Mahzab Pembangunan Yang Sesuai Dengan Kondisi Sosial

  • Uploaded by: afif futaqi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mahzab Pembangunan Yang Sesuai Dengan Kondisi Sosial as PDF for free.

More details

  • Words: 2,081
  • Pages: 8
Mahzab-mahzab pembangunan yang sesuai dengan kondisi sosial Afif futaqi dkk 0606096585 Pembangunan merupakan suatu jargon yang sampai saat ini masih merupakan diskursus, yakni suatu konsep yang kompleks yang isinya meliputi cara-cara manusia berbicara atau menulis mengenai sesuatu, pengetahuan yang terlibat di dalamnya, atau penggunaan dari pengetahuan tersebut (Achmad Fedyani Saifuddin, 2005). Sehingga banyak ahli yang melihat dan mengkaji pembangunan dalam berbagai

pandangan.

Pandangan tersebut muncul berkaitan dengan sesuai dengan kondisi social yang ada. Mahzab-mahzab pembangunan tersebut antara lain adalah mahzab modernisasi, mahzab dependencia (ketergantungan), dan mahzab globalisasi (world system theory). Istilah modern pada awalnya muncul ketika abad 18 dengan revolusi industri di Inggris sebagai titik tolaknya. Suasana revolusi industri menciptakan munculnya banyak teknologi baru yang mempermudah pencapaian kebutuhan hidup manusia. Perkembangan tersebut berdifusi dari negara-negara Barat hingga akhirnya sampai pada negara nonBarat. Disinilah muncul dua kategori yang sampai saat ini digunakan, yaitu negara maju (Barat) dan negara berkembang (non-Barat). Namun, teori modernisasi lahir di Amerika Serikat pada tahun 1950-an dengan pandangan evolusi duanggap sebagai jalan optimis menuju perubahan.1 Awalnya, modernisasi hanyalah merupakan suatu gagasan mengenai perubahan social yang akhirnya berkembang menjadi suatu ideology yang dasyat dominasinya. Modernisasi (perkembangan) akhirnya mendarah daging bagi kebijakan pemerintah setiap negara dalam menjalankan pemerintahannya. Ada beberapa definisi modernisasi, Schoorl menjabarkan konsep modernisasi sebagai suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.

2

Konsep modernisasi beriringan

dengan menjamurnya industrialisasi. Industrialisasi dianggap sebagai sesuatu yang harus ada dalam suatu proses modernisasi. Namun, teori tersebut sangat kental dengan muatan politis, dimana dunia Baratlah yang memiliki power dalam menentukan standarisasi 1

Evolusi merupakan perubahan (perkembangan) dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang kompleks. Definisi ini juga dipakai dalam perkembangan ekonomi internasional pada masa tersebut. 2 Aspek tersebut antara lain adalah aspek ekonomi, agraris, sector jasa, maupun bidang pemerintahan.

modern dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan negara lain (berkembang) untuk mengejar ketinggalan tersebut. Hal ini menjadikan perubahan dan perkembangan dunia, haruslah berada dalam satu jalur saja, sehingga negara berkembang yang memiliki bargain power yang rendah, tidak dapat memilih sendiri jalur perkembangannya yang sesuai dengan karakteristik masing-masing. Selain itu, teori ini terkesan anti nilai-nilai tradisional, dimana nilai-nilai tradisional selalu dianggap sebagai penghambat pembangunan. Sebagai contoh adalah pemikiran modernisasi David McClelland. Beliau menyumbangkan pikirannya melalui motif prestasi dan pertumbuhan ekonomi yang banyak diikuti LSM di Indonesia dalam mengembangkan potensi masyarakat. 3 McClelland menyebutkan bahwa sikap dan psikoanalisa manusia berhubungan dengan perubahan social yang akan terjadi. Pemikirannya terinspirasi dari tesis Weber tentang etika Protestan dengan pertumbuhan kapitalis. Dimana McClelland menanyakan mengapa negara dunia ketiga menjadi negara yang berkembang (baca:terbelakang), dan jawabannya adalah kurangnya the need of achievement (N’ach) suatu negara berkembang. Jadi, watak dan budaya masyarakat dianggap sebagai sumber masalah. N’ach selalu berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi dan tingginya N’ach yang dimiliki masyarakat Barat itulah yang menjadi factor utama pertumbuhan ekonominya. Pemikiran beliau menjadi terkenal khususnya pada program-program LSM Indonesia seperti pelatihan Achievement Motivation Training dan pusat pelatihan Community Development. Program tersebut mengusahakan masyarakat untuk berusaha secara kewiraswastaan (mandiri) dan menumbuhkan sikap kapitalisme dalam binaan mereka.4 Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa konsep modernisasi yang diterapkan LSM secara sadar atau tidak berperan dalam perkembangan kapitalis yang akhirnya kapitalis juga yang membuat Indonesia mengalami kemunduran. Selanjutnya Teori ketergantungan ini muncul sebagai kritikan terhadap teori modernisasi. Para pelopor pemikir teori depedensi kebanyakan berasal dari negara-negara berkembang. Mereka melihat program pembangunan yang dilakukan di negaranya menjadi suatu yang patut dipertanyakan (khususnya Amerika Latin). Adapun kritikan teori ini terhadap modernisasi antara lain adalah unilinear perkembangan/pembangunan 3 4

Lihat Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi (Yogyakarta:Insist Press, 2001) Mansour Fakih, ibid:62

negara-negara dianggap sebagai suatu legitimasi power dari dunia Barat. Negara nonBarat tidak punya kesempatan untuk memilih jalurnya untuk membangun diri sendiri. Seorang tokohnya yang terkenal, Theotonio Dos Santos, memposisiskan ketergantungan sebagai keadaan dimana kehidupan ekonomi negara-negara tertentu dipengaruhi perkembangan dan ekspansi negara lain, dimana negara negara tertentu tersebut hanya memperoleh imbasnya saja.5

Mansour Fakih menelaah teori ini dan membaginya ke

dalam enam bagian penting, yaitu yang pertama adalah mengkaji secara holisme, dimana para tokohnya menempatkan keterbelakangan suatu bangsa harus dilihat secara luas, yakni bangsa tersebut berada dalam suatu sistem yang lebih besar. Inilah yang menjadi cikal bakal teori sistem dunia. Yang kedua, menekankan pada aspek eksternal (kapitalis dan imperialisme) sebagai penyebab keterbelakangan negara pinggiran (periphery), walaupun ada tokoh yang menelaah aspek internal. Yang ketiga mahzab ini sangat bergerak di bidang ekonomi. Beberapa tokoh diantaranya sulit menyatukan aspek ekonomi dengan aspek sosio-politik. Yang keempat, buruh dianalisis pada hubungan regional yaitu

centre dan periphery, terdapat transfer modal kepada negara centre

(Barat). Yang kelima, menilai bahwa pembangunan tidak akan mungkin berjalan dalam ketergantungan, jikapun ada disebut pembangunan kapitalis. Namun, tokoh-tokohnya sendiri memiliki persetujuan yang berbeda terhadap hal tersebut. Yang terakhir, adanya sebutan deterministik kepada kaum komunis di Amerika Latin karena mendukung pembangunan industri kapitalis. Kritikan yang ditujukan pada teori ini antara lain adalah kurang ilmiah dan tautologis, dimana tidak dapat menempatkan posisi keterbelakangan dengan ketergantungan. Apakah ketergantungan yang menyebabkan keterbelakangan atau sebaliknya. Selain itu, teori ini tidak menyebutkan apakah bisa sebuah negara berdiri secara otonomi sendiri tanpa bantuan dari pihak luar. Indonesia sebagai negara berkembang memang tidak dapat dipungkiri sangat memerlukan tenaga teknologi dalam dunia pendidikan, hal ini hanya bisa kita dapat dari negara maju dan negara maju memerlukan timah untuk keperluan industrinya. Kerjasama yang dilakukan sebenarnya memang diperlukan dengan porsi yang benar. Dan transformasi pendidikan yang kita terima akhirnya dapat membawa negara Indonesia

5

Lihat Teori Ketergantungan (2): Inti Pemikirannya

tetap bertahan dalam dunia ini. Dalam kata lain, kita sebagai negara berkembang juga mendapatkan keuntungan dari kerjasama ini. Globalisasi berasal dari kata globe, yaitu bola dunia-kecil. Dapat disebut pula sebagai keadaan hilangnya ruang dan batas antar negara. Selain itu, globalisasi juga didefinisikan sebagai proses peningkatan kontak antar masyarakat, terutama dalam ruang lingkup ekonomi di seluruh dunia (Achmad Fedyani Syaifuddin, 2005). Globalisasi ditandai dengan adanya sistem politik yang mendominasi dunia, produksi massa, perdagangan bebas, investasi antar negara, berkembangnya perusahaan multinasional, dan berkembangnya teknologi komunikasi informasi. Globalisasi juga dideskripsikan sebagai proses pengintegrasian ekonomi nasional kepada sistem ekonomi dunia berdasarkan keyakinan pada perdagangan bebas yang sesungguhnya telah dicanangkan sejak zaman kolonialisme (Mansour Fakih, 2001). Teori ini merupakan ujung dari modernisasi, industrialisasi, dan juga pembangunan. Globalisasi dianggap sebagai cara terbaik dalam memperoleh kemakmuran yang mendunia. Perdagangan bebas (free trade) yang dikontrol oleh World Trade Organizations (WTO) adalah tonggak dari keberadaan globalisasi. WTO adalah suatu bentuk kesepakatan yang dilakukan negara-negara dalam menjalankan perdagangan bebas. Namun, saya melihat disini bahwa globalisasi tidaklah bersifat netral, namun sama seperti teori modernisasi, termuat unsur politis yang sangat kuat. Dominasi satu atau beberapa negara sangat berpengaruh terhadap isi dari kesepakatan tersebut. Hal ini saya jelaskan dengan masalah privatisasi air yang telah disahkan menurut Undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air. Sejak Orde Baru, Indonesia ternyata sudah melakukan proses privatisasi air dan sebagai puncak, deklarasi PBB dan World Water Council pada bulan November 2002, akses kepada air bersih termasuk kedalam hak asasi manusia. Dengan demikian, 145 negara yang menandatangani perjanjian internasional tersebut, termasuk Indonesia, harus menjamin setiap warga negaranya untuk memiliki akses kepada air bersih.6 Kemudian, hal ini berujung pada kewajiban negara-negara tersebut untuk membuka pintu masuknya perusaan transnasional dalam pengelolaan air bersih. Hal ini akhirnya berdampak pada kerugian PDAM karena kalah bersaing dengan pihak swasta 6

Globalisme dan Privatisasi Air di Indonesia oleh JJ. Amstrong Sembiring (Jakarta, 26 Agustus 2004)

yang notabene mendapatkan dukungan penuh dari berbagai lembaga keuangan internasional seperti IMF dan World Bank. Puncaknya pada tahun 2004, utang seluruh PDAM mencapai Rp 5,3 triliun. Sebelumnya, pada tahun 1997, World Bank sudah mensponsori privatisasi air di Jakarta yang dibagi kepada Thames Water UK dan SuezLyonnaise (France). Alasan pemerintah menyetujui privatisasi air adalah pemerintah sudah kekurangan dana untuk membiayai perbaikan fasilitas air bersih. Karena itu, WATSAL (Water Resources Sector Adjustment Loan). Restrukturisasi sektor air ini harus dilihat sebagai bagian persyaratan pinjaman dalam Structural Adjustment Loan dari Bank Dunia dan IMF untuk mengatasi krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997. Hal diatas merupakan gambaran dimana globalisasi yang terjadi tidak lepas dari ekonomi kapitalis dan liberalisme dunia Barat. Sehingga, sulit membedakan apakah ini termasuk globalisasi atau ketergantungan kita terhadap dunia Barat, karena globalisasi yang ada hanyalah membuat ekonomi Indonesia semakin terpuruk. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia dan negara berkembang lainnya tidak lepas dari masalah pembangunan yang kita laksanakan. Menurut Parsudi Suparlan dalam buku Kemiskinan di Perkotaan, selain melulu melihat kemiskinan dari sudut pandang sistem ekonomi yang lebih besar, seorang antropolog dapat melihatnya sebagai perwujudan dari hasil interaksi yang melibatkan hampir semua aspek yang dimiliki manusia pada kehidupannya. Dalam masyarakat, terdapat perbedaan kesanggupan untuk memperoleh dan memiliki kekayaan dan harta benda yang berharga. Hal inilah yang akhirnya menjadi struktur sosial, yang memiliki perbedaan lapisan sosial dan pendistribusian kekuatan sosial. Kemiskinan yang terjadi pada Indonesia haruslah dilihat secara histories. Dimulai dari adopsi pembangunan Sejak saat itu, Indonesia mengambil analisa Walt Rostow sebagai pedoman dalam proses pembangunannya. Adapun 5 tahap pembangunan yang diajukan Rostow sebagai berikut : (1) masyarakat tradisional; (2) masyarakat pra-lepas landas; (3) tahap lepas landas; (4) jalan menuju kematangan; (5) masyarakat konsumen. Tahap-tahap ini diwujudkan pemerintah saat itu sebagai REPELITA. Dalam analisanya, Rostow memisahkan istilah tradisional dan modern, serta menganggap bahwa segala hal yang berbau tradisional seperti mentalitas tradisional, adat dan teknologi tradisional, menghambat proses pembangunan. Menurut Rostow, dengan tahap-tahap diatas mencerminkan pesatnya

produktivitas pertanian, keefektifan infrastruktur, sektor industrialisasi yang meningkat. Industrialisasi memegang peranan penting dalam pembangunan dan teknologi modern diarahkan untuk diterapkan disetiap bidang. Sehingga, produktivitas dan keefektifan produksi semakin meningkat. Selain itu, Rostow setuju bahwa hubungan internasional akan berdampak baik bagi negara- negara berkembang. Akhirnya, Indonesia diharapkan sampai pada tahap akhir, dimana tabungan pendapatan nasional akan meningkat 5% - 10%.7 Kemudian, Indonesia banyak membuat kebijakan negara yang berarah pada hal- hal diatas. Industri yang menyertai modernisasi ternyata membutuhkan modal yang sangat tinggi. Akan tetapi, modal yang dimiliki Indonesia adalah berupa sumber daya alam, bukan berbentuk uang. Karena itu, Indonesia terpaksa meminjam modal kepada IMF maupun World Bank, dengan menggunakan syarat-syarat tertentu untuk kepentingan kapitalis. Salah satu syarat utama adalah penerimaan Indonesia terhadap masuknya perusahaan transnasional, yang akhirnya mengelola sumber daya alam Indonesia untuk kepentingan Barat. Disini, terjadinya pergesekan antara sumber daya manusia pribumi dengan luar negri. Dimana, SDM Indonesia mengalami kekurangan skill sehingga selalu dianggap kurang becus dalam setiap mengelola SDA Indonesia. Selain itu, hal diatas terus berlanjut dan akhirnya hutang luar negri Indonesia semakin bertambah sehingga sudah tidak dapat ditanggulangi. Namun, solusi

yang

Indonesia gunakan bukan menghentikan hutang luar negri, melainkan semakin seringnya membayar hutang luar negri dengan menggunakan hutang yang lain (gali lubang, tutup lubang). Ketergantungan kita kepada World Bank, IMF, dan dunia Barat semakin tidak dapat dihilangkan. Industri kapitalis yang bertjuan untuk mengeruk surplus sebanyakbanyaknya menjadikan distribusi penerimaan pembangunan tidak merata. Sehingga mengakibatkan ekploitasi SDA yang dasyat tanpa membangun masyarakatnya. Pada akhirnya, kemiskinan massal tercipta dan siklus diatas terus saja berjalan. Kemudian, ditambah lagi dengan globalisasi yang sangat mendorong terciptanya perusahaan transnasional, bukan hanya pada level ekonomi saja namun juga pada kebijakan publik yang dilakukan pemerintah untuk kepentingan perusahaan transnasional tersebut. Dan yang sering terjadi adalah ketimpangan dan semakin termarjinalisasikan masyarakat lokal 7

Björn Hettne, 2001

yang sudah miskin. Sebagai contoh adalah ancaman sanksi dagang Amerika Serikat terhadap Indonesia bila tidak dapat menurunkan angka pembajakan software pada Priority Watch List (Suara Merdeka, 23 Juli 2004). Karena itu, pemerintah menggalakkan razia mendadak sebagai upaya dari ancaman tersebut. Padahal, kita semua tahu harga software asli angat mahal dan kondisi ekonomi Indonesia belum mampu untuk membelinya tetapi “wajib” menggunakannya sebagai perwujudan keikutsertaan dalam proses globalisasi dan modernisasi. Kasus kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak dunia, dimana Indonesia “terpaksa” ikut menaikkan harga agar kestabilan harga minyak dunia tetap (untuk kepentingan Barat). Walaupun, harga BBM sendiri sudah sangat berat bagi penggunanya, khususnya nelayan yang menggunakan perahu motor. Selain kalah pada kecanggihan alat dengan perusahaan transnasional yang bergerak di bidang perikanan, kenaikan BBM semakin memperburuk keadaan mereka. Sehingga sampai pada titik mereka sudah tidak dapat melaut lagi. Dan terjadilah kemiskinan papa seperti kasus pada soal ini.

Daftar Pustaka Budiman, Arief

1996Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia. Hlm 41-97.

Fakih, Mansour

2001

Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Insist Press.

Hettne, Björn

2001Eropasentrisme dan Pemikiran Pembangunan dalam Teori Pembangunan dan Tiga Dunia. Jakarta: Gramedia. Bab II: Eropasentrisme dan Pemikiran Pembangunan. Hlm 89-133. Ritzer, George dan Douglas J.Goodman

2003 Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media Saifuddin, Achmad Fedyani

2004 Antropologi Kontemporer. Jakarta: Prenada Media. Schrool, J.W

1980Modernisasi sebagai Gejala Sosial dalam Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan NegaraNegara Berkembang. Jakarta: Gramedia. Shanin, Teodor

2003 Idea of Progress dalam Majid Rahnema dan Victoria Bawtree (peny.) the Post Development Reader. London: Zed Books Ltd. Suparlan, Parsudi -

Kemiskinan di Perkotaan. Bab Pendahuluan hlm xii-xiii.

Related Documents


More Documents from "Puskesmas Talang betutu"