LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI )
A. Tinjauan Teori Kasus 1. Definisi Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya, (Tamsuri, 2007). Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi, dan emosional, (Hidayat Aziz, 2008:124) Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan aktual atau potensial atau digambarkan dalam
hal
kerusakan sedemikian rupa (International
Association for the Studi of Pain). Pada nyeri akut berlangsung kurang dari 6 bulan (Nanda NOC-NIC, 2015:299).
2.
Patofisiologi Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.Reseptor
nyeri
yang
dimaaksud
adalah
nociceptor,
merupakan ujung- ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kantong empedu.Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimunasi atau rangsangan.Stimunasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti hystami, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis .Selanjutnya,
stimulasi
yang
diterima
oleh
reseptor
tersebut
ditransmisikan berupa impuls-implus nyeri kesumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang bermyelin rapat atau serabut A ( delta ) dan serambut lamban ( serabut C ). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang di transmisikan keserabut 1
C. serabut-serabut aferen masuk kespinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan.Diantara lapisan 2 dan 3 terbentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asenden yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract ( STT ) atau jalur spinothalamus dan spinoreticula tract ( SRT ) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat 2 jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuaan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinaldesendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan menular ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nonciceptor impuls supresir. Seroyoning merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif. System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. jalur nonopiate merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanisme nya ( Barbara C. long, 1989 ).
3. Klasifikasi Nyeri a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi 1) Nyeri Akut Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat ( Andarmoyo,2013 ) 2) Nyeri Kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu periodewaktu. Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan ( McCaffery, 1986 dalam potter & perry,2005 ) b. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal 1) Nyeri Nosiseptif
2
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensitivitas nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus yang menghantarkan stimulus naxius (Andarmoyo,2013). Nyeri ini dapat berlangsung karena adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain ( Andarmoyo,2013) 2) Nyeri Neuropatik Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang didapat pada struktur saraf perifer maupun sentral, nyeri ini lebih sulit diobati ( andarmoyo,2013 ) c. Nyeri menurut rasa 1) Nyeri cepat
: Nyeri yang menusuk-nusuk
2) Nyeri djuss
: Nyeri yang tidak bisa dirasakan
d. Nyeri menurut tempat 1) Nyeri perifer
: rangsangan pada area kulit
Superfisial
: nyeri permukaan seperti kulit dan mukosa.
Deep
: nyeri yang terjadi di daerah visceral, sendi, pleura, peritoneum terangsang akan timbul rasa yang nyeri yang dalam.
Reffered pain : nyeri alihan yaitu rasa nyeri di daerah jauh dari tempat yangterangsang atau yang bukan asal nyeri, biasanya terlibat pada nyeri dalam, dan menyebar.
2) Nyeri sentral
: nyeri pusat otak, sumsum tulang belakang
3) Nyeri psikogenetik : gangguan psikologis, tidak ada gangguan organik e. Nyeri menurut sifat 1) Nyeri Isidental
: nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang
2) Nyeri Steady
: nyeri menetap dan dirasakan dalam yang lama (misalnya: abses, ulcus ventrikuli)
3) Nyeri Paroxymal
: nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap ± 10-15 menit, lalu hilang dan kemudian bisa timbul lagi. 3
f. Nyeri menurut berat ringan intensitas 1) Nyeri ringan
: nyeri dalam intensitas rendah
2) Nyeri sedang
: nyeri yang menimbulkan reaksi
3) Nyeri berat
: nyeri dalam intensitas tinggi
Tabel 1. Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronik (Hidayat Aziz, 2008) No.
Karakteristik
Nyeri Akut
Nyeri Kronik
1.
Pengalaman
Suatu kejadian
Situasi, status eksistensi
2.
Serangan
Mendadak
Bisa mendadak, berkembang, dan terselubung.
3.
Waktu
Sampai 6 bulan
Lebih dari 6 bulan sampai bertahun-tahun.
4.
Pertanyaan nyeri
Daerah
nyeri
tidak Daerah nyeri sulit dibedakan
diketahui secara pasti
intensitasnya sehingga sulit di evaluasi (perubahan perasaan).
5.
Gejala klinis
Pola respon yang khas Pola respon dengan
gejala
yang dengan sedikit gejala (adptasi)
lebih terbatas. 6.
Perjalanan
Biasanya
yang bervariasi
berlangsung terus-menerus. berkurang Penderita
beberapa saat.
meningkat
setelah
beberapa saat.
4. Gangguan Terkait Nyeri a. Etiologi nyeri (Marina A.Moeliono, 2008) 1. Trauma a) Trauma mekanik yaitu rasa nyeri yang timbul akibat ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan dan luka b) Trauma termis yaitu nyeri timbul akibat ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas dan dingin c) Trauma kimiawi, yaitu nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat 2. Peradangan 4
Nyeri yang timbul karena adanya kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat terjepit oleh pembengkakan. Contohnya nyeri pada abses. 3. Kelainan pembuluh darah dengan gangguan sirkulasi darah Hal ini dapat dicontohkan dengan pasien infark miokard akut ataupun angina pectoris. Yang dirasakan adalah adanya nyeri dada yang khas.
4. Trauma psikologis Jenis kerusakan jiwa yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa traumatic. Ketika trauma yang mengarah pada gangguan stress pasca trauma, kerusakan mungkin melibatkan perubahan fisik didalam otak dan kimia otak yang mengubah respon seseorang terhadap stress masa depan.
Skala nyeri 1. Skala nyeri menurut Mc. Guire atau skala nyeri deskriptif (Smeltzer, S.C. Bare B.G. 2002)
0
1
2
3
No pain mild pain
4
5
6
7
8
9
10
moderate pain severe pain ekstremely severe
Keterangan: 0-1
: tidak nyeri
2-3
: nyeri ringan
4-6
: nyeri sedang
7-8
: nyeri berat
9-10 : sangat nyeri
2. The Wong / Baker Faces Rating Scale (for child), (Brunner dan Suddart, 2002) 0
: gembira ( tidak ada nyeri)
1
: sedikit meringis
2
: nyeri ringan
3
: nyeri sedang 5
4
: nyeri berat
5
: sangat nyeri
3. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat digunakan pada pasien yang secara non verbal yang tidak dapat melaporkan nyerinya ( Judha, 2012 )
kategori
Skor 0
Muka
Tidak
1
2
ada Wajah cemberut, dahi Sering
dahi
ekspresi atau mengkerut,
tidak konstan,
senyuman
rahang
menyendiri.
tertentu, tidak
menegang,
mencari
dagu gemetar.
perhatian Kaki
Tidak
ada Gelisah,
posisi
atau menegang.
resah
dan Menendang
rileks Aktivitas
Berbaring
, Menggeliat,menaikkan Menekuk,
posisi normal, punggung dan maju, kaku mudah
menegang.
atau
menghentak.
bergerak. Menangis
Tidak
Merintih
menangis
merengek,
atau Merigis kadang- keras,
kadang mengeluh.
sedu
sedan, sering mengeluh.
Hiburan
Rileks
Kadang-kadang tentram sentuhan, berbicara mengalihkan perhatian.
Total Skor 0-10
6
hati Kesulitan
dengan untuk memeluk, menghibur untuk atau kenyamanan.
a. Proses terjadi Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersepsikan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007). b. Manifestasi klinis 1. Mayor Mengungkapkan tentang descriptor nyeri atau terlihat tidak nyaman 2. Minor a. Mengatupkan rahang atau mengepalkan tangan b. Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas c. Tekanan darah meningkat d. Ansietas e. Menangis atau merintih f. Peka rangsang g. Menggosok bagian yang nyeri h. Menorok i. Postur tidak biasa j. Ketidakefektifan fisik dan imobilisasi k. Mual dan muntah l. Perut kembung m. Gangguan konsentrasi n. Perubahan pola tidur o. Menarik bila disentuh
7
Tabel 2. Deskriptor nyeri yang umum digunakan, (Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009) Istilah Nyeri
Sakit
Kata Sensori
Kata Afektif
Terbakar
Tidak dapat ditahan
Tersiram air panas
Membunuh
Tajam
Hebat
Tajam-menusuk
Menyiksa
Bor
Menderita sekali
Terpelintir
Menakutkan
Tertembak
Melelahkan
Panas
Tercekik
Hancur berkeping-keping
Menakutkan
Tembus
Sengsara
Tersakiti
Berat
Tertusuk
Berdenyut
Tertekan Luka tekan Perih
Mati rasa
Mengganggu
Dingin
Khawatir
Kelap-kelip
Capek
Menyebar
Menyusahkan
Tumpul
Menggigit
Sakit sekali
Tidak nyaman
Sakit menetap
Muak
Kram
Rapuh
d. Komplikasi (Nanda Noc Nic 2016) 1. Edema Pulmonal 2. Kejang 8
3. Masalah Mobilisasi 4. Hipertensi 5. Hipovolemik 6. Hipertermia 5. Pemeriksaan Diagnostik a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen. 2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal. 3. Pemeriksaan LAB terutama WBC sebagai data penunjang untuk mengetahui adanya tanda-tanda nyeri akibat resiko infeksi seperti: kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolaesa. 4. CT Scan (cedera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak. b. Parameter yang diperiksa Parahnya nyeri, skala nyeri secara umum (1-10 skala) 0
: tidak nyeri
1-3
: nyeri ringan
4-7
: nyeri sedang
8-10 : nyeri berat c. Hasil temuan (yang tidak normal) 1. Pasien tampak meringis 2. Pasien menekuk tubuhnya 3. Pasien menutupi bagian nyeri d. Interpretasi Hasil 1. Pasien tampak meringis karena menahan rasa nyeri yang dirasakan 2. Pasien menekuk tubuhnya karena dengan hal tersebut dapat mengurangi nyeri 3. Pasien menutupi bagian nyeri karena pasien melokalisir nyeri yang dirasakan.
6. Penatalaksanaan Medis a. Pada penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu pemberian therapy berupa: 9
1. Pemberian Analgetik obat golongan analgetik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri sytem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgetik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgetik yaitu asam saliksilat, asam mefenamat, aspirin dan ibu profen (non narkotik), (Berman, et al. 2009). b. Penatalaksanan Keperawatan 1. Distraksi Metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami. 2. Relaksasi Metode ini untuk menghilangkan nyeri dengan cara menarik nafas dalam-dalam kemudian dihembuskan sambil dibiarkan tubuh kendor. 3. Stimulasi Kulit Dapat dilakukan dengan cara memberikan kompres dingin, balsam, analgetik, dan stimulasi kontralateral (menstimulasi kulit pada area yang berlawanan) 4. Placebo Merupakan suatu bentuk tindakan, misalnya pengobatan atau tindak keperawatan yang mempunyai efek-efek pada pasien akibat sugesti pada kandungan fisik atau kimia. 5. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi obat analgetik
B. Tinjauan Teori Askep Kasus Kebutuhan Dasar 1. Pengkajian 1) Data Subjektif a. Pasien mengatakan nyeri/sakit b. Pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya c. Pasien mengeluh sesak 10
d. Pasien mengeluh tidak bisa tidur Riwayat Nyeri berdasarkan PQRST a) P (Provoking / pencetus) Faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan pertahanan terhadap nyeri adalah alcohol , obat-obatan, hipnotis, gesekan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan factor yang dapat menurunkan tahanan terhadap nyeri adalah kelelahan, rasa ramah, bosan, cemas, nyeri yang tak kunjung hilang, sakit dan lain-lain. 1)
Berhubungan dengan aktivitas lingkungan ?
2)
Menurut klien apakah penyebab nyeri ?
3)
Serangan tiba-tiba atau pelan ?
b) Q (Quality/kualitas) Kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk ,tajam ,tersayat dan tumpul. 1) Bagaimana klien menggambarkan rasa nyeri 2) Seperti ditusuk-tusuk, disayat atau diiris, ditindih, dibakar, dll c) R (Region/Letak) Daerah perjalanan nyeri. Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta untuk menunjukan semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan baik dengan lebih spesifk, perawat kemudian meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difusi ( nyeri menyebar kesegala arah ) 1) Localized pain
: nyeri terbatas atas area.
2) Protected pain
: nyeri sepanjang saraf.
11
3) Radiating pain
: nyeri menyebarkan di daerah sekitarnya.
d) S ( severity/skala nyeri ) Mengobyektifan nyeri diupayakan menjadi terukur dengan skala. Termasuk disini skala numeric nyeri, visual analog scale yang berupa garis lurus, dan skala wajah, skala dipergunakan untuk mendeskripsikan intensitas/beratnya rasa nyeri. 1) Skala Numerik Nyeri Skala ini sidah biasa dipergunakan dan telah di validasi. Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan megobyektifan pendapat subjectif nyeri.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Parahnya nyeri, skala nyeri secara umum: (0-10) 0 : tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan (gatal,tertekan , bergerak, terbakar, dan tertusuk) 4-2 : Nyeri sedang ( kram, tertekan, bergerak, terbakar dan tertusuk). 7-9 : Nyeri berat ( dapat dikontrol dengan aktivitas). 10 : Nyeri sangat berat. 2) Skala Wajah Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih, juga 12
digunakan untuk “mengekspresikan “ rasa nyeri”. Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun. e)
T (Time/waktu) Perawat mengajukan pertanyaan untuk menentukan reaksi, durasi dan ransangan nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan ? Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari ? 1. Seberapa sering nyeri kembali kambuh ? 2. Mengobyektifan nyeri waktu atau durasi
2) Data objektif a) Pasien tampak meringis b) Posisi pasien melindungi posisi yang sakit c) Pasien tampak lemas d) Denyut nadi pasien meningkat e) Pernafasan pasien meningkat 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psisikolog ) ditandai dengan : 1) Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas, mendesah) 2) Masker wajah (mis., mata kurang bercahaya, gerakan mata terpancar atau tetap pada satu focus, meringis) 3. Perencanaan a. Prioritas masalah keperawatan Nyeri sangat mengganggu pasien dapat terlihat dari pasien yang selalu tampak meringis. b. Rencana asuhan keperawatan 13
a) Rencana tujuan 1) Skala nyeri pasien berkurang 2) Pasien tidak nampak lemah b) Kreteria hasil 1) Nyeri pasien berkurang 2) Pasien tidak nampak meringis lagi 3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (TD: 100-140/70 mmHg,RR: 12-20x/menit, N: 60-100x/menit, S: 36,5- 37,5oC) c) Rencana tindakan Intervensi Kaji
skala
nyeri
Rasional pasien skala
menggunakan
nyeri
tingkatan
menunjukan nyeri
yang
dirasakan oleh pasien
P: penyebab nyeri Q: qualitas nyeri (seperti di tusuk-tusuk) R: daerah nyeri S: skala nyeri T: waktu nyeri Observasi vital sign
Tanda-tanda vital menunjukkan perkembangan pasien dan respon tubuh terhadap nyeri
Memberikan
posisi
nyaman
yang Posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi rasa nyeri
14
Ajarkan tehnik distraksi dan Distraksi relaksasi
adalah
metode
untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien terhadap hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri
yang
dialami.
Relaksasi adalah metode ini digunakan
untuk
menghilangkan
nyeri
dengan cara menarik nafas dalam-dalam
kemudian
dihembuskan
sambil
membiarkan tubuh kendor. Kolabirasi pemberian analgetik Analgetik merupakan obat yang
berfungsi
untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Pelaksanaan a. Mengkaji skala nyeri b. Mengobservasi TTV c. Memberikan posisi yang nyaman d. Mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi e. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik 5. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, maka hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan:
15
a. Nyeri pasien teratasi b. Pasien mampu beraktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri c. TTV dalam batas normal : TD
: 100-140/70 mmHg
N
: 60-100 x/menit
RR
: 12-20 x/menit
S
: 36,50-37,50C
d. Pasien tidak meringis e. Pasien merasa nyama
16
C. WOC Nyeri Akut
STIMULUS
TRAUMA JARINGAN
PEMBULUH DARAH
PERADANGAN
TERBENTUK BRADIKININ, SEROTONIN, ENZIM PROTEOTIK
UJUNG-UJUNG SARAF
SARAF ASENDEN
HYPHOTHALAMUS
KORTEKS SEREBRI
NYERI AKUT
17
TRAUMA PSIKOLOGIS
DAFTAR PUSTAKA
Tamsuri. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC. Mubarak W., Chayatin N. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta; EGC. Smeltzer S.C., Bare B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; EGC. Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. Potter P.A., Perry A.G. 2006. Buku Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Nurarif A.H., Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. MediAction. Amin H.N., Hardhi K. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. MediAction. Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Berman, Snyder, Kozier, Erb. (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
18
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING RUANGAN
(
MAHASISWA
)
(Luh Rapini)
NIP.
NIM.16C11701
PEMBIMBING AKADEMI
(Ns.IGA Rai Rahayuni S.kep,.MNS) NIR.
19