Maharani, Cinta Lahir Bathin

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Maharani, Cinta Lahir Bathin as PDF for free.

More details

  • Words: 3,358
  • Pages: 10
1

Maharani, Cinta Lahir Bathin -Based on True Story-

Khiar Wali Tsn

“ Ti, aku suka sama kau, kenapa kamu tetap tidak mau menerimaku?” “ Ji, kamu mestinya ngerti dong, saat ini aku adalah milik orang lain, aku juga peduli pada perasaanmu, tapi harusnya kamu ngerti juga dengan posisiku” “ Bohong, kamu sama sekali tidak peduli pada perasaanku…” “ Terserah kamu mau bilang apa, sudahlah malas aku membicarakannya lagi!” jawab Anti sambil berlalu meninggalkanku. Hari itu aku bertengkar lagi dengan Anti, dia tetap tidak mau menerima perasaanku padanya, ketika kembali ke tempat kost ku, seperti biasanya teman-teman kost ku Darto, Doni, Toni dan Agus mencoba menghiburku, mereka meyakinkan bahwa Anti memang bukan untukku. Keesokan harinya setelah semalaman berfikir dan merenung, aku mencoba mengatakan pada Anti bahwa aku akhirnya dapat menerima kenyataan yang ada, bahwa Anti memang untukku dan akupun harus mencoba merelakannya. *** Tiga bulan pun berlalu, walau hubunganku menjadi sedikit renggang dengan Anti, akhirnya aku sedikit demi sedikit dapat meredam perasaanku padanya, akupun agak menjaga jarak dengan Anti dengan harapan semoga perasaan itu hilang dengan sendirinya. Saat itu kami menjadi panitia sebuah event kampus, event itu mengundang mahasiswa-mahasiswi dari perguruan tinggi lain di Kota Bandung, bahkan panitianya pun gabungan dari senat mahasiswa lain. Aku sendiri dipercaya memberikan session sekaligus panitia, yaa lumayan nambah pengalaman. Hari pertama event, Rani (Namanya Maharani, mahasiswi dari Universitas Arsitektur, juga koordinator session yang kuisi) berusaha mencari aku yang saat itu kebetulan terlambat dan berusaha menghubungi HPku, air di kost an sedang kering sehingga aku harus mengantri di satu kamar mandi dengan teman-teman kost ku yang lain. “ To, tau ga kemana pengisi sessionku?” Tanya Rani. “ Emang siapa pengisi sessionmu?” Darto balik bertanya. Darto adalah teman kostku yang juga koordinator session yang lain. “ Namanya Aji, tau no HPnya ga?”

2

“ Oohhh… tenang aja, dia pasti datang, sebentar …” ujar Darto sambil tertawa dan kemudian mengambil HP dari saku celananya. “ Nomernya 92025027, telepon aja” “ Thanks ya To” kata Rani sambil tersenyum dan memutar nomor itu. “ Hallo, sama mas Aji?” “ ya, ini sama siapa yaa?” jawabku. “ ini Rani, koordinator session computer, mas Aji mau kesini kan?” “ oooh, ya, aku sedang di jalan, bentar lagi nyampe “ “ ya udah, aku tunggu, makasih ya mas “ “ kembali “ kataku sambil menutup telponku. Ketika aku datang, Rani sedang menggantikan aku memberikan session karena peserta sudah hadir semua, aku hanya berdiri di belakang peserta sambil tersenyum, lumayan juga pengetahuannya kupikir, saat itu kami belum saling mengenal, mungkin karena dia yakin pemberi session saat itu adalah aku, maka dia pun menghentikan penjelasannya dan mempersilahkan aku untuk melanjutkannya. Ketika istirahat siang, kami berkenalan dan saling bercerita, rupanya dia kuliah di jurusan yang sama denganku, hanya berbeda satu tingkat, pantas saja dia dapat menerangkan di awal sessionku, dia berasal dari Sukabumi hanya orang tuanya bertugas di Puncak Bogor, ayahnya adalah kepala perkebunan disana. Setiap hari kami bertemu, tapi tidak ada yang aneh, kami hanya berteman, hingga hari ke 4, aku mengajak dia melihat hiburan malam di arena event, kebetulan aku koordinator hiburan malam, malam itu rupanya aku terlalu sibuk sehingga tidak sempat bertemu dengan Rani, kami hanya berhubungan dengan SMS. Keesokan harinya aku mengajak Rani untuk melihat hiburan malam lagi, kali ini sengaja aku menyerahkan tugasku pada teman-temanku, sehingga aku hanya mengawasi saja. Entah kenapa perasaanku sedikit aneh malam itu, terutama ketika melihat dia datang dan menghampiriku, rasa bahagia dan berbunga-bunga, apakah tumbuh rasa cinta dihatiku? Ranipun mendampingiku sampai acara selesai, bahkan aku mengantarkannya ke penginapan. Keesokan harinya, aku sibuk sekali mempersiapkan hiburan malam terakhir, karena malam itu adalah puncak acara dari malam-malam sebelumnya, kami hanya bertemu sebentar, itupun saat dia berjalan-jalan dengan teman-teman kampusnya. Malamnya aku tidak bisa menemukan dia di malam puncak itu, aku tidak bisa mengontak dia karena HPku yang ada nomor HPnya mati, aku hanya bertemu dengan salah seorang teman kampusnya, diapun tidak bisa memberikan nomor HP Rani karena HPnya juga habis baterai. tapi katanya Rani sedang mengadakan perpisahan dengan temanteman koordinator session yang lain, ya sudah mungkin malam ini aku tidak bisa bertemu dengannya.

3

Menjelang acara selesai, tanpa kusangka dia mengirim SMS ke HPku yang satu lagi, dia menanyakan aku ada dimana. Setelah acara selesai, saat aku sedang membantu membereskan perlengkapan malam itu, Rani datang menghampiriku di tempat acara, rasa bahagiaku saat itu tidak bisa kulukiskan dengan kata-kata, setelah semuanya beres aku mengantarkan Rani ke penginapan. Keesokan harinya, sebelum dia pulang ke tempat kostnya, kami sempat bertemu, dan aku berjanji besok malam aku akan datang ke tempat kostnya. Sayangnya aku tidak bisa mengantarkannya karena masih banyak laporan yang harus aku selesaikan. *** Malam ini aku datang ke tempat kost Rani, aku sempat bertemu bahkan berkenalan dengan ibunya, tapi hanya sebentar karena pada saat aku datang, ibunya sedang pamitan akan pulang ke Puncak Bogor. setelah kepergian ibunya, kami berbicara panjang lebar, dan Rani mengatakan kalau dia besok akan pulang ke Sukabumi karena kampus masih libur. tak terasa jam 10 malam sudah, aku fikir terlalu larut jadi aku memutuskan untuk pulang ke tempat kost ku. Hampir lima hari, kami hanya berkomunikasi melalui HP, aku juga berjanji akan ke Sukabumi, mengunjungi rumahnya, saat itu aku beralasan ingin mencoba masakannya karena dia pernah mengatakan kalau dia bisa memasak. Hari Sabtu, aku berangkat kurang lebih jam 9 dari Bandung dan tiba di Sukabumi sekitar jam 2 siang. Aku dan Rani janji bertemu di sebuah Plaza dekat rumahnya. Tidak lama setelah aku kontak, Ranipun tiba di Plaza dan kami langsung menuju ke rumahnya. Di rumahnya ada kakaknya, Winda namanya, dia seorang penyiar di radio swasta di Sukabumi, aku ketahui setelah berbincang-bincang dengannya sambil melepaskan lelah. Kakaknya ternyata baik juga, dia memberikan sambutan yang hangat padaku. Setelah melepaskan lelah, aku dan Rani menuju ke pasar dekat rumahnya untuk membeli beberapa bahan makanan. Pada saat masak, kami bekerja sama sambil ngobrol, aku memotong sayuran dan Rani memasak. Selesai makan, akupun pamit pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan langsung menuju ke Bandung. Rani mengantarkan aku sampai kedepan gang, saat akan berpisah aku membisikkan bahwa aku sayang padanya, tapi ia tidak mendengarnya dengan jelas, Rani bertanyatanya tapi aku menjawab aku akan mengatakannya lagi hari minggu nanti. Tak kusangka temanteman kostku membawa mobil dan menjemputku di terminal Leuwipanjang, kami sempat berjalanjalan sebentar kemudian kembali ke tempat kost. Satu minggu pun berselang, selama satu minggu itu, aku dan Rani banyak berkomunikasi lewat HP, bahkan sebentar saja tidak berkomunikasi rasanya ada yang hilang, teman-teman banyak yang memberikan support kepadaku, dan tidak sedikit yang mengatakan bahwa Rani adalah petunjuk Tuhan untukku, itulah kenapa Tuhan tidak merestui hubunganku dengan Anti, karena Tuhan ingin yang memberikan yang lebih baik untukku, Ranilah orangnya. Di minggu itu juga aku membuat janji dengan Rani bahwa hari minggu pagi aku akan ke Sukabumi, aku ingin mengajaknya mendampingiku menghadiri pernikahan pamanku di Cianjur, aku ingin memperkenalkannya pada seluruh anggota keluarga besarku. *** 4

Hari Minggu, aku berangkat dari Bandung pagi-pagi sekali. Aku menggunakan kemeja yang baru kubeli semalam yang berwarna merah, warna pilihan Rani yang kutanya lewat telefon. Aku tiba di rumahnya di Sukabumi jam 10an, ternyata Rani juga sudah siap, dia mengenakan kaos yang menyerupai gaun berwarna merah juga, serasi rasanya… Tanpa berlama-lama kami langsung menuju ke lokasi pernikahan, disana sudah berkumpul keluarga besarku. Aku memperkenalkan Rani pada ayahku, ibuku, adik-adikku, nenekku, paman-pamanku, bibi-bibiku dan anggota keluarga besar yang lain. Aku dan Rani tidak langsung pulang, tapi kami mampir dulu ke rumah nenekku yang tidak jauh dari lokasi pernikahan. Agak lama juga kami disana, bahkan Rani terlihat akrab dengan keluargaku. Jam 2 sore aku dan Rani pamit untuk pulang ke Bandung. Di perjalanan, aku mencoba memberanikan diri memegang tangannya, ternyata Rani diam hingga akhirnya kami berpegangan tangan sepanjang jalan. Kami tiba di tempat kost Rani jam 5 sore. sesampainya di sana, Rani langsung tidur karena kelelahan. Aku duduk di sebelahnya sambil membelai rambutnya. Lepas maghrib Rani terbangun, saat itu adalah moment terindah dalam hidupku, aku mengecup keningnya sambil mengatakan aku sayang kamu, itulah yang aku bisikkan minggu lalu. Rani tersenyum dan mengatakan hal yang sama. Kami berjanji kami akan saling jujur, saling terbuka untuk menjaga hubungan dan komitmen kami, kami pun menyatakan kalau hari itu adalah hari jadi kami. Malamnya aku pulang ke tempat kostku dengan hati berbunga-bunga. Sejak saat itu, hampir setiap hari aku ada di tempat kostnya, dari sore sampai malam. Banyak hal yang kami lakukan bersama, mulai dari sekedar mengobrol, berjalan-jalan dan lain-lain. Bahkan setiap aku pulang, aku selalu mencium pipinya. Rasanya dunia hanya milik kami berdua. Hingga suatu malam, ketika kami berdua di tempat kostnya, entah setan mana yang menghampiri kami, ketika dia sedang duduk setengah berbaring, aku menghampirinya, aku membisikkan kata-kata cinta di telinganya, aku mulai mencium keningnya, pipinya dan akhirnya akupun melumat bibirnya, Rani malah memberikan respon, hingga rasanya kami lepas kontrol. Kami saling memeluk, meraba namun ketika hal itu akan terjadi, kami tiba-tiba tersadarkan, kami saling meminta maaf dan akupun langsung pulang. Setelah kejadian itu, tidak ada perubahan atau keanehan yang terjadi. Bahkan aku memanggilnya bunda dan dia memanggilku ayah seperti keinginannya jika menikah nanti, kami pun sering bermimpi jika kami menikah dan memiliki putri. Aku masih setiap hari ke tempat kostnya, bahkan tak jarang juga aku membawa dia ke tempat kostku. Teman-teman kostku juga menerima kehadirannya, pernah juga satu waktu Rani dan Marni pacarnya Agus masak bersama di tempat kostku. *** Hingga tiba bulan puasa, kampusku mengadakan seminar dan meminta aku mengisi salah satu session di seminar itu. Aku mengajak Rani untuk mendampingiku. Suatu kebanggaan bagiku saat Rani mendampingiku saat memberikan session, bagiku seakan-akan aku memperkenalkan pada dunia bahwa Rani adalah pacarku. Dua minggu menjelang lebaran, Rani pulang ke Sukabumi untuk berlebaran disana. Sebelum pulang, Rani minta satu hal kepadaku, dia minta agar aku merahasiakan hubungan kami selain pada temantemanku, alasannya karena ibunya yang tidak menyetujui kami, saat itu kami berkomitmen bahwa 5

selama 6 bulan dia akan berusaha meyakinkan ibunya dan aku harus mencari pekerjaan yang tetap, setelah 6 bulan aku baru boleh datang ke rumahnya untuk bertemu dengan orang tuanya. Kami masih sering kontak baik melalui HP ataupun chatting. Mungkin karena kami jadi jarang bertemu, kadang-kadang ada saja masalah yang membuat kami berdebat. Aku jadi lebih sering curiga atau cemburu dengan teman-temannya di Sukabumi. Bahkan Rani pernah mengatakan hal yang benar tapi menurutku pahit karena saat aku mulai mencintainya sepenuh hati dan berfikir untuk serius dengan Rani bahkan sampai ke jenjang pernikahan. Rani mengatakan bahwa aku hanya pacarnya, aku tidak berhak tahu semua tentang dirinya, aku tidak berhak mengaturnya, karena mungkin suatu saat kita bisa saja putus. *** Dua minggu setelah lebaran, Rani pulang ke Bandung. Hampir setiap malam kami bertengkar, ada saja masalahnya, mulai dari rasa curiga dan cemburuku yang katanya berlebihan, Rani yang jangankan kucium pipinya, kupegang tangannyapun kadang-kadang ditepiskan, mamanya yang tidak setuju dengan hubungan kami yang bahkan memarahi Rani, aku yang katanya suka mau menang sendiri, dan lain-lain. Hingga suatu malam, ketika kami makan di sebuah rumah makan junkfood kenamaan, Rani bercerita kalau ibunya memilihkan laki-laki mantan pacar Rani yang katanya jauh lebih baik dariku, saat itu Rani mengatakan kalau dia bimbang, dia ga tau bagaimana lagi harus meyakinkan ibunya tentang hubungan kami. Beberapa hari setelahnya, Rani pulang ke tempat orang tuanya di Puncak Bogor. Kami hanya berkomunikasi melalui HP, seperti biasa, hanya saat itu entah hanya perasaanku saja, namun nadanya jauh lebih ketus dari biasanya. Sampai 4 hari kemudian Rani kembali ke Bandung. Sore hari, aku datang ke tempat kostnya. Kami berbicara panjang lebar, Rani mengatakan kalau saat itu dia kehilangan keyakinan akan hubungan kami, karena ibunya tetap menginginkan laki-laki itu dan katanya Rani juga sudah melakukan sholat istikhoroh dan beberapa malam kemudian Rani bermimpi bayangan seorang pria yang tingginya sama dengan Rani. Secara fisik Rani memang lebih tinggi dari aku. Saat itulah aku mulai bener-bener down, aku bingung, aku ga tau lagi harus gimana. Sampai aku fikir mungkin dengan membawanya pada keluargaku akan membuat keyakinannya bangkit lagi. Keesokan harinya aku membawanya ke rumahku, Rani banyak berbicara hal-hal yang ringan dengan keluargaku, dan sejak saat itu juga orang tuaku sering bertanya mengenai Rani. Tapi ternyata itupun tidak merubah apa-apa, Rani tetap tidak yakin dengan hubungan kami, bahkan dia mengatakan kalau dia telah melakukan hal yang keliru karena dia telah memberikan harapan yang berlebih ke padaku dan meminta putus dariku, tapi aku menolaknya. Aku jadi semakin bingung, bukankah yang namanya hubungan itu adalah saling memberi harapan? Rani tetap tak merubah pendiriannya, walau apapun penjelasanku kepadanya, dia malah mengatakan kalau cinta yang selama ini dia cari tidak ada padaku, dia memang sayang padaku tapi dia tetap tidak yakin kepadaku. Sampai keesokan harinya, Rani mau berterus terang padaku. Rani mengatakan kalau sudah hampir sebulan ini, laki-laki yang selalu diceritakan ibunya datang kepadanya, dia adalah mantan pacar Rani yang sudah beberapa kali putus nyambung, Andi namanya, terakhir mereka putus karena Andi memilki wanita lain, dan setelah itu Andi menghilang dari kehidupan Rani, pada saat Andi datang, Andi meminta maaf dan mengatakan kalau dia ingin kembali, Rani juga mengatakan entah kenapa saat itu dia bisa memaafkan Andi dan tidak bisa menolak ketika 6

Andi mengatakan ingin kembali. Bahkan sejak saat itu mereka lebih sering kontak kembali. Hatiku bagai tersambar petir di siang hari. Rupanya itulah sebab hubungan kami yang merenggang akhirakhir ini. *** Hampir satu minggu kami tidak bertemu, hanya lewat SMS dan telepon yang kadang-kadang dibalas atau diangkat, ada saja alasannya sampai suatu hari aku memaksa Rani mengaku, akhirnya terbuka juga kalau selama satu minggu itu Rani selalu bersama Andi, semakin sakit hatiku. Aku hanya bisa duduk menyendiri, merenung, menangis dan bingung harus berbuat apa. Tapi aku sadar, mungkin Tuhan sedang menguji aku, yang aku fikirkan hanya bagaimana caranya aku membuat Rani sadar akan kekeliruannya. Menurutku, pacaran itu adalah tahap dimana kita saling mengenal, saling belajar bagaimana berhubungan dengan orang yang kita cintai, bagaimana kita menjaga komitmen, bagaimana kita menjaga perasaan pasangan kita dan pacaran adalah miniatur sebuah pernikahan sebelum kita benar-benar diikat oleh ikatan suci yang disebut pernikahan. Aku juga menyadari, aku tidak boleh marah dengan kekeliruannya, justru aku harus menyadari kalau dia keliru, menyadari kenapa dia sampai keliru, menyadarkan dia kalau dia keliru dan membimbing dia untuk memperbaiki kekeliruannya. Aku hanya bisa memberikannya dua pilihan, ingin memperbaiki kesalahannya dan kembali kepadaku, dengan begitu tanpa bertemu Andipun aku tidak akan mempermasalahkannya karena pintu maafku selalu terbuka, atau membiarkan larut dalam kesalahan itu, aku juga tidak akan marah, karena itu adalah pilihannya, hanya aku minta sebelum dia putuskan itu, aku ingin bertemu dengan Andi karena aku ingin bertanya dan jawabannya ingin aku dengar dengan telingaku sendiri, apakah Andi merasa salah kalau ingin kembali pada Rani saat Rani sedang menjadi pacarku? Kalau ya, konsekwensinya apa dan kalau tidak, berarti aku tahu laki-laki seperti apa Andi. Aku juga sakit hati ketika mendengar Rani mengatakan pilihannya adalah orang yang lebih sayang dan lebih mengerti Rani, karena hatiku telah terbungkus oleh cinta dan sayangku padanya, fikiranku telah terkunci olehnya dan membuat tak bisa sedetikpun aku tidak memikirkannya, senyumku terkunci oleh fikiranku, tangan dan kakiku terkunci oleh fikiranku sehingga aku tidak bisa untuk bekerja apapun, kulitku terbungkus oleh kesabaran dan rasa ingin mengerti dia, setiap selesai sembahyang seluruh doaku hanya untuk dia, apapun yang aku punya hanya untuk dia, apapun yang aku bisa hanya kulakukan untuk dirinya, jadi rasa sayang seperti apa lagi yang belum aku berikan kepadanya? Aku semakin bingung dan kesemuanya hanya berakhir dengan tangisan. Aku memang tipe orang yang tidak mudah untuk jatuh cinta, tapi sekali aku mencintai seseorang, aku siap mengorbankan segala sesuatunya untuk orang yang kucintai. Aku memang tidak sempurna, baik dari segi fisik maupun materi, namun bagiku itu bukan segala-galanya. Bahkan aku cenderung tidak menyukai orang yang bangga karena harta orang tua. Banyak teman-temanku yang mengatakan bahwa Rani tidak pantas untuk mendapatkan cinta dan pengorbananku, bahkan Agus juga ikut kecewa dengan Rani karena setiap hari Agus melihat aku yang selalu termenung dan kehilangan senyumanku, tapi aku berfikir cintaku hanya untuk Rani dan saat ini Rani sedang keliru dan membutuhkan perhatian dan bimbinganku untuk memperbaiki kekeliruannya. Hanya saja aku harus 7

sabar menghadapinya, karena manusia adalah tempatnya benar dan salah, dan kita sebagai orang sayang kepadanya harus bisa membantu dia memperbaiki kekeliruannya, walau kadang aku fikir semuanya memang kukembalikan pada Rani, aku rela apapun keputusannya walau tidak sepenuhnya diriku mengatakan aku rela jika Rani memilih laki-laki itu, ya aku hanya bisa berusaha menyadarkannya dan berdoa untuk dia. Hari ini aku ingin bertemu dengan Rani dan mengatakan semuanya, tapi setelah ku kontak ternyata Rani sedang ada diluar, entah pulang jam berapa. Baru keesokan harinya aku dapat bertemu dengannya. Walaupun hanya sebentar, tapi aku sempat mengatakan semuanya. Entah apa yang ada dalam fikiran Rani, dia hanya diam. Malam ini malam Iedul Adha, aku coba SMS Rani, tapi semuanya hanya diakhiri dengan pertengkaran. Aku jadi semakin bingung. Rasanya semua kata-kataku selalu salah baginya. Kalau aku fikir diriku sendiri, sudah beberapa hari ini aku tidak merawat diriku, tidak mandi, makan hanya sekali sehari itupun jika sudah benar-benar lemas, tidak bercukur, kurang tidur, semuanya hanya terkunci pada dirinya. Aku fikir semuanya jadi tak berguna tanpa Rani. Bagaimana aku bisa membuatnya nyaman bersamaku? Aku ga tau lagi. Rani, kenapa dia ga bisa ngertiin aku, sekali saja. Pernah aku terfikir untuk mengakhiri hidupku, tapi apakah dengan itu semuanya selesai? Sempat aku juga berfikir ada yang berbahagia dengan situasi ini, aku memang terpancing, tapi aku bisa apa? Hanya Rani tumpuan harapanku untuk cintaku, tidak orang tuanya, tidak saudara-saudaranya, tidak teman-temannya atau siapapun. Kadang aku iba dengan Rani, karena hanya dia tempatku mengadu, semakin sedih jika aku berfikir tentang itu. Tapi janjiku, aku akan berbuat apapun asalkan dia bahagia bersamaku. Hari ini Iedul Adha, seharian aku coba SMS Rani, tapi tak satupun yang dibalasnya, aku jadi khawatir, ada apa dengan Rani? Atau mungkin dia masih marah karena SMS semalam? Terakhir aku coba SMS Rani untuk katakan selamat tidur dan aku akan ke tempat kostnya besok, juga tak dibalas, yaa semoga dia baik-baik saja. Pagi ini aku SMS dia lagi, dia menjawab bahwa apakah harus dipaksakan jika dia tidak bisa bahagia disampingku, ya aku hanya mengatakan jika memang seperti itu aku rela untuk melepasnya walau tidak bisa 100%, ternyata ikhlas sepenuhnya itu memang sulit. *** Beberapa waktu kemudian, aku datang ke tempat kost Rani setelah dia minta melalui SMS. Ternyata disana sudah ada Andi. “ Ji, seperti janjiku dan seperti permintaanmu, hari ini aku pertemukan kalian berdua,” kata Rani setelah aku duduk dan berkenalan dengan Andi. “ terima kasih, aku fikir to the point aja deh. Ndi, aku ingin bertemu kamu, cuma ingin bertanya satu hal, apakah kamu merasa salah ketika kamu tahu bahwa ketika kamu minta kembali pada Rani saat Rani itu sedang menjadi pacarku?” kataku. “ ok, aku merasa tidak ada yang salah dengan apa yang aku lakukan, kalau memang Rani bahagia selama bersamaku,” kata Andi. 8

“ terima kasih atas jawabanmu, sekarang aku baru mengetahui kamu seperti apa, aku tidak marah bahkan aku sangat menghargai kejujuranmu, Ran, sekarang apa keputusanmu, apakah kamu mau memperbaiki semuanya atau membiarkan semuanya dan membiarkan kamu larut dalam semua kesalahan itu?” tanyaku pada Rani. “ Maafkan aku Ji, aku tetap memilih Andi, bagaimanapun aku berterima kasih atas apa yang telah kamu lakukan selama ini,” jawab Rani sambil menangis, tak terasa air matakupun jatuh. “ Tidak apa-apa, maafku sudah aku berikan sebelum kamu memintanya, aku juga berterima kasih atas apa yang telah kamu lakukan kepadaku, ini memang kenyataan yang tidak bisa aku ingkari, maafkan aku juga jika selama ini aku melakukan kesalahan, aku pamit, Assalamu’alaikum” aku mengakhiri pembicaraanku dan pamit pulang. Mungkin inilah akhir dari cerita cintaku, tapi cintaku pada Rani akan tetap ada di hatiku sampai kapanpun, bahkan mungkin hanya kematianku yang dapat membunuh perasaan itu, aku akan selalu ada untukmu, jangan pernah ragu untuk berkata atau meminta apapun dariku, aku akan berusaha semampu aku, aku ingin silaturrahim diantara kita tidak pernah putus, semoga kamu berbahagia dengannya, kataku dalam hati sambil menyeka air mata yang selalu jatuh membasahi pipiku mengiringi ketidakrelaanku atas dirinya. Sebagian dari diriku masih mengatakan bahwa aku tidak ikhlas, aku sakit hati, hatiku tersiksa dan teranyaya karena dia. Ran, apa salah dan dosaku kepadamu hingga kamu menyiksa dan menganyaya aku seperti ini? Sempat terlintas Firman Allah yang pernah diucapkan ibuku, Ittaqi Da’watal Madzlumi Fainnaha Laisa Bainaha Wabainallohi Hijaab, semoga Allah SWT membalas segala perbuatan dengan seadil-adilnya, Amiin. ***

9

10

Related Documents

Lahir
November 2019 45
Sampul Maharani Nivira
October 2019 5
Cinta
October 2019 57
Cinta
November 2019 52
Cinta
May 2020 37