Makalah 2.docx

  • Uploaded by: Dara
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,119
  • Pages: 31
1. Gambaran Umum Teori Kognitif Sosial Teori kognitif sosial dari Albert Bandura menekanan pada kejadiankejadian yang tidak disengaja walaupun juga menyadari bahwa pertemuan dan kejadian ini tidak selalu mengubah jalan hidup seseorang. Teori kognitif sosial memiliki beberapa asumsi dasar, yaitu: a. Karakteristik yang paling menonjol dari manusia adalah plastisitas; yaitu bahwa manusia mempunyai fleksibilitas untuk belajar berbagai jenis perilaku dalam situasi yang berbeda-beda. Manusia mampu dan betul-betul belajar melalui pengalaman langsung, tetapi Bandura lebih menekankan terhadap proses belajar dengan cara diwakilkan (vicarious learning), yaitu belajar dengan mengobservasi orang lain. b. Melalui model triadic reciprocal causation yang meliputi perilaku, lingkungan, dan faktor pribadi, dapat terlihat bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk mengontrol kehidupannya. Manusia dapat mengubah kejadian yang tidak menetap menjadi suatu metode yang cukup konsisten dalam mengevaluasi serta mengontrol lingkungan sosial dan budaya mereka. c. Teori kognitif sosial menggunakan perspektif agen, yaitu manusia mempunyai kapasitas untuk mengontrol sifat dan kualitas hidup mereka. Manusia adalah produsen sekaligus produk dari sistem sosial. Komponen penting dari model triadic reciprocal causation adalah efikasi diri. Performa manusia secara umum akan meningkat saat mereka memiliki efikasi yang tinggi. d. Manusia mengontrol tingkah lakunya berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal meliputi lingkungan fisik dan sosial dari seseorang, sementara faktor internal meliputi observasi diri, proses menilai, dan reaksi diri. e. Saat seseorang menemukan dirinya dalam situasi yang ambigu secara moral, mereka biasanya berusaha untuk mengontrol perilaku mereka melalui agensi moral, yang meliputi mendefinisikan ulang suatu perilaku, merendahkan atau mendistorsi konsekuensi dari perilaku mereka, melakukan dehumanisasi atau 1

2

menyalahkan korban dari perilaku mereka, dan mengalihkan kewajiban atas tindakan mereka.

2. Biografi Albert Bandura Albert Bandura dilahirkan pada 4 Desember 1925, di Mundare, suatu kota kecil di dataran utara Alberta, Kanada. Ia tumbuh sebagai anak laki-laki satusatunya dari keluarga dengan lima kakak perempuan. Kedua orang tuanya berimigrasi dari Negara Eropa Timur saat mereka remaja, ayahnya berasal dari Polandia dan ibunya berasal dari Ukraina. Bandura belajar untuk mengarahkan dirinya sendiri di sekolah kecil yang ada di kota tersebut yang hanya memiliki sedikit guru. Dalam lingkungan seperti itu, proses belajar bergantung pada inisiatif dari para pelajar, sebuah situasi yang sangat sesuai untuk seorang pelajar yang cerdas seperti Bandura. Setelah lulus dari sekolah menengah atas, Bandura kemudia bekerja di highway Alaska pada musim panas. Pengalaman ini membuat Bandura berkenalan dengan sesama pekerja yang bervariasi. Selain itu, beberapa rekan kerjanya menunjukkan beberapa berbagai bentuk psikopatologi dengan kadar yang berbeda-beda Walaupun observasi yang dilakukan oleh Bandura pada sesame pekerja ini yang mulai menumbuhkan minatnya dalam psikologi klinis, ia tidak memutuskan untuk menjadi psikolog sampai ia memasuki University of British Columbia di Vancouver. Bandura memberi tahu Richard Evans bahwa keputusannya untuk menjadi psikolog tidak disengaja, hal tersebut terjadi sebagai hasil dari kejadian yang tidak direncanakan.Pada saat kuliah, Bandura memutuskan untuk mengikuti kelas psikologi yang kebetulan diadakan pada periode waktu tersebut.Ia merasa kelas tersebut menarik dan kemudian memutuskan untuk mengambil jurusan psikologi. Setelah lulus dari British Columbia dalam waktu 3 tahun, Bandura mencari program pascasarjana psikologi klinis yang mempunyai dasar teoritis yang kuat. Penasihatnya merekomendasikan University of Lowa, sehingga Bandura

3

meninggalkan Kanada dan pergi ke Amerika Serikat. Ia menyelesaikan gelar masternya pada tahun 1951 dan mendapatkan gelar Ph.D dalam psikologi klinis di tahun selanjutnya. Kemudian, ia menghabiskan satu tahun di Wichita menyelesaikan hubungan kerja pascaprogram doktornya di Wichita Guidance Centre. Pada tahun 1953, ia bergabung dengan fakultas psikologi di Stanford University dan menjadi akademisi di Centre of Advanced Study in Behavioral Sciences. Kebanyakan dari publikasi Bandura adalah dalam ranah psikologi klinis, khususnya berkutat dengan psikoterapi dan tes Rorchach. Kemudian pada tahun 1958, ia berkolaborasi dengan Richard H. Walters, yaitu mahasiswa pascasarjana pertamanya untuk menerbitkan suatu makalah mengenai perilaku kriminal agresif. Pada tahun berikutnya, mereka menerbitkan buku yang berjudul Adolescent Aggression (1959).Sejak saat itu, Bandura terus menerbitkan beragam buku dengan subjek yang bervariasi dan sering berkolaborasi dengan mahasiswa pascasarjananya. Buku-bukunya yang paling berpengaruh adalah Social Learning Theory (1977), Social Foundation of Thought and Action (1986), dan SelfEfficacy The Exercise of Control (1997). Bandura sering menjadi ketua dalam perkumpulan ilmiah yang bergengsi, termasuk menjadi ketua American Psychology Association (APA) pada tahun 1974, ketua Western Psychological Association pada tahun 1980, dan ketua kehormatan Canadian Psychological Association pada tahun 1999. Selain itu, ia telah mendapatkan lebih dari selusin gelar kehormatan dari berbagai universitas bergengsi di seluruh dunia. Penghormatan dan penghargaan lain meliputi Guggenheim Fellowship pada tahun 1972, Distinguished Scientific Contribution Award dari Divisi 12 (Klinis) APA di tahun yang sama, penghargaan untuk Distinguished Scientific Contribution dari APA pada tahun 1980, dan Distinguished Scientist Award dari Society of Behavioral Medicine. Ia telah memenangkan Distinguished Contributional Award dari International Society for Research in Aggression; William James Award of The American Psychology

4

Science untuk pencapaian yang luar biasa dalam ilmu psikologi; Robert Thorndike Award for Distinguished Contribution of Psychology to Education dari American Psychology Association; dan 2003-2004 James McKeen Cattel Fellow Award dari American Psychological Society. Ia telah diangkat ke dalam American Academy of Arts an Sciences dan Institute of Medicine of the National Academy of Sciences. Diawal tahun 2004, American Psychology Society bekerja sama dengan Psy Chi- The National Honor Society in Psychology – mulai menganugerahkan mahasiswa pascasarjana psikologi yang luar biasa dengan Albert Bandura Graduate Research Award. Bandura saat ini memegang David Starr Jordan Professorship of Social Science in Psychology di Stanford University.

3. Belajar Salah satu asumsi awal dan dasar teori kognisi sosial Bandura adalah bahwa manusia cukup fleksibel dan mampu mempelajari berbagai sikap, kemampuan, dan perilaku, serta cukup banyak dari pembelajaran tersebut yang merupakan hasil dari pengalaman tidak langsung. Walaupun manusia dapat dan memang belajar dari pengalaman langsung, banyak dari apa yang mereka pelajari didapatkan dengan mengobservasi orang lain. Bandura (1986) menyatakan bahwa "apabila pengetahuan dapat diperoleh hanya melalui akibat dari tindakan seseorang, proses kognitif dan perkembangan sosial akan sangat terbelakang, dan juga akan menjadi sangat melelahkan". a. Pembelajaran Melalui Observasi Bandura yakin bahwa observasi memberikan jalan pada manusia untuk belajar tanpa harus melakukan perilaku apa pun. Manusia mengobservasi fenomena alami, tumbuhan, hewan air terjun, pergerakan bulan dan bintangbintang, dan lainnya; tetapi yang terpenting bagi teori kognitif sosial adalah asumsi bahwa mereka belajar melalui observasi perilaku orang lain. Dalam hal ini, Bandura berbeda dengan Skinner, yang berargumen bahwa perilaku

5

aktif adalah dasar ilmu psikologi. la juga berbeda dari Skinner dalam keyakinannya

penguatan

dapat

memfasilitasi

pembelajaran,

Bandura

mengatakan bahwa penguatan bukanlah kondisi yang penting untuk hal tersebut. Sebagai contoh, manusia dapat belajar dengan mengobservasi seorang model yang diberikan penguatan. Bandura (1986, 2003) yakin bahwa pembelajaran melalui observasi lebih efisien daripada belajar melalui pengalaman langsung. Dengan mengobservasi oranglain, manusia tidak perlu mengalami berbagai respons yang dapat berakibat pada hukuman atau tanpa menghasilkan penguatan sama sekali. Sebagai contoh, anak-anak mengobservasi karakter yang ada di televisi dan mengulang apa yang dilihat atau didengarnya; mereka tidak perlu melakukan perilaku yang acak, berharap bahwa beberapa perilaku tersebut akan diberikan penghargaan a) Modeling Inti dari pembelajaran melalui proses observasi adalah modeling. Pembełajaran melalui modeling menambahi atau mengurangi suatu perilaku yang diobservasi dan mengeneralisasi dari suatu observasi ke observasi yang lainnya. Dengan perkataan lain, modeling meliputi proses kognitif dan bukan sekadar melakukan imitasi. Modeling lebíh dari sekedar

mencocokan

perilaku

dari

orang

lain,

melainkan

merepresentasikan secara simbolis suatu informasi dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan (Bandura, 1986, 1994). Beberapa faktor menentukan apakah seseorang akan belajar dari seorang model dalam suatu situasi. Pertama, karekteristik model tersebut sangat penting. Manusia lebih mungkin mengikuti orang yang memiliki status tinggi daripada yang memiliki status rendah, yang kompeten daripada yang tidak kompeten atau tidak mampu, dan yang memiliki kekuatan daripada yang tidak.

6

Kedua,

karekteristik

dari

yang

melakukan

observasi

juga

memengaruhi untuk melakukan modeling. Orang-orang yang tidak mempunyai status, kemampuan, atau kekuatan lebih mungkin untuk melakukan modeling. Anak-anak melakukan modeling lebih banyak daripada orang dewasa, dan orang-orang amatir lebih mungkin melakukannya daripada seorang pakar. Ketiga, karakteristik dari yang akan ditiru juga mempunyai pengaruh terhadap pihak yang melakukan observasi. Semakin besar nilai yang ditaruh seseorang yang melakukan observasi pada suatu perilaku, lebih memungkinkan untuk orang tersebut untuk mengambil perilaku tersebut. Selain itu, pembelajaran juga dapat difasilitasi saat seseorang menyaksikan seorang model menerima hukuman berat; sebagai contoh, melihat orang lain mendapatkan setruman yang kuat dari memegang kabel listrik mengajarkannya suatu pelajaran yang berharga. b) Proses yang Mengatur Pembelajaran Melalui Observasi Bandura

(1986)

menemukan

empat

proses

yang

mengatur

pembelajaran melalui observasi; perhatian, representasi, produksi perilaku, dan motivasi. 1) Perhatian Sebelum kita dapat melakukan modeling terhadap orang lain, kia harus memperhatikan orang tersebut. Apa faktor-faktor yang mengontrol

perhatian?

Pertama,

karena

kita

mempunyai

kecenderungan untuk mengobservasi seseorang yang sering kita asosiasikan

dengan

diri

kita,

kita

lebih

mungkin

untuk

memperhatikan orang-orang tersebut. Kedua, model yang atraktif dan menarik lebih mungkin untuk diobservasi daripada model yang tidak menarik-sosok-sosok populer di televisi, di bidang olahraga, di fim lebih sering diperhatikan dengan cermat. Selain itu, sifat dasar dari

7

perlaku yang ditiru memengaruhi perhatian kita-kita mengobservasi perilaku yang kita rasa penting atau bernilai. 2) Representasi Agar sebuah observasi dapat mengarahkan pada pola respons yang baru, pola tersebut harus dapat direpresentasikan secara simbolis di dalam ingatan. Representasi simbolik tidak perlu dalam bentuk verbal, karena beberapa observasi dipertahankan dalam bentuk ganbaran dan dapat dimunculkan tanpa adanya model secara fisik. Proses ini penting terutama dalam tahapan bayi, saat kemampuan verbal belum berkembang. Walaupun begitu, pengodean secara verbal akan sangat meningkatkan kecepatan proses pembelajaran melalui observasi. Dengan bahasa, kita dapat secara verbal mengevaluasi perilaku kita dan memutuskan perilaku yang ingin kita buang dan yang ingin kita coba. Pengodean secara verbal juga membantu kita untuk mempelajari perilaku tersebut secara simbolis, vaitu dengan memberitahukan pada diri kita secara berulang-ulang bagaimana kita akan melakukan perilaku tersebut saat ada kesempatan. Pengulangan dapat juga melibatkan performa nyata dari respons modeling, dan dapat membantu proses retensi. 3) Produksi Perilaku Setelah memperhatikan seorang model dan mempertahankan apa yang telah diobservasi, kemudian kita memproduksi perilaku tersebut. Dalam proses mengubah representasi kognitif ke dalam tindakan yang tepat, kita harus bertanya pada diri kita beberapa pertanyaan mengenai perilaku yang akan ditiru. Pertama, kita akan bertanya, “Bagaimana saya dapat melakukan hal ini?" Setelah secara simbolis mengulang respons- respons yang relevan, kita mencoba perilaku baru tersebut. Selama melakukannya, kita memonitor diri

8

kita dengan pertanyaan, "Apa yang sedang saya lakukan?" Terakhir, kita mengevaluasi performa kita dengan bertanya, '"Apakah saya melakukannya dengan benar?" Pertanyaan terakhir ini tidak selalu mudah untuk dijawab, terutama apabila perilaku yang dilakukan mengutamakan kemampuan motorik, seperti menari balet atau loncat indah, ketika kita tidak dapat melihat diri kita sendiri. Untuk alasan tersebut, beberapa atlet menggunakan kamera video untuk membantu mereka mendapatkan atau meningkatkan kemampuan motorik mereka. 4) Motivasi Pembelajaran melalui observasi paling efektif terjadi apabila pihak yang belajar termotivasi untuk melakukan perilaku yang ditiru. Perhatian dan representasi dapat berakibat pada pengumpulan informasi untuk belajar, namun performa difasilitasi oleh motivasi untuk melakukan perilaku tertentu. Walaupun observasi dari orang lain mengajari kita bagaimana melakukan sesuatu, kita dapat saja tidak mempunyai hasrat untuk melakukan tindakan tersebut. Seseorang dapat melihat orang lain menggunakan gergaji mesin atau penghisap debu dan tidak termotivasi untuk mencoba salah satu aktivitas tersebut. Kebanyakan pengawas yang ada di tepi jalan tidak ingin mengulang perilaku yang ditunjukan oleh pekerja konstruksi yang diobservasinya.

9

b. Pembelajaran Aktif Setiap respons yang dibuat oleh seseorang akan diikuti oleh suatu konsekuensi. Beberapa dari konsekuensi ini dapat memuaskan, beberapa tidak memuaskan, dan yang lainnya bahkan tidak mendapatkan perhatian secara kognitif sehingga hanya mempunyai efek yang kecil. Bandura yakin bahwa perilaku manusia yang kompleks dapat dipelajari saat seseorang memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi perilaku mereka. Konsekuensi dari respons ini memiliki setidaknya tiga fungsi. Pertama, konsekuensi dari respons memberikan kita informasi mengenai dampak perilaku

kita.

Kita

dapat

mempertahankan

informasi

tersebut

dan

menggunakannya sebagai panduan untuk tindakan dimasa depan. Kedua, konsekuensi dari respon-respons memotivasi perilaku kita yang bersifat antisipasi, yaitu bahwa kita mampu secara simbolik merepresentasikan pencapaian di masa depan dan bertindak sesuai dengan hal tersebut. Kita tidak hanya memiliki wawasan, namun juga memiliki kemampuan untuk melakukan perencanaan.Kita tidak perlu mengalami ketidaknyamanan dari hawa dingin sebelum memutuskan untuk menggunakan jaket saat keluar dalam cuaca yang sangat dingin.Malah, kita mengantisipasi dampak dari cuaca yang dingin dan basah, serta berpakaian sesuai dengan hal tersebut.Ketiga, konsekuensi dari respons yang berfungsi untuk menguatkan perilaku, sebuah fungsi yang telah didokumentasikan dengan baik oleh Skinner dan pakar teori penguatan lainnya.Akan tetapi, Bandura (1986) beranggapan bahwa walaupun penguatan dapat sewaktu-waktu bersifat tidak disadari dan otomatis, pola perilaku kompleks sangat difasilitasi oleh intervensi kognitif. Bandura mempertahankan bahwa pembelajaran terjadi lebih efisien saat pihak yang belajar terlibat secara kognitif dalam situasi belajar, dan mengerti perilaku apa yang mendahului respons -respons yang berhasil.

10

Kesimpulanya, Bandura yakin bahwa perilaku baru diperoleh melalui dua bentuk pembelajaran: pembelajaran melalui observasi dan pembelajaran aktif. Elemen inti dari pembelajaran melalui observasi adalah modeling, yang difasilitasi dengan mengobservasi aktivitas yang tepat, melakukan pengodean dengan benar dari peristiwa tersebut sebagai representasi di dalam ingatan, melakukan perilaku tersebut secara aktual, dan termotivasi dengan cukup.Pembelajaran aktif memberikan jalan bagi manusia untuk mendapatkan pola baru dari perilaku kompleks melalui pengalaman langsung, dengan memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi dari tingkah laku mereka. Proses belajar memberikan manusia suatu kemampuan untuk melakukan kontrol dari kejadian-kejadian yang membentuk jalan hidup mereka. Akan tetapi, kontrol berada dalam interaksi timbal balik tiga arah antara variabel manusia, perilaku, dan lingkungan.

4.

Triadic Reciprocal Causation Albert Bandura (1986, 1999,2001,2002) mengadopsi suatu pendirian yang cukup berbeda. Teori kognisi sosialnya menjelaskan fungsi psikologis dalam kondisi triadic reciprocal causation.sistem ini mengasumsikan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi antara tiga variable-lingkungan, perilaku, dan manusia. “Manusia” yang dimaksud oleh Bandura ialah faktor kognitif, yaitu memori, antisipasi, perencanaan dan penilaian. Walaupun kognisi mempunyai dampak kausal yang kuat pada lingkungan dan perilaku, tetapi kognisi bukanlah sebuah entitas yang otonom atau bersifat independen dari kedua variable lainnya. Bandura (1986) mengkriti pakar teori yang mengatribusikan penyebab perilaku manusia pada dorongan internal, seperti insting, kebutuhan dan keinginan. Kognisi sendiri ditentukan oleh perilaku dan lingkungan.

11

Triadic reciprocal causation direpresentasikan secara sistematis pada gambar di atas B mengimplikasikan perilaku (behaviour); E mempresentasikan lingkungan eksternal (external environment); dan P merepresentasikan manusia itu sendiri (Person), termasuk gender, kedudukan sosial, ukuran dan penampilan fisik yang menarik dari orang tersebut, tetapi lebih ditekankan pada faktor kognitif, seperti memori, penilaian, insight, dan lainnya. Bandura

menggunakan

istilah

“timbal

balik

(reciprocal)”

untuk

mengindikasikan adanya interaksi dari dorongan-dorongan, tidak hanya suatu tindakan yang sama atau berlainan. Ketiga faktor yang berhubungan timbal balik tidak perlu mempunyai kekuatan yang sama atau setara. Potensi relative dari ketiganya dapat bervariasi untuk setiap individu dan situasi. a.

Pertemuan secara kebetulan dan peristiwa tidak sengaja Bandura (1998) mendefinisikan pertemuan yang kebetulan sebagai “pertemuan yang tidak sengaja dari orang-orang yang tidak saling mengenal satu sama lain”. Kejadian yang tidak disengaja adalah pengalaman dari lingkungan yang tidak terduga dan tidak disengaja. Kehidupan sehari-hari manusia dipengaruhi dalam kadar yang besar atau kecil oleh orang-orang yang kebetulan mereka temui dan oleh peristiwa-peristiwa acak yang tidak dapat mereka prediksikan. Pasangan hidup seseorang, pekerjaan, dan tempat

12

tinggal kemungkinan besar merupakan besar merupakan hasil dari pertemuan yang tidak disengaja dan tidak terduga. Pertemuan yang kebetulan dan kejadian yang tidak disengaja tidak selalu tidak dapat dikontrol. Malah, manusia dapat membuat sesuatu terjadi. Seorang duda yang mencari peluang untuk dapat menikah kembali akan meningkatkan kemungkinannya untuk bertemu dengan seseorang yang berpotensi menjadi istrinya dengan melakukan tindakan yang bersifat proaktif, misalnya bergabung dengan klub lajang, pergi ke tempat-tempat yang memberinya kemungkinan bertemu dengan wanita lajang, atau meminta teman untuk memperkenalkannya dengan pasangan potensial yang juga lajang. Apabila ia bertemu dengan wanita yang diinginkan dan lajang, maka ia meningkatkan kemungkinannya untuk mempunyai hubungan yang bertahan lama jika ia telah mempersiapkan dirinya untuk terlihat menarik atau atraktif untuk wanitanya. Bandura (2001) mengutip perkataan Louis Pasteur, “kemungkinan hanya berpihak pada mereka yang memiliki pikiran yang siap”. Sebaliknya, manusia yang siap mampu keluar dari kemungkinan pertemuan dan kejadian tidak disengaja yang tidak menyenangkan, dengan melakukan antisipasi kemungkinan mereka mengambil langkah untuk meminimalisasi dampak negative yang mungkin terjadu dalam perkembangan selanjutnya.

5. Agen Manusia Teori kognisi sosial mengambil sudut pandang yang bersifat agensi terhadap kepribadian yaitu manusia mempunyai kapasitas untuk melakukan control atas hidup mereka (2002). Agen manusia adalah esensi dari kemanusiaan. Bandura (2001)yakin bahwa manusia bersifat meregulasi diri sendiri, proaktif, merefleksikan diri, dan dapat mengatur diri sendiri serta mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi tindakan mereka sendiriagar menghasilkan konsekuensi yang diinginkan. Agen manusia tidak berarti bahwa manusia mempunyai suatu

13

homunculus-yaitu suatu agen otonom-yang membuat keputusan yang konsisten dengan pandangan mereka terhadap dirinya. Tidak juga berarti bahwa bahwa manusia bereaksi secara otomatis terhadap peristiwa eksternal dan internal. Agen manusia bukanlah suatu benda, ,elainkan proses aktif dari mengeksplorasi, memanipulasi, dan mempengaruhi lingkungannya untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. a.

Aspek-aspek Inti Agen Manusia Bandura (2001, 2004) mendiskusikan empat aspek inti dari agensi manusia: intensionalitas, visi, reaktivitas diri, dan refleksi diri. Intensionalitas merujuk pada tindakan yang dilakukan seseorang secara bertujuan. Suatu intensi meliputi adanya perencanaan, tetapi juga meliputi tindakan dimasa depan. Namun juga komitmen yang proaktif untu mewujudkannya. Intensionalitas tidak berarti bahwa semua rencana seseorang dapat membuahkan hasil. Manusia terus mengubah rencana mereka saat menyadari konsekuensi dari tindakan mereka. Manusia juga mempunyai visi untuk dapat menentukan tujuan mengantisipasi kemungkinan hasil dari tindakan mereka, dan memilih perilaku yang akan menghasilkan pencapaian yang diinginkan dan menghindari yang tidak diinginkan. Visi memberikan manusia kemampuan untuk membebaskan diri dari kungkungan lingkungan. Apabila perilaku sepenuhnya merupakan fungsi dari lingkungan, maka perilaku akan lebih bervariasi dan tidak konsisten karena kita akan terus bereaksi terhadap beragam stimulus lingkungan. Manusia

melakukan

lebih

dari

sekedar

merencanakan

dan

mengontempasikan perilaku mereka di masa depan. Mereka juga mempunyai kapasitas untuk reaktivasi diri dalam proses memotivasi dan meregulasi tindakan mereka sendiri. Manusia tidak hanya menentukan pilihan, tetapi mereka juga memonitor kemajuan untuk memenuhi pilihan-pilihan tersebut.

14

Terakhir manusia mempunyai kapasitas untuk refleksi diri. Manusia adalah penilai dari bagaimana mereka berfungsi; mereka dapat memikirkan serta mengevaluasi motivasi, nilai, dan arti dari tujuan hidup mereka serta dapat memikirkan kapabilitas dari pemikiran mereka sendiri. Mereka juga dapat mengevaluasi dampak dari tindakan orang lain terhadap diri mereka. Mekanisme refleksi diri manusia yang paling penting adalah efikasi diri, yaitu keyakinan mereka bahwa mereka mampu untuk melakukan suatu tindakan yang akan menghasilkan dampak yang diharapkan. b. Efikasi Diri Bandura (2001) mendefinisikan efikasi diri sebagai “keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk control terhadap keberfungsian orng itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan”. Bandura beranggapan bahwa “keyakinan atas efikasi seseorang adalah landasan dari agen manusia”. Manusia yang yakin bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang mempunyai potensi untuk dapat mengubah kejadian dilingkungannya, akan lebih mungkin untuk bertindak dan lebih mungkin untuk menjadi sukses daripada manusia yang mempunyai efikasi diri rendah. Efikasi diri bukan merupakan ekspektasi dari hasil tindakan kita. Bandura (1986,1997) membedakan antara ekspektasi mengenai efikasi diri dan ekspektasi mengenai hasil. Efikasi merujuk pada keyakinan diri sesorang bahwa oang tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan suatu perilaku, sementara ekspektasi atas hasil merujuk pada prediksi dari kemungkinan mengenai konsekuensi perilaku tersebut. a) Hal-hal yang Mempengruhi Eikasi Diri Efikasi diri didapatkan, ditingkatkan, atau berkurang melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber: (1) pengalaman menguasai sesuatu (mastery experiences), (2) modelling social, (3) persuasi social, serta (4) kondisi fisik dan emosional (Bandura,1997). Dengan setiap metodenya, informasi mengenai diri sendiri dan lingkungan akan diproses

15

secara kognitif dan bersama-sama dengan kumpulan pengalaman sebelumnya, akan mengubah persepsi mengenai efikasi diri. Walaupun merupakan “landasan dari agen manusia”, efikasi diri bukan satu-satunya bentuk dari agen manusia. Manusia juga dapat melakukan control atas hidup mereka melalui Proxy dan efikasi kolektif. c. Agen Proxy Proxy meliputi kontrol yang tidak langsung atas kondisi sosial yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Bandura mengatakan bahwa tidk ada orang yang mempunyai waktu, energy, dan sumber daya untuk dapat menguasai semua aspek kehidupan sehari-hari. Agar dapat berfungsi dengan sukses, seharusnya melibatkan kombinasi ketergantungan pada agen proxy dalam beberapa area fungsi. Akan tetapi proxy mempunyai sisi kelemahan. Dengan bergantung terlalu banyak terhadap kompetensi dan kekuatan orang lain, seseorang dapat mengurangi efikasi pribadi dan kolektif mereka. Seseorang dapat bergantung terhadap pasangannya untuk merawat dan mengatur rumah tangga; anak-anak berusia remaja akhir atau dewasa muda berharap orang tua mereka untuk merawat mereka; dan penduduk dapat mulai bergantung pada pemerintah untuk menyediakan kebutuhan hidup mereka. d. Efikasi Kolektif Bentuk ketiga dari agen manusia adalah efikasi kolektif. Bandura (2000) mendefinisikan efikasi kolektif sebagai “keyakinan yang dimiliki manusia mengenai efikasi kolektif mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Efikasi kolektif merupakan kepercayaan orang-orang bahwa usaha mereka bersama akan membawa suatu pencapaian kelompok. Bandura (2000) mengajukan dua teknik untuk mengukur efikasi kolektif. Pendekatan pertama adalah dengan mengombinasikan evaluasi individual dari dua anggota mengenai kemampuan pribadi mereka untuk melakukan perilaku yang dapat menguntungkan kelompok. Sedangkan pendekatan kedua yang

16

diajukan adalah untuk mengukur kepercayaan yang dimiliki setiap orang mengenai kemampuan kelompok untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Bandura menyebutkan beberapa faktor yang dapat melemahkan efikasi kolektif. Pertama, manusia hidup dalam dunia yang bersifat transnasional; apa yang terjadi disuatu area di bumi dapat mempengaruhi manusia yang hidup di negara lain. Kedua, teknologi dimasa sekarang yang tidak dimengerti atau dipercayai bahwa manusia dapat mengontrolnya, dapat mengurangi perasaan efikasi kolektif mereka. Kondisi ketiga yang dapat melemahkan efikasi kolektif adalah mesin-mesin sosial yang kompleks, dengan tingkatan birokrasi yang menghambat perubahan sosial. Keempat, jangkauan dan besaran

dari permasalahan manusia yang

luar biasa dapat menurunkan efikasi kolektif. Peperangan, kemiskinan, kelebihan populasi, kriminalitas dan bencana alam adalah beberapa maslah global yang dapat membuat manusia merasa sangat tidak berdaya. Akan tetapi walaupun adanya permaslahan transnasional yang besar ini, Bandura yakin bahwa perubahan yang positif dapat dilakukan apabila manusia dapat bertahan dengan usaha kolektif mereka dan tidak putus asa.

6. Regulasi Diri Saat manusia mempunyai efikasi diri yang tinggi, yakin terhadap ketergantungan mereka akan agen proxy, dan mempunyai efikasi kolekif yang solid, mereka akan mempunyai kapasitas yang baik untuk dapat meregulasi perilaku mereka. Proses apa yang berkontribusi pada regulasi diri?. Pertama, orang memiliki kemampuan terbatas untuk memanipulasi faktor-faktor eksternal yang masuk ke dalam paradigma timbal balik. Kedua, orang-orang mampu memantau perilaku mereka sendiri dan mengevaluasi dalam hal tujuan yang baik, dekat maupun jauh. Perilakuberasal dari pengaruh eksternal dan internal.

17

a. Faktor eksternal dalam Regulasi Diri Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri setidaknya dalam dua cara: a) Faktor-faktor tersebut memberikan kita suatu standar untuk mengevaluasi perilaku kita. Faktor internal berinteraksi dengan pengaruh personal, membentuk standar individual untuk evaluasi. Sebagai contoh,dengan ajaran, kita belajar dari orang tua dan guru tentang nilai perilaku jujur dan ramah melalui pengalaman langsung kita belajar untuk menempatkan nilai lebih pada peringatan dan kekeringan daripada pada kemampuan dan basah, dan melalui pengamatan b) Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan. Kita membutuhkan insentif yang didapatkan dari faktor eksternal. Insentif untuk dapat menyelesaikan suatu proyek jangka panjang biasanya datang dari lingkungan dan sering kali dalam bentuk penghargaan setelah pencapaian tujuan. Akan tetapi, penghargaan diri untuk performa yang mengecewakan biasanya berakibat pada hukuman dari lingkungan.Penghargaan intrinsik tidak selalu mencukupi, kita juga membutuhkan insentif yang berasal dari faktor eksternal. mungkin membutuhkan penguatan lebih dari kepuasan diri untuk menyelesaikan mural besar b. Faktor internal dalam RegulasiDiri Faktor internal dalam regulasi diri dibagi menjadi tiga: a) Observasi Diri Kita harus dapat memonitor performa kita walaupun perhatian yang kita berikan padanya belum tentu tuntas. Kita harus memberikan peratian secara selektif terhadap beberapa aspek dari perilaku kita. Observasi bergantung pada minat dan konsepsi diri lainnya. Dengan memperhatikan kualitas, kuantitas, kecepatan dan originalitas. Contohnya adalah saat sedang mewarnai gambar, bermain games dan mengikuti ujian.

18

b) Proses Penilaian Kita harus dapat memonitor performa kita walaupun perhatian yang kita berikan padanya belum tentu tuntas. Kita harus memberikan peratian secara selektif terhadap beberapa aspek dari perilaku kita. Observasi bergantung pada minat dan konsepsi diri lainnya. Proses penilaian bergantung pada empat hal: 1) Personal standars, mengevaluasi kinerja tanpa membandingkannya dengan orang lain 2) Referential

performances,

mengevaluasi

kinerja

dengan

membandingkannya dengan orang lain 3) Valuation of activity, proses penilaian tergantung pada nilai keseluruhan yang kita tempatkan pada suatu kegiatan 4) Performance attribution, bagaimana kita menilai penyebab perilaku kita. Jika kita percaya bahwa keberhasilan adalah karna upaya kita sendiri, kita akan bangga pada pencapaian dan akan berusaha lebih keras untuk mencapai tujuan kita. c) Reaksi Diri Manusia berespon secara pasif dan negatif terhadap perilaku mereka, bergantung pada bagaimana perilaku tersebut memenuhi standar personal mereka. Manusia menciptakan insentif untuk tindakan mereka melalui penguatan diri atau hukuman. c. Regulasi Diri melalui Agen Moral Manusia juga meregulasi tindakan mereka melalui standar moral perilaku. Bandura melihat agen moral memiliki 2 aspek, yaitu a) Tidak menyakiti orang lain. b) Membantu orang lain secara proaktif. Mekanisme regulasi diri kita tidak akan mempengaruhi orang lain sampai kita bertindak sesuatu pada mereka.

19

Berikut adalah ilustrasi berbagai mekanisme ketika kontrol diri dilepaskan atau diaktifkan secara selektif : a) Mendefinisikan Ulang Perilaku Orang Menjustifikasi

suatu

perilaku

yang salah

dengan

melakukan

restrukturisasi kognitif. Adapun teknik-teknik sebagai berikut: 1) Justifikasi moral, yaitu perilaku yang salah dibuat seolah-olah dapat dibela atau terlihat menjadi benar. 2) Perbandingan yang bersifat menenangkan, menguntungkan antara perilaku tersebut dengan suatu keburukan yang lebih parah. 3) Label yang bersifat memperhalus, Politisi yang bersumpah untuk tidak menaikan pajak akan berbicara mengenai “kenaikan keuntungan” daripada pajak b) Tidak Menghiraukan atau Mendistorsi Konsekuensi dari Perilaku Metode kedua menghindari tanggung jawab meliputi mendistorsi atau mengaburkan hubungan antara perilaku dan konsekuensi merusak dari hal tersebut. c) Dehumanisasi atau Menyalahkan Korban Ketiga, manusia dapat mengaburkan tanggung jawab atas tindakan mereka

dengan

melakukan

dehumanisasi

atas

korban

atau

mengatribusikan kesalahan pada mereka. d) Memindahkan atau Mengaburkan Tanggung Jawab Melepaskan

tindakan

dari

konsekuensinya

adalah

dengan

memindahkan atau mengaburkan tanggung jawab. Dengan melakukan pemindahan orang dapat meminimalisasikan konsekuensi dari tindakan.

7. Perilaku Disfungsi Konsep Bandura mengenai triadic reciprocal causation mengasumsikan bahwa perilaku dipelajari sebagai hasil interaksi mutual antara (1) manusia, (2) lingkungan, (3) faktor lingkungan. Tidak terkecuali juga dengan perilaku

20

disfungsi.

Konsep Bandura atas perilaku disfungsi lebih banyak membahas

mengenai reaksi depresif, fobia, perilaku agresif. a. Depresi Standar dan tujuan personal yang tinggi dapat berakibat pada pencapaian dan kepuasan diri. Saat manusia menempatkan suatu tujuan yang terlalu tinggi, mereka memiliki kemungkinan untuk gagal yang lebih tinggi. Kegagalan sering berakibat terhadap depresi.

Hasilnya adalah kesedihan

kronis, perasaan tidak berharga, persaan tidak memiliki tujuan, dan depresi yang bertahan. Depresi disfungsi dapat terjadi dalam salah satu dari tiga subfungsi regulasi diri: (1) observasi diri, (2) proses penilaian, (3) reaksi diri. Observasi diri, orang dapat salah dalam menilai performa mereka sendiri atau mendistorsi ingatan mereka mengenai pencapaian di masa lalu. Orang depresi cenderung untuk membesar-besarkan kesalahan mereka di masa lalu, dan mengecilkan pencapaian mereka terdahulu. Orang-orang depresi lebih mungkin melakukan penilaian yang salah. Mereka menentukan standar yang tidak realistis dan sangat tinggi, sehingga pencapaian pribadi apapun akan dinilai dengan kegagalan. Depresi lebih mungkin terjadi pada mereka yang menentukan tujuan dan standar personal yang jauh lebih tinggi daripada persepsi kemampuan mereka untuk mencapai hal-hal tersebut. Reaksi diri dari orang-orang depresi cukup berbeda dari mereka yang tidak depresi. Orang-orang depresi tidak hanya menilai diri mereka dengan keras, mereka juga cenderung memperlakukan diri mereka dengan buruk karena keterbatasan-keterbatasan mereka. b. Fobia Fobia adalah ketakutan yang cukup kuat dan cukup bertahan untuk mempunyai efek yang cukup parah dan melumpuhkan dalam kehidupan sehari-hari seseorang.

Fobia dan ketakutan dipelajari melalui kontak

langsung, generalisasi yang tidak tepat, dan terutama melalui pengalaman

21

observasi. Mereka sulit untuk dihilangkan karena orang yang mengalami fobia sering kali menghindari objek yang mengancam. Apabila objek yang ditakuti tidak dihadapi, fobia akan bertahan selamanya. Sebagai contoh, saat manusia berharap untuk mendapatkan suatu pengalaman yang tidak diinginkan (misalnya, dirampok) saat berjalan di taman kota, mereka dapat mengurangi rasa terancam dengan tidak memasuki taman atau bahkan berada di sekitarnya. Perilaku disfungsi (menghindari) muncul dan bertahan oleh interaksi mutual dari ekspektasi manusia (keyakinan bahwa mereka akan dirampok), lingkungan eksternal (taman kota), dan faktor perilaku (pengalaman terdahulu dengan rasa takut). c.

Agresi Perilaku agresif didapatkan melalui observasi dari orang lain, pengalaman langsung dengan penguatan negative dan positif, latihan dan instruksi, dan keyakinan yang abstrak. Orang akan terus melakukan agresi untuk setidaknya lima alasan: (1) mereka menikmati menyakiti korban (penguatan positif); (2) mereka menghindari atau melawan konsekuensi yang tidak diinginkan dari agresi yang dilakukan orang lain (penguatan negatif); (3) mereka mendapatkan cedera atau disakiti untuk tidak melakukan perilaku agresif (hukuman); (4) mereka memenuhi standar personal atas tindakan mereka dengan melakuka perilaku agresif (penguatan diri); (5) mereka melihat orang lain menerima penghargaan atas tindakan agresif atau hukuman untuk perilaku non-agresif. Bandura yakin bahwa tindakan agresif dapat berakibat pada agresivitas yang berlanjut. Keyakinan ini didasari oleh suatu kajian klasik dari Bandura, Dorrie Ross, dan Sheila Ross (1963) yang menemukan bahwa anak-anak yang mengobservasi orang lain berperilaku secara agresif menunjukkan agresi yang lebih tinggi daripada anak-anak yang berada dalam kelompok kontrol yang tidak melihat tindakan agresif.

22

Kelompok eksperimen pertama mengobservasi model hidup yang berperilaku agresif secara verbal dan fisik terhadap sejumlah mainan, termasuk sebuah boneka Bobo yang diisi angin; kelompok eskperimen kedua mengobservasi sebuah film yang memperlihatkan model yang sama berperilaku serupa; kelompok eksperimen ketiga melihat sebuah film fantasi yang memperlihatkan seorang model yang berpakaian seperti kucing hitam, berperilaku agresif dengan kadar yang setara pada sebuah boneka Bobo. Anak-anak dalam kelompok kontrol dipadankan dengan mereka yang berada dalam kelompok eksperimen berdasarkan tingkat agresi yang telah dilakukan, tetapi tidak diberikan suatu pengalaman dengan model yang agresif. Setelah anak-anak dalam ketiga kelompok eksperimen mengobservasi seorang model yang memaki, menendang, menonjok, dan memukuli boneka Bobo dengan sebuah pemukul, kemudian mereka dibawa ke dalam ruangan lain untuk dikondisikan menjadi sedikit frustasi. Setiap anak masuk ke dalam ruangan eksperimen yang berisi beberapa mainan (seperti versi lebih kecil dari boneka Bobo) yang dapat dimainkan dengan agresif.Selain itu, beberapa mainan yang bersifat non-agresif (perlengkapan minum the dan alat mewarnai) juga ada dalam ruangan tersebut.Peneliti melihat anak-anak agresif dan non-agresif bereaksi terhadap permainan melalui kaca satu arah. Anak-anak yang telah diperlihatkan model agresif menunjukkan reaksi yang lebih agresif daripada mereka yang tidak diperlihatkan model agresif tersebut. Akan tetapi berkebalikan dari ekspektasi, peneliti menemukan tidak ada perbedaan dari total agresi yang ditunjukkan oleh anak-anak dalam ketiga kelompok eksperimen. Anak-anak yang mengobservasi karakter kartun setidaknya sama agresifnya dengan mereka yang diperlihatkan model hidup atau model yang telah direkam. Setiap kelompok eksperimen menunjukkan sekitar dua kali lipat perilaku agresi daripada mereka yang berada dalam kelompok kontrol.Bentuk khusus dari perilaku agresif sangat serupa dengan yang ditunjukkan oleh model dewasa.Anak-anak memaki, menendang,

23

menonjok, dan memukul boneka dengan pemukul dalam satu bentuk imitasi yang mirip dengan perilaku yang telah ditunjukkan oleh model tersebut. Studi ini telah berusia lebih dari 40 tahun, dilakukan pada saat orang masih memperdebatkan dampak kekerasan yang diperlihatkan televisi. Beberapa orang berargumen dengan menonton perilaku agresif di televisi akan mempunyai dampak yang melegakan pada anak-anak, yaitu anak-anak yang mengalami agresi secara tidak langsung akan mempunyai motivasi yang rendah untuk bertindak dalam bentuk yang agresif. Studi yang dilakukan Bandura, Ross, dan Ross (1963) memberikan salah satu bukti eksperimen awal bahwa kekerasan yang diperlihatkan di televisi tidak membendung agresi; malah dapat menimbulkan perilaku agresi yang bertambah.

8.

Terapi Menurut Bandura, perilaku menyimpang muncul atas dasar prinsip pembelajaran kognisi sosial dan bertahan karena, dalam sejumlah cara, terus memenuhi suatu tujuan. Oleh karena itu, perubahan terapeutik menjadi sulit dilakukan karena mengikutsertakan penghilangan beberapa perilaku yang memuaskan untuk sesesorang. Tujuan utama dari terapi kognisi sosial adalah regulasi diri. Terapis memperkenalkan strategi-strategi yang dirancang untuk memunculkan perubahan perilaku yang spesifik, mengeneralisasikan perubahan tersebut dalam kondisi yang berbeda, dan mempertahankan perubahan tersebut dengan menghindari kemungkinan untuk kembali melakukan kegiatan yang sama. Langkah pertama dari terapi adalah untuk memulai beberapa perubahan dalam perilaku. Apabila seorang terapis mampu untuk menghilangkan ketakutan atas ketinggian pada seseorang yang sebelumnya memiliki acrophobia, maka perubahan telah dimunculkan dan orang tersebut tidak akan memiliki ketakutan untuk memanjat tangga setingi 20 kaki. Tingkatan terapi yang lebih penting adalah untuk mengeneralisasikan perubahan spesifik.Sebagai contoh, orang yang

24

acrophobia (takut terhadap ketinggian) tidak hanya dapat menaiki sebuah tangga, tetapi juga mampu untuk naik pesawat atau melihat ke luar jendela dari bangunan yang tinggi. Beberapa terapis memunculkan perubahan dan memfasilitasi generalisasi, namun seiring berjalannya waktu, dampak dari terapi akan hilang dan orang tersebut dapat kembali menunjukkan perilaku disfungsinya. Kekambuhan ini lebih mungkin terjadi saat seseorang menghilangkan kebiasaan maladatif. Terapi yang paling efektif mencapai tingkatan ketiga dari pencapaian, yaitu mempertahankan perilaku fngsional yang baru didapatkan. Bandura (1986) telah mengajukan beberapa pendekatan perawatan dasar. Pendekatan pertama meliputi modeling tidak langsung atau yang bersifat tidak terlihat. Orang yang mengobservasi model secara langsung atau rekaman mengenai melakukan suatu kegiatan yang mengancam, sering kali merasakan ketakutan dan kecemasan yang lebih berkurang dan kemudian mampu untuk melakukan aktivitas yang sama. Perawatan yang kedua, modeling kognitif atau yang bersifat tidak terlihat, terapis meminta pasien untuk memvisualisasikan model melakukan perilaku yang ditakuti. Strategi modeling yang bersifat terlihat dan tidak terlihat paling efektif apabila dikombinasikan dengan pendekatan yang berorientasi terhadap performa. Prosedur ketiga, yang disebut dengan kemahiran aktif, menuntut pasien untuk melakukan perilaku-perilaku yang sebelumnya memberikan rasa takut yang melumpuhkan. Pasien memulai dengan mengobservasi model atau melakukan desensitiasi sitematis untuk menurunkan rangsangan emosional mereka, yang meliputi kehilangan kecemasan atau ketakutan melalui relaksasi yang dilakukan oleh diri sendiri atau dibantu oleh terapis.Terapis dan pasien bekerjasama untuk menempatkan situasi menakutkan dalam suatu hierarki, dari yang paling tidak mengancam sampai yang paling mengancam. Pasien saat merasa rileks, melakukan perilaku yang paling tudak menakutkan, secara bertahap melalui hirarki tersebut, sampai dapat melakukan kegiatan yang paling menakutkan,

25

sambil terus mempertahankan kondisi rangsangan emosional yang rendah sepanjang proses tersebut. Setiap strategi ini dapat menjadi efektif dan lebih kuat apabila digunakan secara kombinasi satu sama lain. Bandura (1989) yakin bahwa alasan efektivitas strategi-strategi tersebut dapat diruntut kepada suatu mekanisme yang sama yang ditemukan dalam srtiap pendekatan ini, yaitu mediasi kognitif. Saat seseorang menggunakan kognisi untuk meningkatkan efikasi diri—yaitu saat mereka menjadi yakin bahwa mereka dapat melakukan tugas yang sulit—pada kenyataannya, mereka menjadi mampu untuk menghadapi situasi yang sebelumnya terasa mengintimidasi.

9.

Penelitian Terkait Teori kognisi sosial Albert Bandura terus menghasilkan sejumlah besar penelitian dalam beberapa area psikologi, sedangkan konsep efikasi diri telah memunculkan beberapa ratus studi dalam satu tahun.

Efikasi diri telah

diaplikasikan terhadap beragam area, termasuk performa akademis, produktivitas kerja, depresi, menghindari keterlantaran, menghindari terorisme, dan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. a.

Efikasi Diri dan Terorisme Terorisme telah lama menjadi ancaman masyarakat modern. Psikolog, terutama dalam area-area di dunia yang terkena dampak terorisme, telah lama tertarik atas bagaimana seseorang masuk dalam budaya teroris dan bagaimana manusia yang tidak bersalah menghadapi ancaman terorisme yang bersifat konstan. Sebuah kerangka berpikir mulai muncul ketika beberapa peneliti mulai memperhitungkan bagaimana efikasi diri dapat membantu manusia menghadapi terorisme. Sesaat setelah serangan teroris, orang banyak melaporkan mengalami berkurangnya perasaan aman secara personal. Serangan teroris muncul tanpa terduga, sehingga manusia merasa tidak mempunyai kendali untuk

26

menghindari atau menahan serangan tersebut. Keyakinan bahwa mereka dapat mengendalikan suatu kejadian adalah esensi dari apa yang dimaksudkan Bandura sebagai efikasi diri. Meningkatnya rasa efikasi diri dapat membantu untuk menghilangkan perasan negatif dan perasaan tidak aman yang diasosiasikan dengan serangan teroris. Peneliti Peter Fischer dan kolega tertarik untuk meneliti kemungkinan hubungan antara agama, efikasi diri, dan coping dengan ancaman terorisme menggunakan doa sebagai

mekanisme

coping

berhubungan

dengan

peningkatan perasaan kendali internal atas berbagai kejadian. Fischer dan koleganya (2006) memprediksi bahwa orang-orang yang religius secara intrinsik akan mengalami tingkat efikasi diri yang lebih tinggi. Oleh karena itu, saat seseorang dihadapkan pada sebuah ancaman, efikasi diri sangat penting untuk mengurangi dampak merusak dari ancaman tersebut. Religiusitas adalah salah satu cara untuk mendapatkan rasa efikasi diri yang lebih kuat dalam suatu ancaman. Teori kepribadian Bandura ini, telah mendemonstrasikan bahwa semakin kita merasa memiliki kendali dan mampu menangani kejadian yang tidak dapat diprediksikan, semakin berkurang dampak negatif dari ancaman terorisme terhadap kesejahteraan kita. b.

Efikasi Diri dan Diabetes Salah satu cara teori kognisi sosial Albert Bandura memberikan dampak yang besar dalam kehidupan sehari-hari seseorang adalah dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. William Sacco dan kolega (2007) mempelajari struktur efikasi diri Bandura dan hubungannya dengan penyakit diabetes tipe dua.Diabetes adalah penyakit kronis yang memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati, termasuk pola makan yang khusus dan rutinitas olahraga.Diabetes menyebabkan orang memiliki keterbatasan fisik, namun penyakit ini juga diasosiasikan dengan tantangan dalam kesehatan mental.Depresi yang diantara mereka yang

27

menderita diabetes dua kali lebihbanyak daripada populasi umum.Salah satu sifat yang menonjol dari depresi adalah kurangnya motivasi dan dengan diet ketat serta pola olahraga yang harus diikuti oleh pasien diabetes, hal tersebut menjadi sangat problematik bagi mereka yang berusaha mengelola diabetes. Sacco dan kolega (2007) peran efikasi diri sebagai variable yang dapat meningkatkan kebertahanan terhadap rencana pengelolaan penyakit serta penurunan gejala kesehatan fisik dan mental.Semakin tinggi efikasi diri yang dirasakan pasien, lebih memungkinkan mereka untuk bertahan dengan rencana pengelolaan penyakit mereka, sehingga membuat mereka merasa lebih baik. Sacco dan koleganya menemukan bahwa BMI berhubungan positif dengan depresi, dan mengikuti instruksi dari dokter berhubungan secara negative dengan depresi.Efikasi diri bertanggung jawab langsung untuk kedua hubungan antara BMI dan depresi, serta hubungan antara menikuti rancangan kesehatan dan depresi. Mempunyai BMI yang tinggi membuat orang merasa mempunyai efikasi diri yang lebih rendah, yang kemudian berakibat pada peningkatan depresi. Kebalikannya, mampu mengikuti rancangan pengelolaan penyakit mempunyai peranan untuk meningkatkan efikasi diri dan saat peningkatan tersebut mengendalikan penyakit, hal inilah yang kemudian bertanggung jawab atas penurunan rasa depresi.

10. Kritik terhadap Bandura Albert Bandura telah mengembangkan teori kognisi sosialnya dengan menyeimbangkan dua komponen dasar dari pembangunan suatu teori spekulasi yang inovatif dan observasi yang akurat. Spekulasi teoretisnya sangat jarang berada jauh dari data yang ia miliki, tetapi telah ditingkatkan dengan sangat hatihati, dalam jarak yang hanya satu langkah di depan observasinya. Prosedur ilmiah yang teliti ini meningkatkan kemungkinan bahwa hipotesisnya akan memberikan

28

hasil yang positif, dan teorinya akan menghasilkan hipotesis tambahan yang mampu dikaji. Kegunaan dari teori kepribadian Bandura, seperti teori-teori lainnya, berada pada kemampuannya untuk menghasilkan penelitian, menawarkan untuk dilakukan pengkajian ulang, dan utnuk mengorganisasikan pengetahuan. Selain itu, teori tersebut harus dapat berfungsi sebagai panduan praktis terhadap tindakan dan konsisten secara internal serta tidak bertele-tele. Bagaimana teori Bandura dinilai berdasarkan keenam kriteria ini? Teori Bandura telah menghasilkan beberapa ribu penelitian sehingga mendapatkan nilai yang sangat tinggi dalam kapasitasnya untuk menghasilkan penelitian. Bandura dan kolega muridnya telah melakukan banyak pekerjaan tersebut, tetapi peneliti lainnya juga telah banyak tertarik atas teori ini. Bandura mungkin adalah penulis yang paling rajin daripada pakar teori kepribadian lainnya. Formulasi yang dikonstruksukan dengan sangat hati-hati oleh Bandura, telah memberikan banyak pengaruh terhadap formulasi dari banyak hipotesis yang dapat dikaji. Dalam standar pengkajian ulang, kami memberikan nilai yang tinggi untuk teori Bandura. Teori efikasi diri mengindikasikan bahwa “keyakinan manusia atas efikasi personalnya memengaruhi apa bentuk dari tindakan yang mereka pilih untuk dilakukan, seberapa banyak usaha yang akan mereka investasikan dalam aktivitas, seberapa lama mereka akan bertahan menghadapi hambatan dan pengalaman kegagaan, serta ketangguhan mereka mengikuti suatu kemunduran” (Bandura, 1994 hal 65). Penyataan ini mengindikasikan beberapa area yang memungkinkan untuk diteliti, yang dapat menghasilkan pengkajian ulang teori efikasi diri. Dalam kemampuannya untuk mengorganisasikan pengetahuan, teori Bandura menerima nilai yang tinggi. Banyak temuan dari penelitian psikologi yang dapat diorganisasikan oleh teori kognisi sosial. Model triadic reciprocal causation adalah konsep yang komprehensif, yang menawarkan penjelasan yang

29

praktis atas pembentukan perilaku-perilaku yang paling mudah diobservasi. Inklusi dari ketiga variable dalam paradigm ini memberikan flesibelitas yang lebih tinggi pada teori Bandura untuk mengorganisasikan dan menjelaskan perilaku daripada behaviorisme radikal Skinner yang lebih banyak bertumpu pada variable lingkungan. Seberapa praktis teori kognisi sosial Bandura? Untuk terapis guru, orang tua, atau siapa pun yang tertarik dalam membentuk dan mempertahankan perilaku baru, teori efikasi diri memberikan panduan yang berguna dan spesifik. Sebagai tambahan untuk menunjukkan teknik dalam meningkatkan efikasi personal dan kolektif, untuk penggunaan yang efektif atas proxy, teori Bandura memberikan cara-cara ketika pembelajaran melalui observasi dan modeling dapat digunakan untuk membentuk perilaku. Apakah teori ini konsisten secara internal? Oleh karena teori kognisi sosial Bandura tidak terlalu spekulatif, teori tersebut mempunyai konsistensi internal yang snagta tinggi. Bandura tidak takut untuk berspekulasi, tetapi ia tidak pernah pergi terlalu jauh dari data empiris yang tersedia. Hasilnya adalah teori yang telah secara hati-hati dibentuk implikasinya, ditulis dengan akurat, dan konsisten secara internal. Kriteria terakhir dari teori yang bermanfaat adalah kehematan. Sekali lagi, teori Bandura memenuhi standar yang tinggi. Teori ini sederhana, tidak berteletele, dan tidak dibebani oleh penjelasan yang bersifat hipotetis atau terlalu abstrak.

11. Konsep Kemanusiaan Bandura melihat manusia memiliki kapasitas untuk menjadi banyak hal, dan kebanyakan dari hal tersebut dipelajari melalui modeling. Apabila pembelajaran manusia bersifat bergantung terhadap pengalaman langsung yang berpikir percobaan dan kegagalan (trial-and-error), maka proses ini akan menjadi sangat lambat, berat dan berbahaya.

30

Bandura percaya bahwa manusia cukup fleksibel, dan fleksibilitas tersebut, merupakan esensi dari sifat dasar kemanusiaan. Oleh karena manusia telah mengembangkan mekanisme neurofisiologis untuk melakukan simbolisasi dari pengalaman mereka, sifat dasar mereka ditandai oleh kadar fleksibelitas yang tinggi. Manusia mempunyai kapasitas untuk menyimpang pengalaman masa lalu dan menggunakan informasi tersebut untuk merancang tindakan di masa depan. Kapasitas manusia untuk menggunakan simbol, memberikan mereka alat yang kuat untuk memahami dan mengendalikan lingkungan mereka. Hal tersebut memberikan mereka kemampuan untuk memecahkan masalah tanpa harus bergantung pada perilaku mencoba dan gagal yang tidak efisien, dapat membayangkan konsekuensi tindakan mereka, dan menentukan tujuan bagi diri mereka sendiri. Manusia berorientasi pada tujuan, makhluk hidup yang memiiki tujuan dan dapat melihat masa depan serta memberikannya arti dengan menyadari kemungkinan konsekuensi dari perilaku di masa depan. Manusia mengantisipasi masa depan tidak menentukan perilaku, tetapi represientasi kognitif dari masa depan dapat mempunyai dampak yang kuat untuk tindakan di masa sekarang. Walaupun manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan, Bandura yakin bahwa mereka mempunyai intensi dan tujuan yang spesifik daripada yang umum. Manusia tidak termotivasi oleh satu yang benar, seperti berusaha untuk mencapai superioritas atau aktualisasi diri, tetapi oleh berbagai tujuan, beberapa tujuan jangka panjang dan beberapa jangka pendek. Konsep kemanusiaan Bandura lebih bersifat optimistic daripada pesimistik karena meyakini bahwa manusia mampu untuk mempelajari perilaku baru selama hidupnya. Akan tetapi, perilaku disfungsi dapat bertahan karena efikasi diri yang rendah atau karena dipersepsikan mendapatkan penguatan. Teori kognisi sosial Bandura tentu saja lebih menekankan pada faktor sosial daripada faktor biologis. Akan tetapi, Bandura menyadari bahwa faktor genetic memiliki kontribusi pada variable manusia (P) dalam paradigm triadic reciprocal

31

causation. Akan tetapi, bahkan dalam model ini, kognisi lebih berpengaruh, sehingga faktor biologis menjadi tidak terlalu penting. Disamping itu, faktor sosial jelas lebih penting pada kedua variable lainnya lingkungan (E) dan perilaku (B). Teori kognisi sosial menekankan pada pikiran sadar daripada penentu yang tidak disadari dari perilaku. Regulasi diri dari tindakan bertumpu pada proses memonitor diri, penilaian dan reaksi diri, yang semuanya bersifat sadar selama situasi pembelajaran. “Setelah pembelajaran telah dikukuhkan, terutama pembelajaran motoric, mereka dapat menjadi bersifat tidak disadari. Manusia tidak perlu menyadari keseluruhan tindakan mereka saat berjalan, makan, atau mengendarai mobil. Bandura (2001) yakin bahwa pembagian dari faktor biologis dan sosial adalah dikotomi yang salah. Walaupun manusia dibatasi oleh sosial biologis, mereka mempunyai fleksibilitas yang luar biasa. Lingkungan sosial memberikan mereka akses terhadap berbagai perilaku, termasuk menggunakan orang lain sebagai model. Setiap manusia hidup dalam sejumlah jaringan sosial dan kemudian dipengaruhi oleh berbagai manusai. Teknologi modern dalam dalam bentuk seperti world wide web (internet) dan media informasi lainnya memfasilitasi penyebaran dari pengaruh sosial ini. Oleh karena manusia mempunyai fleksibilitas dan kapasitas yang luar biasa untuk belajar, perbedaan individe yang besar ada di antara mereka. Akan tetapi, penekanan Bandura pada keunikan tidak terlalu condong pada satu faktor antara pengaruh biologis ataupun sosial, yang keduanya memiliki kontribusi terhadap kemiripan diantara manusia.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

June 2020 24
Makalah 2.docx
May 2020 27
Fear Of The Dark
May 2020 33
July 2020 0