LAPORAN PENDAHULUAN KELOMPOK SEMINAR KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI
OLEH : 1. I WAYAN EGI SUBAGA
( 18.04.06.23 )
2. YOLANDA SYAEROZY PRANANCA
( 18.04.06.49)
3. DESI ASELIYA
( 18.04.06.09 )
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES AN NUR PURWODADI 2018
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI A. PENGERTIAN Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel ( Hidayat A, 2010). Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2011). Oksigenasi merupakan kebutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Perawat sering kali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi oksigennya, fungsi sistem pernapasan dan jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen tubuh (Perry & Potter, 2010). Oksigen merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP
adalah
sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal (Asmadi, 2009). Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal sangat berarti bagi tubu, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Stuktur Sistem Pernafasan a. Sistem pernafasan Atas Sistem pernafasaan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan laring. 1) Hidung. Pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan 2) Faring. Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara. 3) Laring. Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan yang bisa disebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk. b. Sistem pernafasan Bawah Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.
1) Trakea. Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. 2) Paru. Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. Masingmasing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi toralk dan permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah gerakan friksi selama bernafas. Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu: a. Pernapasan eksternal Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni : 1) Ventilasi pulmoner Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat 2) Pertukaran gas alveolar Setelah oksigen masuk alveolar, proses
proses
pernapasan
berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan
rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas. 3) Transpor oksigen dan karbon dioksida Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru. b. Pernapasan internal Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen
dan menghasilkan
CO2
selama proses
penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial (Sumantri, Irma 2014).
C. GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI 1. Hipoksia Tidak kuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang didinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok, berkurannya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda Hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas. 2. Perubahan pola pernapasan a. Takipnea Takipnea adalah frekuensi pernapasan teratur namun cepat secara tidak merata (> 24/ menit)
b. Branipnea Adalah frekuensi pernapasan teratur namun lambat secara tiak normal ( kurang dari 12/ menit) c. Ventilasi Merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer kedalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah compliance dan recoil yang dipengaruhi oleh factor-faktor tertentu yaitu adanya surfaktan yang terdapat pada alveoli lapisan. Pada alveoli lapisan yang berfungsi menurunkan tegangang permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan torak. Recoil adalah kemampuan mengeluarkan CO2/kontrakasi penyempitan paru.Pusat pernafasaan adalah medulaoblongata dan pons yang dapat mempengaruhi proses ventilasi karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernafasan dan bila PCO2 kurang dari samadengan 60 mmHg dapat menyebabkan deperasi pusat pernafasan. 3. Difusi gas Difusi gas merupakaan pertukaran antara O2 di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli.Proses pertukaran ini dipengaruhi ole beberapa faktor yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interfesial(keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan),perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, PCO2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi dalam alveoli dan aktifitas gas (kemampuan menembus dan saling mengikat Hb). 4. Transportasi gas Transportasi gas merupakan pendistribusiaan O2 kapiler kejaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh kekapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97,7) dan larut dalam plasma
(3,1)
Sedangkan
CO2
akan
berikatan
dengan
Hb
membentuk
karbominohemoglobin (301) larut dalam plasma (5,1) dan sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah (651) transportasi gas dipengarui oleh beberapa faktor yaitu curah jantung (cardiac output), kondisi pembuluh darah,latihan (exeraise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb (Nanda, 2017). D. ETIOLOGI a. Faktor Fisiologi 1. Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada anemia 2. Menurunnya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada Obstruksi saluran pernafasan bagian atas 3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya oksigen. 4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, 5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru. b. Faktor Perilaku 1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang. 2. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen. 3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner 4. Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi /Fe mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan. 5. Kecemasan menyebabkan metabolisme meningkat (Sumantri Irman, 2014).
E. MANIFESTASI KLINIK 1. Suara napas tidak normal. 2. Perubahan jumlah pernapasan. 3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan. 5. Dispnea. 6. Penurunan haluaran urin. 7. Penurunan ekspansi paru. 8. Takhipnea
F. PENATALAKSANAAN 1. Latihan nafas dan batuk efektif Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi Cara kerja : • Pasien dalam posisi duduk atau baring • Letakkan tangan di atas dada • Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang • Tahan napas untuk beberapa detik • Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi • Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali • Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara • Ulangi sesuai kemampuan pasien • Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri 2. Pemberian obat bronkhodilator Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara. Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas. 3. Pemasangan jalan nafas buatan Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari
lingkaran trakhea untuk memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi Rute pemasangan : • Orotrakheal : mulut dan trakhea • Nasotrakheal : hidung dan trakhea • Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3 • Intubasi endotrakheal 4. Suction Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.
II.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian fokus Riwayat keperawatan a. Masalah keperawatan yang pernah dialami 1) Apakah anda memiliki riwayat penyakit pernafasan sebelumnya. 2) Adakah keluarga yang menderita penyakit pernafasan. 3) Penyakit pernafasan apakah yang diderita. 4) Adakah gangguan hidung/tenggorokan (epitaksis, sinusitis,otitis media, dan lain-lain). 5) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan. 6) Pernah mengalami batuk dengan sputum. 7) Pernah mengalami nyeri dada. 8) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas. b. Pola batuk dan produksi sputum 1) Batuk kering 2) Batuk berdahak 3) Batuk kuat dengan suara mendesing 4) Apakah merasa sakit pada bagian tenggorokan saat batuk.
5) Apakah merasa sakit pada bagian tenggorokan saat makan, merokok atau pada saat malam hari. 6) Seputum berwarna kuning-kekuningan 7) Seputum berwarna hijau 8) Seputum berwarna merah muda dan berbusa 9) Seputum berwarna hijau pada pagi hari, tetapi makin siang makin kuning 10) Sputum yang berlendir, lekat dan berwarna bau – abu atau putih 11) Sputum yang berbau 12) Apakah seputum yang di keluarkan bercampur darah. 13) Apakah pada saat batuk keluar darah. 14) Apakah darahnya berwarna cerah/gelap
c. Riwayat penyakit pernafasan 1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain? 2) Bagaimana frekuensi setiap kejadian? d. Riwayat kardiovaskuler Pernahkah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah. e. Gaya hidup 1) Merokok 2) Keluarga perokok 3) Lingkungan kerja dengan perokok
Pemeriksaan fisik a. Mata 1) konjungtiva pucat (karena anemia) 2) konjungtiva sianosis (karena hipoksemia) 3) konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis). b. Kulit 1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer) 2) Penurunan turgor (dehidrasi) 3) Edema.
4) Edema periorbital. c. Jari dan kuku 1) Sianosis 2) Clubbing finger. d. Mulut dan bibir 1) Membran mukosa sianosis 2) Bernapas dengan mengerutkan mulut. e. Hidung 1) Pernafasan dengan cuping hidung f. Vena leher 1) Adanya distensi/bendungan. g. Dada 1) Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan) 2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan. 3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan) 4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial) 5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural friction) 6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness). h. Pola pernafasan 1) Pernapasan normal(eupnea) 2) Pernapasan cepat (tacypnea) 3) Pernapasan lambat (bradypnea)
Pemeriksaan penunjang a. Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung. 1) EKG 2) Exercise stress test b. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah.
1) Echocardiography 2) Kateterisasi jantung 3) angiografi c. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi 1) Tes fungsi paru-paru dengan spirometri 2) Tes astrup 3) Oksimetri 4) Pemeriksaan darah lengkap 4) Melihat struktur system pernafasan 1) X-ray thoraks 2) Bronkhoskopi 3) CT scan paru 4) Menentukan sel abnormal/infeksi system pernafasan 1) Kultur apus tenggorok 2) Sitologi 3) Specimen sputum (BTA).
a. Diagnosa keperawatan 1. Bebersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekresi (sputum). 2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru 3. Menurunnya perfusi jaringan tubuh b.d menurunnya aliran darah. 4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasiperfusi sekunder terhadap hipoventilasi.
b. Fokus intervensi 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekresi (sputum). Tujuan
: Jalan napas kembali efektif
Kriteri Hasil: Pasien menunjukkan a) Suara napas bersih b) Pasien dapat batuk efektif dan mengeluarkan lender
c) Tidak adanya dyspnoe dan sianosis. d) Tidak dijumpai adanya retraksi otot-otot bantu napas e) RR 16-20 x/menit Intervensi : a) Atur posisi setengah duduk (semi fowler) b) Monitor bunyi napas c) Mengukur jumlah pernapasan d) Beri minum air hangat e) Ajarkan cara batuk efektif f) Motivasi pasien untuk berlatih batuk efektif sendiri g) Lakukan fisioterapi dada h) Berikan oksigen secara adekuat i) Kolaborasi dalam pemberian obat (bronkodilator) 2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif.
Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan a) Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal b) Adanya penurunan dispneu c) Gas-gas darah dalam batas normal Intervensi : a) Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan. b) Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn c) Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg d) Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan e) Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2 f) Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam
g) Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan h) Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk i) Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir j) Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasiperfusi sekunder terhadap hipoventilasi Tujuan
:Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
Kriteria Hasil
: Pasien mampu menunjukkan
a) Bunyi paru bersih b) Warna kulit normal c) Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan Intervensi : a) Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia b) Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter. c) Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2 d) Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP. e) Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam f) Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan g) Pantau irama jantung h) Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
i) Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid. j) Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.
DAFTAR PUSTAKA Perry & Potter. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4, Jakarta: EGC. Mubarak, Wahit Iqbal. (2011). BukuAjar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori & Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC. Asmadi. (2009). Konsep dan Aplikasi Kebuuhan Dasar Klien.: Jakarta: Salemba Medika. NANDA. 2012-2014. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika Hidayat, A. (2010). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta :Salemba Medika