MAKALAH KLASIFIKASI IKLIM Disusun Guna : Tugas Mata Kuliah Agroklimatologi Dosen : Hery Widijanto
Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5.
Lisa Tri S. Lucky Pranata Mutiara Rengganis N. Nor Khasan Nur Wahyuni
(H0716077) (H0716078) (H0716092) (H0716095) (H0716097)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017
i
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Agroklimatologi yang merupakan tugas untuk melengkapi mata kuliah Fisiologi Tumbuhan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada : a. Dekan Fakultas Pertanian UNS. b. Tim Dosen Pengampu mata kuliah Agroklimatologi Fakultas Pertanian UNS. c. Co-Assisten yang setia memberi bimbingan dan arahan. d. Orang tua yang selalu memberi doa serta teman – teman yang selalu mendukung. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Mata Kuliah Agroklimatologi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Mei 2017
Tim Kelompok
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii DAFTAR TABEL ............................................................................................. . iv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................................................................... 1 B. Tujuan ........................................................................................................ 1 II. ISI 1. Pengertian Klasifikasi Iklim ...................................................................... 3 2. Klasifikasi Iklim Koppen ........................................................................... 4 3. Klasifikasi Iklim Thornthwaite .................................................................. 7 4. Klasifikasi Iklim Schimdt Ferguson .......................................................... 9 5. Klasifikasi Iklim Oldeman......................................................................... 9 6. Studi Defisiensi Unsur Hara Makro .......................................................... 37 III. PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 12 B. Saran .......................................................................................................... 12
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Golongan Kelembaban menurut Thornthwaite ........................................ 7 Tabel 2 Golongan Suhu menurut Thornthwaite .................................................... 8 Tabel 3 Klasifikasi Iklim menurut Schmidt-Fergusonl......................................... 8
iv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data2 yang banyak dehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang2 sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik. Berbicara mengenai agroklimatologi, maka harus mengaitkan mengenai fenomena yang sering terjadi di bumi dan pengaruhnya di bidang pertanian. Agroklimatologi terdiri tari 3 kata yaitu: agro (lahan/pertanian), klimat (iklim) dan logi/logos (ilmu). Jadi dapat disimpulkan bahwa agroklimatologi adalah suatu disiplin ilmu yang menpelajari tentang klimatologi dan kaitannya dengan bidang pertanian. Yang dimaksud dengan klimatologi adalah ilmu yang menerangkan tentang iklim, bagaimana iklim dapat berbeda pada suatu tempat dengan tempat lainnya. Ilmu ini berhubungan dengan cuaca, dimana cuaca dan iklim merupakan salah sau komponen ekosistem alam sehingga kehidupan baik manusia, hewan dan tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dengan proses-proese perbedaan antara cuaca dan iklim. Adapun latar belakang dibuatnya makalah ini yakni sebagai tugas dari mata kuliah agroklimatologi. Makalah ini ditujukan untuk membuat mahasiswa lebih mudah dalam memahami wacana tentang agroklimatologi dan materi – materi yang ada didalamnya. Makalah ini berisikan tentang pengertian atmosfer yang ada dibumi kita, pengertian iklim, cuaca dan unsur – unsur cuaca. Makalah ini sangat membantu untuk memperoleh pemahaman tentang manfaat mempelajari agroklimatologi. B. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Agroklimatologi. 2. Untuk mengetahui pengertian klasifikasi iklim.
1
2
3. Untuk mengetahui iklim – iklim di Indonesia 4. Mahasiswa mampu menafsirkan dan menjelaskan berbagai macam klasifikasi iklim. 5. Untuk mengetahui peran iklim terhadap tanaman
II. ISI 1. Pengertian klasifikasi iklim Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau dikatakan iklim merupakan rerata cuaca. Iklim yang terdapat di suatu daerah atau wilayah tidak dapat dibatasi hanya oleh satu analisir iklim tetapi merupakan kombinasi berbagai anasir iklim ataupun cuaca. Iklim di suatu negara tidak selalu sama, melainkan selalu berbeda antara negara satu dengan lainnya, hal demikian mampu menyebabkan perbedaan dalam bidang proses alami, perkembangan dan kehidupan biologis. Sehingga, perbedaan iklim antara negara dapat berpengaruh kepada: proses pembentukan tanah, pelapukan batuan, kesuburan lahan pertanian, jenis tanaman budidaya, erosi, dan sedimentasi. Meskipun semua unsur iklim penting, hubungan yg menyatakan kecukupan panas & air banyak mempengaruhi klasifikasi iklim. Menurut Thornthewaite (1933), klasifikasi iklim adalah menetapkan pemerian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yg benar-benar aktif, terutama air & panas. Unsur lain misal angin, sinar matahari, perubahan tekanan udara ada kemungkinan merupakan unsur aktif utk tujuan khusus. Klasifikasi iklim yg lengkap sebaiknya menetapkan sistem penggolongan piramid (limas) dengan tingkatan dari mikroiklim daerah kecil melalui jenis makroiklim sampai ke daerah luas pd skala dunia. Iklim di Indonesia pada bulan april – September matahari berada di garis balik utara, udara di benua asia bersuhut inggi (molekul-molekuk udara mengembang) tekanan udarany arendah. Sedang di Australia suhu udaranya rendah (molekul-molekul udaranya mampat) tekanan udaranya tinggi, maka bertiup angin dari australia ke asia, di Indonesia terjadi angin timur yang tidak membawa uap air, dan terjadi musim kemarau. Bulan oktober – maret matahari berada di garis balik selatan, udara di benua Australia bersuhu tinggi tekanan (p) udaranya rendah . Sedang di asia suhu (t) udaranya rendah, tekanan (p) udaranya tinggi bertiup angin dari asia ke australia, di Indonesia terjadi
3
4
angin barat membawa banyak uap air karena melewati lautan luas, dan terjadi musim hujan. 2. Klasifikasi Iklim koppen Klasifikasi iklim Köppen banyak digunakan di dunia yang berbasis pada sistem klasifikasi iklim empiris vegetasi yang dikembangkan oleh ahli botaniklimatologi Wladimir Köppen dari Jerman. Tujuannya adalah untuk merancang formula yang akan menentukan batas-batas iklim sedemikian rupa sehingga sesuai dengan mereka yang sedang berada pada zona vegetasi (bioma) yang sedang dipetakan untuk pertama kalinya selama hidupnya. Köppen menerbitkan skema pertama pada tahun 1900 dan versi revisinya pada tahun 1918. Dia terus merevisi sistem klasifikasinya sampai kematiannya pada tahun 1940. Wladimir Koppen mengklasifikasi daerah iklim berdasarkan rata-rata curah hujan dan temperatur, baik bulanan maupun tahunan. Hal itu disebabkan curah hujan dan temperatur merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan di permukaan bumi. Untuk membedakan ciri-ciri temperetur dan hujan Koppen menggunakan simbol huruf besar dan kecil. Digunakan untuk menentukan pembagian daerah iklim berdasarkan temperatur bulan terdingin atau terpanas. A = iklim tropis B = iklim kering C = iklim sedang D = iklim dingin E = iklim kutub Digunakan untuk membedakan tipe atau ciri-ciri hujan di setiap daerah iklim. f : selalu basah : hujan bisa jatuh dalam semua musim s : buan kering pada musim panas dibelahan bumi yang bersangkutan. w : bulan kering(winter) m : hujan cukup(MEDIUM)
5
1. Iklim Hujan Tropis (A) Daerah hujan tropis yaitu daerah yang mempunyai temperatur bulanan terdingin +18°C. Iklim tersebut dibagi menjadi tiga tipe yaitu: Hutan Hujan Tropika (Af) Daerah tipe f pada bulan terkering, curah hujan rata-rata > 60 mm. OKI, di daerah ini terdapat hutan-hutan yang lebat. Terdapat di : Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi Utara. Monsun Tropika (Am) Daerah peralihan yang jumlah hujan pada bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. Di daerah ini masih terdapat hutan yang cukup lebat. Terdapat di : Jawa Tengah, Jawa Barat, sebagian Sulawesi Selatan, dan pantai selatan Papua. Savana (Aw) Daerah tipe w memiliki musim kering yang panjang jumlah hujan pada bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. OKI, vegetasi di daerah ini berupa padang rumput dan pohon-pohon yang jarang. Terdapat di : Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Aru. 2. Iklim Kering (B) Daerah
iklim
kering
(subtropik)
mempunyai
tingkat
evaporasi(penguapan) tinggi daripada curah hujan, temperatur bulan terdingin 18-3°C. OKI, persediaan air tidak cukup untuk mendukung kehidupan tanaman. Tanaman tertentu yang dapat hidup seperti kaktus. Iklim Stepa (Bs) Daerah setengah kering (semi arid) dengan curah hujan di lintang rendah antara 380-760 mm/tahun. Iklim Padang Pasir (Bw) Daerah kering (arid) yang mempunyai curah hujan kurang dari 250 mm/tahun.
6
3. Iklim Hujan Sedang (C) Daerah iklim sedang dengan suhu udara rata-rata bulan terdinginnya = -3-18°C terpanas >10°C. Iklim ini dibagi menjadi tiga tipe yaitu : Iklim Sedang dengan Musim Panas yang Kering (Cs). Adanya: musim panas yang kering apabila jumlah hujan terkering (<30mm) pada musim panas lebih kecil dari 1/3 jumlah hujan bulan terbasah pada musim dingin. Contoh: Madrid di Spanyol ; California; Perth di Australia; Santiago di Chili dsb. Iklim
Sedang
dengan
Musim
Dingin
yang
Kering
(Cw).
Adanya:musim panas yang lembab, musim dingin yang kering apabila jumlah hujan rata-rata pada musim dingin lebih kecil dari 1/10 jumlah hujan bulan terbasah pada musim panas Iklim Sedang yang Lembab (Cf) Adanya: Iklim Sedang tidak dengan musim kering, daerah ini selalu lembab sepanjang tahun. Contoh: Chili; Argentina; Islandia; Norwegia. 4. Iklim Dingin (D) Daerah yang termasuk iklim dingin mempunyai temperatur ratarata bulan-bulan terdingin kurang dari -3°C dan rata-rata bulan-bulan terpanas lebih dari 10°C. Iklim ini dibagi menjadi dua tipe yaitu : Iklim Dingin dengan Musim Dingin yang Kering (Dw). Contoh: Seoul di Korsel dan Rusia. Iklim Dingin selalu Basah (Df). Contoh: Kanada, Norwegia, dsb. 5. Iklim Kutub (E) Daerah yang termasuk iklim kutub mempunyai rata-rata temperatur bulan terpanas kurang dari 10°C. Iklim itu dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu :
7
Iklim Tundra (ET) dan Iklim Es Salju Abadi (EF). Iklim Tundra (ET)Temperatur rata-rata bulan terpanas 10-0 C. Oleh karena itu daerah ini hanya terdapat berbagai lumut. Terdapat di daerah Kanada utara dan rusia utara. Iklim Es-Salju Abadi (EF). Temperatur rata-rata bulan terpanas dibawah 0 C. Oleh karena itu derah ini terdapat es-salju abadi. Terdapat di daerah : Antarktika dan Greenland 3. Klasifikasi Iklim Thornthwaite Dasar klasifikasi iklim menurut Thornthwaite adalah presipitasi, suhu dan pernguapan (evaporasi). Kebutuhan air bagi tanaman bukan hanya tergantung pada jumlah hujan saja tapi berapa air yang hilang karena menguap. Ia menggunakan istilah Presipitation Effectiveness (Daya guna presipitasi) nisbah P/E menyatakan daya guna presipitasi itu dan disebut juga P-E rasio. Berdasarkan nila P-E indeks maka Thornthwaite membagi iklim atas 5 daerah kelembaban (humacity province) yakni : 1. Daerah basah dengan vegetasi hutan penghujan (rain forest), 2. Daerah lembap dengan vegetasi hutan (forest), 3. Daerah setengah lembap dengan vegetasi padang rumput (grass land), 4. Daerah setengah kering dengan vegetasi padang rumput luas tanpa pohon (stepa), dan 5. Daerah kering dengan vegetasi gurun pasir. Tabel 1 Golongan Kelembaban menurut Thornthwaite Golongan Kelembaban Keefektifitasan Tanaman 1. Basah Hutan hujan 2. Lembab Hutan 3. Sub Humid Padang rumput 4. Semi arid Steppa 5. Arid Gurun
Indeks P-E ≥128 64-127 32-63 16-31 <16
8
Tabel 2 Golongan Suhu menurut Thornthwaite Golongan Suhu Indeks T-E A’ = Tropis ≥128 B’ = Mesothermal 64-127 C’ = Microthermal 31-63 D’ = Taiga 16-31 E’ = Tundra 1-15 F’ = Salju abadi 0 4. Klasifikasi Iklim Schmidt Ferguson Klasifikasi iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Menurut Schmidt-Ferguson bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan rata-rata diatas 100 mm. Bulan lembab memiliki rata-rata curah hujan antara 60-100 mm. Sedangkan bulan kering adalah bulan yang memiliki curah hujan rata-rata kurangdari 60 mm. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah dalam klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah atau frekuensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan dengan banyaknya tahun pengamatan. Bulan lembab dalam penggolongan ini tidak dihitung. Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Penyusun peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan.Persamaan yang dikemukakan Schmidt-Ferguson adalah :
Q=
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
x 100 %
Tabel 3 Klasifikasi Iklim menurut Schmidt-Ferguson A. B. C. D. E. F. G. H.
Tipe iklim Sangat Basah Basah Agak Basah Sedang Agak Kering Kering Sangat Kering Luar Biasa Kering
Kriteria 0
Sumber : Buku Petunjuk Praktikum Agroklimatologi
9
Tipe iklim dan sifat-sifatnya yaitu : 1. TIPE A : sangat basah. vegetasi menurut alam ialah hutan hujan tropika. 2. TIPE B : basah. vegetasi menurut alam sama dengan tipe a, yaitu hutan hujan tropika. 3. TIPE C : agak basah. vegetasi menurut alam merupakan peralihan antara iklim tipe A dan B ke D. hutan rimba di tipe C ini diketemukan jenis kayu yang menggugurkan daunnya di musim kemarau. 4. TIPE D : sedang. vegetasi menurut alam ialah hutan musim. 5. TIPE E : agak kering. vegetasi menurut alam ialah hutan savana (hutan belantara). 6. TIPE F : kering. vegetasi menurut alam ialah sama dengan iklim tipe e, yaitu hutan savana (hutan belantara). 7. TIPE G : sangat kering. vegetasi menurut alam ialah padang lalang. sedikit sekali di indonesia, yaitu di sekitar teluk palu saja. 8. TIPE H : ekstrim kering. hampir sama dengan tipe g juga terdapat di sekitar teluk palu saja. 9. TIPE G DAN H TIDAK BEGITU BERARTI DI INDONESIA 5. Klasifikasi Iklim Oldeman Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturutturut. Oldeman mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
10
Lamanya
periode
pertumbuhan
padi
terutama
ditentukan
oleh
jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan. Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.Penggolongan iklimnya lebih di kenal dengan zona agroklimat. Pembagian iklim menurut Oldeman adalah sebagai berikut : a. A1 bulan basah lebih dari 9 bulan berurutan; b. B1 7 – 9 bulan basah berurutan dan 1 bulan kering; c. B2 7 – 9 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering; d. C1 5 – 6 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering; e. C2 5 – 6 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering; f. C3 5 – 6 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan kering; g. D1 3 – 4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering; h. D2 3 – 4 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering; i. D3 3 – 4 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan kering; j. D4 3 – 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering; k. E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering; l. E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering; m. E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan kering; n. E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan.
11
Hasil klasifikasi Oldeman dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan pertanian, seperti : 1. penentuan permulaan masa tanam 2. Penentuan pola tanam 3. Intensitas penanaman. Langkah pengerjaannya: 1) Buat dahulu tabel curah hujan bulanan rata-rata suatu daerah. Paling tidak data yang kita perlukan untuk tiap lokasi adalah data hujan bulanan selama 10 tahun. 2) Tentukan jumlah Bulan basah atau bulan kering berturut-turut berdasarkan metode Oldeman dan tentukan klas oldemannya (tipe utama serta subdivisinya) tiap-tiap stasiun/pos hujan. 3) Buatlah peta klasifikasi tipe iklim Oldemannya 4) Dari peta tersebut dapat kita tentukan Luasan (dalam Ha) dan persentasenya, serta penjabarannya seperti yang ada di dalam tabel 3. sehingga dapat diketahui rekomendasi pola tanamnya.
III. PENUTUP 1. Kesimpulan Pemaparan klasifikasi iklim yang telah diberikan oleh berbagai tokoh diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : a. Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau dikatakan iklim merupakan rerata cuaca. b. Di Indonesia pada bulan april – September matahari berada di garis balik utara, udara di benua asia bersuhu tinggi (molekul-molekul udara mengembang) tekanan udaranya rendah sehingga bulan oktober – maret matahari berada di garis balik selatan, udara di benua Australia bersuhu tinggi tekanan (p) udaranya rendah yang membuat terjadinya musim hujan. c. Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturutturut. d. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering yang digunakan untuk membagi-bagi iklim di Indonesia tepatnya berdasarkan jenis hutan. 2. Saran Saran yang kami berikan mengenai materi agroklimatologi yaitu klasifikasi iklim adalah mahasiswa harus lebih memahami apa pengertian klasifikasi iklim, perubahan iklim di Indonesia, peran iklim terhadap tanaman, dan juga berbagai macam klasifikasi menurut para ahli sebagai pembelajaran mengenal alam. Kita dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap akibat-akibat negative yang dapat ditimbulkan oleh keadaan cuaca/iklim yang ekstrim seperti kekeringan, banjir, badai angin dan sebagainya. Kita dapat menerapkan klasifikasi
iklim
yang
cocok
12
untuk
kegiatan
pertanian.
DAFTAR PUSTAKA Pramudia 2008. Penyusunan model prediksi curah hujan dengan teknik analisis jaringan syaraf (neural network analysis) di sentra produksi padi di Jawa Barat dan Banten. Jurnal Tanah dan Iklim. 4(27): 11-12. BMKG. Banten. Riyami 2014. Klasifikasi tipe iklim. http://www.academia.edu. Diakses pada tanggal 30 Mei 2017. Sinta. 2015. Dampak variabilitas iklim terhadap produksi pangan di sumatra. Jurnal Sains Dirgantara 2 (2): 20-29.