LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA Ny. S DENGAN DX. MEDIS CHF, PROLOGED FEVER DI BANGSAL ALAMANDA 2 RSUD SLEMAN Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia Pembimbing : Dr. Atik Badiáh, S.Pd., S.kep., M.Kes.
Disusun oleh : Yuliana Fajarsari
(P07120217040)
Yunita Ragil Ayuningtyas
(P07120217040)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2018
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Pada Ny. S Dengan Dx. Medis CHF, Prologed Fever Di Bangsal Alamanda 2 RSUD Sleman” Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis mengalami beberapa hambatan-hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Bapak Joko Susilo selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta atas pengarahan dan bimbingan yang diberikan.
2.
Ibu Dwi Nursiyati selaku Kepala Ruang/Bangsal atas pengarahan dan bimbingan yang diberikan
3.
Ibu Ani selaku CI Ruang/Bangsal atas pengarahan dan bimbingan yang diberikan
4.
Ibu Dr. Atik Badi’ah, S.Pd., S.Kep., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Pendidikan dalam pembuatan laporan ini.
5. Seluruh teman-teman dari DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, Desember 2018
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA Ny. S DENGAN DX. MEDIS CHF, PROLOGED FEVER DI BANGSAL ALAMANDA 2 RSUD SLEMAN 2018
Diajukan untuk disetujui pada : Hari
:
Tanggal
:
Tempat
:
Pembimbing Pendidikan
(
Pembimbing Lapangan
)
(
)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan aktivitas merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan aktivitas (bergerak). Kebutuhan ini diatur oleh beberapa sistem atau organ tubuh diantaranya, tulang, otot, tendon, ligament, sistem saraf, dan sendi. Mobilitas atau mobilisasi meupakan suatu kemampuan individu untuk bergarak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas dalam rangka mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2008). Mobilitas adalah rangkaian gerakan yang terintegritasi anatar sistem muskuloskeletal dan sistem persarafan. Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstermitas, dan sebagainya (Saputra, 2013). Salah satu bentuk rehabilitasi awal pada penderita stroke adalah dengan memberikan mobilisasi. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi diri (Mubarak et al., 2015). Mobilisasi merupakan suatu kebutuhan yang mendasar dan utama bagisetiap individu dan hak bagi setiap individu untuk dapat terpenuhi dengan optimal baik dalam keadaan sehat maupun dalam kondisi sakit, dalam kondisi klien mengalami keterbatasan kemampuan bergerak. Dukungan dan bantuan dari perawat professional sangat diperlukan, akan tetapi bantuan yang diberikan seharusnya selalu mempertimbangkan tingkat ketergantungan dan potensi yang dimiliki oleh klien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat tercapai dengan memegang prinsip kemandirian klien (Marlina, 2012). Mobilisasi yang awal juga mungkin mengurangi semua komplikasi yang berhubungan dengan tempat tidur seperti pneumonia, Deep Vena Trombosis (DVT), emboli pulmoner, dekubitus, dan masalah tekanan darah orthostatik. Mobilisasi awal kemungkinan juga memiliki efek psikologis yang penting. Penelitian yang ada
menunjukkan bahwa mobilisasi yang sangat awal adalah salah satu faktor kunci dalam perawatan pasien stroke (Gofir, 2009). Mobilisasi secara bertahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa akan merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggu. Pasien dan keluarga akan dapt mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi (Mubarak 2008).
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan masalah gangguan mobilitas fisik 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi mobilitas fisik b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi mobilitas fisik c. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis mobilitas fisik d. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi mobilitas fisik e. Mahasiswa mampu menjelaskan patway mobilitas fisik f. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang mobilitas fisik g. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi mobilitas fisik h. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan mobilitas fisik
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Teori 1. Definisi Mobilitas Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat (Mubarak & Chayatin, 2007). Mobilitas merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur sehingga dapat beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit, dan untuk aktualisasi diri (Saputra, 2013). Imobilitas merupakan suatu kondisi yang relatif, yaitu seseorang tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2007). Imobilisasi atau gangguan mobilitas definisi dari NANDA, merupakan suatu keadaan ketika seseorang mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Riyadi & Widuri, 2015).
2. Etiologi Mobilitas Fisik Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut (Asmadi, 2008). Penyebab secara umum: 1. Kelainan postur 2. Gangguan perkembangan otot 3. Kerusakan system saraf pusat 4. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular 5. Kekakuan otot Menurut (Riyadi & Widuri, 2015) dan (Saputra, 2013) faktor-faktor yang dapat memengaruhi mobilitas fisik adalah sebagai berikut: 1. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari. 2. Proses Penyakit Proses penyakit sangan memengaruhi kemampuan seseorang dalam mobilisasi karena keadaan tersebut dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh, 3. Kebudayaan Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Misalnya orang dengan kebudayaan sering berjalan jauh maka mobilitas yang dimilikinya lebih kuat daripada orang dengan kebudayaan adat yang dilarang untuk beraktivitas. 4. Tingkat Energi Energi merupakan sumber seseorang untuk melakukan aktivitas. Untuk memenuhi aktivitasnya, maka seseorang harus memiliki energi yang cukup. 5. Usia dan Status Perkembangan Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada masing-masing tingkat usia. Hal tersebut dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi gerak sejalan dengan perkembangan usia. 3. Manifestasi Klinis Menurut (Mubarak, 2007) manifestasi klinik hambatan mobilitas fisik yaitu: a. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada: 1. Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya sendi dan gangguan metebolisme kalsium. 2. Kardiovaskuler seperti hipotensi orthostastik, peningkatan beban kerja jantung dan pembentukan thrombus. 3. Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktivitas. 4. Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolik, metabolik karbohidrat, lemak
dan
protein,
ketidakseimbangan
cairan
dan
elektrolit,
ketidakseimbangan kalsium dan gangguan pencernaan. 5. Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan resiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal. 6. Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan. 7. Neurosensori : sensori deprivation.
b.
Respon psikososial antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori dan sosiokultural.
c. Keterbatasan rentan pergerakan sendi. d. Pergerakan tidak terkoordinasi. e. Penurunan waktu reaksi (lambat).
4. Patofisiologi Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan terseut. Diantaranya adalah: 1. Kerusakan otot Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan, jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung pleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligaman, radang dan lainnya. 2.
Gangguan pada skelet Rangka yang menjadi penompang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka.
3. Gangguan pada sistem persarafan. Saraf berperan penting dalam menyampaikan implus ke otak. Implus tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika saraf terganggu makan akan terjadi gangguan penyampaian implus dari dan ke organ target. Dengan tidak sampainya implus maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi. Kerusakan dapat terjadi pada sistem syaraf pusat (upper motor neuron/UMN) atau pada susunan syaraf teri (lower motor neuron/LMN). Yang termasuk UMN adalah otak. Contoh penyakit yang mengganggu otak adalah stroke dan dapat mengakibatkan gangguan mobilitas. Sedangkan untuk LMN adalah Guillaine bare syndrome dan gangguan sistem syaraf lainnya seperti trauma tulang belakang (Asmandi, 2008). 5. Pathway
Konstipasi Peningkatan Asam Lambung Nafsu Makan Menurun
Gangguan Sistem Mobilitas
6. Pemeriksaan Penunjang Menurut Mubarak, dkk tahun 2015 pemeriksaan penunjang pada klien dengan gangguan mibilitas fisik diantaranya: a. Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang. b. CT scan (Computed Tomography) menunjukan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumot jaringan lunak atau cidera ligamen atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
c. MRI (magnetik resonance imaging) adalah teknik pencitraan khusus noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas.
7. Komplikasi Menurut Asmadi tahun 2008 komplikasi pada klien dengan gangguan mobilitas fisik diantaranya yaitu: a. Perubahan Metabolik b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal e. Perubahan Eliminasi f. Perubahan Sistem Muskuloskeletal g. Perubahan Sistem Integumen
8. Penatalaksanaan Penatalaksanaan untuk masalah hambatan mobilitas fisik yaitu sebagai berikut (Hidayat, A. Aziz, A. & Musrifatul U., 2016): a. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibelitas sendi. Posisiposisi tersebut yaitu: 1) Memiringkan pasien 2) Posisi fowler 3) Posisi sims 4) Posisi Trendelenburg 5) Posisi genupectoral 6) Posisi dorsal recumbent 7) Posisi litotomi b. Ambulasi dini Cara ini merupakan salah satu tindakan yang dapat meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilatih dengan cara melatih posisi duduk ditempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda dan lain-lain. c. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini, baik ROM pasif maupun aktif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi kekuatan pada sendi dan kelemahan otot.
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas pasien Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan terakhir, tanggal MRS, nomor RM dan sebagainya, b. Keluhan utama c. Riwayat kesehatan Tanyakan tentang riwayat kesehatan sekarang, terdahulu, dan keluarga. d. Pola-Pola Kebutuhan Pola kebutuhan yang dikaji meliputi pola persepsi dan manajemen kesehatan, nutrisi-metabolik, eliminasi, aktivitas dan latihan, kognitif dan persepsi, persepsi-konsep diri, tidur dan istirahat, peran – hubungan, seksual – reproduksi, toleransi stres – koping, nilai – kepercayaan. e. Riwayat keperawatan Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan prasarana yang dimiliki, kebiasaan personal hygiene (mandi, oral care, perawatan kuku dan kaki, perawatan rambut, mata, hidung, dan telinga), serta faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene personal individu, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. f. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum 2) Tanda-tanda vital a) Rambut
Amati kondisi rambut
Keadaan kesuburan rambut
Keadaan rambut yang mudah rontok
Keadaan rambut yang kusam
Keadaan tekstur
b) Kepala
Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala
Botak/alopesia
Ketombe
Berkutu
Adakah eritema
Kebersihan
c) Mata Amati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada kelopak mata, kemerahan atau gatal pada mata. d) Hidung Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda-tanda pilek, tanda-tanda alergi, adakah perubahan penciuman, dan bagaimana membran mukosa. e) Mulut Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya. Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah. f) Gigi Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap atau gigi palsu g) Telinga Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi atau perubahan daya pendengaran. h) Kulit Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan kebersihannya. Perhatikan adanya warna kulit, stria, kulit keriput, lesi atau pruritus. i) Kuku tangan dan kaki Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan atau luka. j) Genetalia Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perinium. Perhatikan pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi skrotum dan testisnya. k) Tubuh secara umum
Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara umum. Perhatikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.
2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa 1 : Resiko intoleransi aktivits a. Definisi Risiko untuk mengalami ketidakcukupan energy secara fisiologis atau psikologis dalam memenuhi aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau diperlukan. b. Batasan Karakteristik / faktor resiko 1) Tidak berpengalaman dalam beraktivitas 2) Terdapat masalah sirkulasi / respirasi 3) Riwayat intoleransi c. Faktor – Faktor yang Berhubungan Gangguan kardiovaskular
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas a. Definisi Ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam memenuhi aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau diperlukan. b. Batasan Karakteristik 1) Laporan verbal : kelelahan dan kelemahan 2) Respon terhadap aktivitas menunjukan nadi dan tekanan darah abnormal 3) Perubahan EKG menunjukan aritmia atau disritmia 4) Dispneu dan ketidaknyamanan c. Faktor – Faktor yang Berhubungan 1) Tirah baring atau imobilisasi 2) Kelemahan secara menyeluruh 3) Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen 4) Gaya hidup yang menetap
Diagnosa 3 :gangguan mobilitas fisik a. Definisi
Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas . Suatu kondisi dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan bergeraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas. b. Batasan Karakteristik 1) Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas rutin 2) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar 3) Keterbatasan kemampuan melakukan ketererampilan motorik halus 4) Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis 5) Keterbatasan ROM 6) Sulit berbalik 7) Perubahan gaya berjalan (missal menjadi pelan, sulit memulai langkah, kaki diseret, goyah pada posisi lateral) 8) Penurunan waktu reaksi 9) Gerakan menjadi napas pendek 10) Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatatian dalam aktivitas lain, mengontrol perilaku, focus dalam tidak mampu beraktivitas) 11) Gerak lambat 12) Gerakan menyebabkan tremor c. Faktor – Faktor yang Berhubungan 1) Pengobatan 2) Terapi pembatasan gerak 3) Kurang pengetahuan mengenai manfaat pergerakan fisik 4) IMT diatas 75 % sesuai dengan usia 5) Kerusakan sensori persepsi 6) Nyeri, tidak nyaman 7) Kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular 8) Intoleransi aktivitas 9) Depresi mood atau cemas 10) Kerusakan kognitif 11) Penurunan kekuatan otot, control, dan massa 12) Keengganan untuk memulai gerak 13) Gaya hidup menetap, tidak fit 14) Malnutrisi umum atau spesifik
15) Kehilangan integritas struktur tulang 16) Keterlambatan perkembangan 17) Kekakuan sendi atau kontraktur 18) Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler 19) Berhubungan dengan metabolisme seluler 20) Keterbatasan dukungan lingkungan fisik atau social 21) Kepercayaaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan dengan umur
3. Intervensi Dx. 1 Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi Kriteria Hasil : a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan b. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur c. Menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi Intervensi
Rasional
1. kaji respon klien terhadap aktivitas,
1. Membantu
dalam
respon
perhatikan frekuensi nadi lebih dari
fisiologi
terhadap
stress
20 kali per menit diatas frekuensi
aktivitas
dan,
istirahat ; peningkatan TD yang
merupakan
nyata
kelebihan kerja yang berkaitan
selama/sesudah
aktivitas
(tekanan sistolik meningkat 40 mmHg
atau
tekanan
bila
ada
indicator
dari
dengan tingkat aktivitas.
diastolic
meningkat 20 mmHg) ; dispnea atu nyeri
dada
kelemahan
;
keletihan
yang
berlebihan
dan ;
diaphoresis ; pusing/pingsan.
2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan
energi,
mis
:
2. Teknik
menghemat
penggunaan kursi roda saat mandi,
mengurangi
dduduk
energi,
ssat
menyisir
energi
pengurangan juga
membantu
rambut,melakukan aktivitas dengan
keseimbangan antara suplai dan
perlahan.
kebutuhan oksigen.
3. Berikan
dorongan
untuk
melakukan aktivitas / perawatan
3. Kemajuan
aktivitas
bertahap
diri bertahap jika dapat ditoleransi.
mencegah
Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
jantung tiba-tiba. Memberikan
peningkatan
bantuan
hanya
kebutuhan
akan
kerja
sebatas mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas
Dx. 2 Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi Kriteria Hasil : a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan b. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur c. Menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi Intervensi 1. Kaji
respon
aktivitas,
Rasional
klien
terhadap
perhatikan
frekuensi
1. Membantu
dalam
respon
fisiologi terhadap stress aktivitas
nadi lebih dari 20 kali per menit
dan,
diatas
;
indicator dari kelebihan kerja
nyata
yang berkaitan dengan tingkat
frekuensi
peningkatan
TD
istirahat yang
selama/sesudah aktivitas (tekanan
bila
ada
merupakan
aktivitas.
sistolik meningkat 40 mmHg atau tekanan diastolic meningkat 20 mmHg) ; dispnea atu nyeri dada ; keletihan dan kelemahan yang berlebihan
;
diaphoresis
;
pusing/pingsan. 2. Teknik
menghemat
energi
2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan
energi,
mis
mengurangi pengurangan energi,
:
juga membantu keseimbangan
penggunaan kursi roda saat mandi,
antara suplai dan kebutuhan
dduduk
oksigen.
ssat
menyisir
rambut,melakukan
aktivitas
dengan perlahan.
3. Kemajuan 3. Berikan
dorongan
untuk
mencegah
aktivitas
bertahap
peningkatan
kerja
melakukan aktivitas / perawatan
jantung tiba-tiba. Memberikan
diri bertahap jika dapat ditoleransi.
bantuan
hanya
Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
kebutuhan
akan
sebatas mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas
Dx. 3 Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi Kriteria Hasil : a. Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan ekstremitaskatkan b. Mampu
mengidentifikasi
beberapa
alternatif
untuk
membantu
mempertahankan tingkat aktivitas saat sekarang c. Berpartisipasi dalam program rehabilitasi untuk meningkatkan kemampuan untuk beraktivitas Intervensi 1. Identifikasi
Rasional
factor-faktor
yang
1. Memberikan kesempatan untuk
mempengaruhi kemampuan untuk
memecahkan
aktif, seperti temperature yang
mempertahankan
sangat
meningkatkan mobilitas.
tinggi,
insomnia,
pemasukan makanan yang tidak adekuat.
masalah
untuk atau
2. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan dengan
diri
sendiri,
kemampuan
sesuai
maksimal
yang dimiliki klien.
3. Lakukan perubahan posisi secara
2. Meningkatkan kemandirian dan rasa
control
menurunkan
diri,
dapat
perasaan
tidak
tekanan
terus
berdaya.
3. Menurunkan
teratur ketika klien tirah baring di
menerus
tempat tidur atau dikursi.
sama,
pada
daerah
mencegah
yang
kerusakan
kulit. Meminimalkan spasme fleksor lutut dan panggul.
4. Konsultasikan dengan ahli terapi fisik atau terapi kerja
4. Bermanfaat
dalam
mengembangkan latihan
individual
program dan
mengidentifikasi kebutuhan alat untuk menghilangkan spasme otot,
meningkatkan
fungsi
motorik, menurunkan atrofi, dan kontraktur
pada
system
musculoskeletal.
4. Implementasi Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
5. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik berdasarkan kriteria hasil pada tujuan keperawatan yaitu :
DAFTAR PUSTAKA Asmadi., 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A.A.L., 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A. Aziz Amilul & Musrifatul Uliyah. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika. Mubarak, Lilis & Joko, 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 1. Jakarta: Salemba medika. Mubarak, W.I. & Chayatin, N., 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC. Riyadi, S. & Widuri, H., 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Istirahat Diagnosis NANDA. Yogyakarta: Gosyen. Saputra, L., 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang: Binarupa Aksara.
http://gangguanmobilitasfisik.blogspot.com/