Rumah Sakit Khusus Daerah Makassar Prov. Sul-sel
LAPORAN PENDAHULUAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA RESIKO BUNUH DIRI
OLEH : RIA ARIANTI C121 13 503
CI INSTITUSI
CI LAHAN
(...............................)
(.................................)
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
A. Kasus (Masalah Utama) Resiko bunuh diri B. Proses Terjadinya Masalah a. Definisi Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan. Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Menciderai diri adalah tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptif maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif antara lain: 1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya. 2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapatmempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal. 3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal. 4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada. 5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang. Respon Mal-adaptif
Respon Adaptif
Self Enchancement
Growth Promoting Risk Taking
Indirect Self Destructive Behavior
Self Injury
Suicide
b. Klasifikasi Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006): 1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal. 2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah. 3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya. Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi: 1. Bunuh diri anomik Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri. 2. Bunuh diri altruistik Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistik Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan. c. Penyebab 1. Faktor Predisposisi Menurut Stuart dan Sundeen (2004), faktor predisposisi bunuh diri antara lain: a) Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi. b) Lingkungan psikososial Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri c) Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif. d) Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa secara
serotogenik,
apatengik,
dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri. 2. Faktor Presipitasi Menurut Stuart (2006) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah : a) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti. b) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres. c) Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri. d) Cara untuk mengakhiri keputusasaan. d. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala antara lain: 1. Mempunyai ide untuk bunuh diri 2. Mengungkapkan keinginan untuk mati 3. Impulsif 4. Menunjukan perilaku yang mencurigakan 5. Mendekati orang lain dengan ancaman 6. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan 7. Latar belakang keluarga C. Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan yang Dikaji a. Pohon Masalah Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Resiko Bunuh Diri
Harga Diri Rendah b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji 1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri a) Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria b) Usia: lebih tua, masalah semakin banyak c) Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan masalah. d) Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri / penyalahgunaan zat. e) Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social. f) Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri. g) Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami perilaku bunuh diri. 2. Masalah keperawatan a) Resiko Perilaku bunuh diri DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup. DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri. b) Koping maladaptive DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan. DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls. D. Diagnosis Keperawatan a. Risiko Bunuh Diri b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan E. Rencana Tindakan Keperawatan a. Pengkajian Untuk menyaring data di perlukan format pengkajian yang didalamnya berisi: identitas pasien, alasan masuk rumah sakit, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik,
psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial, lingkungan pengetahuan, maupun aspek medic 1. Identitas Klien: Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS (Masuk Rumah Sakit), informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien 2. Keluhan Utama: Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai. 3. Faktor predisposisi: Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. b. Rencana Tindakan Keperawatan No 1 2 3
4
Pasien SPIP Identifikasi beratnya masalah risiko buunuh diri: isarat, ancaman, percobaan (jika percobaan segera rujuk) Identifikasi benda-benda berbahaya dan meringankannya (lingkungan aman untuk pasien) Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri sendiri, latihan afirmasi/berfikir aspek positif yang dimiliki Masukkan pada jadual latihan berfikir positif 5 kali per hari
5 1
2
3
1
SPIIP Evaluasi kegiatan berfikir positif tentang diri sendiri, beri pujian. Kaji ulang risiko bunuh diri Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berfikir aspek positif keluarga dan lingkungan Masukkan pada jadual latihan berfikir positif tentang diri, keluarga dan lingkungan SPIIIP Evaluasi kegiatan berfikir positif tentang
Keluarga SPIK Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien Jelaskan pengertian,tanda & gejala, dan proses terjadinya risiko bunuh diri (gunakan booklet) Jelaskan cara merawat risiko bunuh diri Latih cara membrikan pujian hal positif pasien, memberi dukungan pencapaian masa depan Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian SPIIK Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan aspek positif pasien. Beri pujian Latih cara memberi penghargaan pada pasien dan menciptakan suasna positif dalam keluarga; tidak membicarakan keburukan anggota keluarga Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian SPIIIK Evaluasi kegiatan keluarga dalam
2 3 4 5
1
2 3
1
2 3 4 5
diri, keuarga dan lingkungan. Beri pujian. memberikan pujian dan penghargaan Kaji ulang risiko bunuh diri pada pasien serta menciptakan suasana positif dalam keluarga. Beri pujian Diskusikan harapan dan masa depan Bersama keluarga berdiskusi dengan pasien tentang harapan masa depan serta langkah-langkah mencapainya Diskusikan cara mencapai harapan dan Anjurkan membantu pasien sesuai masa depan jadual dan memberikan pujian Latih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap (setahap demi setahap) Masukkan pada jadual latihan berfikir positif tentang diri, keluarga dan lingkungan dan tahapan kegiatan yang dipilih SPIVP SPIVK Evaluasi kegiatan berfikir positif tentang Evaluasi kegiatan keluarga dalam diri, keluarga dan lingkungan serta memberikan pujian, penghargaan, kegiatan yang dipilih. Beri pujian. menciptakan suasana keluarga yang positif dan kegiatan awal dalam mencapai harapan masa depan. Beri pujian Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa Bersama keluarga berdiskusi tentang depan langkah dan kegiatan untuk mencapai harapan masa depan Masukkan pada jadual latihan berfikir Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, positif tentang diri, keluarga dan tanda kambuh, rujukan lingkungan serta kegiatan yang dipilih untuk persiapan masa depan Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian SPVP Evaluasi kegiatan latihan peningkatan positif diri, keluarga dan lingkungan. Beri pujian
SPVK Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian, penghargaan, menciptakan suasana keluarga yang positif dan mebimbing langkahlangkah mencapai harapan masa depan. Beri pujian Evaluasi tahapan kegiatan mencapai Nilai kemampuan keluarga merawat harapan masa depan pasien Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai apakah risiko bunuh diri teratasi
DAFTAR PUSTAKA Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta: Buku kedokteran EGC. Direja, & Ade, H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Kelliat, B. A., & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: Buku kedokteran EGC. Kelliat, B. A., & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Purwaningsih, Wahyu, Karlina, & Ina. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika Press. Stuart, & Sundeen. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: Buku kedokteran EGC.