Lp-mgg1-gangguan Kebutuhan Keamanan Dan Keselamatan.docx

  • Uploaded by: bella wilita
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp-mgg1-gangguan Kebutuhan Keamanan Dan Keselamatan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,852
  • Pages: 11
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI RUANG MELATI 2 RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun Oleh: Bella Wilita Desi 18/436102/KU/20958

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2018

I. Konsep Kebutuhan A. Pengertian Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan merupakan salah satu aspek kebutuhan dasar yang harus didapatkan oleh seseorang. Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan sendiri adalah kebutuhan untuk melindungi dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, termal, dan bakteriologis. Kebutuhan keamanan dapat didefinisikan sebagai suatu kebutuhan manusia agar mendapat jaminan keamanan atau perlindungan dari berbagai ancaman bahaya yang ada sehingga manusia selalu ingin memenuhinya dengan jalan mengadakan perubahan untuk mempertahankan kebutuhan tersebut. Sedangkan keselamatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan atau kejadian yang tidak dapat diduga da tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian. Keselamatan sendiri dapat berupa keselamatan fisik dan keselamatan psikologis. Keselamatan fisik dapat berupa suatu upaya untuk mengurangi ancaman pada tubuh. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya, atau pemajanan pada lingkungan. Saat sakit, seseorang menjadi lebih rentan terhadap komplikasi seperti infeksi, sehingga seseorang tersebut akan menjadi bergantung pada tenaga kesehatan untuk mendapatkan perlindungan. Pemenuhan kebutuhan keselamatan fisik terkadang menjadi prioritas terlebih dahulu diatas kebutuhan dasar fisiologis. Misalnya, seorang perawat mungkin perlu untuk melakukan perlindungan terlebih dahulu pada pasien dengan gangguan disorientasi ketika pemberian nutrisi. Keselamatan Psikologis sendiri dapat berarti saling memahami mengenai harapan yang diinginkan, termasuk dari keluarga maupun tenaga kesehatan. Pada tahap ini diharapkan klien mengetahui outcome dari terapi yang dilakukan serta pengalaman yang akan dialami oleh klien ketika dilakukan suatu terapi. Ancaman yang akan dirasakan oleh klien dapat berupa pengalaman baru yang akan dialami oleh klien. Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan dapat berkenaan dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Dalam konteks fisiologis, keselamatam dan keamanan berhubungan dengan sesuatu yang mengancam tubuh seseorang dalam kehidupannya. Ancaman tersebut bisa nyata atau hanya imajinasi misalnya penyakit, nyeri, cemas, dan lain

sebagainya.

Terkadang klien kurang menyadari bahayan yang data mengancam di rumah

sakit. Terkadang klien tidak menyadari bahwa yang dapat mengancamdi rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan leinnya. Perlu kesadaran perawat akan situasi yang mungkin dapat membuat klien cedera. Perlindungan terhadap klien bukan hanya mencegah terjadinya kecelakaan, tetpi juga memelihara postur tubuh klien selama dirawat serta menjaga kebersihan dan kesehatan kulit klien. Perubahan postur tubuh klien dapat diakibatkan oleh posisi tidur yang kurang tepat. Kebersihan dan kesehatan kulit bagian tubuh klien dijaga agr tidak terjadi dekubitus. Dalam konteks hubungan interpersonal, keamanan dan keselamatan seseorang tegantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan untuk mengontrol dan mengatasi masalah, kemampuan untuk mengerti, kemampuan untuk konsisten menjaga tingkah laku yang berhubungan dengan orang lain, serta mengenal orang-orang di sekitarnya dan lingkungan. Terkadang ketidaktahuan akan sesuatu atau ketidakpastian akan membuat perasaan cemas dan tidak aman. Misalnya ketidakpastian akan operasi apendisitis membuat seseorang akan cemas dengan pemikiran bahwa operasi dapat membahayakan hidupnya. Karakteristik keamanan dan keselamatan : 1. Pervasiveness (insidensi) Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua hal. Artinya klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain. 2. Perception (persepsi) Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat. 3. Management (pengaturan) Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan dan keselamatan:

1. Usia Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya. 2. Gaya Hidup Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya. 3. Status mobilisasi Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera. 4. Gangguan sensori persepsi Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera. 5. Tingkat kesadaran Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik. 6. Status emosional Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan. 7. Kemampuan komunikasi

Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya. 8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera. 9. Faktor lingkungan Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan. 10. Informasi / komunikasi Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan. 11. Penggunaan antibiotic yang tidak rasional Antibiotic dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik. 12. Keadaan imunitas Gangguan imunitas akan mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit. 13. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit. 14. Status nutrisi Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi berresiko terhadap penyakit tertentu. 15. Tingkat pengetahuan Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.

B. Penilaian resiko jatuh pasien anak Penilaian resiko jatuh pada pasien anak dapat menggunakan skala humpty dumpty. Parameter

Kriteria

Usia

Dibawah 3 tahun

4

3-7 tahun

3

7-13 tahun

2

Diatas 13 tahun

1

Laki-laki

2

Perempuan

1

Kelainan neurologi

4

Perubahan dalam oksigenasi (masalah saluran nafas,

3

Jenis kelamin

Diagnosa

Skor

dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop/sakit kepala) Kelainan psikis perilaku

2

Diagnosa lain

1

Tidak sadar dalam keterbatasan

3

Lupa keterbatasan

2

Mengetahui kemampyan diri

1

Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi atau anak

4

Pasien menggunakan alat bantu atau box atau mebel

3

Pasien berada ditempat tidur

2

Diluar ruang rawat

1

Respon terhadap

Dalam 24 jam

3

operasi/obat

Dalam 48 jam

2

Penenang/efek

Lebih 48 jam

1

Bermacam-macam obat yang digunakan: obat sedatif

3

Gangguan kognitif

Faktor lingkungan

anaestesi Penggunaan Obat

(kecuali pasien PICU yang menggunakan sedasi dan paralisis),

hipnotik,

barbiturat,

antidepresan, laksansia/diuretik, narkotik

fenotiazin,

Salah satu dari pengobatan diatas

2

Pengobatan lain

1

Penilaian resiko jatuh anak (scoring humpty dumpty):  Resiko rendah: skor 7-11  Resiko tinggi: skor lebih atau sama dengan 12 C. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan gangguan keamanan dan keselamatan Beberapa hal yang perlu dikaji antara lain:  Riwayat cedera atau jatuh  Riwayat imunisasi  Riwayat infeksi baik akut maupun kronik  Terapi yang sedang dijalani  Stressor emosional  Proses penyakit yang terlihat pada klien dan keluhan fisik  Status nutrisi  Tingkat kesadaran, kelemahan fisik, imobilisasi, penggunaan alat bantu  Infeksi lokal terbatas pada kulit dan membran mukosa.  Infeksi sistemik, sepeti demam, peningkatan frekuensi nadi, pernafasan, malaise, anoreksia, mual, muntah, sakit kepala.  Sistem neurologis: status mental, fungsi sensorik, reflek, sistem koordinasi, sensitivitas terhadap lingkungan.  Sitem kardiovaskuler dan respirasi: toleransi terhadap aktivitas, nyeri, kesulitan bernafas saat aktivitas, frekuensi nafas, denyut nadi.  Integritas kulit: inspeksi terhadap keutuhan kulit, kaji adanya luka, scar, dan lesi. Kaji tingkat perawatan kulit klien.  Mobilitas: inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian dan tulang klien, kaji range of motion klien, kaji tingkat ADL klien. II. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 

Resiko Infeksi



Resiko Jatuh



Hipertermia

III. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Resiko Infeksi Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan. Faktor Resiko: 

Prosedur Invasif



Malnutrisi



Pertahanan tubuh tidak adekuat (Vaksinasi tidak adekuat)

Outcome: Infection severity Definisi: keparahan infeksi dan berhubungan dengan gejala infeksi Kriteria hasil:  Demam tidak terjadi  Suhu tubuh stabil  Tidak terjadi peningkatan jumlah sel darah putih  Tidak letargi Intervensi: Infection protection Definisi:meminimalisir transmisi dari agen infeksi Aktivitas:  Menjaga kebersihan lingkungan pasien  Membatasi jumlah pengunjung  Mempertahankan teknik aseptik teradap pasien  Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan  Inspeksi kulit dan mukosa ada atau tidaknya kemerahan atau rasa panas yang ekstrem  Memberikan makanan dengan gizi cukup  Dorong intake cairan yang adekuat

 Monitor adanya perubahan tingkat energi klien  Ajarkan pada pasien dan keluarga terkait pencegahan infeksi  Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara mengenali tandadan gejala infeksi

2. Resiko jatuh Definisi: Rentan terhadap peningkatan resiko jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan kesehatan. Faktor resiko:  Anak-anak (usia 2 tahun atau kurang)  Lingkungan (lingkungan asing)  Fisiologi (kurang tidur) Outcome: Fall preventon behavior Definisi: tindakan personal atau keluarga untuk meminimalkan faktor resiko yang dapat mencetuskan kejadian jatuh Kriteria hasil:  Adanya penghalang untuk mencegah jatuh  Penggunaan prosedur transfer atau pemindahan yang aman  Penggunaan alat dengan benar  Pencahayaan yang mencukupi Intervensi Fall prevention Definisi: pencegahan khusus pada pasien dengan resiko cedera karena jatuh. Aktivitas:  Identifikasi penurunan kognitif dan fisik yang dapat meningkatkan resiko jatuh  Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh  Kaji riwayat jatuh pasien  Identifikasi lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh  Gunakan teknik transfer yang aman

 Gunakan side rail sesuai panjang dan tinggi yang dapat mencegah pasien jatuh dari bed 3. Hipertermia bhd penyakit. Definisi: Suhu Inti tubuh diatas kisaran normal karena kegagalan termoregulasi. Batasan karakteristik: o Kulit terasa hangat o Gelisah o Bayi tak dapat mempertahankan menyusu

Outcome: Thermoregulation : Definisi: keseimbangan antara produksi panas tubuh dengan pengurangan suhu tubuh Kriteria Hasil: o Terjadi penurunan suhu pada pasien o Pernafasan pasien lebih baik o Tidak terjadi dehidrasi pada pasien Intervensi: Aktivitas: o Monitor suhu tubuh pasien secara berkala o Monitor cairan pasien o Mengukur TTV secara berkala o Memberikan obat antipiretik o Memberikan obat untuk mengatasi penyebab demam o Memberikan cairan melalui intravena bila diperlukan o Memberikan bantuan oksigenasi bila diperlukan

Daftar Pustaka

Amelia, V. L. (2012). Pemenuhan Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan. Diambil dari www.perawat-sehat.blogspot.com, diakses pada 06 Oktober 2014 pukul 20:10 Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Dochterman, Bullechek, Butcher, Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) 6th edition. St. Louis: Mosby. Medfriendly. Feces. Dapat diakses melalui http://www.medfriendly.com/feces.html diunduh pada 14 September 2015. Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th edition. St. Louis: Mosby. North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2015-2017. Philadelphia:Wiley Blackwell. Nurjannah, Intansari. 2014. ISDA : Intan’s Screening Diagnoses Assesment. Versi Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Moco Media Nurrobikha, Burham, A.2015. Buku Ajar Konsep Kebidanan.Yogyakarta. Deepublish Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik ( Fundamentals of Nursing: Concept, Process & Practice) Edisi keempat. Jakarta: EGC.

Related Documents


More Documents from ""