Makalah Administrasi Pendidikan Dalam Profesi Keguruan.docx

  • Uploaded by: Indah Permatasari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Administrasi Pendidikan Dalam Profesi Keguruan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,973
  • Pages: 10
MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM PROFESI KEGURUAN DI-AM.BLOGSPOT.COM SATURDAY, JANUARY 03, 2015 MAKALAH BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Di sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah. Sekolah melaksanakan kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta mutunya telah ditetapkan. Dalam lingkup administrasi sekolah itu peranan guru amat penting .Dalam menetapkan kebijaksanaan dan melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiyaan dan penilaian kegiatan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, personalia sekolah, keuangan dan hubungan sekolah-masyarakat, guru harus aktif memberikan sumbangan, yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang didasarkan atas kerja sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu, semua personel sekolah termasuk guru harus terlibat.

B. 1. 2. 3.

Rumusan Masalah Apa pengertian dan konsep administrasi pendidikan ? Apa sajakah fungsi administrasi pendidikan ? Bagaimanakah lingkup bidang garapan administrasi pendidikan menengah ? 4. Apakah peranan guru dalam administrasi

pendidikan

?

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan Untuk memahami peranan administrasi pendidikan dalam sistem pendidikan nasional, perlu di bahas: 1. Pengertian Administrasi Pendidikan Administrasi Pendidikan seringkali disalah artikan sebagai semata-mata ketatausahaan pendidikan. Namun dari uraian berikut ini akan diketahui bahwah pengertian administrasi pendidikan sebenarnya adalah bukan sekedar itu. Mendefinisikan administrasi pendidikan tidak sebegitu mudah, karena ia menyangkut pengertian yang luas. Culbertson (1982), mengatakan bahwah Schwab pada tahun enam puluhan telah mendiskusikan bagaimana kompleksnya administrasi pendidikan sebagai ilmu. Ia memperkirakan bahwa ada sekitar 50.000 masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan administrasi pendidikan. Angka ini ia perkirakan dari berbagai fenomena yang ada kaitannya dengan administrasi pendidikan, seperti masyarakat, sekolah guru, murid, orang tua, dan variabel yang berhubungan dengan itu. Kajian tentang administrasi pendidikan secara mendalam bukan menjadi tujuan penulisan buku ini, karena hal itu menyangkut masalah pembicaraan yang lebih mendalam tentang pendekatan, objek, dan etika dalam ilmu itu. Oleh karena itu, perlu dicari upaya pemahaman tentang administrasi pendidikan sesuai dengan maksud penulisan buku ini. barangkali pengertian itu akan lebih mudah difahami kalau kita mencoba melukiskan administrasi pendidikan dari berbagai sudut pandang, dan mencoba memahaminya dari sudut pandang itu. Ibarat kita mempelajari manusia, salah satu cara yang dapat kita tempuh adalah meninjaunya dari keadaan fisik manusia itu. Kita dapat melihat bagian-bagian tubuhnya, struktur tulangnya, peredaran darahnya, susunan otot-ototnya atau pencernaannya. Namun kita juga dapat meninjaunya dari reaksi psikisnya, hubungan dengan kelompoknya atau dari tinjauan aspek kemanusiaan lainnya. Dengan demikian, kita tidak perlu mendefinisikan manusia. Mendefenisikan apa itu manusia ternyata sulit, meskipun kelihstannya mudah. Hal ini disebabkan manusia mempunyai dimensi yang sangat banyak, yang sukar disatukan kedalam satu defenisi. Kalau misalnya kita mendefenisikan manusia sebagai makluk yang terdiri dari kepala, perut, dua tangan, dua kaki, dan seterusnya, Kemudian timbul pertanyaan apakah manusia yang mempunyai satu kaki dan satu tangan bukan manusia, atau manusia yang berperilaku seperti binatang masi dapat kita sebut manusia, meskipun organ tubuhnya lengkap. Sebagai akibatnya, akan muncul pula berbagai pertayaan lainnya, yang juga tidak mudah dijawab dan didefenisikan.

Dengan menggunakan analogi itu, pengertian administrasi pendidikan akan diterangkan dengan meninjaunya dari berbagai aspeknya. Marilah kita lihat administrasi pendidikan dari berbagai aspeknya itu, agar kita dapat memahaminya dengan lebih baik. Pertama, admisitrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung linkup dan tingkat pengrtian pendidikan yang dimaksud. Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajatran di kelas satu sekolah menengah pertama, misalnya, lebih mudah dirumuskan dan dicapai dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa atau tujuan pendidikan nasiola. Jika tujuan itu kompleks, maka cara mencapai tujuab itu juga kompleks, dan sering kali tujuan demekian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja sama dengan orang lain, dengan segala aspek kerumitannya. Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerja sama dengan pendidikan misalnya, terdapat tujuan sekolah, untuk mencapai tujuan penididikan di sekolah itu di perlukan kerja sama diantara semua personel sekolah (Guru, murid, kepala sekolah, staf tata usaha), dan orang diluar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah (orang tua, kepala kantor depertemen P dan K, dokter puskesmas, dll). Kerja sama dalam menyelengarakan sekolah harus dibina sehingga semua yang terlibat dalam urusan sekolah tersebut memberikan sumbangannya secara maksimal. kerja sam untuk mencapai tujuan pendidikan denga berbagai aspeknya ini dapat dipandang sebagai administrasi pendidikan. Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berao lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan. Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas kepada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan tadi. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan masing-masing anggota organisasi. Pengkoordinasian mengandung makna menjaga aar tugas-tugas yang telah dibagi itu tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi menuruti peraturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian yang telah ditetapkan atau disepakati. tiap-tiap orang harus mengetahaau tugas-tugas masingmasing sehingga tumpang tindih yang tidak perlu dapat dihindarkan. Disamping itu dalam menjalankan tugas pendidikan, pengaturan waktu merupakan hal yang penting. Ada kegiatan yang harus didahulukan, ada yang harus dilakukan kemudian dan ada pula yang harys dikerjakan secara berbarengan. Oleh karena proses ini dilakukan denga kerja sama, bentuk kerja sama ini dapat diibaratkan seperti kerja sama yang terjadi jika sekelompok orang bermain musik dalam suatu konser. ada yang memainkan piano, ada yang memainkan gitar, ada yang memainkan seruling, tetapi semua dalam tempo dan irama yang terkoordinasikan. Meskipun apa yang dilakukan oleh masing-masing pemain yang berbeda-beda baik dalam isi tugasnya, waktu melakukan tugasnya, maupun dalam kuat dan lemahnya bunyi yang dihasilkan, tetapi hasilnya adalah suatu alunan musik yang indah. semua ini dikoordinasikan leh seorang konduktor. Pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan bersama itu tetap melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan. semua orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelimnya harus tetap ingat dan secara konsisten menuju tujuan itu kadang-kadang karena beberapa faktor perumusan tujuan itu tidak jelas, sehingga cara mencapainyapun tidak jelas.dalam keadaan demikian, diperlukan pul a adanya pengarahan. Agar pengarahan ini sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, diperlukan pengarah yang mempunyai krmampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mereka mau bekerja sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan bersama. Disamping pengarahan, suatu kerja sama juga memerlukan proses pemantauan (monitarium), yaitu suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam usaha mengetahui sudah sampai seberapa jauh kegiatan pendidikan telah mencapai tujuannya, dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu. Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti atau data dalam menetapkan apakah tujuan tercapai atau tidak. Dengan perkataan lain, kegiatan pemantauan atau monitorin adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan suatu proses pencapaian tujuan. Data itu mencapai untuk mengidentifikasikan apakah proses pencapaian tujuan berjalan dengan baik, apakah ada penyimpangan dalam kegiatan itu, serta kelemahan apa yang didapatkan dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut

a. b.

c.

Proses kerja sama pendidika itu akhirnya harus dinilai untuk melihat apakah tujuan yang telah ditetapkan tercapai, dan kalau tidak apakah hambatan-hambatannya. Penilaian ini dapat berupa penilaian proses kegiatan atau penilaian hasil kegiatan itu. Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikit sitem. Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Pengertian ini kelihatannya sulit tetapi sebenarnya tidak demikian. Ambillah contoh suatu sekolah dasar. Sekolah dasar itu merupakan suatu keseluruhan yang memproses murid menjadi lulusan. Dalam melihat sekolah sebagai suatu sistem kita hrus melihat: Masukannya, yaitu bahan mentah yang berasal dari luar sistem (lingkungannya) yang akan diolah oleh sitem ; dalam sistem sekolah dasar masukan ini adalah anak-anak yang masuk sekolah dasar itu. prosesnya, yaitu kegiatan sekolah beserta aparatnya untuk mengolah masukan menjadi keluaran. Contoh proses itu disekolah dasar adalah proses belajar mengajar, bimbingan kepada murid, kegiatan pramuka, palang merah remaja, dan sebagainya. Untuk melaksanakan proses ini harus ada sumber baik tenaga, sarana, dan prasarana, uang maupun waktu. Sumber ini seringkali dinamakan masukan instrumental. keluaran, yaitu masukan yang telah diolah melalui proses tertentu. Dalam hal ini berupa lulusan. Mutu lulusa akan sangat tergantung kepada mutuh masukan, masukan instrumental, dan proses itu sendiri. Dengan demikian, kemampuan awal murid, latar belakang murid, dan keadaan orang tua murid sebagai masukan mentah. Mutu juga sangat tergantung kepada mutu guru, mutu sarana dan prasarana, mutu dan iklim kerja sama antara guru dengan murid, guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, sebagai masukan instrumental. Kesemuanya ini menentuka kualitas proses belajar-mengajar, yang pada gilirannya sangat menentuka kualitas lulusan itu. hal tersebut dapat diketahui dari berbagai hasil penilitian tentang unjuk kerja sekolah dan murid. Keempat, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi manajemen. Jika administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan .Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber manusia,uang, sarana dan prasarana maupun waktu. Upaya harus dicari dalam memanfaatkan sumber yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Seringkali sarana dan prasarana yang ada dalam proses belajar mengajar, misalnya belum dimanfaatkan secara baik . Buku paket atau bantuan alat-alat seperti mikroskop disekolah hanya menjadi pajangan saja. Disamping itu, sering pula kita temukan bahwa waktu kontrak antara guru dan murid tidak dimanfaatkan secara baik,dan murid disibukkan oleh kegitan-kegiatan yang kurang perlu, seperti menyambut pejabat datang kedesa, mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku, menunggu guru yang terlambat masuk kelas. Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Administrasi pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana kemampuan administrator pendidikan itu, apakah ia dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangu karso dan ing ngarso sungtulodo dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dengan perkataan lain, bagaimana ia menggerakkan orang lain untuk bekerja lebih giat dengan mempengaruhi dan mengawasi, bekerja bersamasama, dan memberi contoh. Sudah barang tentu administrator yang ingin berhasil harus memahami teori dan praktek kepemimpinannya, serta mampu dan mau melaksanakan penetahuan dan kemauannya itu. Keenam, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegitan kelompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap kali, administrator dihadapkan kepada bermacam-macam masalah, ia harus memecahkan masalah itu. Untuk memecahkan masalah tersebut di`perlukan kemampuan, dalam mengambil kepurusan, yaitu memilih kemungkinan tidakan yang terbaik dari sejumlah kemungkinan-kemungkianan tindakan yang dapat dilakukan. Setiap hari kita sebagai individu pun harus juga mengambil keputusan, sebab memang untuk setiap aspek kehidupan kita mem`punyai tugas menjadi guru atau memimpin organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap saat guru harus mengambil keputusan apa yang terbaik bagi muridnya. Karena mengambil keputusan selalu ada risikonya, maka guru harus mempelajari bagaimana mengambil keputusan yang baik. Administrasi pendidikan merupakan ilmu yang dapat menuntun pengambilan keputusan pendidikan yang baik. Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kominikasi. Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu. Jika dalam kerja sama pendidikan tidak ada komunikasi, maka orang yang bekerja sama itu saling tidak mengetahui apa yang dikerjakan atau apa yang dimaui teman sekerjanya. Bila hal ini terjadi, sebenarnya kerja sama itu tidak ada dan oleh karena itu administrasi pun tidak ada.

2.

a.

a. b.

c.

a. b. c.

Kedelapan, administrasi seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan tatausaha yang intinya adalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan suratmenyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan. Pengertian yang demikian tidak terlalu salah, karena setiap aspek kegiatan administrasi dengan pengertian diatas, selalu memerlukan kegiatan pencatatan. Hanya yang perlu diingat, Kegiatan tata usaha itu tidak seluruhnya mencerminkan pengertian administrasi dalam arti seperti yang dipaparkan pada butir-butir satu sampai tujuh diatas. Uraian diatas mencoba menjelaskan pengertian administrasi pendidikan, tanpa mengemukakan definisi dengan satu pengertian saja. Seperti telah disinggung dimuka, satu definisi saja tidak dapat menjelaskan dengan gamblang administrasi pendidikan, karena administrasi pendidikan mempunyai banyak muka (dimensi). Perlu pula dicatat, bahwa administrasi pendidikan dapat ditinjau pula dari cakupannya. Ada administrasi pendidikan pada satuan pendidikan seperti administrasi pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah, pergruan tinggi serta kursus-kursus dan ada pula administrasi pendidikan yang dilihat dari cakupan wilayah,yaitu tingkat kecamatan, kabupaten,provinsi, dan nasional. Pusat perhatian pada bagian ini adalah administrasi pendidikan pada tingkat sekolah menengah. Konsep Administrasi Pendidikan Untuk memahami konsep-konsep yang erat hubungannya denga administrasi pendidikan disekolah kita perlu menelusuri konsep sistem pendidikan nasional itu. Sistem Pendidikan Nasional Barangkali cara yang paling baik untuk memahami sistem pendidikan nasional adalah dengan membaca definisi sistem pendidikan nasional itu dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional. Supaya otentik dan tidak keliru, ada baiknya dikutip langsung Bab I Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang tersebut, sebagai berikut: “Sistem pendidikan nasional adalah satu kesatuan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.” Dalam penjelasan undang-undang tersebut, dikemukakan bahwa sebutan sistem pendidikan nasional merupakan perluasan dari pengertian sistem pengajaran nadsional yang termasud dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tidak membatasi pada pengajaran saja, melainkan meluas ke`pada masalah yang berhubungan dengan pembentukan manusia indonesia. Beberapa hal lain yang kita temukan mengenai sistem pendidikan nasional dalam Undang-Undang itu adalah : Sistem pendidikan nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat penting dalam mencapai citacita nasional Sistem pendidikan nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan terpadu. Semesta diartikan sebagai terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh wilayah negara, menyeluruh diartikan sebagai mencakup semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dan terpadu diartikan sebagai kesalingterkaitan sistem pendidikan nasional itu dengan seluruh usaha `pembangunan nasional Pengelolaan sistem pendidikan nasional adalah tanggung jawab Menteri P dan K ( UUS~PN No.2/89 ~Pasal 49 ). Dari pengertian itu dapat dikemukakan unsur-unsur penting dalam sistem pendidikan yang akan kita pakai sebagai titik tolak pembahasan. Pertama, sistem pendidikan nasional mempunyai satuan dan kegiatan. Satuan pendidikan adalah lembaga kegiatan belajar-mengajar yang dapat mempunyai wujud sekolah, kursus, kelompok belajar, ataupun bentuk lain yang berlangsung dalam bangunan tertentu atau tidak. Yang terakhir ini misalnya satuan pendidikan yang penyelenggaraannya menggunakan sistem jarak jauh. Sebagai alat berarti sistem itu merupakan wadah yang alaminya terdapat kegitan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebagai tujuan, sistem pendidikan nasional memberikan rambu-rambu ke mana arah dan bagaimana seharusnya pendidikan nasional dikelola. Ketiga, sebagai suatu sistem, pendidikan nasional harus dilihat sebagai keseluruhan unsur atau komponen dan kegiatan yang ada dinusantara. Unsur-unsur yang membentuk sistem ini saling berkaitan satu sama lain dan saling menunjang dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Jika kita mengacu kepada penjelasan Undang-Undang Nomor 2/1989, maka dapat kita temukan bahwa ciri sistem pendidikan nasional itu adalah : Berakar kepada kebudayaan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Merupakan suatu kebulatan yang dikembangkan dalam usaha mencapai tujuan nasional Mencakup jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah

d. Mengatur jenjang, kurikulum, penetapan kebijaksanaan, tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah dan masyarakat, kebebasan penyelenggaraan pendidikan, serta kemudahan untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan peserta didik. Unsur-unsur sistem pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 2/1989 itu dapat dibedakan atas : a. Unsur I : Dasar, Fungsi, dan tujuan sistem ( Bab I ) b. Unsur II : Norma yang dipakai dalam sistem ( Bab III, X, XI, XII, XIII, Bab XVIII, XV, XVI, Bab XIX, Bab XX ) c. Unsur III : Jenjang pendidikan ( Bab V ) d. Unsur IV : Peserta didik ( Bab VI ) e. Unsur V : Tenaga Ke`pendidikan ( Bab VIII ) f. Unsur VI : Sumber daya `pendidikan ( Bab VIII ) g. Unsur V : Kurikulum ( Bab IX ) h. Unsur VII : Organisasi ( Bab XIV, XV ) b. Sekolah sebagai Bagian Sistem Pendidikan Nasional Telah disebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah unsur atau komponen sistem pendidikan nasional, yaitu termasuk dalam komponen organisasi. Jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi. Pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri dari program pendidikan enam tahun disekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama ( PP Nomor 1990 ). Bentuk satuan pendidikan dasar terdiri atas sekolah dasar dan sekolah dasar luar biasa. Jika kita bicara tentang sekolah menengah, maka kita berbicara tentang dua jenjang sekolah, karena sekolah menengah pertama berada di jenjang pendidikan dasar, sedangkan sekolah di atas sekolah menengah pertama berada pada jenjang pendidikan menengah. Program pendidikan S1 dan LPTK, dirancang untuk mengajar pada jenjang pendidikan menengah, meskipun dengan kurikulum yang fleksibel ( luwes ) lulusan S1 itu juga mampu mengajar pada jenjang pendidikan dasar. Didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah,pendidikan menengah didefinisikan sebagai pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar. Pendidikan menengah mempunyai bentuk satuan pendidikan yang terdiri atas: a. Sekolah menengah umum b. Sekolah menengah kejuruan c. Sekolah menengah keagamaan d. Sekolah menengah kedinasanSkema Sistem Pendidikan Nasional

Keterangan: Kotak di sebelah kiri adalah masukan, di tengah adalah proses, dan di kanan adalah keluaran sistem pendidikan nasional. C. Lingkungan Bidang Garapan Administrasi Pendidikan Menengah Dari uraian di atas, tampak bahwa administrasi pendidikan menengah pada pokoknya adalah semua bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan menengah dengan merancang, mengadakan, dan memamfaatkan sumber-sumber (manusia, uang, peralatan, dan waktu). Tujuan pendidikan menengah memberikan arah kegiatan serta kriteria keberhasilan kegiatan itu. Tujuan pendidikan menengah juga merupakan landasan kegiatan administrasi pendidikan menengah tersebut. Untuk memahami apa yang telah diuraikan secara lebih baik secara ringkas perlu ditegaskan hal-hal berikut: 1. Administrasi pendidikan menengah merupakan bentuk kerja suatu personel pendidikan menengah untuk mencapai tujuan pendidikan menengah. Tujuan umum yang akan dicapai dalam kerja sama itu adalah membentuk keprbadian murid sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sesuai dengan tingkat perkembangannya pada usia pendidikan menengah. Tujuan itu dapat dijabarkan kedalam tujuan antara lain yaitu tujuan kurikuler, tujuan instrusional umum, dan tujuan instrusional khusus. 2. Administrasi pendidikan menengah merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan menengah, di mulai dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian pengarahaan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya.

3. Admistrasi pendidikan menengah merupakan usaha untuk melakukan manajemen sistem pendidikan menengah. 4. Administrasi pendidikan menengah merupakan kegiatan pemimpin, mengambil keputusan, serta komunikasi dalam organisasi sekolah sebagai usaha untuk mencapai tujuan pendidikan menengah itu. Sekolah merupakan bentuk organisasi pendidikan. Seperti telah dijelaskan, organisasi diartikan sebagai wadah dari kumpulan manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dengan memamfaatkan manusia itu sendiri sebagai sumber, material, dan waktu. Agar kerjasama itu berjalan dengan baik, maka perlu da aturan. Karena orang yang bekerja sama serta situasi yang berbeda dari satu tempat ketempat yang lain,terjadi suasana yaqng berlainan antara satuan kerja sama yang satu dengan yang lain. Sekolah adalah orgnisasi yang diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal pendidikan menengah, maka organisasi itu diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan menengah. Bila diamati lebih lanjut ada beberapa hal yng penting yang menjadi ciri organisasi sekolah, termasuk pendidikan menengah. Ciri itu adalah: 1. Adanya interaksi (saling pengaruh) antara berbagai unsur sekolah. Interksi itu mempunyai tujuan, pola, dan aturan. Yang dimaksud dengan tujuan adalah suatu yang ingin dicapai sekolah melalui kerja sama antarunsur itu. Misalnya, bagaimana perbaikan proses belajar mengajar dalam pelajaran matematika dapat diperbaikai secara kontinu melalui kerja sama dalam kelompok guru sejenis. Pola mengandung pengertian bentuk perilaku yang relatif tetap, misalnya kelompok guru tersebut menetapkan untuk mengadakan diskusi setiap dua minggu sekali. Sedangkan aturan mempunyai arti bahwa kelompok tersebut menganut norma-norma tertentu dalam melaksankan interaksi itu. Misalnya jika ada dua orang guru yang tidak datang dalam pertemuan, maka pertemuan dimaksud tidak dapat dilaksanakan. 2. Interaksi antarunsur disekolah meliputi: (1) interaksi yang ada di sekolah itu sendiri, yaitu antara kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan guru, antara guru dengan karyawan, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan karyawan, dan antara karyawan denga karyawan, (2) interaksi antara sekolah dengan lembaga pendidikan lainnya, misalnya antara sekolah dengan sekolah lain yang setingkat atau sekolah lain yang mempunyai jenjang yang tinggi, atau antara sekolah dibawah Departemen P dan K dengan sekolah lain dibawah Departemen Agama seperti mandrasa, (3) interaksi antara sekolah dengan lembaga nonkependidikan, seperti interaksi antara pendidikan menengah dengan karangtaruna, klompencapir, organisasi pemuda dikampung, dan sebagainya, serta (4) interaksi antara sekolah dengan masyarakat, misalnya interaksi sekolah dengan orangtua murid, dengan pemerintah kota, dengan kepolisian, dan sebagainya. 3. Adanya kegiatan. Kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah sangat banyak. Untuk mudahnya kegiatan ini dapat ditinjau dari dua dimensi pengajaran dan dimensi pengolahan. Ada kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan pengajaran dan ada yang tidak langsung. Demikian pula, ada kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan pengelolahan dan ada yang tidak. Jika dimensi itu digabungkan kiya dapat membedakan kegiatan itu menjadi empat kategori pokok, dan satu kategori pendukung yang merupakan titik temu dari keempat karegori pokok tadi. Empat kategori pokok dan satu kategori pendukung yaitu: a) Yang berhubungan langsung dengan pengajaran sekaligus langsung dengan pengolahannya, meliputi: 1) Kurikulum. 2) Supervisi. b) Yang berhubungan langsung dengan pengelolahan tetapi tidak langsung dengan pengajaran, yaitu: 1) Kemuridan. 2) Keuangan. 3) Prasarana dan sarana. c) Yang tidak berhubungan langsung, baik dengan pengajaran, maupun dengan pengelolaan. 1) Hubungan sekolah-masyarakat (Husemas) 2) BP3 d) Yang tidak berhubungan dengan pengelolaan tetapi langsung dengan pengajaran. e) Kegiatan pendukung, yaitu pengelolaan ketata-usahaan, yang diperlukan oleh semua kegiatan butir 1) dan 4). Dari kedua aspek itu kemudian dilihat sifatnya hubungan tersebut yang ada yang langsung dan tidak langsung. Dengan demikian diperoleh lima buah klasifikasikegiatan yaitu yang berhubungan langsung dengan pengajaran dan juga langsug denga pengelolahan, yang berhubungan langsung dengan pengajaran tetapi tidak berhubungan langsung dengan penelolaan, yang tidak berhubungan langsung dengan pengajaran tetapi berhubungan langsung dengan pengelolaan, yang tidak berhubungan langsung dengan pengajaran dan tidak

berhubungan langsung dengan pengelolaan, serta yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan keempat jenis kegiatan tersebut.

BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan Admisitrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berao lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan. Lingkup pembicaraan tentang administrasi pendidikan itu juga tergantung pada aras (level ) tujuan pendidikan yang ingin dicapai, yaitu pada tingkat kelas sampai pada tingkat sistem pendidikan nasional. Makin meluas cakupannya makin banyak yang terlibat dan makin kompleksnya permasalahannya. Sebagai tenaga kependidikan, khususnya guru, wawasan tentang administrasi pendidikan amat penting karena pemahaman tentang latar kerja guru. Wawasan itu dapat membatunya mengambil keputusan yang tepat dalam melaksanakan tugasnya PRINSIP- PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpindidasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Covey) sebagai berikut: 1. Seorang yang belajar seumur hidup Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar. 2. Berorientasi pada pelayanan Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik. 3. Membawa energi yang positif Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ; a. Percaya pada orang lain Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian. b. Keseimbangan dalam kehidupan Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan. d. Sinergi Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja. e. Latihan mengembangkan diri sendiri Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali menjadi diri sendiri lagi. Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang. Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas emosional dan spiritual (IQ, EQ dan SQ). Model-Model Kepemimpinan FEB 15 Posted by hendry 1. Model Kontigensi Fiedler Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position

power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions). 2. Model Kepemimpinan Vroom – Jago Model kepemimpinan ini menetapkan prosedur pengambilan keputusan yang paling efektif dalam situasi tertentu. Dua gaya kepemimpinan yang disarankan adalah autokratis dan gaya konsultatif, dan satu gaya berorientasi keputusan bersama. Dalam pengembangan model ini, Vroom dan Yetton membuat beberapa asumsi yaitu : a) Model ini harus dapat memberikan kepada para pemimpin, gaya yang harus dipakai dalam berbagai situasi b) Tidak ada satu gaya yang dapat dipakai dalam segala situasi c) Fokus utama harus dilakukan pada masalah yang akan dihadapi dan situasi dimana masalah ini terjadi d) Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam satu situasi tidak boleh membatasi gaya yang dipakai dalam situasi yang lain e)

Beberapa proses social berpengaruh pada tingkat partisipasi dari bawahan dalam pemecahan masalah.

4. Model Kepemimpinan Jalur Tujuan Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi. Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional. 5. Model Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional. Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.

Lebih lanjut Yukl menjelaskan bahwa pendekatan situasional menekankan pada pentingnya faktor-faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pimpinan, sifat lingkungan eksternal, dan karakteristik para pengikut. Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa pada dasarnya pendekatan kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan yang khusus dari sangat direktif, partisipatif, supportif sampai laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif tergantung pada kemampuan dan kesiapan pengikut. Sedangkan kesiapan dalam konteks ini adalah merujuk pada sampai dimana pengikut memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Namun, pendekatan situasional dari Hersey dan Blanchard ini menurut Kreitner dan Kinicki (2005) tidak didukung secara kuat oleh penelitian ilmiah, dan inkonsistensi hasil penelitian mengenai kepemimpinan situasional ini dinyatakan oleh Kreitner dan Kinicki (2005) dalam berbagai penelitian sehingga pendekatan ini tidaklah akurat dan sebaiknya hanya digunakan dengan catatan-catatan khusus.

Related Documents


More Documents from "Tesa Meisa Putri"