Lp Perilaku Kekerasan.docx

  • Uploaded by: Feby Rizkia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Perilaku Kekerasan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,228
  • Pages: 17
LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

I. KONSEP TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain. Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang, ditunjukkan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000). Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis, 2005). Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan seseorang sebagai kebiasaannya. Kekerasan yaitu sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman-ancaman,melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/ merusak secara serius. Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008). Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Kebanyakan klien yang masuk kerumah sakit jiwa dengan alasan utama perilaku mengamuk. Perilaku kekerasan atau agresif

merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut “perasaan marah”. Dengan kata lain kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu. Stress, cemas, harga diri rendah, dan rasa bersalah dapat menimbulkan kemarahan yang dapat mengarah kepada perilaku kekerasan. Respons terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat berupa perilaku kekerasan, sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi dan penyakit fisik.

B. Etiologi Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan konsep diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri

sendiri,

hilang kepercayaan

diri,

merasa

gagal

mencapai

keinginan,sehingga mengakibatkan perasaan seperti: 1. Perasaan malu terhadap diri sendiri 2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri 3. Merendahkan martabat 4. Gangguan hubungan sosial 5. Percaya diri kurang 6. Mencederai diri

C. Rentang Respon Marah Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & sundeen, 2007). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh marah dapat berfluktuai sepanjang rentang adaktif dan maladaktif.

Respon Adaptif

Respon Maladaktif

Asertif

Frustrasi

Pasif

Agresif

Kekerasan

Kegagalan yang menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaktif yaitu-agresif-kekerasan, sedangkan respon yang adaptif adalah asertif dan frustrasi yaitu : 1. Respon Adaptif a. Asertif : Mengemukakan pendapat atau menunjukkan ekspresi tidak senang atau tidak setuju tetapi tidak menyakiti orang lain/lawan bicaranya. b. Frustrasi

: Respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena tidak realistis atau disebut juga hambatan dalam proses pencapaian tujuan.

2. Respon Maladaptif a. Pasif

: Suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk mengungkapkan

perasaannya

sebagai

usaha

untuk

mempertahankan hak-haknya. b. Agresif

:Suatu perilaku yang menyertai rasa marah sebagai usaha atau merupakan dorongan mental untuk bertindak,memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman,

memberkata-kata

ancaman

tanpa

niat

melukai.

Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain c. Kekerasan :Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara seriu. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

D. Factor Predisposisi Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural. 1. Faktor Biologis a. Instinctual drive theory (teori dorongan naluri) Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat. b. Psychosomatic theory (teori psikosomatik) Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupuin menghambat rasa marah. 2. Faktor Psikologis a. Frustation aggression theory (teori agresif-frustasi) Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi tejadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasiakan berkurang melalui perilaku kekerasan. b. Behavioral theory (teori perilaku) Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung. c. Existential theory (teori eksistensi) Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui berperilaku destruktif. 3. Faktor Sosial Cultural a. Social environment theory (teori lingkungan social) Lingkungan

social

akan

mempengaruhi

sikap

individu

dalam

mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk berespons asertif atau agresif. b. Social learning theory (teori belajar social) Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi.

E. Factor Presipitasi Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Contoh stressor yang berasal dari luar antara lain : serangan fisik, kehilangan, kematian dan lainlain. Sedangkan stressor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik dan lain-lain. Selain itu, lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.

F. Tanda dan Gejala Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini: 1.

Muka merah dan tegang

2.

Pandangan tajam

3.

Mengatupkan rahang dengan kuat

4.

Mengepalkan tangan

5.

Jalan mondar-mandir

6.

Bicara kasar

7.

Suara tinggi, menjerit atau berteriak

8.

Mengancam secara verbal atau fisik

9.

Melempar atau memukul benda/orang lain

10. Merusak barang atau benda 11. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.

G. Mekanisme Koping Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti, displacement, sublimasi, proyeksi, represi, denial, dan reaction formation. Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.

Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis,2009, hal 83) 1. Sublimasi Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah. 2. Proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya. 3. Represi Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya. 4. Reaksi formasi Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebihlebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar. 5. Displacement Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

H. Perilaku Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain : 1. Menyerang atau menghindar (fight or flight) Pada keadaan ini respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrine yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat. 2. Menyatakan secara asertif (assertiveness) Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Disamping itu perilaku ini juga untuk pengembangan diri klien. 3. Memberontak (acting out) Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku ‘acting out’ untuk menarik perhatian orang lain. 4. Perilaku kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Pasien dengan perilaku kekerasan memiliki enam siklus agresi menurut Bowie: 1. Trigerring Incident Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien. Beberapa faktor yang dapat memicu agresi antara lain provokasi, respon terhadap kegagalan, komunikasi yang buruk,situasi yang menyebabkan frustasi, pelanggaran batas terhadap batas personal, dan harapan yang tidak terpenuhi. Pada fase ini klien dan keluarga baru datang. 2. Escalation Fase Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional. Dapat disetarakan dengan respon fight or flight. Pada fase escalasi kemarahan klien memuncak, dan belum terjadi tindakan kekerasan. Pemicu dari perilaku agresif klien gangguan psikiatrik bervariasi misalnya: halusinasi, gangguan kognitif, gangguan

penggunaan zat, kerusakan neurologi/kognitif, bunuh dir dan koping tidak efektif. 3. Crisis Point Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negoisasi dan teknik de escalation gagal mencapai tujuannya. Pada fase ini klien sudah melakukan tindakan kekerasan. 4. Settling Phase Klien yang telah melakukan kekerasan melepaskan energi marahanya. Mungkin masih ada rasa cemas dan marah, dan beresiko kembali ke fase awal. 5. Post Crisis Depression Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi serta berfokus pada kemarahan dan kelelahan. 6. Return To Normal Funtcioning Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas, depresi dan kelelahan.

I. Kasus (cord problem) Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri: HDR

= Efek

= CP

= Etiologi

II. ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN A. Pengkajian 1. Aspek biologis Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah. 2. Aspek emosional Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut. 3. Aspek intelektual Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan. 4. Aspek social Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan. 5. Aspek spiritual Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. RPK diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dengan data subjektifnya orang lain, ingin

:Klien mengatakan marah dan jengkel kepada

membunuh, ingin

membakar atau

mengacak-acak

lingkungannya. Dengan data objektifnya

:Klien mengamuk, merusak dan melempar

barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang di sekitarnya. 2. Perilaku kekerasan / amuk Dengan data subjektifnya :Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Dengan data Objektifnya

: Mata merah, wajah agak merah, Nada suara

tinggi dan keras, bicara menguasai, Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang barang. 3. Gangguan konsep diri: HDR Dengan data subjekif : Klien merasa tidak mampu, malu, merendahkan dirinya, menyalahkan dirinya dengan masalah yang terjadi padanya. Dengan data objektifnya

: terlihat tidak menerima keadaannya.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN N

DX KEP.

O. 1.

PERENCANAAN TUJUAN

INTERVENSI

KRITERIA HASIL  Setelah dilakukan

Perilaku

TUM:

kekerasan

Pasien dapat

...x20 menit

melanjutkan

interaksi diharapkan

hubungan

klien menunjukkan

peran

tanda-tanda:

sesuai tanggung

 Pasien

 Beri salam / panggil nama pasien.  Sebut

nama

sambil Salaman  Jelaskan

mau

membalas salam.

perawat

maksud

hubungan Interaksi  Beri rasa nyaman dan

jawab.

 Pasien mau jabatan

TUK:

 Pasien menyebutkan  Lakukan kontrak singkat

Pasien dapat Membina

Nama  Pasien tersenyum

sikap Empatis

tapi sering

Hubungan saling percaya

 Pasien ada kontak Mata  Pasien tahu nama Perawat  Pasien menyediakan waktu untuk kontrak

TUK:

 Pasien dapat

 Beri kesempatan untuk

Pasien dapat

mengungkapkan

mengungkapkan

mengidentifik

perasaannya.

perasaannya.

asi penyebab marah / amuk

 Pasien dapat

 Bantu

pasien

untuk

menyebutkan

mengungkapkan marah

perasaan marah /

atau jengkel.

jengkel TUK:

 Pasien dapat

 Anjurkan pasien  mengungkapkan

Pasien dapat

mengungkapkan

mengidentifik

perasaan saat marah

perasaan

asi tanda

/jengkel.

/jengkel.

marah

 Pasien dapat menyimpulkan

saat

marah

 Observasi tanda perilaku  kekerasan pada pasien

tanda-tanda jengkel / kesal TUK:

 Pasien

 Anjurkan

pasien

Pasien dapat

mengungkapkan

mengungkapkan marah

mengungkapk

marah yang biasa

yang biasa dilakukan

an perilaku

dilakukan

marah yang

 Pasien dapat

 Bantu pasien bermain peran

sesuai

sering

bermain peran

kekerasan

dilakukan

dengan perilaku

dilakukan.

marah yang

perilaku

yang

biasa

 Bicarakan dengan pasien

dilakukan

apa dengan cara itu bisa

 Pasien dapat

menyelesaikan masalah

mengetahui cara marah yang

dilakukan menyelesaikan masalah atau tidak TUK:

 Pasien

dapat  Bicarakan

Pasien dapat

menjelaskan akibat

kerugian

mengidentifik

dari

dilakukan

asi akibat

digunakan

cara

yang

akibat cara

/

yang

 Bersama

pasien

perilaku

menyimpulkan

Kekerasan

yang digunkana pasien.

cara

 Tanyakan pasien apakah mau tahu cara marah yang sehat TUK:

 Pasien dapat

 Tanyakan pada pasien

Pasien

 melakukan berespon

mengidentifik

terhadap kemarahan

asi cara

secara konstruktif.

apakah pasien mau tahu cara baru yang sehat  Beri pujian jika pasien

construksi

engetahui cara lain yang

dalam

ehat  Diskusikan cara marah

berespon terhadap

yang

perilaku

pasien.  Pukul

kekerasan

sehat

dengan

bantal

untuk

melampiaskan marah  Tarik nafas dalam  Mengatakan pada teman saat ingin marah  Anjurkan pasien sholat atau berdoa TUK:

 Pasien

dapat  Pasien dapat memilih

Pasien dapat

mendemonstrasikan

mendemonstr

cara

asikan cara

perilaku kekerasan

mengontrol

 Tarik nafas dalam

cara yang paling tepat.

mengontrol  Pasien

dapat

mengidentifikasi manfaat yang terpilih

marah

 Mengatakan secara  Bantu langsung

tanpa

menyakiti

pasien

menstimulasi

cara

tersebut.

 Dengan

 Beri

sholat/berdoa

reinforcement

positif atas keberhasilan.  Anjurkan

pasien

menggunakan cara yang telah dipelajari. 2.

 Keluarga

RPK

TUK:

(Resiko

Pasien dapat

Perilaku

dukungan

Kekerasan

keluarga

merawat

)

mengontrol

dengan

marah

kekerasan.

pasien  Identifikasi kemampuan

dapat :

keluarga merawat pasien

 Menyebutkan

cara pasien

dilakukan

perilaku  Jelaskan

puas

peran

serta

keluarga dalam merawat

 Mengungkapkan rasa

dari sikap apa yang telah

pasien.

dalam  Jelaskan

merawat pasien

cara-cara

merawat pasien.  Bantu

keluarga

mendemonstrasikan cara merawat pasien.  Bantu

keluarga

mengungkapkan perasaannya

setelah

melakukan demonstrasi. TUK:

 Pasien dapat

 Jelaskan jenis-jenis obat

Pasien dapat

menggunakan obat-

yang diminum pasien

menggunakan

obat yang diminum

dan oeluarga.

obat dengan

dengan

benar

kegunaannya.  Pasien dapat minum obat sesuai program pengobatan

 Diskusikan

manfaat

minum obat.  Jelaskan prinsip 5 benar minum obat  Anjurkan pasien minum obat tepat waktu

TUK:

 Lingkungan

Pasien dapat

mengetahui

dukungan

bagaimana

dari

menyikapi

lingkungan

dengan

untuk

kekerasan.

 Jelaskan

peran

lingkungan cara

terhadap

kondisi pasien

pasien  Beri perilaku

serta

penjelasan

bagaimana

cara

menyikapi

pasien

mengontrol

dengan

marah

kekerasan

perilaku

 Diskusikan cara -cara yang dilakukan untuk menyikapi

pasien

dengan

perilaku

kekerasan 3.

 Ekspresi wajah

 Bina hubungan saling

Harga Diri

TUM:

Rendah

Pasien dapat

bersahabat,

percaya

(HDR)

mengontrol

menunjukkan rasa

mengungkapkan prinsip

perilaku

scaang, ada kontak

komunikasi

kekerasan

mata, mau berjabat

Sapa

pada saat

tangan, mau

ramah

berhubungan

menyebutkan nama,

maupun non verbal

dengan orang

mau menjawab

lain

salam, klien mau

TUK :

duduk

1. PPasien

dengan

tcrapeutik

pasien

dengan

laik

verbal

 Perkenalkan diri dengan sopan  Tanyakan nama iengkap

berdampingan

pasien

dapat

dengan perawat,

panggilan disukai pasien

membina

mau mengutarakan

hubungan

masalah yang

saling

dihadapi

percaya

dan

 Jelaskan

nama

tujuan

pertemuan  Jujur dan menepati janji  Tunjukkan siknp empati dan

menerima

pasien

apa adanya  Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan

kebutuhan dasar pasien TUK :

 Daftar kemampuan  Diskusikan kemampuan

Pasien dapat

yang dimiliki pasien

dan aspek positif yang

mengidentifik

di

dimiliki buat daftarnya

asi

rumah, sekolah dan  Setiap bertemu pasien

kemampuan

tempat kerja

dan aspek positif yang dimilik

rumah

 Daftar

sakit,

dihindarknn positif

keluarga pasien  Daftar

positif

lingkungan pasien

dari

metnberi penilni; negatif  Utamakan pujian

memberi

yang

realistic

pada kemampuan dan aspek positif pasien

TUK

 Pasien menilai

 Diskusikan

dengan

Pasien dapat

kemampuan yang

pasien kemampuan yang

menilai

digunakan

masih dapat digunakan

kemampuan

 Pasien memiliki

selama sakit  Diskusikan kemampuan

yang

kemampuan yang

digunakan

dapat digunakan di

yang dapat dilanjutkan

rumah

pengguna di rumah sakit  Berikan pujian

TUK :

 Pasien menilai

 Meminta

pasien

Pasien dapat

kemampuan yang

untuk:memilih

menetapkan

akan . dilatih

kcgiatan

dan

 Pasien mencoba

merencanaka

Susunan jadwal

n kegiatan

harian

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

yang

satu mau

dilakukan di rumah sakit  Bantu

pasien

melakukannya jika perlu beri contoh  Beri

pujian

atas

keberhasilan pasien.  Diskusi

kaji

jadwal

kegiatan

harian

atas

kegiatan

yang

telah

dilatih  Catatan : Ulangi untuk

kemampuan lain sampai semua selesai TUK:

 Pasien melakukan

 Beri kesempatan pada

Pasien dapat

kegiatan yang telah

pasien untuk mencoba

melakukan

di latih (mandiri,

kcgiatan

kegiatan

dengan bantuan atau

direncanakan

sesuai kondisi

tergantung)

sakit dari

 Beri

 Pasien marnpu

yang

telah

pujian

atas

keberhasian pasien

kemampuann

melakukan beberapa  Diskusikan

ya

kegiatan secara

kemungkinan

mandiri

penaksiiran di rumah

TUK :

 Keluarga

Pasien dapat

dakungan

memanfatkan

pujian

system

memberi  Beri dan

kcschatan pada keluarga tentang cara

 Keluarga

merawat

pasien dengan harga diri

pendukung

memahami

jadwal

yang ada.

kegiatan

harian  Bantu

pasien

pendidikan

rcndah

memberikan

keluarga dukungnn

selama pasien dirawat.  Bantu

keluarga

menyiapkan lingkungan di rumah  Jelaskan pelaksmann

cara jadwal

kegiatan pasien di rumah  Anjurkan

memberi

pujian pada pasien setiap berhasil

DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo.

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Dalan, Ernawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Edisis 2. Jakarta : Airlangga

Keliat, Budi Anna. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi Bandung : RSJP Bandung. Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : Rafika adiatma Purba, Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Jiwa. Edisi Pertama. Jakarta : EGCS Maramis, W.F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 9, Airlangga University Press, Surabaya.

Related Documents

Lp Perilaku Kekerasan.docx
October 2019 13
Perilaku
June 2020 24
Perilaku Pembeli
April 2020 14
Perilaku Konsumenn.docx
April 2020 18

More Documents from "Khalid Rasyidy"