Lp Thypus Abdominalis (autosaved).docx

  • Uploaded by: Editje
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Thypus Abdominalis (autosaved).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,629
  • Pages: 10
A. DEFINISI Thypoid adalah penyakit iskemik system akut yang disebabkan infeksi salmonella thypi. Orrganisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (smeltzer & bare.2012. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta : EGC). Thypoid adalah penyakit infeki akut usus halus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.). Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri salmonella thypi dan bersifat endemic yang termasuk dalam penyakit menular ( Cahyono,2010). Sedangkan menurut Elsevier 2013, demam thypoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella thypi. Jadi demam thypoid merupakan penyakit yang menular yang disebabkan oleh bakteri gram negative (bakteri salmonella thypi). Yang merupakan system pertahanan tubuh dan masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. B. ETIOLOGI

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella thypi adalah berupa basil gram negatif, bergerak rambut getar, tidak berspora, tiga antigen yaitu O ( Somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (agglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tubuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41ºC (optimum 37ºC) dan Ph pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan atau minuman yang terkontaminasi, fomitus dan lain sebagainya. Penyebab penyakit thypoid adalah kuman salmonella thyposa salmonella parathypi, A,B dan C memasuki saluran pencernaan. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Penyebab lain dari penyakit thypoid adalah : 1. Makanan minuman yang terkontaminasi bakteri salmonella thypi. 2. Makanan mentah atau belum masak . 3. Kurangnya sanitaasi dan higienitas. 4. Daya tahan tubuh menurun. C. ANATOMI & FISIOLOGI

a. Anatomi b. Fisiologi Usus Halus (Usus Kecil) Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang

mengangkut zat-zat yang diserap di hati melalui vena porta. Dinidng usus melepaskan lender (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahanpecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar). usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duo-denum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). 1. Usus dua belas jari (duodenum) Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat Sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pancreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. 2. Usus kosong (jejenum) Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halaus, di antara ususdua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”. 3. Usus penyerapan (ileum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada system pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. D. MANIFESTASI KLINIS Menurut ngastiyah (2007:237), demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari,yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal,perasan tidak enak badan ,nyeri,lesu,nyeri kepala,pusing dan tidak bersemangat,kemudian gejala klinis yang biasanya ditemukan,yaitu: 1. Demam Pada kasus kha,demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama,suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali. 2. Gangguan pada saluran pencernaan Pada mulut terdapat napas berbau tidak sedap,bibir kering dan pecah-pecah (Ragaden),lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),ujungnya dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keaadan perut kembung, hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan. 3. Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi stupor,koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan), Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol,yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dari kapiler kulit,yang ditemukan pada minggu pertama demam,kadang-kadang ditemukan pula takikardi dan epistaksis. 4. Relaps Relaps (Kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid,akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali,terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadinya karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun obat zat anti. E. PATOFISIOLOGI Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama Plak Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose

setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga organ tersrbut membesar disertai nyeri pada perabaan. Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah (bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan local dimana kuman ini berkembang. Demam typhoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat termogulator di pihotalamus yang menimbulkan gejala demam. (PPNI Klaten, 2009). F. KOMPLIKASI 1. Perforasi usus. 2. Pendarahan usus. 3. Peritonitis . 4. Sepsis. 5. Kolestatis. 6. Meningitis, ensafalitis, enselopati. 7. Bronkopneumonia. (Kapita selekta kedokteran, 2010) G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan leukosit Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid. 2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. 3. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

a. Teknik pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung. b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali. c. Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah, antibodi ini dapat menekan bacteremia sehingga biakan darah negative. d. Pengobatan dengan obat anti mikroba Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif. e. Uji widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum kliend engan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum klien yang disangka menderita thypoid. Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap kuman Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal 0 > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam typoid, maka diagnosis klinis demam typoid diklasifikasikan atas : 1. Posible Care dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan hepato/splenomegaly. Sindrom demam typiod belum lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.

2. Posible Care telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta didukung oleh gambaran laboratorium yang menyokong demam typoid (titer widal 0 > 1/160 atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan). 3. Definite Care diagnosis pasti, ditemukan S.Thyoid pada pemeriksaan biakan atau positif S.Thyoid pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal 0 > 1/320 , H > 1/640 (pada pemeriksaan sekali) (Widodo, D. 2007. Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI). H. PENATALAKSANAAN A. MEDIS a. Anti Biotik (Membunuh Kuman) : 1) Klorampenicol 2) Amoxicillin 3) Kotrimoxasol 4) Ceftriaxone 5) Cefixim b. Antipiretik (Menurunkan Panas) : 1) Paracetamol B. KEPERAWATAN a. Observasi dan pengobatan b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih dari salama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus. c. Mebilisasi bertahap bila tidak panas,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun,posisi tubuhnya harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikai pneumonia dan decubitus. e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi konstipasi f. Diet  Diet yang sesuai,cukup kalori dan tinggi protein.  Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.  Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim  Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari ( Smeltzer & Bare.2010. Keperawatan Medikal Bedah III.Jakarta : EGC).

I. PATOFLOW Bakteri Salmonella Thypi sebagian dimusnahkan di lambung

Masuk ke saluran cerna melalui makanan dan minuman

sebagian dirumuskan di lambung

Peradangan pada saluran cerna

Mual, muntah

Merangsang pelepasan zat pirogen oleh leukosit

Penurunan nafsu makan

Zat pirogen beredar dalam darah

Berat badan menurun MK : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Hipotalamus Merespon dengan meningkatkan suhu tubuh DEMAM THYPOID / THYPUS ABDOMINALIS

Peningkatan Suhu tubuh

Infasi kuman pada usus Halus

MK : Hipertermi

Illeum terminalis

Peradangan pada usus halus Reaksi inflamsi

Sebagian menetap dan di ileum terminalis

Sebagian menembus lamia propia

Perdarahan dan perforasi

Masuk ke aliran darah

Tubuh banyak kehilangan cairan (darah)

Masuk dan berkembang di hati dan limfa

MK : Kekurangan Volume Cairan

MK : Nyeri

Hepatomegali, splenomegali (pembesaran hati dan limfa)

J. ASKEP TEORI 1. Pengkajian a. Identitas pasien Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, no RM dan diagnose masuk. b. Keluhan utama Keluhan utama demam thypoid adlah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran. c. Riwayat penyakit sekarang Peningkatan suhu tubuh karenan masuknya kuman salmonella thypi ke dalam tubuh. d. Riwayat penyakit dahulu Apakah sebelumnya pernah mengalami demam thypoid. e. Riwayat penyakit keluarga Apakah keluarga pernah menderita penyakit keturunan seperti DM, hipertensi dll. f. Pola-pola fungsi kesehatan 1. Pola nutrisi dan metabolic Klien mengalalmi penurunan nafsu makan karenan mual dan muntah saat makan sehingga makanan hanya sedikit atau tidak sama sekali. 2. Pola eliminasi Klien dapat mengalami konstipasi karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh. 3. Pola aktivitas dan latihan Aktivitas klien akan terganggu karena tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu. 4. Pola tidur dan istirahat Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh. 5. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya. 6. Pola sensori dan kognitif Pada penciuman, perabaan,, perasaan, pendengaran dan penglihatan umunya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suara waham pada klien. 7. Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien dirawat di RS dank lien harus bed rest total. 8. Pola kopping Biasanya orang tua akan nampak cemas. g. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38-48oC, muka kemerahan. 2. Tingkat kesadaran Dapat terjadi penurunan kesadaran 3. System respirasi Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam gambaran seperti bronchitis. 4. System kardiovaskular Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relative, hemoglobin rendah. 5. System integument Kulit kering, tergir kulit menurunan, muka tampak pucat, rambut agak kusam. 6. System gastrointestinal Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kering, lidah kotor(khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut tersa tidak enak,peristaltic menigkat. 7. System muskuluskeletal Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan. 8. System abdomen Saat palpasi didapatkan hati dan limfa membesar dengan konsistensi luak serta nyeri tekanan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltic usus meningkat. 2. Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi salmonella thypi. Tujuan : Thermolegulation (suhu tubuh normal/terkontrol) Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal,turgor kulit kembali membaik. Nic : Fever treatment a. Monitor suhu b. Monitor warna kulit dan suhu kulit c. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik d. Tingkatkan sirkulasi udara e. Lakukan tapid sponge Monitoring vital sign

f. Monitor frekuensi dan irama pernapasan g. Monitor suara paru h. Catat adanya fluktasi tekanan darah 2. Perubahan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah. Tujuan : Nutrion status : Food and flid intake Kriteria Hasil : Peningkatan berat badan,tidak ada penurunan berat badan yang berarti Nic : Nutrion management a. Kaji adanya alergi makanan b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan. Nutrion monitoring c. BB pasien dalam keadaan normal d. Monitor adanya penurunan berat badan e. Monitor turgor kulit f. Monitor mual dan muntah 3. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan Tujuan : Pain level, Pain Control, Comport level Kriteria hasil : a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri. b. Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan teknik manajemen nyeri. c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri). d. Menyatakan nyaman saat nyeri berkurang. Nic : Pain management a. Lakukan pengkajian nyeri. b. Observasi reaksi nonverbal dari nyeri. c. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan. d. Kurangi factor presipitasi nyeri. e. Lakukan penangan nyeri (farmakologi dan nonfarmakologi). f. Kaji tipe nyeri dan sumber nyeri untuk menentukan

Related Documents


More Documents from ""