Makalah 1.docx

  • Uploaded by: ryana malik
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,022
  • Pages: 31
DISKUSI 1.1 BAB I PENDAHULUAN Gigi merupakan bagian terpenting dalam mulut yang dapat berfungsi untuk makan dan berbicara. Kerusakan gigi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kebersihan gigi dan mulut. Anak usia sekolah merupakan usia dimana mereka lebih cenderung untuk memilih makanan yang manis seperti cokelat dan permen. Hal ini menjadi fsktor utama meningkatnya anak usia sekolah dengan masalah kerusakan gigi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendidikan kesehatan gigi terhadap anak usia sekolah tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Gigi sehat yaitu gigi yang bersih tak ada plak apa lagi karang gigi,tak ada keluhan sakit atau ngilu,tak ada ciri-ciri ada karies gigi Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebebkan oleh demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan dan kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri Streptokokus mulut yang secara kolektif disbeut Streptokokus mutans. Karies gigi merupakan proses multifaktor yang terjadi melalui interaksi antara gigi dan sliva sebagai host,bakteri di dalam rongga mulut,serta makanan yang mudah di fermentasikan. Terdapat skenario yang akan dibahas pada maklah ini: Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke klinik gigi ingin memeriksa gignya secara rutin,tidak ada keluhan sakit,tetapi terkadang merasa air liurnya banyak. Pemeriksaan klinis gigi tampak tersusun rapi dalam lengkungannya. Pemeriksaan ekstraoral tidak ada kelainan,Dokter gigi akan melakukan pemeriksaan lengkap pada gigi dan gingiva. Hal-hal yang perlu didiskusikan pada pasien di atas: 1. Gambaran anatomis dan klinis gingiva 2. Gambaran hostologis,Radiografis,dan Fungsi dan jaringan Periodontal 3. Klasifikasi Kelenjar Liur,Suplai Darah,dan Saraf Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah 4. Faktor yang dapat menentukan kecepatan alir saliva sesuai anamnesis pasien

1

BAB II PEMBAHASAN

1. Gambaran Anatomis dan Klinis Gingiva  Gambaran Anatomis Gingiva  Marginal gingiva -

Bagian dari gingiva terletak paling koronal

-

Tidak melekat pada gigi

-

Mengelilingi gigi

-

Merupakan dinding jaringan lunak sulkus gingiva.

-

Marginal gingiva pada keadaan sehat :

-

Memiliki kontur yang meruncing di bagian koronal dengan tepi yang menipis dan tekstur nya halus.

-

Pada bagian apikal dari marginal gingiva, marginal groove nya dibatasi oleh free gingival groove.

 Attached gingiva Attached gingiva bersambungan dengan marginal gingiva, di antara keduanya dibatasi oleh free gingival groove.Pada permukaan attached gingiva, terdapat tekstur yang berbintik-bintik seperti kulit jeruk atau stippling. Berdasarkan kemana attached gingiva melekat, ada 2 : -

Cemental gingiva ( gingiva yang melekat pada sementum )

-

Alveolar gingiva ( gingiva yang melekat pada tulang alveolar )

 Sulkus Gingiva -

Suatu celah dangkal / ruangan sempit berbentuk V yang mengelilingi gigi, berada di antara marginal gingiva & gigi

-

Penentuan kedalaman sulkus secara klinis penting sebagai parameter diagnostik

-

Dalam keadaan normal & kondisi yang sangat ideal, kedalaman sulkus gingiva adalah 0 ( nol ) / mendekati 0 mm

2

-

Sulkus gingiva yang sehat dapat diketahui secara klinis dengan prob periodontal ( kedalaman dengan probing ) sedikit lebih dalam daripada kedalaman histologisnya

 Gingiva Interdental -

Gingiva yang mengisi ruang embrasur yang terletak pada ruang interproksimal di antara dua gigi yang berkotak

-

Umumnya berbentuk segitiga tapi tergantung dari kontur proksimal gigi yang menghasilkan ruang interproksimal

 Gingival Col -

Suatu cekungan yang dilihat dari aspek bukolingual bagian koronal gingiva interdental

-

Jika jaringan gingiva mengalami resesi, sehingga menjauhi daerah kontak / jika ada diastema maka gingival col tidak terbentuk. Col hanya terbentuk jika gingiva interdental mengisi penuh ruang interproksimal

 Alveolar Mucosa -

Mukosa yang tidak melekat erat pada tulang di bawahnya

-

Tekstur permukaanya halus, susunan jaringan ikat jarang, ditutupi oleh selapis tipis epitel tidak berkeratin

 Gambaran Klinis Gingiva Gambaran klinis gingiva sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit. Menurut Herijulianti (2009) gambaran klinis gingiva normal terdiri dari: 1. Warna Gingiva Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink) yang diakibatkan oleh adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah disebabkan oleh mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis. 3

2. Ukuran Gingiva Ukuran gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah. Perubahan ukuran gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada penyakit periodontal. 3. Kontur Gingiva Kontur dan ukuran gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian interdental gingiva sehingga tampak lancip. 4. Konsistensi Gingiva Gingiva melekat erat ke struktur dibawahnya dan tidak mempunya lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal. 5.

Tekstur Gingiva Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintikbintik ini biasanya disebut stippling. Stippling akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva dikeringkan.

2. Gambaran Histologis,Radiografis,dan fungsi dan jaringan periodontal  Histologis 

Epitel gingiva Epitel gingiva terdiri atas epitel gepeng berlapis (stratified squamous), berkeratin atau parakeratin. Fungsi utama epitel adalah melindungi struktur yang ada di bawahnya dan memungkinkan terjadinya perubahan selektif pada lingkungan oral. Secara morfologis dan fungsional, dapat dibedakan menjadi epitel rongga mulut,epitel sulkus dan epitel junctional (Junctional Epithelium). Epitel sulkus gingiva dan epitel junctional ini tidak berkeratin.Tipe sel utamanya sebagaimana sel epitel gepeng berlapis lainnya, yaitu berkeratin. Sel lain yang ditemukan ada juga yang tidak berkeratin yang mengandung sel Langerhans, sel merkel, dan melanosit



Epitel oral

4

Epitel yang melapisi lapisan luar margin gingiva dan permukaan gingiva cekat. Ratarata ketebalan epitel oral 0,2 hingga 0,3 mm. berkeratinisasi atau parakeratin, membalut permukaan vestibulardan oral terdiri atas empat lapisan sel, yaitu : o Stratum basale, bentuknya kuboid o Stratum spinosum, bentuknya poligon o Stratum granulosum, bentuknya pipih. o Stratum korneum, lapisan terluar, lapisan tanduk keratin / parakeratin 

Epitel Sulkular

Epitel sulkular membentuk dinding sulkus gingiva dan menghadap kepermukaan gigi. Epitel ini merupakan epitel stratified squamous yang tipis, tidak berkeratin dan tanpa rete peg. Meluas dari batas koronal junctional epithelium hingga krista tepi gingiva.Epitel ini penting sekali karena bertindak sebagai membrane semipermeabel yang dapat dilewati oleh produk bakteri menuju gingiva dan melalui cairan gingiva yang keluar ke sulkus gingiva. Merupakan bagian dari marginal gingiva dan bersambungan dengan Epitel Junctional 

Junctional Epithelium

Junctional epithelium membentuk perlekatan antara gingiva dengan permukaan gigi.Epitel ini merupakan epitel stratified squamous yang tidak berkeratin.Pada usia muda junctional epithelium terdiri atas 3 - 4lapis, namun dengan pertambahan usia lapisan junctional epithelium bertambah menjadi 10 hingga 20 lapis. Junctional epithelium melekat pada permukaan gigi dengan bantuan lamina basal.Junctional epithelium melekat pada permukaan gigi melalui lamina basal interna dan melekat pada jaringan ikat gingiva melalui lamina basal externa. Lamina basal interna terdiri atas lamina densa (melekat padaenamel) dan lamina lucida dimana hemidesmosome melekat.Hemidesmosome memiliki peran penting dalam perlekatan epitel ke lamina basal pada struktur gigi. JE hanya memiliki stratum basal dan stratum granulosum

Sementum Lapisan jaringan mesenkim terkalsfikasi yang menutupi akar anatomis gigi,terdiri atas matriks terkalsifikasi yang mengandung serabut kolagen dan substansi dasar interfibrial.

5

Membuat perlekatan dengan ligamentum periodontal. Sementoblas membentuk organiks matriks yang dikenal dengan cementoid precementum. Secara umum dibagi menjadi dua, yaitu

sementum

aseluler

(primer)

dan

sementum

seluler

(sekunder).

Keduanya

mengandungmatrix alcified interfibrilar dan fibril kolagen. 

Sementum seluler

Tipe sementum yang ditemukan di daerah apikal dan region furkasi gigi. Mengandung sementosit yang berada dalam lacuna. Terdapat dua sumber serat kolagen, yaitu Sharpey`sfiber dan kelompok serat yang merupakan bagian matriks sementum yang dibentuk sementoblast. 

Sementum aseluler Tipe sementum ini menutupi semua bagian dari permukaan akar gigi yang berupa

lapisan hyaline tipis. Terdiri atas Sharpey`s fiber yang terkalsifikasi Sel-Sel Pembentuk Sementum. Sel-sel yang terdapat pada sementum: A. Sementoblas Awalnya berasal dari sel-sel ektomesenkimal yang terdapat pada follicle gigi Secara morfologi, sementoblas sama dengan fibroblas namun sementoblas terletak dekat permukaan sementum. Sementoblas memproduksi serabut kolagen intrinsik dan substansi dasar yang bersama-sama dengan serabut kolagen ekstrinsik membentuk sementum. B. Sementosit Sementoblas yang terperangkap dalam lakuna adalah sementosit. Pada sementosit tampak pengurangan volume sitoplasmik dan berkurangnya jumlah organela sitoplasmik yang merupakan gambaran berkurangnya aktivitas metabolik. C. Fibroblas Ligamen Periodontal Walaupun secara teknis sel ini merupakan penyusun ligamentum periodontal, namun sel ini juga memproduksi serabut kolagen yang akan mengalami mineralisasi dan akan menjadi bagian dari sementum. Dengan demikian, fibroblas ligamen periodontal berperan dalam sementogenesis. D. Sementoklas

6

Merupakan sel raksasa dengan inti lebih dari satu (multinucleated giant cell) yang berperan aktif dalam resorpsi sementum. Sel ini tidak dapat dibedakan dengan osteoklas. 

Ligamen Periodontal Merupakan kolagen padat dan memungkikan untuk bergerak, serat cendrung ke

arah horizontal. Serat cendrung ke arah horizontal,serat kolagen dapat menyusup ke dalam sementum. Terbagi atas beberapa serat utama: 1. Serat transeptal: Merupakan transisi antara serat gingiva dan serat ligamen periodontal, meluas ke bidang interproksimal dan tertanam pada sementum gigi. 2. Serat puncak alveolar (alveolar cest): Meluas dan berjalan miring dari sementum tepat dibawah epitelial attachment ke puncak alveolar. Berfungsi agar menahan gigi di dalam soketnya. 3. Serat horizontal: Meluas, agak tegak lurus ke sumbu panjang gigi dari sementum ke Tulang alveolar. Berfungsi untuk menahan gigi agar tetap berada di soket. 4. Serat obliq (serat miring): Paling besar dan berjalan miring dari sementum ke tulang alveolar. Berfungsi untuk menahan tekanan vertikal yang mengancam gerakan akar masuk ke dalam soket. 5. Serat apikal: Menyebar dari bagian apikal gigi ke tulang alveolar pada dasar soket gigi. Berfungsi untuk menjaga gigi tetap di dalam soket dan menahan agar gigi tidak keluar dari soketnya. 6. Serat interradikilar: Meluas dari sementum percabangan akar gigi ke puncak septum interradikular. Berfungsi untuk membantu menstabilkan gigi agar tetap di soket.



Tulang Alveolar sel tulang alveolar yaitu osteoblas yang didalamnya terdapat osteoid lalu osteoklas

dan osteosit.ekstraseluler matriks yang terdiri atas : 2/3 bahan anorganik yang terdiri dari kalsium dan fosfat, dan 1/3 bahan organik yang teridi dari kolagen tipe I

7

 Radiografis 

Ligamen periodontal Radiolusen mengelilingi akar gigi dan melekat pada processus alveolaris.



Sementum Radiopak hampir sama dengan email. Sementum sulit ditemukan pada foto

rontgen karena ukurannya sangat tipis. 

Tulang alveolar Radiolusen mewakili sumsum tulang, dipisahkan trabekular radiopak seperti

sarang lebah.  Fungsi Jaringan Periodontal 

Gingiva Fungsi gingiva adalah melindungi akar gigi, selaput periodontal dan tulang

alveolar terhadap rangsangan dari luar, khususnya dari bakteri-bakteri dalam mulut (Itjiningsih, 1995). 

Sementum Fungsi sementum adalah memberikan perlekatan dengan fibrin kolagen dari

ligamen periodontal untuk menopang gigi, memelihara integritas akar, dan terlibat dalam perbaikan dan remodeling gigi dan tulang alveolar. 

Ligamen Periodontal Fungsi ligamen periodontal antara lain memelihara gigi dalam soket, memiliki

fungsi sensoris yaitu dapat merasakan nyeri saat terjadi tekanan berlebihan, menyediakan nutrisi bagi sementum dan tulang, memiliki fungsi formatif yaitu membentuk dan memelihara sementum dan tulang alveolar serta fungsi resorptif yaitu dapat meremodeling tulang alveolar saat terjadi resorpsi tulang akibat tekanan pengunyahan. 

Tulang alveolar Ligamen periodontal mempunyai beberapafungsi yaitu: 1. Memberikan nutrisi kepada sementum, tulang alveolar dan gingival. 2. Menghantarkan stimulus rangsang tekan, sentuh dan nyeri dengan serabut sraa f sensori. 3. Melindungi pembuluh darah dan serabut saraf dari cedera mekanik. 8

4. Sebagai perlekatan gigi dengan tulang 5. Mempertahankan jaringan gingival. 6. Penyerap tekanan. 3. Klasifikasi Kelenjar Liur, Suplai Darah, dan Saraf Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah  KELENJAR SALIVA Kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga mulut. Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus. Menurut struktur anatomis dan letaknya, kelenjar saliva dapat dibagi dalam dua kelompok besar yairu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan saliva yang berbeda-beda menurut rangsangan yang diterimanya. Rangsangan ini dapat berupa rangsangan mekanis (mastikasi), kimiawi (manis, asam, asin dan pahit), neural, psikis (emosi dan stress), dan rangsangan sakit. Besarnya sekresi saliva normal yang dihasilkan oleh semua kelenjar ini kira-kira 1-1,5 liter per hari. 1. KELENJAR SALIVA MAYOR Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva terbanyak dan ditemui berpasang– pasangan yang terletak di ekstraoral dan memiliki duktus yang sangat panjang. Kelenjarkelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat dibagi atas tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis. Masing– masing kelenjar mayor ini menghasilkan sekret yang berbeda–beda sesuai rangsangan yang diterimanya. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis (5%). o Kelenjar Parotis Anatomi: -

Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar saliva lainnya.

-

Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga terletak antara prosessus mastoideus dan ramus mandibula. Kelenjar ini meluas ke lengkung zygomatikum di depan telinga dan mencapai dasar dari muskulus masseter.

9

-

Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal dengan duktus Stensen. Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas.

-

Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat fibrous dan memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena retromandibular dan nervus fasialis yang menembus dan melalui kelenjar ini.

Histologi: -

Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.

-

Kelenjar parotis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia adalah serosa murni. Kelenjar ini dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat yang tebal, dari sini ada septa jaringan ikat termasuk kelenjar dan membagi kelenjar menjadi lobulus yang kecil. Kelenjar parotis mempunyai sistem saluran keluar yang rumit sekali dan hampir semua duktus ontralobularis adalah duktus striata.

-

Saluran keluar yang utama yaitu duktus parotidikius steensen terdiri dari epitel berlapis semu, bermuara kedalam vestibulum rongga mulut berhadapan dengan gigi molar kedua atas. Kelenjar parotis secara khas dipengaruhi oleh mumps yaitu parotitis epidemika.

Fisiologi: -

Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan air yaitu serous.

-

Saliva

pada

manusia

terdiri

atas

25%

sekresi

kelenjar

parotis.

o Kelenjar Submandibularis Anatomi: -

Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kacang dan memiliki kapsul dengan batas yang jelas.

-

Di dalam kelenjar ini terdapat arteri fasialis yang melekat erat dengan kelenjar ini.

-

Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan terletak di permukaan muskulus mylohyoid.

10

-

Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus Wharton yang bermuara di ujung lidah.

Histologi: -

Kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat.

-

Kelenjar submandibularis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia terutama pada kelenjar campur dengan sel-sel serosa yang dominan, karena itu disebut mukoserosa. Terdapat duktus interkalaris, tetapi saluran ini pendek karena itu tidak banyak dalam sajian, sebaliknya duktus striata berkembang baik dan panjang.

-

Saluran keluar utama yaitu duktus submandibularis wharton bermuara pada ujung papila sublingualis pada dasar rongga mulut dekat sekali dengan frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Baik kapsula maupun jaringan ikat stroma berkembang baik pada kelenjar submandibularis.

Fisiologi: -

Kelenjar submandibularis menghasilkan 80% serous (cairan ludah yang encer) dan 20% mukous (cairan ludah yang padat).

-

Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak.

-

Saliva pada manusia terdiri atas 70% sekresi kelenjar submandibularis.

o Kelenjar Sublingual Anatomi: -

Kelenjar ini terletak antara dasar mulut dan muskulus mylohyoid merupakan suatu kelenjar kecil diantara kelenjar–kelenjar mayor lainnya.

-

Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolin yang terletak berdekatan dengan duktus mandibular dan duktus Rivinus yang berjumlah 820 buah.

-

Kelenjar ini tidak memiliki kapsul yang dapat melindunginya.

Histologi: -

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar tubulosa kompleks. Pada manusia kelenjar ini adalah kelenjar campur meskipun 11

terutama kelenjar mukosa karena itu disebut seromukosa. Sel-sel serosa yang sedikit hampir seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus interkalaris dan duktus striata jaringan terlihat. -

Kapsula jaringan ikat tidak berkembang baik, tetapi kelenjar ini lobular halus biasanya terdapat 10-12 saluran luar yaitu duktus sublingualis, yang bermuara kesepanjang lipatan mukosa yaitu plika sublingualis, masing-masing mempunyai muara sendiri. Saluran keluar yang lebih besar yaitu duktus sublingualis mayor bartholin bermuara pada karunkula sublingualis bersama-sama dengan duktus wharton, kadang-kadang keduanya menjadi satu.

Fisiologi: -

Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang mukous dan konsistensinya kental.

-

Saliva pada manusia terdiri atas 5% sekresi kelenjar sublingualis.

12

2. KELENJAR SALIVA MINOR Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Kelenjar saliva minor dapat ditemui pada hampir seluruh epitel di bawah rongga mulut. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati duktus pendek yang berhubungan langsung dengan rongga mulut. Selain kelenjar saliva minor tidak memiliki kapsul yang jelas seperti layaknya kelenjar saliva mayor, kelenjar saliva minor secara keseluruhan menghasilkan sekret yang mukous kecuali kelenjar lingual tipe Van Ebner. Saliva yang dihasilkan mempunyai pH antara 6,0-7,4 sangat membantu didalam pencernaan ptyalin. o Kelenjar Glossopalatinal Lokasi dari kelenjar ini berada dalam isthimus dari lipatan glossopalatinal dan dapat meluas ke bagian posterior dari kelenjar sublingual ke kelenjar yang ada di palatum molle. o Kelenjar Labial Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada midline dan memiliki banyak duktus. o Kelenjar Bukal Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan kelenjar labial. o Kelenjar Palatinal Kelenjar ini ditemui di sepetiga posterior palatal dan di palatum molle. Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh jaringan fibrous yang padat. o Kelenjar Lingual Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu : - Kelenjar anterior lingual, Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah. - Kelenjar lingual Van Ebner, Kelenjar ini dapat di temukan di papila sirkumvalata. - Kelenjar posterior lingual, Dapat ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil.

13

 SUPLAI DARAH Pembuluh darah yang terdapat di dalam ligament periodontal berasal dari 3 sumber yaitu : -

Pembuluh-pembuluh apical yang menyuplai gigi

-

Pembuluh-pembuluh yang terdapat di dalam tulang interproksimal, dan

-

Pembuluh-pembuluh yang ada di gingiva

Suplai darah ke jaringan periodonsium berasal dari cabang-cabang arteri alveolaris superior dan inferior. 1. Arteri supraperiosteal berada di sepanjang permukaan fasial dan lingual tulang alveolar, kemudian kapilerkapilernya meluas ke sepanjang epitel sulkus dan ke antara rete pegs permukaan eksternal gingiva. Cabang-cabangnya kadang-kadang melalui tulang alveolar masuk ke dalam ligament periodontal atau berjalan melewati puncak tulang alveolar 2. Arteri interdental Terletak di dalam tulang interproksimal dan keluar melalui puncak tulang alveolar menuju gingiva. Arteri-arteri kecilnya menembus dari puncak tulang interdental, meluas secara paralel ke puncak tulang, dan beranastomosis dengan pembuluh-pembuluh ligament periodontal, dengan kapiler-kapiler di daerah sulkus gingiva dan pembuluh-pembuluh yang berjalan melewati puncak tulang. 3. Arteriol ligament periodontal, Meluas ke dalam gingiva dan beranastomosis dengan kapiler-kapiler di daerah sulkus. Dibawah epitel permukaan luar gingiva, kapiler-kapiler meluas ke papilla jaringan ikat di antara rete pegs, di sepanjang epitel sulkus, kapiler-kapiler tersusun rata. Suplai darah ke gingiva banyak di dapat melalui kapiler kapiler yang banyak terdapat pada lamina propria dan pada tiap papilla jaringan ikat. Suplai darah yang berlimpah ini menjadikan perubahan warna gingiva mudah terlihat bila ada perubahan vaskularisasi pada gingivitis.

14

 SARAF

GIGI

RAHANG

ATAS

DAN

RAHANG

BAWAH

Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke-V atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah orofacial, selain saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf cranial ke-VII, ke-XI, ke-XII. 

NERVUS MAKSILA

Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila, palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus ini akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu: -

nervus alveolaris superior anterior,

-

nervus alveolaris superior medii, dan

-

nervus alveolaris superior posterior.

Nervus alveolaris superior anterior mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior medii mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian mesial, nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian distal serta molar II dan molar III. 

NERVUS MANDIBULA Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus

alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan sebuah cabang

15

besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi. Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi

pada

persarafan

dari

insisivus

sentral

dan

ligament

periodontal.

16

4. Faktor yang Menentukan Kecepatan Laju Aliran Saliva Sesuai Anamnesis. Dalam skenario, pasien tersebut memiliki banyak air liur. Banyaknya air liur tersebut disebabkan karena adanya peningkatan pada kecepatan laju aliran saliva di dalam mulut. Faktor-faktor yang meningkatkan kecepatan laju aliran saliva, sebagai berikut:  Hidrasi Jika tubuh kekurangan air, aliran saliva berkurang. Sebaliknya, jika tubuh memiliki kadar air yang banyak di dalam tubuh atau juga disebut hiperhidrasi, laju aliran saliva akan meningkat karena kelenjar saliva meningkatkan sekresinya untuk mempertahankan jumlah kadar air di dalam tubuh.  Posisi tubuh Dalam keadaan berdiri, laju aliran saliva tinggi. Pada saat berbaring, laju aliran saliva menjadi lebih rendah daripada pada saat duduk. Posisi berdiri merupakan posisi dengan laju aliran saliva tertinggi yaitu mencapai 100%, Sedangkan pada posisi duduk mencapai 60% dan pada posisi berbaring 25%.  Pencahayaan Pencahayaan juga mempengaruhi laju aliran saliva. Saat gelap, laju aliran saliva berkurang 30-40%. Hal ini dikarenakan orang yang matanya ditutup, beradaptasi terhadap kurangnya cahaya yang diterima oleh penglihatan.  Usia Usia juga mempengaruhi laju aliran saliva. Orang dewasa yang lebih tua, aliran salivanya menurun karena adanya aging/penurunan fungsi.  Irama Siang dan Malam Di pagi hari, laju saliva meningkat dan akan mencapai puncak pada siang hari, kemudian akan menurun pada malam hari.  Efek Psikis Berfikir mengenai makanan atau melihat makanan yang asam atau makanan yang disukai pada saat lapar akan menyebabkan tingginya kecepatan laju saliva. Selain itu, Kecepatan laju saliva orang yang mencium aroma makanan lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mencium aroma makanan.

17

 Merokok Merokok menyebabkan peningkatan temporer laju aliran unstimulated saliva. Perokok memiliki laju aliran saliva yang besar daripada individu yang bukan perokok. Efek iritasi pada tembakau meningkatkan sekresi dan nikotin menyebabkan perubahan fungsional dan morfologi kelenjar saliva.

18

BAB III KESIMPULAN

Gingiva memiliki gambaran anatomis yaitu Marginal Gingiva,Attached zgingiva,Sulkus Gingiva,Gingiva Interdental,Gingiva Col,Alveolar Mukosa. Juga terdapat gambaran klinis pada gingiva sebagai dasar untuk menegtahui perubahan patologis yang terjdi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit. Gambaran klinis gingiva normal yaitu seperti Warna Gingiva,Ukuran Gingiva,Kontur Gingiva,Konsistensi Gingiva,Tekstur Gingiva. Pada jaringan periodontal terdapat gambaran Histologis seperti Epitel,Sementum,dan Junctional Epithelial Kelenjar saliva mayor merupakan kelenjar saliva terbanyak dan ditemui berpasang-pasangan yang terletak di ekstraoral dan memiliki duktus tabg sangat panjang. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%0,submandibukaris (70%0,dan sublingualis (5%). Sedangkan kelenjar saliva minor merupaka kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submucosa. Kelnejar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Saliva yang dihasilkan mempunya pH antara 6,0-7,4 dan sangat membantu di dalam pencernaan ptyalin. Banyaknya air liur disebabkan karena adanya peningkatan pada kecepatan laju aliran saliva di dalam mulut. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu hidrasi,psosisi tubuh,pencahayaan,usia,irama siang dan malam,efek psikis,dan merokok.

19

DISKUSI 1.2 BAB I PENDAHULUAN

Kelenjar saliva merupakan organ pada tubuh manusia yang berperan dalam sistem pencernaan. Kelenjar saliva bisa menghasilkan air liur (saliva) yang kandungan didalamnya terdapat enzim ptialin atau enzim amilase. Fungsi dari enzim tersebut yaitu mengubah karbohidrat menjadi maltosa (gula dalam bentuk sederhana). Komposisi saliva yang dihasilkan oleh kelenjar saliva adalah cairan encer berisi air dan saliva yang tidak dirangsang. Struktu kelenjar saliva terdiri dari beberapa kelenjar lain, saluran dan otot. Kelenjar saliva memiliki beberapa kelenjar lain seperti kelenjar saliva mayor (kelenjar parotis, kelenjar submandibula, kelenjar sublingua) dan kelenjar saliva minor (kelenjar glossopalatinal, kelenjar labial, kelenjar bukal, kelenjar palatinal dan kelenjar lingual). Adapun saluran pada kelenjar saliva terdiri dari duktus intralobularis (duktus interkalaris dan duktus sekretorius) dan duktus interlobularis (duktus parotis, duktus sublingual dan duktus submandibular). Otot pada kelenjar saliva meliputi otot masseter dan otot mylohiyid.

terdapat skenario kasus yang akan dibahas pada makalah ini: Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke dokter gigi ingin berkonsultasi tentang air liur yang kadang-kadang banyak keluar. Pemeriksaan intra oral tidak ada kelainan, gingiva dan mukosa mulut normal, terdapat sedikit plak dan kalkulus pada regio anterior. Dokter gigi akan memberikan penjelasan kepada pasien.

20

Hal-Hal yang perlu di diskusikan: 1. Klasifikasi dan struktur mikroskopis kelenjar liur 2. Sebutkan dan jelaskan junction pada mukosa mulut 3. Mekanisme sekresi kelenjar saliva 4. Peran antibodi dalam saliva sebagai pertahanan terhadap antigen dalam rongga mulut pada pasien diatas 5. Komponen protein saliva 6. Flora normal rongga mulut serta mikroorganisme dalam saliva pasien

21

BAB II PEMBAHASAN 1. Klasifikasi dan struktur mikroskopis kelenjar liur  

  



Berdasarkan jumlah 1. Uni seluler, contohnya ; sel goblet. 2. Multi seluler, contohnya ; kelenjar saliva. Berdasarkan ukuran 1. Kelenjar mayor ; kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. 2. Kelenjar minor ; kelenjar glossopalatinal, palatinal, lingualis, labialis, dan bukalis. Berdasarkan percabangan duktusnya 1. Bercabang. 2. Tidak bercabang. Berdasarkan duktusnya 1. Eksokrin, memiliki duktus biasanya terdapat pada kelenjar saliva. 2. Endokrin, tidak memiliki duktus biasanya terdapat pada hormon. Berdasarkan hasil sekretnya 1. Serous berupa saliva yang cair. 2. Mucous berupa saliva kental. 3. Mixed ( campuran ). Berdasarkan cara pembentukan dan hasilnya 1. Merocrine, merupakan jenis sekresi yang paling tidak merusak. Hasil dari produknya tidak mengalami kerusakan, contohnya kelenjar saliva. 2. Apocrine, merupakan jenis sekresi yang mengalami kerusakan hanya pada satu bagian misalnya pada sitoplasmanya, contohnya kelenjar keringat. 3. Holocrine, merupakan jenis sekresi yang paling merusak. Hasil dari produk dari sekresi ini mengalami kerusakan pada semua selnya, contohnya kelenjar minyak.

KELENJAR SALIVA MAYOR a. Kelenjar Parotis -

Terbungkus simpai tipis dan mengandung asinus serus yang mengandung sel-sel berbentuk piramid, duktus interkalaris, dan duktus striata.

-

Dari simpai fibrosa, sekat-sekat maasuk ke dalam kelenjar, membagi kelenjar dalam lobus dan lobulus.

-

Sekat mengandung sel lemak

-

Ada jaringan ikat tipis yg menyokong asinus dan duktus

-

Kapiler darah banyak

-

Asinus diliputi oleh suatu lamina basal dengan sel mioepitel

22

-

Sel asinar berbentuk piramid mengandung inti pada bagian basal, berbentuk bundar dengan sitoplasma basofilik di bawah inti dan butir-butir sekretoris di bagian puncaknya.

-

Duktus interkalaris panjang

b. Kelenjar Submandibularis -

Saliva bersifat serosa dan mukosa dengan perbandingan sel asinar serus dan mukus sebesar 7 : 3

-

Memiliki simpai, sekat-sekat, dan sistem saluran keluar yang tampak jelas

-

Duktus interkalaris lebih pendek dan kurang mencolok

-

Duktus striata panjang

c. Kelenjar Sublingualis -

Sebagian besar asinus bersifat mukosa,

-

Beberapa diantara asinus mengandung sel bulan sabit gianuzzi (demiluna)

-

Asini serosa murni jarang ditemukan

-

Sel mioepitel terlihat berhubungan dengan asinus

-

Duktus interkalaris dan duktus striata merupakan saluran pendek atau tidak berkembang, begitu juga dengan simpai yg membungkus kelenjar sublingualis

KELENJAR SALIVA MINOR a. Kelenjar Lingualis Kelenjar lingual terbagi pada daerah anterior (di otot ventral) dan posterior (di pangkal lidah) dan kebanyakan cairan sekresinya bersifat mukus. Kelenjar lingual posterior yang mendalam mensekresi cairan serous secara predominan. Selain itu, terdapat kelenjar serous tambahan Von Ebner di sekitar papila sirkumvalasi di ujung lidah. Letak – letaknya : 1. Kelenjar anterior lingual -

Terdapat tepat di ujung lidah

2. Kelenjar lingual von ebner - Ditemukan pada papila sirkumvalata 3. Kelenjar posterior lingual - Ditemukan pada sepertiga posterior lidah yg berdekatan dengan tonsil 23

2. Sebutkan dan jelaskan junctional pada mukosa mulut 

Junctional Epithelium Melekat pada gigi yang berfungsi untuk perlekatan gingiva dengan permukaan gigi dan di perkuat dengan serat-serat gingiva , membentuk lantai sulkus gingiva dan meluas ke apikal enamel.



Dentogingival Junction Dentogingival Junction atau juga disebut Sulcular Epitel/Junctional Epitel adalah epitel yang meluas dari persimpangan mucogingival kea rah pinggir gingiva sulkus. Hubungan antara permukaan gigi dan gingiva dengan epitel yang melekat pada permukaan gigi. Dentogingival termasuk ke dalam lining mukosa (epitel non keratin). Juga dapat membantu menahan gigi pada tempatnya,dan termasuk bagian dari periodontium. Dentogingival Junction dibagi menjadi dua yaitu Epitel Seluler dan Epitel Junction. Epitel Seluler sebagai

lapisan

sulcus

gingiva

yang

menghadap

permukaan

gigi

(semipermeable). Sedangkan Epitel Junction untuk pelekatan gingiva dengan permukaan gigi dan diperkuat dengan serat-serat gingiva 

Mucogingival junction Berada diantara gusi dan mukosa alveolar. Mukosa pipi dan dasar mulut memiliki tekstur kunak dan bebas bergerak,sedangkan mukosa di sekitar gigi dan langit-langit mulut ber tekstur keras dan berkeratin. Dimana kedua jenis jaringan jika bertemu dikenal sebagi persimpangan mucogingival. Ada tiga persimpangan mucogingival terdapat pada wajah bagian maxilla,wajah bagian lingual mandibular dan bagian palatal gingigva pada RA yang terikat ke tulang palatal

3. Mekanisme sekresi kelenjar saliva Saliva disekresi sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tingkat perangsangan saliva tergantung pada kecepatan aliran saliva yang bervariasi antara 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin), sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan

24

kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut. Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujungujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva berfungsi untuk menjaga mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu.

Selain stimulasi sekresi yang bersifat konstan, sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda, yaitu:

1. Refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi Refleks saliva sederhana terjadi saat baroreseptor di dalam rongga mulut merespons adanya makanan. Saat diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serabut saraf afferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula spinalis. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan gigi juga mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap baroreseptor yang terdapat di mulut.

2. Refleks saliva didapat, atau terkondisi. Pada refleks saliva didapat, sekresi saliva dihasilkan tanpa rangsangan oral. Hanya dengan berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.

Sekresi kelenjar saliva dikontrol oleh sistem saraf otonom yaitu : 1. Simpatis -> saliva lebih kental karena banyak protein 2. Paradimpatis -> saliva lebih encer karena banyak amilase

Proses pembentukan dan sekresi saliva terjadi melalui 2 proses : 1. Biosintesis protein oleh sel asini yang menembus membran sel asini. Simulai dengan sintesis protein oleh sel asini yang melibatkan DNA dan mRNA. Setelah protein berhasil disintesis maka akan dikemas ke dalam granula ekskretorius. 2. Transport air dan elektrolit yang menembus epitel lapisan kelenjar.

25

a. Sekresi primer Sekresi oleh sek asini dengan komposisi elektrolit yang kontras dengan ada atau tidaknya rangsangan. b. Rearbsorpsi Rearbsorpsi oleh dinding dinding duktus yang mempengaruhi komposisi elektrolit dalam saliva dan terjadi pertukaran ion ion dalam saliva. Setelah berhasil maka elektrolit dan air menuju ke lumen kelenjar dan siap dikeluarkan bersama dengan protenin saliva. Lalu siap untuk disekresikan.

Kedua proses mengakibatkan saliva yang hipotonik dibanding plasma darah dan cairan ekastrasel.

4. Peran antibodi dalam saliva sebagai pertahanan terhadap antigen dalam rongga mulut pada pasien diatas Saliva memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai pelumas, digestif, hingga perlindungan. Di dalam saliva terdapat komponen organik dan anorganik. Salah satu komponen organiknya adalah immunoglobulin. Immunoglobulin adalah salah satu tipe antibodi yang dibentuk oleh plasma darah di dalam darah. Di dalam tubuh dapat ditemukan 5 jenis Immuniglobulin, yaitu IgG, IgA, IgM, IgE, dan IgD. Tiga Immuniglobulin utama yang dapat ditemukan dalam rongga mulut adalah IgA, IgG, dan IgM. Immunoglobulin A(IgA) merupakan antibodi dengan jumlah yang paling banyak di dalam mulut dan memiliki fungsi sebagai sebagai penolakan infeksi/pertahanan.

Kelenjar saliva merupakan respon imunitas humoral. Saliva yang dihasilkan oleh kelenjar saliva mengandung IgA yang berbentuk dimer dan dilengkapi dengan komponen sekretori disebut sekretori IgA (sIgA) di mana antibodi tersebut bertindak sebagai pertahanan pertama terhadap infeksi lokal. Ketika antigen secara langsung masuk ke dalam rongga mulut. Antigen akan menstimulasi kelenjar saliva yang mengandung sel limfosit B untuk berproliferasi kemudian berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma ini memproduksi IgA yang akan disekresikan ke dalam rongga mulut dalam bentuk SIgA.. SIgA berperan besar pada imunitas adaptif dan imunitas alami. Antibodi yang disekresikan di epitel, berikatan dengan mikroba untuk mencegah pembentukan kolonisasi di inang. IgA tersebut dapat menetralisir virus, bakteri, dan enzim-enzim yang bersifat toksin. IgA

26

mengelurkan antibodi untuk antigen bakteri dan juga untuk bakteri yang bersifat agregat sehingga menghambat pertumbuhannya pada mukosa oral. 5. Komponen protein saliva Komponen Organik Protein dalam pencernaan 1. Amylase - Amylase merupakan enzim utama dalam saliva, berfungsi untuk memecah glikogen atau karbohidrat besar menjadi lebih kecil. Contohnya : memecah maltosa menjadi glukosa. - Terletak di mulut dan pankreas karena memiliki sifat basa dan inaktif di lambung - Disekresikan paling banyak oleh glandula parotis (30%) - Memiliki kemampuan obstruksi untuk menembus dinding duktus saliva untuk meningkatkan konsentrasi amylase. 2. Lipase - Disekresikan paling banyak oleh Glandula Parotis dan Lingual - Jumlah nya sedikit - Berfungsi untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol Protein dengan efek lubrikasi 1. Mucin/Mukoprotein - Unsur organik terpenting pada lubrikasi - Membuat saliva menjadi lebih pekat - Glikoprotein yang mengandung lebih dari 40% karbohidrat - Melindungi jaringan mulut - Membentuk makanan menjadi bolus 2. Protein kaya prolein - Dihasilkan pada glandula parotis dan submandibularis - Membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi - peran serta dalam lubrikasi tidak besar Protein dengan efek antimikroba 1. Lisozim - Enzim yang terdapat di dalam cairan sekresi eksokrin, contoh: ASI, air mata, keringat, lendir hidung, dan saliva - Dihasilkan oleh glandula saliva dan cairan krevikular - Menghidrolisis komponen dinding sel mikroorganisme gram positif tertentu seperti Bakterisid 2. Lactoperoksidase

27

-

Awalnya ditemukan di air susu Bekerja dengan SCN- (tiosianat) dan H2O2 bakteriostatik laktobasilius dan streptokokus Dipakai dibidang Kedokteran Gigi dengan penambahan enzim di pasta gigi

pada

3. Laktoferin - Sistem penolakan non-enzimatik - Suatu serum glikoprotein yang berguna untuk pengikatan dan pengangkutan ionion spesifik Fe3+ bakteriostatik - Di saliva terikat oleh sekresi Immunoglobulin A yang mengikat reseptor spesifik pada Streptococcus mutans sistem penolakan sekunder 4. Immunoglobulin - Terdapat IgA, IgG, IgM - IgA merupakan unsur dominan yang ada di saliva - Memiliki komponen sekretori sekresi Immunoglobulin A (sIgA) - IgA dapat berfungsi tanpa ada faktor Immunoglobulin lainnya - Menghambat kolonisasi Streptococcus mutans defisiensi Immunoglobulin A mengakibatkan indeks karies yang tinggi

sekresi

6. Flora normal rongga mulut serta mikroorganisme dalam saliva pasien Bakteri gram (+) dalam rongga mulut dan saliva 1. Spesies Streptococcus Bentuk kokus, fakultatif anaerob, obligat 2. Spesies Staphylococcus Bentuk kokus, fakultatif anaerob 3. Spesies Actinomyces Bentuk batang, fakultatif anaerob 4. Spesies Lactobacillus Bentuk batang, fakultatif anaerob 5. Spesies Eubacterium Bentuk batang, obligat anaerob Bakteri gram (-) dalam rongga mulut dan saliva 1. Spesies Neisseria Bentuk kokus, aerob 2. Spesies Veillonella Bentuk kokus, obligat anaerob

28

3. Spesies Haemophilus Bentuk batang, fakultatif anaerob 4. Spesies Eikenella Bentuk batang, fakultatif anaerob 5. Spesies Aggregatibacter Bentuk batang, capnophilic 6. Spesies Porphyromonas Bentuk batang, obligat anaerob 7. Spesies Prevotella Bentuk batang, obligat anaerob 8. Spesies Fusobacterium Bentuk batang, obligat anaerob 9. Spesies Spirochaeta Bentuk spiral, obligat anaerob

29

BAB III KESIMPULAN Protein yang terpenting dari saliva yaitu amilase,mukus, dan lisozim yang berperan penting dalam fungsi saliva. Air liur (saliva) mempermudah proses penelanan dengan membasahi partikel-partikel makanan, sehingga mereka saling menyatu serta dapat menghasilkan pelumasan karena adanya mucus yang kental dan licin. Klasifikasi kelenjar liur itu ada kelenjar saliva mayor dan minor. Junctional pada mukosa mulut berfungsi untuk perlekatan gingiva dengan permukaan gigi dan di perkuat dengan serat-serat gingiva , membentuk lantai sulkus gingiva dan meluas ke apikal enamel. Proses pembentukan dan sekresi saliva terjadi melalui 2 proses yaitu Biosintesis protein dan Transport air & elektrolit. Komponen

protein

saliva

yaitu

protein

dalam

pencernaan,protein

dengan

efek

lubrikasi,protein dengan efek antimikroba. Bakteri gram (+) dalam rongga mulut dan saliva yaitu Spesies Streptococcus, Staphylococcus, Actinomyces, Lactobacillus, Eubacterium. Sedangkan pada bakteri gram (-) yaitu Spesies Neisseria, Veillonella, Haemophilus, Eikenella, Aggregatibacter, Porphyromonas, Prevotella, Fusobacterium, Spirochaeta.

30

DAFTAR PUSTAKA 1. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. EGC 2. Dixon, Andrew D. Anatomi untuk Kedokteran Gigi ed.5. Jakarta: Hipokrates. 1993 3. Roth GL, Calmes R. Oral Biology. St. Louis: CV Mosby. 1981 4. Stanley J. Nelson and Major M. Ash. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion. 9th Ed. Missouri : Saunders Elsevier. 2010:256-8

5. Kasuma, Nila. 2015. Fisiologi dan Patologi Saliva. Padang: Andalas University Press

31

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85

More Documents from ""

Makalah 1.docx
October 2019 16
Makalah 1
October 2019 19
Kti Ica.pdf
October 2019 68