, ketika orang menggunakannya dalam percakapan sehari – hari. Mereka mencatat sedikitnya empat defenisi pengendalian intern sebagai berikut:
1. Defenisi 1 (Sebelum September 1992) The condition sought by, and/or resulting from, processes undertakenby an entity to prevent and deter fraud, (Kondisi yang diiinginkan, atau merupakan hasil, dari 7
berbagai proses yang dilaksanakan suatu entitas untuk mencegah (prevent) dan menimbulkan efek jera (deter) terhadap fraud. ) 2. Defenisi 2 (Sesudah Tahun 1992) Internal control is a process, effected by entility’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting, and compliance with applicable laws and regulations”, (Suatu proses, yang dirancang dan dilaksanakan oleh Dewan, manajemen, dan pegawai untuk memberikan kepastian yang memadai dalam mencapai kegiatan usaha yang efektif dan efisien, kehandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lainnya yang relevan. ) 3. Defenisi 3 AICPA 1988) For the purposes of an audit financial statement balances, an entity’s internal control structure consists of the following the elements: the control environment, the accounting system, and control procedures”, (Untuk tujuan audit saldo laporan keuangan, struktur pengendalian intern suatu entitas terdiri atas 3 unsur: lingkungan pengendalian, sistem akuntansi dan prosedur-prosedur pengendalian.) 4. Defenisi 4 (Khusus untuk mencegah Fraud) A system of “special purpose” processes and procedures designed and practiced for the primary if not sole purpose of preventing or deterring fraud”, (Suatu sistem dengan proses dan prosedur yang bertujuan khusus, dirancang dan dilaksanakan untuk tujuan utama, kalau bukan satu2 nya tujuan, untuk mencegah dan menghalangi (dengan membuat jera) terjadinya fraud.) 2.4 Fraud – Specific Internal Control sulit membahas pengendalian intern secara terperinci. pembahasan harus cukup umum, butir – butir umumnya saja, karena sangat bervariasi antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain 2.5 Pengendalian Intern Aktif Pengendalian internal aktif biasanya merupakan bentuk pengendalian internal yang paling banyak diterapkan. Dimana pengendalian internal ini membatasi, menghalangi dan menutup akses pelaku fraud. Akan tetapi sekuat apapun kelihatannya, tetap dapat ditembus oleh pelaku fraud yang cerdik dan mempunyai kemampuan untuk melakukannya. Sarana8
sarana pengendalian intern aktif yang sering dipakai dan umumnya sudah dikenal dalam system akuntansi, meliputi : -
Tanda tangan;
Ini merupakan saran pengendalian intern aktif karena dokumen yang seharusnya ditanda tangani tetapi belum ditandatangani adalah tidak sah. Asumsinya, tanpa tanda tangan apa yang seharusnya dilaksanakan tidak dapat terlaksanan.
-
Tanda tangan kaunter (countersigning);
Pembubuhan lebih dari satu tanda tangan dianggap lebih aman, khususnya bagi pihak ketiga atau pihak di luar perusahaan atau lembaga yang bersangkutan. Anggapannya adalah penanda tangan lainnya mengawasi rekannya. -
Password dan PIN (Personnel Identification Numbers);
Sarana ini menjadi popular ketika manusia berinteraksi dengan komputer. Tanpa password atau PIN, seseorang tidak bisa mengakses apa yang diinginkannya itu. Oleh karena itu, password atu PIN dianggap sarana dalam pengendalian intern aktif. .
- Pemisahan tugas; Pemisahan tugas menghindari seseorang daoat melaksanakan sendiri seluruh transaksi. Merupakan bagian dari pengendalian intern aktif karena secara teoritis, pelaku fraud yang berindak seorang diri, tidak dapat melaksanakan fraud-nya. -
Pengendalian aset secara fisik;
Pengendalian aset secara fisik pada dasarnya mengatur gerak-gerik barang (masuk, keluar dan penyimpannya) memelukan otorisasi. -
Pengendalian persediaan secara real time (real-time inventory control);
Ini bukan sekedar perpetual inventory yang dikenal sebelum perang dunia kesatu. Ini adalah perpetual inventory yang mengikuti pergerakan persediaan secara on time. Dalam bentuknya yang canggih, persedaan diberi bar code atau bahkan ditanam dengan radio chip yang merekam keberadaannya. Keuntungan nyatanya adalah pencatatan menjadi akurat. -
Pagar, gembok, dan semua bangunan dan penghalang fisik;
Perlindungan melalui pembatasan akses terhadap harta berharga. -
Pencocokan dokumen;
9
Sarana ini juga sangat lazim digunakan dalam pengendalian intern aktif. Pencocokan antara order pembelian, dokumen penerimaan barang dan nota tagihan mencoba menghindari selisih-selisih dan kerugian bagi perusahaan. -
Formulir yang sudah dicetak nomornya (pre-numbered accountable forms).
Pre-numbered forms mencegah penggunaan formulir berganda, bahwa formulir digunakan sesuai urutan.
2.6 Pengendalian Intern Pasif
2.7 Dapatkah Kita Mempercayai Pengendalian Intern?
10
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
3.2 Saran Setelah membaca dan mempelajari materi ini, besar harapan penulis agar para pembaca mendapat tambahan pengetahuan mengenai audit mencegah fraud: pengendalian intern aktif dan pengendalian intern pasif.
11
DAFTAR PUSTAKA
Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Salemba Empat. http://dokumentasiilmu90.blogspot.com/2017/02/resume-bab-8-mencegah-fraud.html https://akuntansiterapan.com/2010/12/22/mengupas-seluk-beluk-fraud-dan-caramengatasinya
12