Lp & Pkdm Kolesistitis.docx

  • Uploaded by: nur amaliah
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp & Pkdm Kolesistitis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,025
  • Pages: 17
LAPORAN PENDAHULUAN KOLESISTITIS PADA KLIEN Ny. “N” DI RUANG MELATI RS TK. II PELAMONIA MAKASSAR

NUR AMALIAH ALI, S.Kep 21507017 PRESEPTOR KLINIK

(

PRESEPTOR AKADEMIK

)

( (

) )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR MAKASSAR TAHUN 2016

LAPORAN PENDAHULUAN KOLESISTITIS KONSEP MEDIS A. Pengertian  Kolesistitis adalah inflamasi kandung empedu (Suzanne C, 2002).  Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri keluhan perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan. B. Etiologi Suatu radang kantung empedu, sering dibarengi dengan pembentukan batu (cholelithiasis), itulah cholecystitis. Radang mungkin akut maupun kronis secara alami. Pada cholecystitis, darah mengalir ke kantung empedu mungkin menjadi terganggu pada gilirannya akan menyebabkan permasalahan dengan pengisian dan pengosongan normal pada kantung empedu. Batu bias menghalangi saluran pipa cystic yang akan mengakibatkan empedu menjadi terjerat di dalam kantung empedu karena radang di sekitar batu di dalam saluran pipa. Darah yang mengalir ke area radang akan diperkecil, melokalisir edema berkembang, kantung empedu menggelembungkan karena empedu tertahan, dan perubahan iskemic akan terjadi di dalam dinding kantung empedu. Cholecystitis kronis terjadi ketika peristiwa kemacetan saluran pipa cystic, yang umumnya karena batu. Ada radang kronis. Kantung empedu sering kontraksi, yang menyebabkan permasalahan pada penyimpanan dan gerakan empedu. Pasien dapat terjangkit penyakit kuning

karena tertekannya empedu atau penyakit kuning yang bersifat menghalangi. Mereka akan memperlihatkan suatu warna kekuning-kuningan keselaput lender dan kulit. Jika pasien mempunyai suatu pewarnaan yang gelap pada kulit mereka, periksa telapak tangan dan telapak kaki. Icterus adalah perubahan warna kuning yang terlihat di selaput putih mata. Ada peningkatan risiko untuk radang kantung empedu dan pengembangan batu empedu dengan meningkatnya umur, wanita atau kelebihan berat badan, mempunyai sejarah kelurga penyakit empedu, orang-orang dengan diet menurunkan berat badan secara cepat dan selama kehamilan (DiGiulio, Mary. 2014).

C. Klasifikasi Kolesistitis Jenis kolesistitis dapat dibagi menjadi 2 menurut waktu timbulnya penyakit, yaitu: 1. Kolesistitis Kalkulus Terdapat pada lebih dari 90% pasien kolesistitis akut. Pada kolesistitis kalkulus, batu kandung emepdu menyumbat saluran keluar empedu. Getah empedu yang tetap berada pada kandung empedu akan menimbulkan suatu reaksi kimia: terjadi otolisis serta edema, dan pembuluh darah dalam kandung empedu akan terkompresi sehingga suplay vaskulernya terganggu. Sebagai konsekuensinya dapat terjadi gangrene pada kandung empedu disertai perforasi. Bakteri kurang berperan dalam kolesistitis akut, meskipun demikian, infeksi sekunder oleh E. coli dan kuman enteric lainnya terjadi pada sekitar 40% pasien.

2. Kolesistitis Akalkulus Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya obstruksi oleh batu emped. Kolesistitis akulkulus timbul sesudah tindakan bedah mayor trauma brat atau luka baker. Factor-faktor lain yang berkaitan dengan tipe kolesistitis ini mencangkup obstruksi duktus sistikus akibat terinfeksi primer bacterial pada kandung empedu dan tranfusi darah yang dilakukan berkali-kali kolesistitis akalkulus diperkirakan terjadi akibat visceral. Kejadiannya yang menyertai tindakan bedah mayor atau trauma mempersulit penegakan diagnosis keadaan ini.

D. Tanda dan Gejala 1. Perut atas, epigastric, atau sakit abdominal kanan atas yang dapat menyebar ke bahu kanan 2. Rasa sakit pada right upper quadrant (RUQ) meningkat dengan palpasi abdomen kanan atas selama inspirasi (tanda Murphy) menyebabkan pasien berhenti mengambil napas panjang. 3. Mual dan munta, tertama setelah makan makanan yang berlemak 4. Selera makan hilang 5. Demam 6. Udara bertambah pada saluran usus (bersendawa, flatus) 7. Kulit gatal-gatal karena terbentuknya garam empedu

8. Feces berwarna tanah liat karena kurangnya urobilinogen di dalam usus (biasanya dikonversi dari bilirubin yang telah di blok dengan aliran empedu) 9. Penyakit kuning –kulit berwarna kekuningan dan membran mukosa berubah warna. 10. ikterus – perubahan warna menjadi kekuinngan pada sclera (putih pada mata) 11. urin berwarna gelap dan berbusa karena ginjal berusaha membersihkan bilirubin (DiGiulio, Mary. 2014). E. Patofisiologi Ada 2 tipe utama batu empedu: batu yang terutama tersusun dari pigmen dan batu yang terutama tersusun dari kolesterol. Batu pigmen kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak terkontinyugasi dalam emepdi mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Batu ini bertanggung jawab atas sepertiga dari pasien-pasien batu empedu di Amerika Serikat. Resiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi. Batu kolesterol bertanggung jawab atas sebagian besar kasus yaitu emedu lainnya di Amerika Serikat. Kolesterol yang merupakan unsure normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintosis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati : keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah

empedu, mengendap dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai irisan yang meyebabkan peradangan dalam kandung empedu.

F.

Pemeriksaan Penunjang 1. Ultrasound pada kantung emepdu memperlihatkan cholelithiasis peradangan. 2. HIDA scan (hepatic iminodiactic acid) dapat lebih peka ketimbang ultrasound dalam memperlihatakan pembuluh air mata yang terganggu 3. CT-scan memperlihatkan peradangan atau cholelithiasis, MRCP (Magnetic Resonance Coalangiopancreatography) 4. RCP (endoscopic retrograde Coalangiopancreatography) bilirubin langsung (conjugated) dan tak langsung (uncongujate) kan naik jika ada sumbatan. 5. Jumlah sel darah putih (WBC) naik karena ada peradangan 6. Alkaline phosphatase, aspartate amino transperase (AST) dan lactate de hidro genase (LDH)

akan naik dengan fungsi hati abnormal (DiGiulio, Mary.

2014).

G. Penatalaksaan 1. Diet rendah lemak 2. Penggantian cairan ke dalam pembuluh darah untuk muntah 3. Memberikan antiemetic untuk mengontrol mual dan muntah : -

Prochlorperazine

-

Trimethobenzamide

4. Ganti vitamin yang dapat larut dalam lemak (A, D, E, K) jika diperlukan 5. Memberikan analgesic untuk penegndalian rasa sakit yang cukup: -

Meperidine

-

Hindari morfin (dapat menyeabkan kejang) sphincter Oddi, meningkatkan rasa sakit)

6. Membeikan antibioik untuk gejala akut 7. Penempatan STENT ke dalam kantung empedu jika pasien bukan kandidat untuk operasi. 8. Ultrasound panduan aspiraasi dari kantung empedu. 9. Operasi peningkatan kantung empedu: -

Laparoscopic Cholecystectomy

-

Open Cholecystectomy (DiGiulio, Mary. 2014).

KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian a.

b.

Aktivitas/Istirahat - Gejala

: Kelemahan

- Tanda

: Gelisah

Sirkulasi - Tanda

c.

: Takikardia, berkeringat

Eliminasi - Gejala

: Perubahan warna urine, dan feses.

- Tanda

: Distensi abdomen

Teraba massa pada kuadran kanan atas Urine gelap, pekat Feses warna tanah liat, steatore d.

Makanan/Cairan - Gejala : Anoreksia, mual/muntah Tidak toleran terhadap lemak dan makanan “pembentuk gas”; regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makanan, flatus, dispepsia. bertahak - Tanda

e.

: Kegemukan, adanya penurunan berat badan.

Nyeri/Kenyamanan - Gejala : Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan. Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan. Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit. - Tanda

: Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan; tanda Murphy positif

f.

Pernapasan - Tanda

: Peningkatan frekuensi pernapasan Pernapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal.

g.

Keamanan - tanda

: Demam, menggigil

Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (pruritus) Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K) i.

Penyuluhan/Pembelajaran - Gejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu Adanya kehamilan/melahirkan; riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias darah - Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 3, 4 hari. - Rencana Pemulangan: Memerlukan dukungan dalam perubahan diet/penurunan berat badan.

B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, iskemia jaringan. 2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubunngan dengan kehilangan melalui penghisapan, gaster berlebihan, muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster. 3. Nutrisi, perubahan dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia 4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pronosis, dan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi. C. Intervensi 1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, iskemia jaringan. Tujuan : 

Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol



Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi



Expresi wajah ceria. Intervensi

1. Observasi dan catat lokasi, beratnya karakter nyeri

Rasional 1. Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi, dan keefektifan intervensi.

2. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.

2. Perubahan tanda-tanda vital dapat menunjukkan keadaan penyakit klien.

3. Berikan kompres dingin.

3. Dapat menyempitkan pembuluh darah. ( vasodilatasi ) yang dapat menurunkan panas.

4. Tingkatkan tirah baring, biarkan

4. Tirah baring pada posisi Fowler

pasien melakukan posisi yang

rendah menurunkan tekanan

nyaman.

intra abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alamiah.

5. Dorong menggunakan tehknik relaksasi, contoh bimbingan

5. Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian,

imajinasi, visualisasi, latihan napas dalam. Berikan aktivitas senggang

dapat meningkatkan koping. 6. Menghilangkan refleks

6. Berikan obat sesuai indikasi: -

-

spasme/kontraksi otot halus dan

Antikolinergik, contoh

membantu dalam manajemen

atropine.

nyeri. Untuk mengobati proses

Antibiotic

infeksi menurunkan inflamasi.

2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubunngan dengan kehilangan melalui penghisapan, gaster berlebihan, muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster. Tujuan : 

Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh TTV stabil



Membran mukosa lembab



Turgor kulit baik



Pengisian kapiler baik



Pengeluaran urine cukup

Intervensi 1. Pertahankan masukan dan halaman

Rasional 1.

akurat.

Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.

2. Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya

2.

Muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, pembatasan

mual/muntah, kram abdomen,

pemasukan oral dapat

kelemahan, kejang.

menimbulkan defisit natrium, kalium dan klorida. 3.

3. Lakukan kebersihan oral dengan

Menurunkan kekeringan membrane mukosa ,

pencuci mulut.

menurunkan risiko perdarahan oral. 4.

4. Pertahankan pasien puasa sesuai keperluan.

motilitas gaster. 5.

5. Berikan antiemetic sesuai indikasi.

IV, elektrolit, vitamin K

3.

Menurunkan mual dan mencegah muntah..

6. 6. Penatalaksanaan pemberian cairan

Menurunkan sekresi dan

Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b / d intake tidak adekuat, mual muntah. Tujuan : 

Melaporkan mual/muntah hilang



Menunjukkan kemajuan mencapai BB atau mempertahankan BB



Nafsu makan baik.

Intervensi 1. Kaji distensi abdomen, sering

Rasional 1.

Tanda non-verbal

berdahak, berhati-hati, menolak

ketidaknyamanan berhubungan

bergerak.

dengan gangguan pencernaan

2. Timbang BB.

2.

Penurunan BB menandakan kekurangan nutrisi.

3. Berikan suasana yang

3.

menyenangkan pada saat makan,

Untuk meningkatkan nafsu makan/menurunkan mual.

hilangkan rangsangan berbau. 4. Berikan kebersihan oral sebelum

4.

makan 5. Tawarkan minuman seduhan saat

meningkatkan nafsu makan 5.

makan, bila toleran. 6. Konsul dengan ahli diet /tim

Mulut yang bersih

Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.

6.

pendukung nutrisi sesuai indikasi.

Berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat.

7. Tambahkan diet sesuai toleransi,

7.

Memenuhi kebutuhan nutrisi

biasanya rendah lemak, tinggi

dan meminimalkan rangsangan

serat, batasi makanan penghasil

pada kandung empedu.

gas

4.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, pronosis, dan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi. tujuan : 

Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, prognosis.



Melakkukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi 1. Kaji ulang proses

Rasional 1.

Memberikan pengetahuan dasar

penyakit/prognosis, diskusikan

dimana pasien dapat membuat

perawatan dan pengobatannya.

pilihan berdasarkan informasi.

2. Tunjukkan perawatan

2.

insisi/balutan dan drain.

Meningkatkan kemandirian dalam perawatan dan menurunkan resiko komplikasi.

3. Tekankan pentingnya

3.

Selama 6 bulan pertama setelah

mempertahankan diet rendah

pembedahan, diet rendah lemak

lemak, makan sedikit tapi sering.

membattasi kebutuhan terhadap empedu dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan tidak adekuatnya pencernaan lemak.

4. Hindari minuman beralkohol

4.

Meminimalkan risiko kerusakan

pankreas. 5. Informasikan pasien bahwa feses

5.

Usus memerlukan waktu untuk

encer dapat terjadi selama

menyesuaikan pada rangsangan

beberapa bulan.

pengeluaran kontinu empedu.

PENYIMPANGAN KDM Proses degenerasi penyakit hati

Penurunan fungsi hati

Gangguan metabolisme

Menyumbat aliran getah pankreas

Peradangan dalam, Sekresi kolesterol kantong empedu

Sintesis protein

Aliran balik getah empedu (duktus kolekditus ke pancreas)

Resiko infeksi

Distensi kantung empedu

Bagian fundus menyentuh bag. Abdomen kartilago IX, X

Iritas lumen

Merangsang ujung saraf eferen simpatis

Inflamasi

Hasilkan substansi P

Termostrat dihipotalamus

Port de entrée pasca bedah

Interfensi pembedahan

Enzyme SGOT dan SGPT

Bersifat iriatif di saluran cerna Serabut saraf eferen hipotalamus

Peningkatan suhu Merangsang nervus vagal

Nyeri hebat pada kuadran atas dan nyeri tekan daerah epigastrium

hipertermi Menekan S. Parasimpatis Permeabilitas kapiler

Nyeri

Risiko syok (hipovolemik)

Penurunan peristaltik Cairan shif keperitonium

Risiko kekurangan volume cairan

Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Makanan tertahan di lambung

Rasa mual

muntah

DAFTAR PUSTAKA

DiGiulio, Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Rapha Publishing: Yogyakarta Doengoes, M. 2001. Rencana asuhan Keperawatan, edisi 2. Jakarta: EGC Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) Edisi Revisi Jilid 3. Mediaction: Jogjakarta. Suzanna C Smeltzer, Bare Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan MedkalBedah Brunner & Suddarth, (Edisi 8 ), Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Keperawataan : Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

Related Documents

Pkdm Pegatinas
November 2019 7
Pkdm Panfletos
November 2019 16
8 Pkdm Askep.doc
November 2019 33
Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101

More Documents from ""