LAPORAN PENDAHULUAN MASTEKTOMI RADIKAL MODIFIKASI (MRM) DI OK SENTRAL/IBS RSUD ULIN BANJARMASIN
Oleh SRI LINDA NIM : 14.IK.416
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2018
MRM (MASTEKTOMI RADIKAL MODIFIKASI) A. Definisi Mastektomi radikal modifikasi adalah suatu tindakan pembedahan onkologis pada keganasan payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas tumornya disertai diseksi kalenjer getah bening aksila ipsilateral level I,II/III secara en bloc tanpa mengangkat m.pectoralis major dan minor (Barbara, 2008).
B. Tipe Mastektomi Radikal Modifikasi Menurut Smelzerr 2009 tipe mastektomi yaitu : 1.
Mastektomi Preventif (Preventive Mastectomy) Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy. Operasi ini dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan puting. Atau berupa subcutaneous mastectomy, dimana seluruh payudara diangkat namun puting tetap dipertahankan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan kanker payudara dapat dikurangi hingga 90% atau lebih setelah mastektomi preventif pada wanita dengan risiko tinggi.
2.
Mastektomi Sederhana atau Total (Simple or Total Mastectomy) Mastektomi dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya, namun simpul limfe masih dipertahankan. Pada beberapa kasus, sentinel node biopsy terpisah dilakukan untuk membuang satu sampai tiga simpul limfe pertama.
3.
Mastektomi Radikal Termodifikasi (Modified Radical Mastectomy) Terdapat prosedur yang disebut modified radical mastectomy (MRM)mastektomi radikal termodifikasi. MRM memberikan trauma yang lebih ringan daripada mastektomi radikal, dan ssat ini banyak dilakukan di Amerika. Dengan MRM, seluruh payudara akan diangkat beserta simpul limfe di bawah ketiak, tetapi otot pectoral (mayor dan minor) – otot penggantung payudara – masih tetap dipertahankan. Kulit dada dapat diangkat dapat pula dipertahankan, Prosedur ini akan diikuti dengan rekonstruksi payudara yang akan dilakukan oleh dokter bedah plastik.
4.
Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy) Mastektomi
radikal
merupakan
pengangkatan
payudara
‘komplit’,
termasuk puting. Dokter juga akan mengangkat seluruh kulit payudara, otot dibawah payudara, serta simpul limfe (getah bening). Karena mastektomi radikal ini tidak lebih efektif namun merupakan bentuk mastektomi yang lebih ‘ekstrim’ , saat ini jarang dilakukan.
5.
Mastektomi Parsial atau Segmental (Partial or Segmental Mastectomy) Dokter dapat melakukan mastektomi parsial kepada wanita dengan kanker payudara stadium I dan II. Mastektomi parsial merupakan breastconserving
therapy-
terapi
penyelamatan
payudara
yang
akan
mengangkat bagian payudara dimana tumor bersarang. Prosedur ini biasanya akan diikuti dengan terapi radiasi untuk mematikan sel kanker pada jaringan payudara yang tersisa. Sinar X berkekuatan penuh akan ditembakkan pada beberapa bagian jaringan payudara. Radiasi akan membunuh kanker dan mencegahnya menyebar ke bagian tubuh yang lain.
6.
Quandrantectomy Tipe lain dari mastektomi parsial disebut quadrantectomy. Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan payudara dibandingkan dengan lumpektomi.
7.
Lumpectomy atau sayatan lebar Merupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan normal di sekitarnya.
Lumpektomi (lumpectomy) hanya
mengangkat tumor dan sedikit area bebas kanker di jaringan payudara di sekitar tumor. Jika sel kanker ditemukan di kemudian hari, dokter akan mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur ini disebuat re-excision (terjemahan : pengirisan/penyayatan kembali).
8.
Excisional Biopsy Biopsi dengan sayatan juga mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan normal di sekitarnya. Kadang, pembedahan lanjutan tidak diperlukan jika biopsy dengan sayatan ini berhasil mengangkat seluruh tumor.
C. Tujuan Menurut Marreli, (2008) berdasarkan tujuan terapi pembedahan, mastektomi dibedakan menjadi dua macam yaitu tujuan kuratif dan tujuan paliatif : 1.
Terapi bedah kuratif adalah pengangkatan seluruh sel kanker tanpa meninggalkan sel kanker secara mikroskopik. Terapi bedah kuratif ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini (stadium 0, I dan II).
2.
Terapi bedah palliatif adalah untuk mengangat kanker payudara secara makroskopik dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopik.
Pengobatan
bedah
palliatif
ini
pada
umumnya
dilakukan
untuk
mengurangi keluhan-keluhan penderita seperti perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus, dilakukan pada kanker payudara stadium lanjut,yaitu stadium III dan IV.
D. Indikasi dan Kontraindikasi Menurut Suzanne (2011) : 1. Indikasi a.
Kanker payudara stadium dini (I,II)
b.
Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu
c.
Keganasan jaringan lunak pada payudara
2. Kontraindikasi a.
Tumor melekat dinding dada
b.
Edema lengan
c.
Nodul satelit yang luas
d.
Mastitis inflamatoar
E. Penatalaksanaan Menurut Sjamsuhidayat (2011) : 1.
Pembedahan a.
Mastectomy radikal yang dimodifikasi Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
b.
Mastectomy total Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
c.
Lumpectomy/tumor Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
d.
Wide excision/mastektomy parsial. Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
e.
Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor. 2. Radiotherapy Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan. 3. Chemotherapy Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit. 4. Manipulasi hormonal. Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya (Price, 2010).
F. Pemeriksaan Penunjang Menurut Sylvia (2010) 1.
Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma, Pemeriksaan sitologis
2.
Test diagnostik lain: a.
Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
b.
Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care biopsy, Incisi biopsy, Eksisi biopsy
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan : 1.
Pemeriksaan payudara sendiri
2.
Pemeriksaan payudara secara klinis
3.
Pemeriksaan manografi
4.
Biopsi aspirasi
5.
True cut
6.
Biopsi terbuka
7.
USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy medis, pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.
G. H. Diagnosa Keperawatan 1. Diagnosa Pre Operasi :
No 1.
a.
Cemas berhubungan dengan krisis situasional
b.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
c.
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi Diagnosa
NOC
NIC
Cemas
Kontrol kecemasan
Anxiety Reduction
berhubungan
Setelah dilakukan asuhan
(penurunan
dengan krisis
selama ……………klien
kecemasan)
situasional
kecemasan teratasi dgn
1. Gunakan pendekatan
kriteria hasil:
yang menenangkan
1. Klien mampu mengidentifikasi dan
2. Nyatakan dengan jelas
mengungkapkan gejala cemas
harapan terhadap
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
pelaku pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
3. Vital sign dalam batas normal
dirasakan selama
4. Postur tubuh, ekspresi wajah,
prosedur
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
4. Temani pasien untuk
menunjukkan berkurangnya
memberikan keamanan
kecemasan
dan mengurangi takut 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien 7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi 8. Dengarkan dengan penuh perhatian 9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 12. Kelola pemberian obat anti cemas:........ 2.
Kurang
Kowlwdge : disease process
pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan
keperawatan selama ….
dengan
pasien menunjukkan
penyakit dan bagaimana
keterbatasan
pengetahuan tentang
hal ini berhubungan
kognitif
proses penyakit dengan
dengan anatomi dan
kriteria hasil:
fisiologi, dengan cara
1. Pasien dan keluarga menyatakan
yang tepat.
pemahaman tentang penyakit,
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
3. Gambarkan tanda dan
kondisi, prognosis dan program
gejala yang biasa muncul
pengobatan
pada penyakit, dengan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
cara yang tepat 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 5. Identifikasi kemungkinan
dijelaskan perawat/tim kesehatan
penyebab, dengan cara
lainnya
yang tepat 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 10.
Eksplorasi
kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
3
Nyeri akut
Pain Level,
berhubungan
Setelah dilakukan tinfakan
secara komprehensif
dengan agen
keperawatan selama ….
termasuk lokasi,
injuri biologi
Pasien tidak mengalami
karakteristik, durasi,
nyeri, dengan kriteria hasil:
frekuensi, kualitas dan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
faktor presipitasi
penyebab nyeri, mampu
1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Observasi reaksi
menggunakan tehnik
nonverbal dari
nonfarmakologi untuk mengurangi
ketidaknyamanan
nyeri, mencari bantuan) 2. Melaporkan bahwa nyeri
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
berkurang dengan menggunakan
dan menemukan
manajemen nyeri
dukungan
3. Mampu mengenali nyeri (skala,
4. Kontrol lingkungan yang
intensitas, frekuensi dan tanda
dapat mempengaruhi
nyeri)
nyeri seperti suhu
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 5. Tanda vital dalam rentang normal 6. Tidak mengalami gangguan tidur
ruangan, pencahayaan dan kebisingan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……... 9. Tingkatkan istirahat 10.
Berikan informasi
tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 11.
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
2. Diagnosa Intra Operasi a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas tidak efektif b/d produksi mucus b. Gangguan pertukaran gas b/d efek anastesi ( spasme broncus ) c. Resiko infeksi b/d prosedur invasif (pembedahan)
N o 1.
Diagnosa Ketidakefektifa n bersihan
NOC
NIC
Respiratory status
1. Pastikan kebutuhan oral
Ventilation
tracheal suctioning
jalan napas
Setelah
tidak efektif b/d
keperawatan
obstruksi jalan
keefektifan jalan nafas teratasi
napas:
dengan kriteria hasil :
produksi
1. Obstruksi berkurang
mucus
2. Respirasi normal
dilakukan
tindakan 2. Berikan O2 diharapkan 3. Anjurkan pasien untuk istirahat
dalam
dan napas dalam 4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
batas
Ventilasi 5. Lakukan fisioterapi dada jika
3. Pengeluaran sputum dari jalan nafas
6. Keluarkan sekret dengan batuk
4. Menunjukkan jalan nafas yang
paten
perlu
(klien
atau suction
tidak 7. Auskultasi suara nafas, catat
merasa tercekik dan tidak
adanya suara
ada suara nafas tambahan
tambahan 4. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. 5. Monitor respirasi dan status O2 6. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret 11. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi
2.
Gangguan pertukaran gas
Respiratory Status : Gas exchange
Airway Management 1. Buka jalan napas
b/d efek
Setelah dilakukan tindakan
dengan manuver
anastesi (
keperawatan diharappkan
chin lift atau jaw
spasme
tidak terjadi ganguan
trus
broncus )
pertukaran gas, dengan kriteria hasil : 1. Mendemonstrasikan
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. Monitor RR (kedalaman,
peningkatan ventilasi dan
irama,
oksigenasi yang adekuat
frekuansi, suara napas)
2. Suara nafas bersih 3. Tidak ada sianosis 4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
3.
Resiko infeksi
Infection control
Infection Control
b/d prosedur
Setelah dilakukan tindakan
1. Bersihkan lingkungan setelah
invasif
keperawatan resiko infeksi
(pembedahan)
dapat teratasi dengan kriteria
2. Pertahankan teknik isolasi
hasil :
3. Instruksikan pada pengunjung
dipakai pasien lain
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
untuk mencuci tangan saat berkunjung an setelah
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
meninggalkan pasien 4. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
3. Menunjukkan perilaku
5. Gunakan baju dan sarung
hidup sehat
tangan sebagai alat pelindung
4. Jumlah leukosit dalam
6. Pertahankan lingkungan aseptik
batas normal
selama pemasangan alat
3. Diagnosa Post Operasi a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d produksi mucus b. Resiko cidera (Injury) berhubungan dengan Efek anastesi
No 1.
Diagnosa Bersihan jalan napas tidak
NOC
NIC
Respiratory status
1. Pastikan kebutuhan oral
Ventilation
tracheal suctioning
efektif b/d
Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan O2
produksi mucus
keperawatan pasien menunjukkan jalan
3. Anjurkan pasien untuk istirahat
keefektifan
nafas
dan napas dalam
dibuktikan 4. Posisikan pasien untuk
dengan kriteria hasil :
memaksimalkan
1.Mendemonstrasikan batuk
Ventilasi
efektif dan suara nafas 5. Lakukan fisioterapi dada jika yang
bersih,
sianosis (mampu
tidak
dan
ada
perlu
dyspneu 6. Keluarkan sekret dengan
mengeluarkan
batuk atau suction
sputum, bernafas dengan 7. Auskultasi suara nafas, catat mudah,
tidak
ada
adanya suara
pursedlips)
tambahan
2. Menunjukkan jalan nafas 7. Atur intake untuk cairan yang paten (klien tidak
mengoptimalkan
merasa
keseimbangan.
tercekik,
nafas,
irama
frekuensi 8. Monitor respirasi dan status
pernafasan dalam rentang
O2
normal, tidak ada suara 9. Pertahankan hidrasi yang nafas abnormal) 3. Mampu mengidentifikasikan dan
mengencerkan sekret 10 Jelaskan pada pasien dan
mencegah faktor yang
keluarga tentang
penyebab.
penggunaan peralatan : O2,
4.Saturasi O2 dalam batas normal
2.
adekuat untuk
Resiko cidera
Risk Control
berhubungan
Setelah dilakukan tindakan
dengan Factor
keperawatan resiko cidera
kimia (Efek
dapat teratasi dengan
anastesi).
kriteria hasil : 1. Mampu perubahan status kesehatan 2. Klien terbebas dari cidera
Suction, Inhalasi Environment Management 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien 2. Pasang side rail tempat tidur 3. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih 4. Anjurkan keluarga untuk menemani pasien 5. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
6. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
(Amin, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Amin H,2012. Aplikasi asuhan keperawatan nerdasarkan NANDA NOC NIC. Yogyakarta: Media hardy Gruendemann,
Barbara
J.
dan
Billie
Fernsebner.
2008.
Keperawatan
Perioperatif. Jakarta : EGC Marrelli, T.M. 2008. Buku saku Dokemtasi Keperawatan. Jakarta : EGC Nurjannah
Intansari.
2010.
Proses
Keperawatan
NANDA,
NOC
&NIC.
Yogyakarta : Moca Media Juall,Lynda,Carpenito Moyet. 2010.Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC Price Sylvia, A 2010, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 2011. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta. Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.