LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA
Disusun oleh : Nur Rahmawati Dewi P27220017071
D-III KEPERAWATAN POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA 2018
SECTIO CAESAREA A. Pengertian Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan melahirkan bayi lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Winkjosastro, 2005 dalam Buku Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan Nanda NIC-NOC, 2010). Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta janin diatas 500 gram. Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dalam keadaan utuh dan sehat (Harna Watiaj, 2008). Jenis-jenis sectio caesarea : 1. Sectio caesarea klasik (korporal) Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. 2. Sectio caesarea ismika (profunda) Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm. Masa nifas adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah melahirkan bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005).
B. Etiologi 1.
Indikasi sectio caesarea (Manuaba, 2011) Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar sectio caesarea adalah : a. Prolog labour sampai neglected labour b. Ruptura uteri imminen c. Fetal distress d. Janin besar melebihi 4000 gram e. Perdarahan antepartum
2. Indikasi janin a. Kelainan letak 1) Letak lintang 2) Letak sungsang 3) Letak dahi dan letak muka dengan dagu di belakang 4) Presentasi ganda 5) Kelainan letak pada gemeli anak pertama b. Gawat janin Adalah suatu keadaan dimana janin tidak menerima O2 yang cukup. Sehingga mengalami sesak. c. Indikasi ibu 1) Panggul sempit absolute 2) Placenta previa 3) Reptura uteri mengancam 4) Partus lama
C. Adaptasi Post Sectio Caesarea Adapun adaptasi post sectio caesarea menurut Bobak, Leudermik, Sensen (2004) meliputi : 1. Adaptasi Fisiologis a. Involusi Yaitu proses fisiologi pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena cytoplasmanya yang berlebihan dibuang. 1) Involusi Uterus a) Tinggi Fundus Uteri -
Setelah plasenta lahir hingga 12 jam pertama tinggi fundus uteri 1-2 jari di bawah pusat.
-
Pada hari ke-6 tinggi fundus uteri normalnya berada di pertengahan simphisis pubis dan pusat.
-
Pada hari ke-9/12 tinggi fundus uteri sudah tidak teraba.
b. Lochea Yaitu kotoran yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari jaringan-jaringan mati dan lendir yang berasal dari rahim dan liang senggama. 1) Lochea rubra
: berwarna merah terdiri dari lendir
dan darah terdapat pada hari ke-1 dan ke-2. 2) Lochea sanguinolenta
: berwarna coklat, terdiri dari cairan
lendir dan darah terjadi pada hari ke 3-6 post partum. 3) Lochea serosa
:
berwarna
merah
muda
agak
kekuningan, mengandung serum, selaput lendir, leucocyt, dan jaringan yang telah mati pada hari ke-7 dan ke-10. 4) Lochea alba
:
berwarna
putih/jernih,
berisi
leucocyt, sel epitel, mukosa serviks, dan bakteri atau kuman yang telah mati. Terdapat pada minggu ke 1-2 setelah melahirkan. 2. Adaptasi Psikososial Pada nifas terdapat 3 fase adaptasi, yaitu : a. Taking In (0-2 hari) 1) Ibu bersikap tergantung 2) Pasif 3) Fokus pada diri sendiri b. Taking Hold (minggu ke-3 sampai ke-5) 1) Tergantung dan tidak tergantung 2) Fokus melibatkan bayi 3) Melakukan peran sendiri c. Letting Go (minggu ke-5 sampai ke-8) 1) Kemajuan menuju peran baru 2) Ketidaktergantungan dalam merawat diri dan bayinya meningkat 3) Mengenal bahwa bayi terpisah dari dirinya
D. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya : 1. Penatalaksanaan secara medis a. Analgesik diberikan setiap3-4 jam atau bila diperlukan berikan asam mefenamat, ketorolac, tramadol b. Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan c. Pemberian antibiotik seperti cefotaxim, ceftriaxone, dan lain-lain d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl 2. Penatalaksanaan keperawatan a. Periksa dan catat tanda-tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit saat 4 jam kemudian b. Pantau perdarahan dan urine c. Mobilisasi Pada hari pertama setelah operasi pasien harus turun dari tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan
E. Komplikasi Menurut Wiknjosastro, kemungkinan terjadi komplikasi setelah pembedahan diantaranya : 1. Infeksi puerperal 2. Perdarahan 3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih
F. Pathway Etiologi SC (CPD, KPD, Hambatan jalan lahir, Kelainan letak janin)
Sectio Caesarea
Post anastesi
Bedrest
Luka post operasi
Post partum nifas
Jaringan
Jaringan
terputus
terbuka
Penurunan
Merangsang
Resiko
peristaltik
area sensori
Infeksi
Konstipasi
Nyeri akut
Distensi bladder
Oedema uretra
Sensitivitas bladder menurun
Gangguan eliminasi urine
(Sumber : Jitowiyono, 2010)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas a. Identitas pasien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis. b. Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama b. Riwayat kehamilan Umur kehamilan disertai riwayat yang menyertai. c. Riwayat persalinan Normal/terdapat komplikasi. d. Riwayat nifas yang lalu -
Pengeluaran ASI lancar/tidak
-
BB bayi
-
Riwayat KB
e. Riwayat Ginekologi f. Riwayat Obstetri g. Riwayat Kesehatan Dahulu h. Riwayat Kesehatan Keluarga 3. Pemeriksaan Fisik a. Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien. b. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk. c. Secara sistemik dari kepala sampai kaki
1) Kepala - Rambut
: bersih, tidak mudah rontok, tidak edema
- Mata
: konjungtiva tidak anemis, simetris kanan kiri, sclera ikterik
- Telinga
: bersih tidak ada serumen, simetris kanan kiri, tidak menggunakan alat bantu dengar, tidak ada mostoiditis
- Mulut
: mukosa lembab, mulut bersih, gigi bersih, tidak ada karies
- Hidung
: bersih, tidak terdapat polip dan sinus
2) Leher : tidak ada pembesaran tiroid 3) Thoraks - Paru (1) Inspeksi
: simetris
(2) Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, vocal premitus sama
(3) Perkusi
: sonor
(4) Auskultasi
: vesikuler
- Jantung (1) Inspeksi
: simetris
(2) Palpasi
: tidak terdapat nyeri tekan
(3) Perkusi
: pekak
(4) Auskultasi
: S1 lup dan S2 dup, tidak ada suara tambahan
4) Abdomen (1) Inspeksi
: simetris datar
(2) Auskultasi
: peristaltik usus normal 20 kali/menit
(3) Perkusi
: tympani
(4) Palpasi
: tidak terdapat pembesaran ginjal dan hati, tidak ada nyeri tekan
5) Saluran cerna 6) Alat kemih
7) Lochea 8) Vagina 9) Perineum dan rectum 10) Ekstremitas - Atas
: simetris kanan kiri, tidak ada edema
- Bawah
: simetris kanan kiri, tidak ada edema
4. Pola Fungsional Gordon a. Pola Kesehatan Menggambarkan
pola
pemahaman
klien
tentang
kesehatan,
kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur. b. Pola Metabolik – Nutrisi Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai gizi: meliputi pola konsumsi makanan dan cairan. Keadaan kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi badan, dan berat badan. c. Pola Eliminasi Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit) termasuk pola individu sehari hari, tipe dan kualitas olahraga, perubahan atau gangguan, dan metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi. d. Pola Aktivitas – Latihan Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang, dan rekreasi: termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olahraga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot-saraf, respirasi, dan sirkulasi). e. Pola Tidur – Istirahat Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi, dan setiap bantuan untuk menambah pola tertentu. f. Pola Persepsi – Sensori Menggambarkan pola presepsi-sensori dan pola kognitif: meliputi keadekuatan
sensori
(penglihatan,
pendengaran,
perabaan,
pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai presespi nyeri dan kemampuan fungsi kognitif. g. Pola Konsep Diri Menggambarkan bagaima seseorang memandang dirinya sendiri: kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan. h. Pola Hubungan dan Peran Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan: meliputi presepsi terhadap peran utama dan tanggungjawab dalam kehidupan saat ini. i. Pola Reproduksi – Seksualitas Menggambarkan kepuasan dan ketidakpuasan dalam seksualitas: termasuk status reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana dia mampu membedakan jenis kelamin dan mengetahui alat kelaminnya. j. Pola Penanggulangan Stress Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan keterampilan koping dalam menoleransi stress. k. Pola Nilai Kepercayaan Menggambarkan pola nilai, tujuan, atau kepercayaan (termasuk kepercayaan spriritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya hidup. (Patricia, 1996) 5. Program Terapi 6. Data Penunjang
B. Diagnosa keperawatan 1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2.
Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pembedahan
C. Intervensi No
Tujuan dan Kriteria
Dx
Hasil Setelah dilakukan
1
1. Kaji nyeri secara
Rasional 1. Mengetahui
asuhan keperawatan
komprehensif,
lokasi,
selama 3 x 24 jam,
termasuk lokasi,
karakteristik,
diharapkan nyeri
karakteristik,
frekuensi, dan
berkurang/hilang
durasi, frekuensi,
durasi nyeri
dengan KH :
kualitas, dan faktor
1. Klien mampu
presipitasi
mengontrol nyeri 2. Klien
2. Atur posisi pasien
2. Posisi yang nyaman membantu
senyaman mungkin
memberikan
melaporkan
sesuai keinginan
kesempatan pada
bahwa nyeri
pasien
otot untuk
berkurang 3. Klien mampu mengenali nyeri 4. Klien
3. Ajarkan teknik
relaksasi
relaksasi napas
seoptimal
dalam
mungkin
4. Kolaborasi dengan
menyatakan
dokter dalam
nyaman setelah
pemberian
nyeri berkurang
analgesik
Setelah dilakukan 2.
Intervensi
3. Untuk mengurangi nyeri 4. Analgesik
dapat
menurunkan nyeri
1. Monitor tanda-tanda 1. Mengetahui
asuhan keperawatan
vital dan
keadaan pasien
selama 3 x 24 jam,
karakteristik warna,
dan
diharapkan resiko
ukuran, cairan, serta
perkembangan
infeksi berkurang
bau luka
luka
dengan KH : 1. Tanda-tanda vital dalam batas
2. Rawat luka dengan steril 3. Berikan penjelasan
2. Agar tidak infeksi 3. Agar pasien dan keluarga
normal
kepada pasien dan
mengetahui tanda
TD : 120/80
keluarga pasien
dan gejala infeksi
mmHg
tentang tanda dan
N : 60-100
gejala infeksi
x/menit
4. Kolaborasi dengan
RR : 20 x/menit
dokter dalam
S : 36,5-37,5˚C
pemberian antibiotik
4. Pemberian antibiotik mencegah terjadinya infeksi
2. Bebas dari tanda dan gejala infeksi 3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 4. Jumlah leukosit dalam batas normal
D. Implementasi Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
E. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Harnawatiaj. 2008. Asuhan Keperawatan Sectio Caesaria. http:nursingbegin.com/askep.sectio-caesaria.html.
Diakses
pada
tanggal 21 November 2018 jam 21.30. Manuaba, I.B.G, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC. Jitowiyono, S.dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Nuha Medika. Potter, Patricia A. 1996. Pengkajian Kesehatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.