Maanil Quran Pembetulan.pdf

  • Uploaded by: Shiki Xii
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Maanil Quran Pembetulan.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 4,059
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN Bahasa ataupun Linguistik merupakan sistem tanda bunyi yang disepakati untuk digunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu untuk bekerja sama dan berkomunikasi. Selain itu, bahasa merupakan suatu sistem yang berarti bahawa bahasa itu sistematis. Bahasa juga merupakan salah satu cabang yang memainkan peranan yang penting untuk memahami ayat-ayat al-Quran. Penelitian mengenai karakteristik idiom dalam beberapa ayat al-Qur'an telah dilakukan oleh Sri Kusdaryanti dengan menggunakan 35 ayat al-Qur'an sebagai korpus untuk analisis. Tujuannya ialah untuk mengetahui bentuk-bentuk idiom yang ada dalam al-Qur'an dan pembagian idiom-idiom tersebut berdasarkan kolokasi makna. Bahasa yang dikaji dalam linguistik dapat disatukan dengan peristiwa yang terjadi di sekitar bahasa tersebut. Bahasa memiliki secara umum memiliki dua garis besar pembahasan yaitu pembahasan struktural bahasa dan pembahasan bahasa ditinjau dari fenomena disekililing bahasa. Kajian Struktural Salah satu materinya adalah kata. Kata merupakan bagian terpenting dalam susunan makna gramatika. Kata satu memiliki relasi makna dengan kata lainnya. Relasi tersebut membentuk suatu istilah baru yang diantaranya adalah Polisemi dan Homonim. Pada perkembangannya mempelajari bahasa juga termasuk mempelajari budaya, karena bahasa merupakan salah satu identitas suatu kelompok masyarakat tertentu untuk berkomunikasil. Dengan melihat seluruh aspek pada gaya bahasa ini, tentunya ada salah satu aspek yang cukup menarik perhatian yaitu kecocokan dan pembuktian secara ilmiah relasi idiom dan polisemi di dalam al-Quran.

1

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah idiom Fenomena idiomatik Arab telah lama dibincang dan dibahas oleh sarjana Arab seperti Al-Jahiz (M: 255 H) dalam bukunya ‫ البيان والتبيين‬, Al-Jurjani (M: 471 H) melalui kitabnya

‫ البالغة أسرار‬dan ‫ دالئل اإلعجاز‬, manakala Al-zamakhshari (M: 538 H) dengan kitabnya ‫أساس‬ ‫ البالغة‬dan ‫ الكشاف‬. Menurut Shakkor1 (1992: 64) ilmu retorik ‫ علم البيان‬didefinisi oleh linguis Arab sebagai “disiplin ilmu yang menyatakan cara mengungkap bahasa melalui susunan kalimat dengan pelbagai cara, di mana sebahagian lain menjelaskan kesan dan maknanya” (terjemahan). Dengan demikian, ahli balaghah telah bersepakat bahwa ‫البيان علم‬, mencakupi tiga aspek, iaitu: (‫ )التشبيه‬simile (‫ )المجاز‬figuratif dan (‫ )الكناية‬metonomi. Bangsa Arab menggunakan ekspresi idiomatik/ simpulan bahasa untuk sebab yang tertentu. Menurut Abu Sa’ad2 (1987: 7) ekspresi idiomatik digunakan untuk dua kategori, pertama bertujuan untuk mengindahkan unsur bahasa melaui penerapan fenomena pemakaian bahasa dan yang kedua untuk menyatakan kesan semulajadi yang ditunjukkan melalui imej metafora dalam idiom3. Idiom merupakan pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umumnya, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal,

ُ ‫ِإب‬ dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Sebagai contohnya ‫ْن ْاليَ ْو ِم‬ maknanya ialah Pemuda Masa kini (Modern), َ‫ قَت َ َل ْال َو ْقت‬yang berarti menyia-nyiakan waktu. Contoh yang pertama memiliki makna tekstual Anak laki-laki hari ini, namun jika di makna idiomkan menjadi pemuda masa kini (Modern), sedangkan contoh yang kedua memiliki makna tekstual membunuh waktu, namun makna idiom disini ialah menyia-nyiakan waktu.

ُ ‫ إِب‬bermakna anak laki-laki, kata ‫ ْاليَ ْو ِم‬bermakna hari ini tetapi setelah menjadi Kata ‫ْن‬ ُ ‫ )إِب‬ialah pemuda masa kini atau modern. Sedangkan Kata ‫ قَت َ َل‬bermakna makna idiom (‫ْن ْاليَ ْو ِم‬ membunuh, kata َ‫ ْال َو ْقت‬bermakna waktu tetapi setelah menjadi makna idiom ( َ‫ )قَت َ َل ْال َو ْقت‬ialah

1

Shakkour, J. (1992). Kitāb al-bayān (in Arabic). Beirut: Daar al-fikr al-lubnanii, 64 Abu sa’ad, A. (1987) Mŭkjām al-tarākīb wa al-ibārāt al- istilāhiyya al- āmiyya al-qadīm minhā wa almŭwallād. Bayrūt. Dār al-ilm l‟al-malāyīn, 7 3 Muhammad Luqman Ibnul Hakim Dkk, Fenomena Antara Idiom dan Kolokasi: Satu Analisis Terjemahan Struktur dan Makna Jurnal Linguistik Vol. 19(2) Disember.2015 (010-023), 11 2

2

Menyiaq-nyiakan waktu. Dalam Skripsi Pendidikan Bahasa Arab Umi Nurul Fatimah memberi contoh antara ‫ب فِي‬ ُ ‫ َر ِغ‬bermakna idiom senang dan ‫ى‬ َ ‫ َر ِغ‬yang bermakna idiom meminta4. َ َ‫ب اِل‬

B. Tokoh-Tokoh dan Kitab-Kitab bagi Idiom dan Polisemi makna Al-Quran5 Al-Jahiz bukunya ‫البيان والتبيين‬ Al Jahiz adalah seorang cendekiawan Afrika-Arab yang berasal dari Afrika Timur Ia merupakan

sastrawan

Arab

dan

memiliki

karya-karya

dalam

bidang

literatur

Arab, biologi, zoologi, sejarah, filsafat, psikologi, Teologi Mu'taziliyah, dan polemik-polemik politik religi. Perjalanan hidup masa kecil Al Jahiz tidak begitu banyak diketahui. Al JahiZ lahir dari keluar yang sangat sederhana. Dilahirkan di Kota Basra pada tahun 160 Hijriah atau Februari 776. Dia menegaskan dalam sebuah buku bahwa ia merupakan bangsa Arab dari suku Kinanah. Untuk membantu keluarga, Al Jahiz berjualan ikan disekitar saluran irigasi di Kota Basra. Kesulitan keuangan tidak menghambat Al Jahiz untuk terus mencari ilmu pengetahuan. Al Jahiz terbiasa berkumpul dengan para pemuda di masjid utama Kota Basra membahas dan mengkaji berbagai bidang ilmu pengetahun. Ia juga selalu menghadiri perkuliahan yang membahas tentang filologi, leksikografidan sastra puisi. Al Jahiz melanjutkan dan menempuh masa pendidikanya selama 25 tahun. Sehingga memperoleh banyak ilmu pengetahuan tentang ilmu sastra Arab terutama puisi, filologi Arab, sejarah bangsa Arab dan bangsa persia sebelum Islam. Selain itu ia mempelajari ilmu Alquran dan hadits. Selain itu Al Jahiz juga membaca buku-buku yang diterjemahkan dari bangsa Yunani seperti filsafat Yunani khususnya Aristoteles. Pada masa tersebut kekhilafahan Abbasiyah dalam masa keemasan dengan adanya perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan pendidikan. Buku-buku, perpustakaan mudah ditemukan di wilayah kekhilafahan yang memudahkan para pelajar memepelajari berbagai ilmu pengetahuan.6

4

Umi Nurul Fatimah, Idiom bahasa arab tinjauan gramatikal dan semantis, skripsi pendidikan bahasa arab Universitas Negri Semarang, 1 5 Contoh Kitab terdapat di lampiran halaman 19. 6 https://www.hidayatullah.com/spesial/islamic-discovery/read/2015/06/12/71905/mengenal-bapakbiologi-muslim-al-jahiz.html diakses pada 10 Disember 2018.

3

Al-Jurjani kitabnya ‫ دالئل اإلعجاز‬dan ‫البالغة أسرار‬ Abu Al-Hasan Ali bin Abdul Aziz bin Al-Hasan Al-Jurjani atau lebih dikenali dengan Al-Qadhi Al-Jurjani lahir di Gorgan, Persia Utara dan tidak diketahui tahun kelahirannya, wafat di Ray, Persia pada tahun 392 H/1001. Ia adalah seorang ulama di bidang bahasa dan sastra Arab. Ia pergi ke Irak dan Syam untuk mempelajari berbagai macam ilmu dan budaya hingga ia menjadi salah seorang ilmuwan dan sastrawan besar pada zamannya. Ia merupakan salah satu delegasi dari Ash-Shahib bin Abad, menjadi sahabatnya serta dipilih dan diterima menjadi Qadhi di Gorgan dan Qadhi di Ray, sehingga dijuluki sebagai Qadhi al-Qudhat (Hakim para Hakim). Ia dikenal memiliki ilmu yang luas dalam ilmu fikih, juga dikenal sebagai penyair, prosais, dan ahli ilmu kalam, serta dikenal sebagai penulis syair dan karya yang produktif. Syairnya meskipun padat namun indah dan mudah dipahami, penuh dengan kata-kata bijaksana. Ash-Shahib bin Abad menganggap bahwa Al-Qadhi Al-Jurjani membawa pemikiran Al-Mutanabbi hingga ia menulis sebuah buku tentang persamaan antara keduanya, namun AlQadhi Al-Jurjani membantah dengan menulis sebuah buku dengan judul 'Al-Wasathah Baina Al-Mutanabbi wa Khusumuhu (Pertengahan antara Al-Mutanabbi dan musuh-musuhnya), dan juga menulis beberapa karya lainnya.7

Al-zamakhshari dengan kitabnya ‫ أساس البالغة‬dan ‫الكشاف‬ Nama lengkap Al-Zamkhsyari adalah Abu al-Qasim Mahmud bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Umar al-Khawarizmi al-Zamakhsyari dan ia dijuluki Jarullah ( tetangga Allah ), karena ia pergi ke Makkah dan tinggal di sana lama sekali . Ia lahir pada hari Rabu tanggal 27 Rajab 467 H, bertepatan dengan tahun 1074 M di Zamakhsyar, suatu desa di Khawarizmi, terletak di wilayah Turkistan, Rusia. Ia hidup di lingkungan sosial yang penuh dengan suasana semangat kemakmuran dan keilmuan. Dan beliau wafat pada tahun 538 H, setelah ia kembali dari Makkah. Ia mendapatkan pendidikan dasar di negerinya, kemudian pergi ke Bukhara untuk memperdalam ilmunya. Ia

7

http://astadasaparwa.blank.web.id/id1/962-849/Al-Qadhi-Al-Jurjani_109477_astadasaparwablank.html diakses pada 10 DIsember 2018

4

belajar sastra (adab) kepada Abu Mudhar Mahmud ibn Jarir al-Dhabby al-Ashfahany (w. 507 H). Ia seorang ulama dan imam besar dalam bidang bahasa dan retorika. Siapa saja yang telah membaca tafsirnya, maka akan menemukan banyak aspek gramatika yang berbeda. Ia memiliki otoritas dalam bidang bahasa Arab dan mempunyai banyak karya termasuk hadits, tafsir, gramatika, bahasa, retorika, dan lain-lain. Ia penganut madzhab Hanafi juga pengikut dan pendukung akidah Mu’tazilah.8

C. Pengertian Idiom Salah satu jenis ungkapan yang terdapat dalam semua bahasa tetapi yang sangat khas untuk tiap bahasa adalah Idiom. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), idiom merupakan satu konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya, misalnya kata “kambing hitam” dalam kalimat dalam peristiwa kecelakaan pada malam kemarin, pria itu menjadi kambing hitam, padahal dia tidak tahu apa-apa.9 Idiom merupakan kumpulan dua kata atau lebih yang menjadi satu kesatuan atau ungkapan yang tidak bisa difahami secara harfiyah karena mempunyai makna yang berbeda dari kata-kata yang membentuknya, sehingga harus difahami secara konteks dan diterjemahkan dengan mencarikan padanannya dalam bahasa sasaran. Hal inilah yang membuat penerjemah bahasa arab kesulitan dengan adanya makna idiom yang tidak bisa dipahami secara harfiah. Idiom dalam bahasa Arab bisa berupa gabungan kata dengan preposisi, gabungan kata dengan kata, dan peribahasa/ungkapan. Penerjemahan idiomatik merupakan penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran dan cenderung mengubah nuansa makna melalui penggunaan ungkapan sehari-hari dan ungkapan idiomatik yang tidak terdapat dalam bahasa sumber.10 Adapun pengertian idiom secara istilah adalah sebagai berikut:11 1. Menurut Munir Ba’albaki Idiom adalah ungkapan yang mempunyai makna yang mana tidak mungkin difahami secara kata-perkata saja.

8

https://ilmudunyawadiin.blogspot.com/2016/08/biografi-al-zamakhsyari.html diakses pada 9 Disember 2018 9 https://www.kbbi.web.id/idiom diakses pada 10 Disember 2018. 10 T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Makna, (Bandung: Refika Aditama, 1999), hlm. 20 11 https://amaliaelfanani.wordpress.com/2012/05/28/idiom diakses pada 20 Oktober 2018

5

2. Beekmaan dan Callow (1974) dalam Larson menjelaskan idiom yaitu ungkapan untuk dua kata atau lebih yang tidak dapat dimengerti secara harfiah dan secara semantis berfungsi sebagai satu kesatuan.

3. Idiom adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk makna baru. Makna baru tersebut tidak dapat diramalkan atau dicocokkan dari makna unsur-unsurnya.

D. Penterjemahan Idiom Penterjemahan idiom terbahagi kepada dua bahagian yang sering digunakan oleh masyarakat dalam melihat sesuatu perspektif terhadap sesuatu ayat. a) Penerjemahan Harfiah (Literal Translation). Dalam penerjemahan ini struktur gramatikal bahasa sumber dicarikan padanannya yang terdekat dalam bahasa sasaran, sedangkan kata-kata atau penerjemahan leksikalnya diterjemahkan di luar konteks. Dalam proses penerjemahan awal, jenis penerjemahan ini dapat membantu melihat masalah yang perlu diatasi. Contoh:

6

b)

Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation). Metode ini bertujuan

mereproduksi sisi pesan bahasa sumber, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian ada penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosa kata sehari-hari dan idiom yang tidak ada didalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai dalam bahasa sasaran. Contoh:

‫اليد العليا خير من اليد السقلى‬

Terjemahannya: “Memberi lebih baik dari pada menerima.”

Beberapa pakar kaliber dunia seperti Seleskovits menyukai metode ini karena terjemah metode ini dianggap hidup dan alami.

Contoh:

‫المال الحرام ال يدوم‬

Terjemahannya: “Harta haram tidak akan bertahan lama.”

7

Penerjemahan idiomatik merupakan salah satu cara atau metode penerjemahan yang memproduksi pesandari bahasa sumber, tetapi penerjemahan ini cenderung mengubah nuansa makna melalui ungkapan sehari-hari dan ungkapan idiomatik yang tidak terdapat dalam bahasa sumber. Dalam hal ini Selecovits sangat menyukai penerjemahan ini karena terjemahan ini dianggapnya hidup dan alami (dalam arti akrab).12 Penerjemahan idiom tidak bisa langsung diterjemahkan secara harfiah kata demi kata, karena gabungan kata-kata tersebut mempunyai makna yang berbeda dari kata-kata bila berdiri sendiri. Jadi harus dicarikan makna yang dimaksud dengan melihat konteks dan budaya juga berperan dalam penggunaan idiom ini. Karena ungkapan setiap bahasa bisa jadi berbeda dengan bahasa yang lain terkait dengan sosio-kulturalyang berkembang pada pengguna bahasa tersebut. Sehingga harus difahami terlebih dahulu maksud dantujuan penuturan bahasa sumber, untuk kemudian dicarikan padanannya dalam bahasa sasaran.

E. Jenis-Jenis Idiom Idiom dalam bahasa arab dapat dibentuk dari unsur-unsur; isim , fi’il , maupun huruf. Unsur – unsur inilah yang membentuk idiom dalam bahasa Arab. Berdasarkan unsur – unsure inilah maka akan tampak bentuk – bentuk idiom. Idiom bahasa Arab ada yang terbentuk dari dua kata dan, ada pula yang tiga kata Adapun bentuk-bentuk idiom sebagai berikut:13 a.

Isim dan isim Misalnya ‫‘ أعمي القلب‬buta hati’. Yang terdiri dari ‫ أعمي‬/ a’mā/ ‘buta’, dan ‫القلب‬/ al-

qalbi/ ‘hati’. Maknanya bukan berarti ‘buta hati’, tetapi makna idiomnya adalah ‘tidak m au menerima kebenaran’

12 13

Nurul Murtadho, Hiperbola dan Mubalaghah, (Arabia, 1999), hal. 69 http://vanxiber.blogspot.com/2013/03/idiom_7.html diakses pada 15 November 2018

8

b.

Fi’il dan Huruf Misalnya ‫ إعتدى على‬/I’tadā ‘ala/ ‘melanggar atas’. Yang terdiri dari kata ‫ إعتدى‬/i’tadā

/ ‘melanggar’, ‫‘على‬atas’. Maknanya bukan berarti ‘melanggar atas’, tetapi makna idiomnya adalah ‘merampas’.

c.

Fi’il dan Isim Misalnya, ‫أفل النجم‬

/afala najmu/ ‘bintang terbenam’. Yang terdiri dari kata ‫أفل‬

‘terbenam’, ‫‘ النجم‬Bintang’. Maknanya bukan berarti ‘bintang terbenam’, tetapi makna idiomnya adalah ‘tak terkenal lagi’14

d.

Fi’il, Isim, Huruf Misalnya ‫ أغمض عينيه عن‬agmada ‘ainaihi ‘an/ ‘memejamkan kedua matanya dari’,

yang terdiri dari kata ‫‘ أغمض‬memejamkan’, jika digabung dengan ‫‘عينيه‬kedua matanya’ dan

‫ عن‬yang bermakna ‘dari’. Maknanya bukan berarti ‘memejamkan kedua matanya dari’, tetapi makna idiomnya adalah ‘melupakan’.15

F. Contoh Idiom di dalam al-Quran Contoh-contoh idiom dalam Al-Quran:

ۡ َ ۡ ََ ََ ۡ ۡ ُ ََۡ ََ ُ َ ۡ ُ َۡ َ ََ َ ‫ٱۡل‬ ٢٠ ‫اب‬ ‫ِط‬ ‫وشددنا ملكهۥ وءاتينَٰه ٱۡل ِكمة وفصل‬ ِ “Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmahdan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.” (Surah Sad ayat 20)

14 15

Ibid Ibid

9

َ ۡ َ ۡ ََ ‫اب‬ ِ ‫وفصل ٱۡلِط‬ Makna secara Harfi: Memutuskan / perbicaraan (harfiyah) Makna Idiom: “Menyelesaikan persilisihan”

ۡ َ ۡ ْ ُ ْ ُ َ َّ َ َ َ َ ْ ٓ ُ َّ َّ َ ِ ٞ َ َ ُ َ ۡ َ ُ َ ۡ َ َ َ َ َ َ ٢٩ ‫ب‬ ِ َٰ‫كِتَٰب أنزلنَٰه إَِلك مبَٰرك َِلدبروا ءايَٰتِهِۦ و َِلتذكر أولوا ٱۡللب‬

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran (Surah Sad ayat 29)

ََۡ ۡ ْ ُُْ ‫ب‬ ِ َٰ‫أولوا ٱۡللب‬ Makan secara Harfi: Pemilik / (bagian dada binatang yang diikat tali / inti dari segala sesuatu) Makna Idiom: “Orang-orang yang mempunyai fikiran”

ۡ َۡ َ ُ َ ُ َ َ َ َ ٥٣ ‫اب‬ ِ ‫هَٰذا ما توعدون َِلو ِم ٱۡل ِس‬ Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari kiamat (Surah Sad ayat 53)

َ ۡ َۡ ‫اب‬ ِ ‫َِلو ِم ٱۡل ِس‬ Makna secara Harfi: Hari / (perkiraan/penghitungan/akuntansi) Makna Idiom: “Hari Kiamat”

10

I.

Pengertian Polisemi Polisemi merupakan satu unsur fundamental di dalam tutur manusia yang dapat muncul

dalam berbagai cara, salah satunya adalah faktor dari bahasa asing. Menurut (KBBI) Polisemi merupakan bentuk bahasa (kata, frasa, dan sebagainya) yang mempunyai makna lebih dari satu.16 Kata “polisemi” berasal dari bahasa Inggeris yaitu polysemy, yang bererti makna ganda, sebuah kata yang dikelompokkan dengan kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna yang berbeda. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Polisemi berarti satu bentuk bahasa (kata, frasa, dan sehubungannya) yang mempunyai makna lebih dari satu.17 Para ahli linguis mempunyai pendapat yang sejalan:i.

Polisemi itu adalah satu kata yang memiliki makna lebih dari satu. Hal tersebut dapat kita simak dari pendapat Lyons yang menyatakan bahawa polisemi (multiple meaning) is a property of single lexemes.

ii.

Pateda mengatakan “it is also the case that same word may have set of different meanings”; demikian ada juga yang mengatakan, “a word which have two (or more) related meanings” adalah polisemi.18

Di dalam bahasa Arab pula ia disebut sebagai ‫( تعدد المعنى‬kepelbagaian makna). Dalam kajian linguistik arab, TaufiqurRohman menyebutkan dalam bukunya, Bahwa polisemi adalah:19

:‫من معني لها اكثر هو عبارة عن كلمة واحدة البوليسيمي‬ Artinya: “Polisemi (Ta’addud Al-Ma’na) adalah sebuah kata yang maknanya lebih dari satu, sebagai akibat adanya lebih dari sebuah komponen konsep makna pada kata tersebut.” Dalam bahasa arab, Polisemi disebut juga ‫ اشتراك اللفظى‬/ Isytirak al-lafzi. yang dimaksud dengan ‫ اشتراك اللفظى‬adalah:

16

https://kbbi.web.id/polisemi diakses pada 9 DIsember 2018 T.Fatimah Djajasudarma, Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Makna, (Bandung: Refika Aditama, 1999), hlm. 45 18 Ibid 19 TaufiqurRohman, Leksikologi Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang press, 2008), hlm. 71 17

11

‫الالمجاز معان تطلق على كل منها على طريق الحقيقة عدة الواحدة للكلمة‬ Artinya: “Satu kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai sebagai makna yang denotative (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).” Dalam bahasa arab, misalnya kata (‫ )عين‬mengandung beberapa komponen konsep makna, yakni mata/panca indera (‫)عين البصر‬, sumur/mata air (‫)البئر‬, mata-mata (‫)الجاموس‬, bulatan matahari (‫) الشمشقرص‬. Misalnya, kata ‘kepala’ yang mengandung konsep makna, selain bermakna: (1) Anggota tubuh manusia/hewan, (2) Pemimpin/ketua, (3) Orang/jiwa.20

II.

Bentuk-Bentuk Polisemi Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan

mempunyai makna. Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kata yang berbentuk tunggal dan kata yang berbentuk turunan atau kompleks. Berdasarkan bentuknya, polisemi dapat dibedakan menjadi dua bentuk: 1. Polisemi Berbentuk Kata Dasar Polisemi berbentuk kata dasar merupakan polisemi yang berupa morfem bebas dan tidak mengalami proses afiksasi, reduplikasi dan gabungan proses. Diantaranya diberikan contoh: kata “jatuh” dalam bahasa Indonesia memiliki makna: jatuh yang memiliki makna konseptul ’meluncur kebawah dengan cepat’ yang kemudian mengalami perluasan pemakaian seperti : a) Jatuh cinta yang bermakna ‘menaruh hati kepada’, b) Jatuh harga yang bermakna ‘turun harga’ c) Jatuh dalam waktu ujian yang bermakna ‘gagal dalam ujian’. Dalam bahasa Arab, misalnya seperti kata “‫ ” ولي‬membawa erti wali, wakil, pengganti dan juga pelindung. Selain itu, kata (‫ )عين‬mengandung beberapa komponen konsep makna, yakni mata/panca indera (‫)عين البصر‬, sumur/mata air (‫)البئر‬, mata-mata (‫)الجاموس‬, bulatan matahari (‫) الشمشقرص‬.

20

Ibid

12

2. Polisemi Berbentuk Kata Turunan Polisemi berbentuk kata turunan adalah polisemi yang berbentuk kata turunan atau sudah mengalami proses afiksasi, reduplikasi dan gabungan proses. Dalam Bahasa Bali ditemukan polisemi berbentuk kata turunan, seperti : kata “mencetak”. Pada mulanya hanya digunakan pada bidang penerbitan buku, majalah, atau koran. Tetapi kemudian maknanya menjadi meluas seperti tampak pada kalimat-kalimat berikut : “Persija tidak berhasil mencetak gol”, “Pemerintah akan mencetak sawah-sawah baru”, “Kabarnya dokter akan mencetak uang dengan mudah”. Pada kalimat pertama kata mencetak berarti ‘membuat’ atau ’menghasilkan’; pada kalimat yang kedua berarti ‘membuat’; dan pada kalimat yang ketiga berarti ‘memperoleh, mencari, mengumpulkan, dan menghasilkan’ (Chaer, 1995:142).21

III.

Contoh-contoh Polisemi Dalam Bahasa Arab Dengan adanya kalimat yang berdiri sendiri pada setiap sesuatu seperti yang telah kita

dapatkan dari beberapa perkataan, fikiran manusia tidak akan menerima begitusaja melainkan akan ada penyaringan makna terlebih dahulu. Contohnya: Membasuh, membasuh kepala, membasuhkan orang lain, membasuhkan kepala orang lain dan seterusnya.22 Istighlal Ghumudh khusus dari beberapa uslub khusus. Dan beberapa contoh yang di ambil dari bahasa arab untuk Istighlal sastra arab diantaranya:23 a. Firman Allah S.W.T dalam Al Quran yang berbunyi :

‫ األية‬. . . ‫ويوم تقوم الساعة يقسم المجرمون ما لبثـوا غير ساعة‬ Kalimat pertama yang bergaris bawah dan kalimat kedua yang bergaris bawah berbeda artinya , kalimat yang pertama diartikan dengan hari kiamat , sedangkan kalimat yang kedua diartikan sebagai waktu . b. Rasulullah S.A.W bersabda :

‫اللهم كما حسنت خلقى فحسن خلقى‬

21

http://studi-arab.blogspot.com/2016/03/makalah-polisemi.html diakses pada 18 November 2018. http://hamimprof.blogspot.com/2012/12/musytarak-al-lafdzi.html diakses pada 30 November 2018 23 Ibid 22

13

Kalimat pertama yang bergaris bawah dan kalimat kedua yang bergaris bawah berbeda artinya, kalimat yang pertama diartikan dengan pakaian, sedangkan kalimat yang kedua diartikan dengan akhlaq. c. Abu Tamam berkata :

‫يحيا لدى يحيى بن أحمد‬

‫ما مات من كرم الزمان فإ نه‬

Kalimat pertama yang bergaris bawah dan kalimat kedua yang bergaris bawah berbeda artinya, kalimat yang pertama diartikan dengan hidup , sedangkan kalimat yang kedua diartikan dengan nama Yahya.24

IV.

Faktor Perkembangan Polisemi

Di dalam bukunya Stephen Ullmann menjelaskan bahwasanya polisemi terjadi di atas empat faktor, di antaranya adalah:25 1. Perluasan Pemakaian Perluasan pemakaian sebuah kata pada mulanya digunakan untuk satu kontekstual tertentu, tetapi kata itu kemudian mengalami perluasan pemakaian pada konteks lain. Misalnya: kata jatuh yang memiliki makna konseptual ’meluncur kebawah dengan cepat’ yang kemudian mengalami perluasan pemakaian seperti : a) Jatuh cinta yang bermakna ‘menaruh hati kepada’ b) Jatuh harga yang bermakna ‘turun harga’ c) Jatuh dalam waktu ujian yang bermakna ‘gagal dalam ujian’

2. Pemakaian Khas Pada suatu lingkungan masyarakat, arti yang berbeda dari sebuah kata timbul karena dipakai oleh lingkungan masyarakat yang berbeda. Perbedaannya dengan faktor pertama ialah faktor kedua itu ditekankan pada lingkungan masyarakat pemakainya, sedangkan faktor pertama ditekankan pada bidang pemakaian. Misalnya, kata (operasi) pada bidang kedokteran yang bermakna ‘pekerjaan membedah bagian tubuh untuk menyelamatkan nyawa’. Pada

24 25

Ibid Stephen Ullmann, Pengantar Semantik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 202-210

14

bidang militer kata (operasi) bermakna ‘kegiatan untuk melumpuhkan musuh atau memberantas kejahatan’. Sedangkan bagi departemen tenaga kerja kata (operasi) bermakna ‘salah satu kegiatan yang akan atau sedang dilaksanakan’. 3.

Pemakaian Kiasan Faktor yang ketiga, yang menyebabkan polisemi adalah pemakaian kata untuk makna

kiasan. Sebuah kata digunakan dengan makna kiasan karena pemakai bahasa ingin membandingkan, mengibaratkan, atau memisahkan suatu kejadian tertentu dengan kejadian lain. Misalnya: kata (bunga) yang arti konseptualnya ‘bagian tumbuhan yang menjadi bakal buah (warnanya indah dan beragam). Namun, bentuk kata tersebut dijadikan sebagai kiasan seperti pada kata : a) Bunga bibir yang bermakna ‘kata-kata manis’ b) Bunga hati yang bermakna ‘orang yang sangat disayangi’ c) Bunga uang yang bermakna ‘keuntungan dari meminjam dan menabung uang’ d) Bunga kehidupan yang bermakna ‘kesenangan hidup’ 4.

Pemberdayaan Bahasa Faktor lain yang menyebabkan polisemi adalah pemberdayaan sebuah kata pada

beberapa konteks berdasarkan pada makna dasarnya atau tetap berhubungan makna dengan konseptualnya. Terbatasnya kata untuk mengungkapkan banyak hal mengakibatkan sebuah kata perlu digunakan untuk beberapa konteks sehingga pada gilirannya mengakibatkan kata itu memiliki banyak makna. Pada hakikatnya, polisemi atau sebuah kata yang mempunyai makna ganda memberikan peluang bagi pemakai bahasa untuk berbahasa secara lebih kaya, lebih cermat, lebih bervariasi dengan tidak menimbulkan hambatan-hambatan dalam berkomunikasi. Juga mendukung keperluan berbahasa karena pertimbangan pertimbangan sosiokultur tertentu. Para filosof beramai-ramai mengemukakan bahwa polisemi itu merupakan kelemahan bahasa dan merupakan hambatan besar dalam komunikasi dan bahkan dalam kejadian pikir. Akan tetapi, Breal melihat bahwa dalam kemultigandaan makna ada suatu tanda keagungan bahasa itu. Polisemi merupakan faktor ekonomi dan fleksibilitas dalam bahasa yang tak ternilai harganya.26

26

Monsoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet, Ke-2, hal. 219

15

V.

Contoh-contoh polisemi dalam al-Quran:

َ َ

َ ) di dalam al-Quran yang membawa makna ‘perumpamaan’ seperti di dalam surah Kata (‫َضب‬ Ibrahim pada ayat 24:

ٓ

َ

َ

ُ

َ

َ ‫ا‬

‫ا َ ا‬

َ َ

ََ

َ َ ُ َّ َ َ َ َ ٞ ‫ج َرة َط ِي َبة أ ۡصل َها ثاب‬ َ َ َّ ‫ت َوف ۡر ُع َها ِف‬ َِ َ ٢٤ ِ‫ٱلس َماء‬ ‫أل ۡم ت َر ك ۡيف‬ ٍ ِ ٖ ‫َضب ٱّلل مثٗل َك َِمة طيِبة كش‬ ِ ِ Artinya: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,

ْ ُ ۡ َ

Selain itu, kata “‫ۡضبوا‬ ِ ‫ ”ت‬membawa makna ‘membuat/mengadakan’ seperti di dalam surah An-Nahl pada ayat 74:

َ ُ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ ُ َ ۡ َ َ َّ َّ َ َ ۡ َ ۡ َّ ْ ُ ۡ َ َ َ ٧٤ ‫ۡضبوا ِّللِ ٱۡلمثال إِن ٱّلل يعلم وأنتم َل تعلمون‬ ِ ‫فٗل ت‬

Artinya: Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Contoh lain, kata (‫ )يد‬yang juga mengandungi beberapa komponen konsep makna, Selain bermakna tangan/organ tubuh (‫ )عضو‬juga bermakna kekuasaan (‫)قوة‬. Sebagaimana

َ ۡ ْ pada Firman Allah Swt di dalam Surah Ad-Dzhariyyat ayat 47 kata “‫د‬ ٖ ‫ ”بِأيي‬yang membawa erti kekuasaan.:

َ َ َ ۡ َ َ ٓ َّ َ ُ ُ َ َّ ۡ ْ ٤٧ ‫َوٱلس َما َء بنينَٰها بِأيي ٖد ِإَونا لموسِعون‬ “Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan kami dan sesungguhnya kami benarbenar berkuasa”.

16

BAB III KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah bahawa idiom adalah salah satu kata khas yang mempunyai dua kata untuk membawa makna yang baru dan polisemi adalah satu kata yang mempunyai banyak makna mengikut kesesuaian ayat dan kondisi ayat. Secara tidak langsung juga kita dapat mengetahui betapa pentingnya untuk memahami konsep idiom dan polisemi di dalam al-Quran agar penafsiran sesuatu perkataan dan ayat itu dapat diteliti dan difahami, serta menjadi pedoman kepada manusia dalam memahami suruhan, larangan dan apa yang disukai oleh Allah SWT. Dengan ini, tokoh-tokoh yang telah banyak membantu dalam mengembangkan ilmu ini telah memberikan banyak kebaikan kepada masyarakat kerana dengan ini dapat dilahirkan generasi yang akan lebih memahami al-Quran.

17

LAMPIRAN

Kitab Bayan Wa Tabayyin

Kitab Asas Balaghah

Kitab Dala’ilul I’jaz

Kitab Tafsir Kasyaf

18

Daftar Pustaka Abu sa’ad, A. (1987) Mŭkjām al-tarākīb wa al-ibārāt al- istilāhiyya al- āmiyya al-qadīm minhā wa al-mŭwallād. Bayrūt. Dār al-ilm l‟al-malāyīn.

Muhammad Luqman Ibnul Hakim Dkk, Fenomena Antara Idiom dan Kolokasi: Satu Analisis Terjemahan Struktur dan Makna Jurnal Linguistik Vol. 19(2) Disember.2015 (010023).

Monsoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).

Nurul Murtadho, Hiperbola dan Mubalaghah, (Arabia, 1999).

Shakkour, J. (1992). Kitāb al-bayān (in Arabic). Beirut: Daar al-fikr al-lubnanii.

Stephen Ullmann, Pengantar Semantik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).

T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Makna, (Bandung: Refika Aditama, 1999). TaufiqurRohman, Leksikologi Bahasa Arab, (Malang: UIN – Malang press, 2008).

Umi Nurul Fatimah, Idiom bahasa arab tinjauan gramatikal dan semantis, skripsi pendidikan bahasa arab Universitas Negri Semarang.

http://studi-arab.blogspot.com/2016/03/makalah-polisemi.html

https://amaliaelfanani.wordpress.com/2012/05/28/idiom

http://vanxiber.blogspot.com/2013/03/idiom_7.html 19

Related Documents

Quran
October 2019 21
Quran
May 2020 10
Quran
May 2020 14
Quran
December 2019 16
Quran
November 2019 19

More Documents from ""