LUPUS ERITEMAROSUS SISTEMIK Rosmayda Ria Julianti 1813020012 Pembimbing: dr. Widodo Raharjo, Sp.PD
DEFINISI • Merupakan penyakit inflamasi autoimun sistemik yang ditandai dengan temuan autoantibodi pada jaringan dan kompleks imun sehingga mengakibatkan manifestasi klinis berbagai sistem organ.
• beberapa autoantibodi yang ditemukan pada SLE: • • • • • • • • • • • •
anti-nuclear autoantibodi (ANA) anti-dsDNA anti-Sm anti-RNP anti-Ro (SS-A) anti-La (SS-B) antihiston antifosfolipid anti-eritrosit antitrombosit antineuronal antiribosomal P
Etiologi dan Patogenesis Individu dengan predisposisi genetik terhadap SLE
Ada ganggun toleransi sel T terhadap selfantigen
Terbentuk sel T yang auoreaktif
Menginduksi sel B untuk memproduksi autoantibodi
Autoantibodi menyerang nukleus, aitoplasma, permukaan sel, igG
Ikatan autoantibodi ini akan membentuk kompleks imun
Memicu aktivasi sitem komplemen
• Pemicu gangguan toleransi ini antara lain: • hormon seks (peningkatan estrogen dan aktivasi androgen yang tidak adekuat) • sinar UV • obat-obatan (prokainamid, hidralalazin, chlorpromazin, isoniazid, fenitoinm penilsilamin) • infeksi tertentu (retrovirus, DNA bakteri, endotoksin)
Mengakibatkan respon inflamasi dan gangguan organ terkait
MANIFESTASI KLINIS • Muskuloskeletal • mialgia, atralgia, poliartritis simetris dan nonerosif, deformitas tangan
• Kulit • butterfly rash, fenomena raynaud, purpura, urtikaria, alopesia, fotosensitivitas, lesi membran mukosa, vaskulitis
• Paru • pleuritis, efusi pleura, ARDS, hipertensi pulmonal
• Kardiologi • perikrditis, efusi perikardium, infark miokard, gagal jantung kongestif
• Ginjal • gagal ginjal, sindrom nefrotik, ESRD
• Gastrointestinal • dispepsia, IBS, peningkatan transaminase, pankreatitis
• Neurologi • gangguan kognitif, mood, nyeri kepala, kejang, stroke, TIA, epilepsi, hemiparesis, meningitis aseptik, neuropati perifer, miastenia gravis
• Hematologi-limfatik • limfadenopati generalisata, splenomegali, hepatomegali, anemia aplastik, anemia pernisosa, trombositopenia, limfopenia
• Gejala konstitusional • malaise, penurunan berat badan, demam
DIAGNOSIS Ditemukan 4 dari 11 kriteria: • Ruam malar • Ruam diskoid • Fotosensitivitas • Ulkus di mulut atau nasofaring • Artritis non-erosif (pada dua atau lebih sendi perifer) • Serositis, berupa pleuritis atau perikarditis • Abnormalitas ginjal (proteinuria yang menetap >0.5 g/hari atau >+3)
• Abnormalitas neurologik (kejang atau psikosis) • Abnormalitas hematogoli (anemia hemolitik dengan retikulosis, leukopenia dan limfopenia pada dua kali pemeriksaan, atau trombositopenia) • Abnormalitas imunologi (anti-dsDNA atau anti-Sm positif, tes lupus antikoagulan positif) • Antibodi antinukleuar (ANA) positif dengan pemeriksaan imunofluoresensi
KLASIFIKASI • DERAJAT RINGAN • tidak ditemukan gejala klinis yang mengancam nyawa • fungsi sistem organ dalam batas normal
• DERAJAT SEDANG • ditemukan lupus nefritis (kelas I dan II) • trombositopenia • serositis mayor
• DERAJAT BERAT • mengancam nyawa
DIAGNOSIS BANDING • Sindrom Sjorgen • Sindrom antibodi antifosfolipid (APS) • Fibromialgia • ITP • Lupus imbas obat
TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA
• Penggunaan kortikosteroid • lini pertama pada kasus SLE • pemilihan jenis dan dosis bergantung klinis pasien
• Berdasarkan dosis dapat dibedakan menjadi empat derajat • dosis rendah •
<7,5 mg prednison/hari (SLE ringan)
• dosis sedang •
>7,5 mg, tetapi <30 mg prednison/hari (SLE ringan atau aktif)
• dosis tinggi •
>30 mg tetapi <100 mg prednison/hari (SLE aktif)
• dosis sangat tinggi •
>100 mg prednison/hari (SLE dengan krisis akut)
• terapi pulse •
>250 mg predniison/hari (SLE dengan krisis akut)
• pada SLE derajat berat/mengancam nyawa • •
kortikosteroid 1 mg/kgBB/hari selama 4-6 minggu, kemudian di tap off pemberian kortikosteroid didahului dengan injeksi metilprednisolon IV 500 mg-1g selama 3 hari berturut
• Pemberian kombinasi obat simptomatik, antiinflamasi, imunomodulator • analgetik • Paracetamol 3x500 mg
• antiinflamasi • OAINS dan kortikosteroid dosis rendah
• antimalaria • klorokuin basa 3.5-4.0 mg/kgBB/hari
• Agen sitotoksik • diberikan pada SLE derajat berat • azatiopirin • siklofosfamid
• Terapi suportif • sesuai komplikasi organ yang terkena
NON-MEDIKAMENTOSA
• Edukasi penyakit dan konseling keluarga • Edukasi mengenai penyebab, beserta komplikasi yang mungkin timbul
• Program rehabilitasi • • • •
Tirah baring Terapi fisik Terapi dengan modalitas Penggunaan ortotik
TERIMAKASIH