MACAM - MACAM AIR • 1. 2. 3.
Oleh : Rachmad Dermawan Putra Wahyu Reni Jayanti
Macam Air Yang Mensucikan 1.
Air yang suci dan menyucikan Air ini ialah air yang boleh diminum dan dipakai untuk menyucikan (membersihkan) benda yang lain. Yaitu air yang yang masih murni yang jatuh dari langit atau terbit dari bumi dan masih tetap belum berubah keadaannya, Dan yang termasuk air ini adalah Air sumur, Air Sungai, Air Laut, Air Mata air, Air Hujan, Air Es atau salju, Air Embun, Air yang berubah
Artinya : firman Allah SWT,”Dan diturunkan-Nya padamu hujan • dari langit buat menyucikanmu.”(Al-Anfal: 11)
A. Air hujan, salju, dan air embun ّ ن ال َ حَمِتِه وََأْنَزْلَنا ِم ْ ي َر ْ ن َيَد َ شًرا َبْي ْ ح ُب َ سَل الّريا َ َوُهَو اّلذي َأْر • سماِء طُهوًرا َ َماًء Artinya : • Allah SWT berfirman, "Dan Kami turunkan dari langit air yang suci." (QS Al-Furqan : 48). Imam Ja’far Shadiq berkata, “Segala sesuatu yang terkena air hujan menjadi suci.” Karena itu para ulama sepakat bahwa air hujan, di saat ia turun, hukumnya sama dengan air yang bersumber. Tidak menjadi najis dengan terkena najis, baik ia yang mengenai ataupun yang dikenai.
B. Air laut dan sungai
Artinya : • Sabda Rasulullah saw,”Dari Abu Hurairah r.a Telah bertanya seorang lakilaki kepada Rasulullah Saw. Kata laki-laki itu,”Ya Rasulullah, kami berlayar di laut dan kami hanya membawa air sedikit, jika kami pakai air itu untuk berwudhu, maka kami kehausan. Bolehkah kami berwudhu dengan air laut?” Jawab Rasulullah Saw,”Air laut itu suci lagi menyucikan, bangkainya halal dimakan.” Air ini adalah air yang suci pada dzat air itu sendiri dan mensucikan bagi yang lainnya yang dapat menghilangkan hadats dan najis.
C. Air Mata air dan Sumur
Artinya • Tatkala Nabi Saw. Ditanya bagaimana hukumnya sumur buda’ah beliau berkata,”Airnya tidak dinajisi suatu apapun.” ( Riwayat Tirmizi dan katanya hadis hasan ) Dan untuk mata air yang diriwayatkan dan Ali r.a.: Bahwa Rasulullah saw. meminta seember penuh dan air zamzam, lalu diminumnya sedikit dan dipakainya buat berwudhuk. (H.r. Ahmad)
D. Air yang berubah Air ini disebabkan lama tergenang atau tidak mengalir, atau disebabkan bercampur dengan apa yang menurut ghalibnya tak terpisah dari air seperti kiambang dan daun-daun kayu, maka menurut kesepakatan ulama, air itu tetap termasuk air mutlak. Alasan mengenai air semacam ini ialah bahwa setiap air yang dapat disebut air secara mutlak tanpa kait, boleh dipakai untuk bersuci. Allah SWT berfirman,”Jika kamu tiada memperoleh air, maka bertayammumlah kamu!” (Al-Maidah: 6)
Perubahan Air Yang Tidak Menghilangkan keadaan 1. 2. 3. 4.
Berubah karena tempatnya, seperti air yang tergenang atau mengalir di batu belerang. Berubah karena lama tersimpan, seperti air kolam. Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti berubah karena ikan atau kiambang. Berubah karena tanah yang suci, begitu juga berubah yang sukar memeliharanya misalnya berubah karena daun-daunan yang jatuh dari poho-pohon yang berdekatan dengan sumur atau tempat-tempat air yang lainnya.
2. Air suci, tetapi tidak menyucikan Zatnya suci tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu,ada tiga macam : a. air yang telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan sesuatu benda yang suci, selain dari perubahan yang tersebut di atas seperti air teh, air kopi, dan sebagainya. b. Air sedikit kurang dari dua kulah (tempat persegi panjang yang mana panjang, lebar, dalamnya 1 1/4 hasta. kalau tempat bundar maka garis tengah 1 hasta, dalam 2 ¼ hasta, dan keliling 3 1/7 hasta), sudah terpakai untuk menghilangkan hadas atau menghilangkan hukum najis. Sedangkan air itu tidak berubah sifatnya dan tidak pula bertambah timbangannya. c. Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air yang keluar dari tekukan pohon kayu (air nira), air kelapa dan sebagainya
Ada Tiga Macam Air Ini 1.
2.
3.
Air musta’mal, iaitu air yang kurang dari 2 kolah, yang telah digunakan untuk mengangkat hadas pada basuhan pertama wudhuk yang wajib dan mandi yang wajib, atau air yang telah digunakan untuk menghilangkan najis dan air itu tidak berubah dari segi kuantiti isi padunya. Air mutaghayyir, iaitu air yang berubah salah satu daripada rasa, warna, atau bau, dengan sebab bercampur sesuatu yang suci seperti gula, milo, kopi, teh, dakwat, dan sebagainya hingga berubah nama air mutlaknya. Tetapi jika berubah kerana lama bertakung, kerana lumpur dan tanah, atau kerana jatuh daun kayu ke dalamnya, maka air itu dihukumkan air yang suci lagi menyucikan. Air muqayyad, iaitu air yang dikaitkan dengan nama asalnya seperti air tebu, air kelapa dan sebagainya.
3. Air yang bernajis Air yang termasuk bagian ini ada dua macam : a. Sudah berubah salah satu sifatnya (warna, rasa, atau baunya) oleh najis. Air ini tidak boleh dipakai lagi, baik airnya sedikit atau banyak, berasal dari sumber ataupun tidak sebab hukumnya seperti najis.. b. Air bernajis tetapi tidak berubah salah satu sifatnya (warna, rasa, atau baunya). Air ini kalau sedikit berarti kurang dari dua kulah dan tidak boleh dipakai lagi, bahkan hukumnya sama dengan najis. Kalau air itu banyak berarti dua kulah atau lebih, hukumnya tetap suci dan menyucikan
Sabda Rasulullah Saw
Artinya: • Air itu tak dinajisi sesuatu, kecuali apabila berubah rasa, warna, atau baunya.” (Riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi)
Artinya: • “Apabila air cukup dua kullah, tidaklah dinajisi oleh suatu apa pun.” (Riwayat lima ahli hadis)
Ketentuan Najis Jatuh kedalam air 1. Najis itu jatuh ke dalam air yang bersumber, tetapi tidak mengubah rasa, warna, maupun baunya. Dalam hal ini, air itu tetap suci walaupun sedikit. 2. Najis itu jatuh ke dalam air, lalu mengubah rasa, warna, atau baunya. Maka air tersebut menjadi najis, baik sedikit maupun banyak, berasal dari sumber ataupun tidak. 3. Najis itu jatuh ke dalam air yang sedikit dan tidak bersumber. Maka air itu menjadi najis walaupun tidak berubah. Namun jika air yang tak bersumber itu mencapai satu kur, maka hukumnya sama dengan air yang bersumber. Ia tidak najis kecuali berubah warna, rasa, atau baunya.
Menyucikan Air yang Najis
1. Air itu bersumber, dan telah berubah sifat karena najis. Untuk sucinya, dengan menghilangkan perubahan tersebut, baik air sedikit maupun banyak, baik hilang sendiri / dengan perantara. 2. Air itu sedikit dan tak bersumber. Jika tak berubah karena najis, menyucikannya dengan turunnya hujan atasnya / menghubungkannya dengan air yang jumlahnya satu kur /dengan air yang bersumber, di mana kedua air itu menjadi satu. Tetapi jika air itu berubah, pertama dihilangkan perubahan itu, kemudian disucikan dengan cara yang telah disebutkan/ dengan mencampurkannya dengan air yang banyak sehingga tidak tampak lagi dan tak terlihat lagi bekasnya. 3. Air itu banyak tapi tak bersumber. Tidak ada keraguan bahwa tidak najis, kecuali jika berubah sifatnya. Bila demikian tidak menjadi suci kecuali dengan hilangnya perubahan itu, turunnya hujan, bersambungan dengan air satu kur atau air yang bersumber dengan syarat kedua air itu menjadi satu.
PENGERTIAN KUR • Yang dimaksud dengan tidak najisnya air satu kur dengan terkena najis adalah jika ia tidak berubah karena najis itu. Sedangkan air yang kurang dari satu kur menjadi najis jika terkena najis walaupun tidak berubah warna, rasa, atau baunya. Batasan kur adalah 1. Berdasarkan ukuran : panjang, lebar, dan dalamnya mencapai 3,5 jengkal. 2. Berdasarkan berat : mencapai 1.200 kati. • Keraguan menentukan Kur : Jika sebelumnya anda tahu air itu satu kur atau kurang, kemudian ragu apakah telah berkurang. Maka anda tetapkan melalui istishhab bahwa jumlahnya tetap satu kur atau kurang. Tetapi jika anda belum tahu tentang kur maka hukum satu kur tidak berlaku bagi anda.
4. Air yang makruh Yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain bejana emas atau perak. Air ini makruh dipakai untuk badan. Tetapi tidak makruh untuk pakaian; kecuali air yang terjemur di tanah, seperi air sawah, air kolam, dan tempat tempat yang bukan bejana yang mungkin berkarat Imam pernah ditanya tentang seorang yang memiliki dua bejana. Salah satunya kejatuhan najis, tetapi ia tidak tahu yang mana, sedang ia tidak mendapatkan air selain kedua bejana itu. Beliau menjawab, “Ia harus membuang kedua air itu dan bertayamum.” Karena kesamaran antara suci dan najis itulah beliau menyarankan hal tersebut.
Sabda Rasulullah Saw
Artinya : • Dari Aisyah. Sesungguhnya ia telah memanaskan air pada cahaya matahari, maka Rasulullah Saw, berkata kepadanya,”Janganlah engkau berbuat demikian, ya aisyah. Sesungguhnya air yang dijemur itu dapat menimbulkan penyakit sopak.” ( Riwayat Baihaqi )
TERIMA KASIH BANYAK