Lp Sc Fiks.docx

  • Uploaded by: Dindaindra
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Sc Fiks.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,341
  • Pages: 13
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA A. Definisi Menurut Sofian, (2011) sectio caesarea merupakan suatu cara melahirkan janin dengan cara membuat irisan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, sectio caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu cara melahirkan janin dengan membuat insisi pada dinding perut dan dinding uterus (Nurjanah, 2013). B. Etiologi Secara etiologi operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginaan dapat menyebabkan risiko pada ibu maupun janin. Berikut indikasi dilakukannya sectio caesarea (Nurjanah, 2013;Solehati dan Kosasih, 2015) : a. Distosia janin Distosia merupakan keadaan persalinan yang lama disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor dari ibu maupun dari janin seperti kelainan tenaga (his), kelelahan jalan lahir, kelainan letak dan bentuk janin, b.

kelainan berat badan janin. Gawat janin Terjadinya gawat janin disebabkan oleh syok, anemia berat, preeklampsia berat, eklampsia, dan kelainan kongenital berat. Disebut gawat janin apabila denyut jantung janin di atas 160 kali permenit atau dibawah 100 kali permenit, denyut jantung tidak teratur, dan keluar

mekonium kental saat persalinan. c. Plasenta previa totalis Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal, plasenta tersebut bisa terletak di bawah uterus sehingga dapat menutupi seluruh jalan lahir.

1

d. Letak janin Letak lintang dapat terjadi karena letak kepala bayi disamping kananatau kiri dalam rahim ibu. Letak sungsang berisiko mengalami kematian, kecacatan, dan kecelakaan yang jauh lebih tinggi apabila dilahirkan secara pervaginaan e. Hipertensi, pre-eklampsia berat Preeklampsi Berat (PEB) merupakan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dan biasanya terjadi pada trimester akhir. f. Eklampsia Eklampsia merupakan pre-eklampsia yang disertai kejang-kejang, hal ini terjadi saat hamil, dalam tujuh hari postpartum. g. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) Cephalo Pelvic Disproportion merupakan ketidakseimbangan kepala janin dengan pelvis ibu. Keadaan panggul yang tidak normal tidak baik untuk dilakukan tindakan persalinan melalui vagina. Oleh karena itu, pada saat pemeriksaan awal kehamilan perlu dilakukan pengukuran panggul untuk mengetahui panggul ibu normal atau tidak. h. Riwayat sectio caesarea sebelumnya.

C. Jenis Operasi Sectio Caesarea Berikut ini jenis sectio caesarea menurut Sofian, (2011) antara lain : 1. Abdomen (Sectio Caesarea Abdominalis) a) Sectio caesarea klasik (Korporal) Dilakukan dengan membuat sayatan yang panjangnya ± 10 cm pada korpus uteri. b) Sectio caesarea iskimia (Profunda)

2

Dilakukan dengan cara membuat sayatan melintang pada bawah rahim yang berukuran ± 10 cm. 2. Vagina (Sectio caesarea vagina) Jenis sectio caesarea berdasarkan teknik pembedahannya : Menurut arah irisan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut : a) Sayatan memanjang menurut Kronig b) Sayatan melintang (transversal) menurt Kerr c) Sayatan huruf T (T-incision) 3. Sectio caesarea klasik (korporal) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. 4. Sectio caesarea Ismika (Profunda) Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira sepanjang 10 cm. D. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu : 1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin 2. Pemantauan EKG 3. Elektrolit 4. Hemoglobin atau Hematokrit 5. Golongan darah 6. Urinalis 7. Amniosentesis terhadap maturase paru janin sesuai indikasi 8. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi 9. Ultrasound E. Perawatan Ibu Nifas dengan Sectio Caesarea Perawatan diri ibu nifas terdiri dari perawatan luka, nutrisi, ambulasi dini, perawatan perineum, perawaatan payudara, miksi, dan defekasi. a. Perawatan Luka Sectio Caesarea Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan luka operasi merupakan luka bersih sehingga perawatnnya mudah, namun jika salah merawat bisa memperlambat proses penyembuhan luka serta

3

dapat menimbulkan infeksi. Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan ditutup dengan kain penutup luka. Pembalut luka diganti dan dibersihkan setiap hari dan luka yang mengalami komplikasi (luka terdapat nanah dan

luka

terbuka)

memerlukan

perawatan

khusus.

Sebelum

membersihkan luka lakukan cuci tangan terlebih dahulu, lalu pakai APD, pegang kasa steril dengan pinset lalu celupkan dengan larutan savlon dan lakukan pembersihan luka. Berikan H2O2 atau Nacl 0,9% kemudian bersihkan luka sampai bersih, selesai tindakan cuci tangan. Pembersihan luka dilakukan setiap satu minggu kasa harus dibuka, bersihkan jika keluar nanah dan langsung ganti kasa, jaga luka agar tidak lembab, jaga kebersihan, serta gunakan bahan plastic atau pembalut yang kedap air (Nurjanah, 2013). b. Nutrisi Ibu post sectio caesarea harus menghindari makanan dan minuman yang mengandung bahan kimia, pedas dan menimbulkan gas karena gas perut kadang-kadang menimbulkan masalah. Jika ada gas dalam perut, ibu akan mengalami nyeri seperti tertusuk-tusuk. Anjurkan ibu makan dengan makanan yang mengandung zat gizi yang terdapat pada sayuran hijau, lauk-pauk, buah. Konsumsi sayur hijau seperti bayam, sawi, kol, dan untuk lauk-pauknya ayam, telur, dan ikan. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung cukup kalori, protein, serta banyak cairan. c. Ambulasi Dini

4

Setelah persalinan ibu merasa lelah oleh karena itu ibu harus istirahat dan tidur terlentang selama 8 jam setelah persalinan. Kemudian ibu harus segera miring kanan miring kiri untuk mencegah thrombosis dan tromboemboli. Manfaat mobilisasi untuk ibu post sectio caesarea adalah sebagai berikut : 1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan ambulasi dini. Dengan bergerak, otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit. Dengan ambulasi dini dapat mempercepat pemulihan organ tubuh normal kembali. 2. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Ibu dengan sectio caesarea dapat memulai ambulasi 24-36 jam sesudah melahirkan. Jika ibu menjalani analgesik epidural, pemulihan sensibilitas yang total harus dibuktikan dahulu sebelum memulai ambulasi. Pada hari pertama sekitar 6-10 jam ibu dapat miring kanan miring kiri setelah ibu sadar. Anjurkan untuk latihan pernapasan sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah ibu sadar, bantu ibu turun dari tempat tidur paling sedikit dua kali. Hari kedua ibu dapat duduk dan anjurkan napas dalam lalu menghembuskannya disertai batuk kecil yang berguna untuk melonggarkan pernapasan. Kemudian dari posisi tidur terlentang diubah menjadi setengah duduk. Selanjutnya secara berturut-turut, anjurkan ibu belajar duduk sehari, kemudian belajar berjalan pada hari ketiga sampai kelima setelah operasi. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu pemulihan ibu.

5

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea 1. Pengkajian Pengkajian pada ibu post partum atau sectio caesarea diperlukan untuk menentukan masalah keperawatan apa yang memerlukan intervensi keperawatan berdasarkan prioritas masalah yang telah diperoleh dari hasil pengkajian (Solehati dan Koasih, 2015). 2. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur bedah) 2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan 3. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau luka post operasi SC 3. Intervensi Keperawatan Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan (NANDA NOC-NIC, 2015) N o 1.

Diagnosa Keperawatan Nyeri Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.

NOC NOC :  Pain Level,  Pain control,  Comfort level Kriteria Hasil :  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa 6

NIC NIC : Pain Management  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

Batasan karakteristik : - Laporan secara verbal atau non verbal - Fakta dari observasi - Posisi antalgic untuk menghindari nyeri - Gerakan melindungi - Tingkah laku berhati-hati - Muka topeng - Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) - Terfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) - Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) - Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

nyaman setelah nyeri berkurang  Tanda vital dalam rentang normal







 



    



Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration  Tentukan lokasi, karakteristik,

7

-

-

Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) Perubahan dalam nafsu makan dan minum

  

Faktor yang berhubungan : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)









 

2.

Defisit perawatan diri Definisi : Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri Batasan karakteristik : ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan,

NOC :  Self care : Activity of Daily Living (ADLs) Kriteria Hasil :  Klien terbebas dari bau badan  Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs  Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

8

kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

NIC : Self Care assistane : ADLs  Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.  Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.  Sediakan bantuan sampai klien mampu

ketidakmampuan untuk toileting



Faktor yang berhubungan : kelemahan, kerusakan kognitif atau perceptual, kerusakan neuromuskular/ otototot saraf





 

6

Resiko tinggi infeksi Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen Faktor-faktor resiko : - Prosedur Infasif - Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen - Trauma - Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan - Ruptur membran amnion - Agen farmasi

NOC :  Immune Status  Knowledge : Infection control  Risk control Kriteria Hasil :  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya ,  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi  Jumlah leukosit

9

secara utuh untuk melakukan self-care. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

NIC : Infection Control (Kontrol infeksi)  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain  Pertahankan teknik isolasi  Batasi pengunjung bila perlu  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan

-

-

-

-

(imunosupresan) Malnutrisi Peningkatan paparan lingkungan patogen Imonusupresi Ketidakadekuatan imum buatan Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik) Penyakit kronik

dalam batas normal  Menunjukkan perilaku hidup sehat









 

Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal  Monitor hitung granulosit, WBC  Monitor kerentanan terhadap infeksi  Batasi pengunjung  Saring pengunjung terhadap penyakit menular  Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko  Pertahankan teknik isolasi k/p  Berikan perawatan kuliat pada area epidema  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase  Ispeksi kondisi luka / insisi bedah  Dorong masukkan 10

  

   

nutrisi yang cukup Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara menghindari infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif

4. Implementasi Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada Pasien ( Debora, 2012). Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melakukan intervensi. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan

tindakan

keperawatan

untuk

disusun

dalam

tahap

perencanaan dan mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon Pasien terhadap tindakan tersebut (Kozier, 2010). 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Budiono, 2015).

11

12

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, & Pertami, S. B. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika. Bulechek, G. M., Buthcer, K. H., Dochterman, M. J., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. United Kingdom: Mosby Elsevier. Debora, O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik . Jakarta: Salemba Medika. Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC. Hidayat, Aziz Alimul A. 2015. Metode Penelitian Keperawatan Dan teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika. Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2. Jakarta : Salemba Medika. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. United Kingdom: Mosby Elsevier. Yanti, D., & Sundawati, D. (2011). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar Menjadi Bidan Profesional. Bandung: Refika Aditama. Wahyudi dan Wahid, (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta :Mitra Wacana Media.

13

Related Documents

Lp Sc
August 2019 38
Valley Sc-lp 0709
May 2020 10
Onalaska Sc-lp 0709
May 2020 13
Rockford Sc-lp 0709
May 2020 14
Lp Sc Belum Jadi.docx
October 2019 24
Wishram Sc-lp 0709
May 2020 4

More Documents from ""