LAPORAN PENDAHUUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.M DENGAN DHF DI IGD RSUI ASSALAM GEMOLONG TAHUN 2019
Nama
: Adawiyatu Syifa
NIM
: C2016001
Tempat
: IGD
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN DHF (Dengue Heamorhagic Fever)
A. PENGERTIAN DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty betina (Seoparman , 1990).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986): 1)
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet, trombositopenia dan hemokonsentrasi. 2)
Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain. 3)
Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).
4)
Dejara IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
B. ETIOLOGI Penyebab utama : Virus dengue tergolong albovirus Vektor utama :
Aedes aegypti.
Aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan : 1. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari hari. 2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik. 3. Penyediaan air bersih yang langka. Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena. 1. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang aedes aegypti 40-100 m. 2. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).
C. MANIFESTASI KLINIS Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti : 1)
Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot. 2)
Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif. 3)
Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia. 4)
Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.
Meningkatnya suhu tubuh
Nyeri pada otot seluruh tubuh
Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
Suara serak
Batuk
Epistaksis
Disuria
Nafsu makan menurun
Muntah
Ptekie
Ekimosis
Perdarahan gusi
Muntah darah
Hematuria masif
Melena
D. PATOFISIOLOGI Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian. Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang akan mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.
E. PATHWAYS
F. KOMPLIKASI Demam berdarah yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti : a. Perdarahan luas. b. Shock atau renjatan. c. Effuse pleura d. Penurunan kesadaran. Selain menampakkan gejala demam berdarah, DHF juga memunculkan gejaa seperti :
Tekanan darah menurun
Pelebaran pupil
Napas tidak beraturan
Mulut kering
Kulit basah dan terasa dingin
Denyut nadi lemah
Jumlah urine menurun
Tingkat kematian DHF yang segera ditangani adalah sekitar 1-2%. Namun sebaliknya, bila tidak cepat mendapat penanganan, tingkat kematian DHF bisa mencapai 40%. Karena itu, penting untuk segera mencari pertolongan medis. Pada kondisi yang parah, demam berdarah bisa menyebabkan kejang, kerusakan pada hati, jantung, otak, dan paru-paru, penggumpalan darah, syok hingga kematian G. PENATALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut : 1. Tirah baring atau istirahat baring. 2. Diet makan lunak. 3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF. 4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan. 5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam. 6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari. 7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. 1. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder. 2. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk. 3. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN a) Derajat I Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan kompres hangat. b) Derajat II Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.
c) Derajat III dan IV -
Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
-
Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
-
Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
-
Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
-
Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan
secepatnya
baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan. -
Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT bisa dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan cair
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut : 1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri. 2) Manifestasi perdarahan :
Uji tourniquet positif
Petekia, purpura, ekimosi
Epistaksis, perdarahan gusi
Hematemesis, melena.
3) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus. 4) Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk. 5) Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi 6) Laboratorium Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai hematokrit pada masa konvalesen.
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat. Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnyam limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.
J. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI 1. Pengkajian Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Konsep keperawatan anak pada klien DHF menurut Ngastiyah (2005) yaitu : a. Pengkajian 1. Identitas pasien Keluhan utama 2. Riwayat penyakit sekarang 3. Riwayat penyakit dahulu 4. Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah pernah dirawat sebelumnya. 5. Riwayat penyakit keluarga Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam, apakah ada riwayat penyakit keturunan, kardiovaskuler, metabolik, dan sebagainya. 6. Riwayat psikososial Bagaimana riwayat imunisasi, bagaimana pengetahuan keluargamengenai demam serta penanganannya. a. Data subyektif Merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan antara lain : 1. Panas atau demam 2. Sakit kepala 3. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
4. Lemah 5. Nyeri ulu hati, otot dan sendi 6. Konstipasi b. Data obyektif Merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat pada keadaan pasien. Data obyektif yang sering ditemukan pada penderita DHF antara lain: 1. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor 2. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis,hematoma, hematemesis, melena 3. Hiperemia pada tenggorokan 4. Nyeri tekan pada epigastrik 5. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa 6. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosisperifer, nafas dangkal. 7. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan .2.Diagnosa Keperawatan Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (Nanda, 2015). a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi. b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kebocoran plasma darah. d. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis (penekanan intra abdomen) e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. f. Resiko syok (hipovolemik) g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. h. Resiko perdarahan 3. Rencana Keperawatan Rencana keperawatan pada pasien anak dengan penyakit DHF (Nanda, 2015)
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue 1. Tujuan : Suhu tubuh anak dalam rentang normal 2. Kriteria : -
Suhu tubuh antara 36 – 37°C
-
Nadi dan respirasi dalam rentang normal
-
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
3. Intervensi dan rasional : a. monitor suhu tubuh pasien sesering mungkin Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi b. monitor warna dan suhu kulit Rasional : mengetahui keadaan umum pasien c. Anjurkan anak untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh. d. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat antipiretik sesuai program. Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien anak dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat antipiretik untuk menurunkan panas tubuh pasien. 4. Implementasi Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana – rencana perawatan (Tarwoto Wartonah, 2006). 5. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai pengukuran dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan. Hasil evaluasi dapat berupa a. Tujuan tercapai Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standart yang telah ditetapkan c. Tujuan tidak tercapai Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ; Jakarta. Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.
Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta. Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.