ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI TB PARU DI RUANG MAWAR KELAS III RS. PARU JEMBER
Disusun Oleh : Muklas Fariadi Saputra NIM. 18020081
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER 2018/2019
1.1 Pengertian Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008). Menurut (Elizabeth J Corwin, 2009) tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain
infeksi
saluran
napas
bawah.
Penyakit
ini
disebabkan
oleh
mikroorganisme Mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus, kuman juga dapat masuk ketubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melaui lesi kulit. Menurut (Chris Brooker, 2009) tuberkulosis adalah infeksi granulomatosa kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis (tipe manusia), suatu basil tahan asam (BTA). Jenis lainnya meliputi M. Bovis (sapi) dan mikobakterium altipis misalnya M. Avium intracellulare dan M. Kansasii.
1.2 Etiologi Tuberkulosis
merupakan
penyakit
infeksi
yang disebabkan
oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 60˚C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Bakteri juga
dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung.
1.3 Klasifikasi a. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru : 1) Tuberkulosis paru BTA positif a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. 2) Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi: a) Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan b. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit. 1) TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
1.4 Patofisiologi Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif. Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru
yang terinfeksi
kemudian meradang, mengakibatkan
timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
1.5 Pathway
Individu terinfeksi aktif TBC
Ingesti makanan tercemar
Dropplet
Lesi kulit
Basil TB masuk saluran nafas Menembus mekanisme pertahanan sistem pernafasan Berkolonisasi di saluran nafas bawah Mengaktifkan respon imun Infeksi Pemberian OAT
Memicu pembentukan serotitnin
Proses farmakodinamik
↑ Triptofan
Diare
Masuk ke SSP
↑ Cairan keluar dari tubuh
Fertigo
Kekurangan cairan
Keletihan Ketidakmampuan melakukan aktifitas berat Kondisi kebersihan tubuh tidak baik Devisit perawatan diri
1.6 Manifestasi Klinis Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah: a. Demam b. Malaise c. Anoreksia d. Penurunan berat badan e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu– minggu sampai berbulan – bulan) f. Peningkatan frekuensi pernapasan g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi i. Demam persisten j. Manifestasi gejala yang umum : pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan
1.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis adalah: a. Sputum Culture b. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA c. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch) d. Chest X-ray e. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium tuberculosis f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya selsel besar yang mengindikasikan nekrosis g. Elektrolit h. Bronkografi i. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah
1.8 Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan a. Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan pada tuberkulosis adalah: 1) Data pasien: Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim. Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapa pun, namun usia paling umum adalah 1– 4 tahun. Anak-anak lebih
sering
mengalami TB
luar paru-paru (extrapulmonary)
dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3 : 1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia< 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja di mana TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru). 2) Riwayat kesehatan Keluhan yang sering muncul antara lain: a) Demam: subfebris, febris (40-41˚C) hilang timbul. b) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus. c) Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru. d) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. e) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam. f) Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelektasis. g) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
b. Pemeriksaan Fisik Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring, hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal dan fibrosa.
c. Pemeriksaan Penunjang 1) Sputum Kultur Yaitu
untuk
memastikan
apakah
keberadaan
Mycrobacterium
Tuberculossepada stadium aktif. 2) Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak mengindikasikan penyakit yang sedang aktif. 3) Darah: leukositosis, LED meningkat.
d. Diagnosa Keperawatan 1) Diare berhubungan dengan penggunaan laksatif ditandai oleh nyeri abdomen, ada dorongan untuk defekasi, defekasi feses cair > 3x dalam 24 jam 2) Keletihan
berhubungan
dengan
penyakit
ditandai
oleh
ketidakmampuan mempertahankan aktifitas fisik pada tingkat yang biasa, peningkatan kebutuhan istirahat. 3) Defisit perawatan diri : mandi, berhubungan dengan kelemahan diatandai oleh ketidakmampuan mengakss kamar mandi secara mandiri, pasien tampak kotor, kulit kotor, kulit kepala/rambut bau, kotor, kusam dan bau nafas.
e. Intervensi 1) Diare berhubungan dengan penggunaan laksatif ditandai oleh nyeri abdomen, ada dorongan untuk defekasi, defekasi feses cair > 3x dalam 24 jam Intervensi
Respon Pasien mengatakan diare sejak mengkonsumsi obat laksatif
Tentukan riwayat diare Instruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja Berikan makanan dalam porsi sedikit/kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara bertahap Anjurkan pasien untuk menghindari makanan pedas dan yang menimbulkan gas dalam perut 2) Keletihan
berhubungan
dengan
Feses cair, 5x/hari, sedikit Pasien dapat melakukan/makan dengan porsi sedikit tapi sering Pasien mengerti dan mau melakukan penyakit
ditandai
oleh
ketidakmampuan mempertahankan aktifitas fisik pada tingkat yang biasa, peningkatan kebutuhan istirahat. Intervensi Anjurkan pasien mngungkapkan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami Monitor intake asupan nutrisi untuk mngetahui sumber energi yang adekuat Monitor/catat waktu dan lama istirahat/tidur pasien Batasi stimulasi lingkungan yang mengganggu, untuk memfasilitasi relaksasi Tingkatkan tirah baring/membatasi kegiatan dengan cakupannya yaitu pada waktu istirahat yang dipilih
Respon Pasien mengatakan sulit dalam beraktifitas biasa seperti makan dan mandi Pasien makan sedikit dengan nasi biasa dan tinggi protein Pasien tidur selama 2 jam saat siang dan 7 jam saat malam Menutup tirai, tirai terpasang dan membatasi pengunjung Pasien membatasi aktifitas yang tidak diperlukan pada waktu istirahat
3) Defisit perawatan diri : mandi, berhubungan dengan kelemahan diatandai oleh ketidakmampuan mengakses kamar mandi secara mandiri, pasien tampak kotor, kulit kotor, kulit kepala/rambut bau, kotor, kusam dan bau nafas. Intervensi Pertimbagkan budaya pasien saat mempromosikan perawatan diri Tentukan jumlah dan tipe terkait dengan bantuan yang diperlukan Fasilitasi pasien untuk mnggosok gigi dengan tepat Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri dengan tepat Monitor integritas kulit pasien Dukung orang tua/keluarga dalam menjaga kebersihan diri pasien Berikan bantuan sampai pasien benar-benar merawat diri secara mandiri
Respon Pasien mengatakan tidak ada Mandi, berjalan, mengganti pakaian Pasien dapat melakukan gosok gigi dengan benar Pasien sudah memiliki peralatan untuk mandi Kulit pasien tampak lebih bersih Keluarga turut membantu menjaga kebersihan pasien Pasien secara berkala dapat merawat diri sendiri
DAFTAR PUSTAKA Brooker Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC Depkes. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Smeltzer, S.C. 2013. Keperawatan Medical Bedah Brunner and Suddarth. Jakarta : EGC Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika Wilkinson. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 9, Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC