Makalah 1

  • Uploaded by: ryana malik
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah 1 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,651
  • Pages: 7
Diskusi 1 nomor 3 3. Klasifikasi kelenjar liur, suplai darah, dan saraf gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah KLASIFIKASI DARI KELENJAR SALIVA Kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga mulut. Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus. Menurut struktur anatomis dan letaknya, kelenjar saliva dapat dibagi dalam dua kelompok besar yairu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan saliva yang berbeda-beda menurut rangsangan yang diterimanya. Rangsangan ini dapat berupa rangsangan mekanis (mastikasi), kimiawi (manis, asam, asin dan pahit), neural, psikis (emosi dan stress), dan rangsangan sakit. Besarnya sekresi saliva normal yang dihasilkan oleh semua kelenjar ini kira-kira 1-1,5 liter per hari. 1. KELENJAR SALIVA MAYOR Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva terbanyak dan ditemui berpasang–pasangan yang terletak di ekstraoral dan memiliki duktus yang sangat panjang. Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat dibagi atas tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis. Masing–masing kelenjar mayor ini menghasilkan sekret yang berbeda–beda sesuai rangsangan yang diterimanya. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis (5%). 1.1 Kelenjar Parotis Anatomi: -

Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar saliva lainnya.

-

Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga terletak antara prosessus mastoideus dan ramus mandibula. Kelenjar ini meluas ke lengkung zygomatikum di depan telinga dan mencapai dasar dari muskulus masseter.

-

Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal dengan duktus Stensen. Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas.

-

Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat fibrous dan memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena retromandibular dan nervus fasialis yang menembus dan melalui kelenjar ini.

Histologi: -

Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.

-

Kelenjar parotis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia adalah serosa murni. Kelenjar ini dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat yang tebal, dari sini ada septa jaringan ikat termasuk kelenjar dan membagi kelenjar menjadi lobulus yang kecil. Kelenjar parotis mempunyai sistem saluran keluar yang rumit sekali dan hampir semua duktus ontralobularis adalah duktus striata.

-

Saluran keluar yang utama yaitu duktus parotidikius steensen terdiri dari epitel berlapis semu, bermuara kedalam vestibulum rongga mulut berhadapan dengan gigi molar kedua atas. Kelenjar parotis secara khas dipengaruhi oleh mumps yaitu parotitis epidemika.

Fisiologi: -

Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan air yaitu serous.

-

Saliva pada manusia terdiri atas 25% sekresi kelenjar parotis.

1.2 Kelenjar Submandibularis Anatomi: -

Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kacang dan memiliki kapsul dengan batas yang jelas.

-

Di dalam kelenjar ini terdapat arteri fasialis yang melekat erat dengan kelenjar ini.

-

Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan terletak di permukaan muskulus mylohyoid.

-

Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus Wharton yang bermuara di ujung lidah.

Histologi: -

Kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat.

-

Kelenjar submandibularis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia terutama pada kelenjar campur dengan sel-sel serosa yang dominan, karena itu disebut mukoserosa. Terdapat duktus interkalaris, tetapi saluran ini pendek karena itu tidak banyak dalam sajian, sebaliknya duktus striata berkembang baik dan panjang.

-

Saluran keluar utama yaitu duktus submandibularis wharton bermuara pada ujung papila sublingualis pada dasar rongga mulut dekat sekali dengan frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Baik kapsula maupun jaringan ikat stroma berkembang baik pada kelenjar submandibularis.

Fisiologi: -

Kelenjar submandibularis menghasilkan 80% serous (cairan ludah yang encer) dan 20% mukous (cairan ludah yang padat).

-

Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak.

-

Saliva pada manusia terdiri atas 70% sekresi kelenjar submandibularis.

1.3 Kelenjar Sublingual Anatomi: -

Kelenjar ini terletak antara dasar mulut dan muskulus mylohyoid merupakan suatu kelenjar kecil diantara kelenjar–kelenjar mayor lainnya.

-

Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolin yang terletak berdekatan dengan duktus mandibular dan duktus Rivinus yang berjumlah 8-20 buah.

-

Kelenjar ini tidak memiliki kapsul yang dapat melindunginya.

Histologi: -

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar tubulosa kompleks. Pada manusia kelenjar ini adalah kelenjar campur meskipun terutama kelenjar mukosa karena itu disebut seromukosa. Sel-sel serosa yang sedikit hampir seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus interkalaris dan duktus striata jaringan terlihat.

-

Kapsula jaringan ikat tidak berkembang baik, tetapi kelenjar ini lobular halus biasanya terdapat 10-12 saluran luar yaitu duktus sublingualis, yang bermuara kesepanjang lipatan mukosa yaitu plika sublingualis, masing-masing mempunyai muara sendiri. Saluran keluar yang lebih besar yaitu duktus sublingualis mayor bartholin bermuara pada karunkula sublingualis bersama-sama dengan duktus wharton, kadang-kadang keduanya menjadi satu.

Fisiologi: -

Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang mukous dan konsistensinya kental.

-

Saliva pada manusia terdiri atas 5% sekresi kelenjar sublingualis.

2. KELENJAR SALIVA MINOR Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Kelenjar saliva minor dapat ditemui pada hampir seluruh epitel di bawah rongga mulut. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati duktus pendek yang berhubungan langsung dengan rongga mulut. Selain kelenjar saliva minor tidak memiliki kapsul yang jelas seperti layaknya kelenjar saliva mayor, kelenjar saliva minor secara keseluruhan menghasilkan sekret yang mukous kecuali kelenjar lingual tipe Van Ebner. Saliva yang dihasilkan mempunyai pH antara 6,0-7,4 sangat membantu didalam pencernaan ptyalin.

2.1 Kelenjar Glossopalatinal Lokasi dari kelenjar ini berada dalam isthimus dari lipatan glossopalatinal dan dapat meluas ke bagian posterior dari kelenjar sublingual ke kelenjar yang ada di palatum molle. 2.2 Kelenjar Labial Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada midline dan memiliki banyak duktus. 2.3 Kelenjar Bukal Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan kelenjar labial. 2.4 Kelenjar Palatinal Kelenjar ini ditemui di sepetiga posterior palatal dan di palatum molle. Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh jaringan fibrous yang padat. 2.5 Kelenjar Lingual Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu : - Kelenjar anterior lingual, Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah. - Kelenjar lingual Van Ebner, Kelenjar ini dapat di temukan di papila sirkumvalata. - Kelenjar posterior lingual, Dapat ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil SUPLAI DARAH Pembuluh darah yang terdapat di dalam ligament periodontal berasal dari 3 sumber yaitu : -

Pembuluh-pembuluh apical yang menyuplai gigi Pembuluh-pembuluh yang terdapat di dalam tulang interproksimal, dan Pembuluh-pembuluh yang ada di gingiva

Suplai darah ke jaringan periodonsium berasal dari cabang-cabang arteri alveolaris superior dan inferior. 1. Arteri supraperiosteal, berada di sepanjang permukaan fasial dan lingual tulang alveolar, kemudian kapilerkapilernya meluas ke sepanjang epitel sulkus dan ke antara rete pegs permukaan eksternal gingiva. Cabang-cabangnya kadang-kadang melalui tulang alveolar masuk ke dalam ligament periodontal atau berjalan melewati puncak tulang alveolar 2. Arteri interdental, Terletak di dalam tulang interproksimal dan keluar melalui puncak tulang alveolar menuju gingiva. Arteri-arteri kecilnya menembus dari puncak tulang interdental, meluas secara paralel ke puncak tulang, dan beranastomosis dengan pembuluh-pembuluh ligament periodontal, dengan

kapiler-kapiler di daerah sulkus gingiva dan pembuluh-pembuluh yang berjalan melewati puncak tulang. 3. Arteriol ligament periodontal, meluas ke dalam gingiva dan beranastomosis dengan kapiler-kapiler di daerah sulkus. dibawah epitel permukaan luar gingiva, kapiler-kapiler meluas ke papilla jaringan ikat di antara rete pegs, di sepanjang epitel sulkus, kapiler-kapiler tersusun rata. Suplai darah ke gingiva banyak di dapat melalui kapiler kapiler yang banyak terdapat pada lamina propria dan pada tiap papilla jaringan ikat. Suplai darah yang berlimpah ini menjadikan perubahan warna gingiva mudah terlihat bila ada perubahan vaskularisasi pada gingivitis.

SARAF GIGI RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke-V atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah orofacial, selain saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf cranial ke-VII, ke-XI, ke-XII. NERVUS MAKSILA Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila, palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus ini akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu: - nervus alveolaris superior anterior, - nervus alveolaris superior medii, dan - nervus alveolaris superior posterior. Nervus alveolaris superior anterior mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior medii mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian mesial, nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian distal serta molar II dan molar III. NERVUS MANDIBULA Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi.

Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan ligament periodontal.

REFERENSI 1. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. EGC 2. Dixon, Andrew D. Anatomi untuk Kedokteran Gigi ed.5. Jakarta: Hipokrates. 1993 3. Roth GL, Calmes R. Oral Biology. St. Louis: CV Mosby. 1981 4. Stanley J. Nelson and Major M. Ash. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion. 9th Ed. Missouri : Saunders Elsevier. 2010:256-8

Related Documents

Makalah 1
June 2020 16
Makalah 1
October 2019 19
Makalah Kelompok 1-1.docx
December 2019 19
Makalah 1.docx
April 2020 10
Makalah Ekokes 1.docx
April 2020 7

More Documents from "Izzatul Mardiah Saini"

Makalah 1.docx
October 2019 16
Makalah 1
October 2019 19
Kti Ica.pdf
October 2019 68