Makalah Agama New.docx

  • Uploaded by: Eka Apriliana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Agama New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,231
  • Pages: 10
A. PENDAHULUAN Allah adalah tuhan seluruh alam yang menciptakan alam semesta ini. Seperti kita ketahui, bahwa tuhan tidak tampak secara kasat mata. Namun, kita bisa mengenali dan meyakini keberadaan tuhan dengan cara melihat ciptaanciptaannya. Tanpa ada yang menciptakan, seluruh dunia dan seisinya tidak akan ada wujudnya. Iman kepada Allah SWT adalah dasar dari seseorang mengenal adanya tuhan. Iman kepada Allah juga merupakan dasar dari seseorang mempercayai tentang keberadaan tuhan. Hal ini merupakan pondasi keberagamaan seseorang terutama dalam Islam. Ketika seseorang mempertanyakan tentang keberadaan tuhan yang tak terlihat, keberagamaan seseorang itu perlu ditanyakan. Oleh karena itu, kita perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang keberadaan Tuhan. Maka dari itu, makalah ini ditulis untuk mengetahui dan memahami keberadaaan tuhan dalam Islam berdasarkan konsep dan filsafat ketuhanan dalam Islam.

B. RUMUSAN MASALAH 1.

Bagaimanakah konsep dan filsafat ketuhanan dalam islam?

C. PEMBAHASAN Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Sedangkan Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Dalam Quran Surat Al-Jatsiiyah ayat 23 :

َ َ‫ َه َوىه َوأ‬،‫اَفَ َراَيْتَ َم ِن ات َّ َخذَإِلَ َهه‬ ‫علَى‬ َ ‫علَى ِع ْل ٍم َو َختَ َم‬ َ ‫َّللا‬ َّ ‫ضلَّه‬ ‫َاوةً فَ َم ْن يَّ ْه ِد ْي ِه ِم ْن‬ َ ‫و َجعَ َل‬، َ َ‫علَى ب‬ َ َ ‫ ِجغش‬،‫ص ِر ِه‬ َ ‫وقَ ْل ِب ِه‬، َ ‫س ْم ِع ِه‬ ‫َِّللاِ أَفَالَتَذَكَّر ْو َن‬ َّ ‫بَ ْعد‬ Artinya : “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” Dalam surat Al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh fir’aun untuk dirinya sendiri:

َ ‫ع ِل ْمت لَك ْم ِم ْن إِلَ ِه‬ ‫غ ْي ِرى‬ َ ‫َوقَا َل فِ ْرع َْون يَاأَيُّ َهاا ْل َم َال َما‬ Artinya : “ dan fir’aun berkata : wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian masih mempunyai tuhan selain diriku” Contoh ayat diatas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa memberikan berbagai arti benda, baik abstrak (nafsu atau kehendak hati) maupun benda nyata (fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah juga bisa berarti bentuk tunggal. Untuk dapat mengerti definisi Tuhan atau ilah yang tepat, berdasarkan Al-Quran sebagai berikut : Tuhan (ilah) adalah sesuatu yang dianggap penting oleh manusia sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Kata ‘dianggap penting’ dapat diartikan secara luas, didalamnya mengandung arti yang ddipuja,

dicintai,

diagungkan,

diharap-harapkan

dapat

memberikan

kemaslahatan dan termasuk sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Adanya kita dan berbagi makhluk nya Allah berada di bumi ini juga melalui kehendak-Nya. Jika tanpa kehendak-Nya, kita tidak akan bisa ada di dunia ini dan hidup sampai saat ini.

Konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriyah maupun batiniah, baik yang bersifat pemikiran rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal dengan teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut awalnya dikemukakan oleh Max Muller, lalu diteruskan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Luboock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentanng Tuhan menurut evolusionisme adalah sebagai berikut : a.

Dinamisme Menurut ajaran ini, manusia zaman primitif sudah mengakui ada kekuatan yang berpengaruh di dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh itu ditujukan pada benda. Baik yang bernyawa ataupun tidak. Setiap benda memiliki pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan negatif. Kekuatan yang ada pada pengaruh tersebut adalah kekuatan gaib.

b.

Animisme Animisme adalah kepercayaan yang mempercayai adanya roh dalam hidupnya.

Setiap

benda

mempunyai

roh.

Masyarakat

primitif

mempercayai bahwa roh sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap selalu hidup, mempunyai rasa serta mempunyai kebutuhan. c.

Politeisme Politeisme adalah kepercayaan adanya roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut Dewa yang mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yng bertanggung jawab terhadap angin, ada juga yang bertanggung jawab masalah air dan lain sebagainya.

d.

Henoteisme Semakin lama, kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Sau bangsa mengakui satu dewa yang disebut sebgai

Tuhan, namun masih mengakui tuhan bangsa lain. Kepercayaan satu tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteisme. e.

Monoteisme Kepercayaan henoteisme menjadi monoteisme. Monoteisme ini hanya mengakui satu tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional.



Pemikiran Umat Islam Pemikiran umat islam terhadap tuhan melibatkan beberapa konsepsi ke-esaan Tuhan, diantaranya konsepsi Aqidah dan konsepsi Tauhid. a. Konsepsi aqidah Dalam kamus Al-Munawir secara etimologis, aqidah berakar dari kata ‘aqada-ya’qidu-aqdan ‘aqidatan yang berarti simpul, ikatan perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah yang berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Ada beberapa definisi aqidah antara lain: 1. Istilah aqidah dalam Al-Quran Dalam Al-Quran tidak terdapat satu ayatpun yang secara literal menunjuk pada istilah aqidah. Namun, kita dapat menjumapai istilah ini dalam akar kata yang sama (‘aqada), yaitu ‘aqadat, kata ini tercantum pada QS. An-nisaa ayat 33;

‫َانىقل َو ْْلَ ْق َرب ْو َن‬ ِ ‫َو ِلك ٍل َج َع ْلنَا َم َوا ِل َي ِم َّماتَ َركَ ا ْل َوا ِلد‬ َ ‫َّللاَ ك‬ ‫َان‬ َ ‫َوالَّ ِذ ْي َن‬ َّ ‫عقَدَتْ اَ ْي َمان ٌك ْمقلى فَاَت ْو ٌه ْم نَ ِص ْيبَه ْم ا َِّن‬ ‫علَى ك ِل ش َْي ءٍ ش َِه ْيدًا‬ َ Artinya : “bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka beri

kepada mereka bahagiannya, sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu” 2. Ruang lingkup aqidah Dalam

sistematika Hasan al-Banna ruang lingkup

pembahasan aqidah meliputi :  Iyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan (Tuhan /Allah), seperti wujud Allah, perbuatan dan lain-lain.  Nubuwwat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rosul, termasuk pembicaraan mengenai Kitab-Kitab Allah, Mukjizat dan sebagainya.  Ruhaniyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh dan lain - lain.  Sam’iyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’iy yakni dalil naqliberupa Al-Quran dan As-Sunah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka, dan sebagainya. 3. Sumber aqidah islam Sumber aqidah Islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al-Quran dan Rosulullah dalam sunnahnya wajib diimani, diyakini dan diamalkan. Akal pikiran bukanlah sumber aqidah, tapi merupakan instrumen yang berfungsi untuk memahami apa saja yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba kalau perlu di buktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran penuh bahwa kemampuan akal sangat terbatas, sesuai dengan terbatasnya kemampuan mahluk Allah. Akal tidak dapat menjangkau masa‟il ghabiyah (masalahmasalah ghaib), bahkan akal tidak akan sanggup menjangkau sesuatu yang terikat oleh ruang dan waktu.

b. Konsepsi Tauhid 1. Tauhid sebagai poros aqidah Islam Ajaran Islam tidak hanya memfokuskan iman kepada wujud Allah sebagai suatu keharusan fitrah manusia, namun lebih dari itu memfokuskan aqidah tauhid yang merupakan dasar aqidah dan jiwa keberadaan Islam. Islam datang disaat kemusyrikan sedang merajalela. Tak ada yang menyembah Allah kecuali segelintir umat manusia (pengikut nabi Ibrahim as) dan sisa sisa penganut ahli kitab. 2. Pentingnya tauhid Tauhid sebagai intisari Islam adalah esensi peradaban Islam dan esensi tersebut adalah pengesaan Tuhan, tindakan yang mengesakan Allah sebagai yang Esa, pencipta yang mutlak dan penguasa segala yang ada. Keterangan ini adalah bukti yang tak dapat diragukan lagi bahwa Islam, kebudayaan dan peradaban memiliki suatu esensi pengetahuan yaitu tauhid. 3. Tingkatan tauhid Tauhid menurut Islam ialah keyakinan teoritis dan tingkah laku praktis. Dengan kata lain, ketauhidan anatara ketauhidan teoritis dan ketauhidan praktis tak dapat dipisahkan satu dari yanng lain, yaitu tauhid bentuk pengetahuan, pernyataan, keyakinan, tujuan dan kehendak. Dan semua itu terdapat dalam emapat tingkatan atau tahapan tauhid, yaitu; a. Tauhid Rububiyah Secara etimologis kata Rububiyah berasal dari kata rabb yang mempunyai banyak arti antara lain menumbuhkan, mengembangkan,

mencipta,

memelihara,

memperbaiki,

mengelola, memiliki dan lain-lain. Secara terminologis tauhid Rububiyah adalah keyakinan bahwa Allah SWT merupakan Tuhan pencipta semua makhluk dan alam semesta. Dia-lah yang memelihara makhluk-Nya dan memberikan hidup serta

mengendalikan segala urusan. Dia yang memberikan manfaat, penganugerahan kemuliaan dan kehinaan. Tauhid Rububiyah tergambar dalam ayat Al-Quran antara lain QS. Al-Baqarah 2122.

‫اربَّكم الَّذِى خضلَقَك ْم َوالَّ ِذ ْي َن ِم ْن‬ َ ‫يَاَيُّ َهاالنَّاس اعْبد ْو‬ ‫ض‬ َ ‫)الَّذِى َجعَ َل لَكم ْاْلَ ْر‬21(‫قثو َن‬ ْ َّ ‫قَ ْب ِلك ْم لَعَلَّك ْم تَت‬ ‫آء َمآ ًء‬ ِ ‫س َم‬ َّ ‫س َمآ َء ِبنَآ ًء َواَ ْن َز َل ِم َن َال‬ َّ ‫ًاوال‬ َّ ‫ِف َراش‬ ِ ‫م َن الث َّ َم َرا‬، ِ ‫فَا َ ْخ َر َج ِب ِه‬ ِ‫َّللا‬ َّ ِ ‫ت ِر ْزقًالَّك ْم فَالَتَ ْجعَل ْو‬ )22(‫ًاواَ ْنت ْم تَ ْعلَم ْو َن‬ َّ ‫اَ ْن َداد‬ Artinya : “ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebekum kamu, agar kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebgai hamparan bagimu dan langit sebgai atap dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagai Allah padahal kamu mengetahui” b. Tauhid Mulkiyah Kata mulkiyah berasal dari kata malaka. Isim fa’ilnya dapat dibaca dengan dua macam cara : pertama, malik dengan huruf mim dibaca panjang; berarti yang memiliki, kedua, malik dengan huruf mim dibaca pendek; berarti, yang menguasai. Secara terminologis Tauhid Mulkiyah adalah suatu keyakinan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang memeiliki dan menguasai seluruh makhluk dan alam semesta. Keyakinan tauhid Mulkiyah tersurat dalam ayat Al-Quran sebagai berikut:

‫الد ْي ِن‬ ِ ‫َما ِل ِك َي ْو ِم‬

“ Yang menguasai hari pembalasan” (QS. Al-Fatihah : 4)

ْ ‫ت‬ ‫علَى‬ َ ‫ض َو َمافِ ْي ِه َّن َوه َو‬ ِ ‫اوا‬ َّ ‫ِ َّّلِلِ م ْلك ال‬ ِ ‫واْلَ ْر‬ َ ‫س َم‬ ‫ك ِل ش َْي ءٍ قَ ِد ْير‬ “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Al-Maidah : 120)

c. Tauhid Uluhiyah Kata Uluhiyah adalah masdar dari kata alaha yang mempunyai arti tentram, tenang, lindungan, cinta, dan sembah. Namun makna yang paling mendasar adalah abada, yang bearti hamba sahaya (‘abdun), patuh dan tunduk (‘ibadah), yang mulia dan agung (al-ma’bad), selalu mengikutinya (‘abada bih). Tauhid Uluhiyah merupkan keyakinan bahawa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut dijadikan yang harus dipatuh, ditaati, diagungkan dan dimuliakan. Hal ini tersebut dalam QS. Thaha : 14

َ‫صلَوة‬ َّ ‫اَّللاٌ ََلالَهَ ِإ ََّلاَنَاْفَاعْب ْد ِنى َوأَ ِق ِم ال‬ َّ َ‫اِنَّ ِن ْي اَن‬ ‫ِل ِذ ْك ِرى‬ “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku”

d. Tauhid Ubudiyah Kata ‘ubudiyah

berasal dari kata abada yang berarti

menyembah, mengabdi, menjadi hamba sahaya, taat, patuh, memuja, yang diagungkan. Adar kata diatas, maka diketahui bahwa Tauhid Ubudiyah adalah suatu keyakinan bahwasanya

Allah merupakan Tuhan yang patut disembah, ditaati, dipuja, dan diagungkan. Tiada sesembahan yang berhak disembah kecualai Allah. Tauhid Ubudiyah tercermin dalam ayat berikut ini :

‫ستَ ِع ْين‬ ْ َ‫ِإيَّاكَ نَ ْعبد َو ِإيَّاكَ ن‬ “Hanya kepada Engkaulahkami beribadah dan hanya kepada Engkau (pula) kamu mohon pertolongan.”



Tuhan Menurut Agama dan Wahyu Pengkajian manusia tentang Tuhan yang hanya didasarkan atas pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. Sebab Tuhan adalah sesuatu yang Ghaib, sehingga informasi tentang Tuhan hanya berasala dari manusia walaupun dinyatakan sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional, tidak akan benar. Informasi tentang asal – usul kepercayaan terhadap tuhan antara lain tertera dalam: 1. Al-Anbiya’ 92 :

‫اح َدةً َواَنَا ْ َربٌّك ْم فَاعْبد ْو ِن‬ ِ ‫ا َّمتك ْم ا َّمةً َو‬،‫ا َِّن َه ِذ ِه‬ “Sesungguhnya ini umat kalian adalah umat yang satu, dan Aku (Allah) adalah Tuhan kalian maka kalian menyambahlah kepada-Ku” 2. Al-Maidah 72 :

‫وَّللاَ َر ِب ْي َو َربَّك ْم‬ ِ ‫وقَا َل ا ْل َم‬... ِ ‫س َر‬ ْ ‫س ْيح يَابَنِ ْي ا‬ َّ ‫آء ْي َل ا ْعبد‬ َ ‫َّللا علَ ْي ِه ا ْل َجنَّةَ َو َمأ ْ َواىه‬ َّ ‫اّلِلِ فَقَ ْد َح َّر َم‬ َّ ‫ َم ْن يُّش ِْر ْك ِب‬،‫اِنَّه‬ ...‫النَّ ِار‬ Dan Isa berkata :” hai Bani Isroil sembahlah Allah Tuhanmu, sesungguhnya mempersekutukan, Allah mengharamkan surga atasnya sedangkan tempat mereka adalah neraka” 3. Al-Ikhlas 1-4

‫)ولَ ْم‬ َّ ‫)َّللا ال‬ َّ َ 1(ٌ‫ق ْل ه َواللَّهث اَ َحد‬ َ 3(ْ‫)لَ ْم يَ ِلد َْولَ ْم ي ْولَد‬2(‫ص َمد‬ )4(ٌ‫يَك ْن لَه كف ًوا اَ َحد‬ “Katakanlah: Dia Allah Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhanmu yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Tuhan yang Haq dalam konsep Al-Quran adalah Allah. Dalam AlQuran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang Tuhan yang dibawakan para Nabi sebelum Nabi Muhammad adalah Tuhan Allah juga.

D. KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan konsep dan filsafat Ketuhanan dalam Islam, Tuhan adalah Allah Yang Maha Esa / tunggal, yang mana tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah.

Allah-lah

yang

menciptakan

langit,

bumi

dan

seisinya,

memeliharanya. Untuk itu manusia harus patuh, taat, dan memuja kepada Sang Pencipta alam.

E. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahim, Muhammad I. 1989. Kuliah Tauhid. Jakarta: Yayasan Sari Insan https://currikicdn.s3-us-west2.amazonaws.com/resourcedocs/54d3775e84d96.pdf (diakses 11 Maret 2019)

Related Documents

Makalah Agama
October 2019 55
Makalah Agama
July 2020 24
Makalah Agama
August 2019 53
Makalah Agama Payo.docx
November 2019 26

More Documents from "indah permata"